“PENARIKAN OBAT”
OLEH :
KELOMPOK II :
Penarikan obat di lakukan untuk obat yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh
BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary
recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM (Juknis,2019).
C. Penarikan Kembali Produk
1. Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf yang
memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat
urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen terhadap bagian penjualan dan
pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu),
maka ia hendaklah memahami segala operasi penarikan kembali.
2. Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara berkala dan dimutakhirkan
jika perlu, untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali.
3. Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan tiap
saat
4. Pelaksanaan Penarikan Kembali
a) Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah diketahui
ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan;
b) Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah dihentikan
dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali dengan segera.
Penarikan kembali hendaklah menjangkau sampai tingkat konsumen;
c) Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi, hendaklah
menjamin bahwa embargo dan penarikan Kembali dilaksanakan secara cepat, efektif
dan tuntas; dan
d) Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah dibuat untuk
memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan dengan cepat dan
efektif dari seluruh mata rantai distribusi.
5. Catatan dan laporan termasuk hasil tindakan embargo dan penarikan kembali produk
hendaklah didokumentasikan dengan baik.
6. Otoritas pengawas obat negara ke mana produk didistribusikan hendaklah diinformasikan
segera apabila akan dilakukan penarikan kembali karena cacat
atau dugaan cacat.
7. Catatan distribusi hendaklah tersedia untuk digunakan oleh personil (personil) yang
bertanggung jawab terhadap penarikan kembali. Catatan distribusi hendaklah berisi
informasi yang lengkap mengenai distributor dan pelanggan yang dipasok secara
langsung (dengan alamat, nomor telepon, dan/atau nomor fax pada saat jam kerja dan di
luar jam kerja, nomor bets dan jumlah yang dikirim), termasuk distributor di luar negeri
untuk produk yang diekspor dan sampel medis.
8. Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi identifikasi dan disimpan terpisah di area
yang aman sementara menunggu keputusan terhadap produk
tersebut.
9. Perkembangan proses penarikan kembali hendaklah dicatat dan dibuat laporan
akhir, termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim dan yang
ditemukan kembali.
10. Efektivitas penyelenggaraan penarikan kembali hendaklah dievaluasi dari waktu ke
waktu.
(BPOM No.13, 2018)
b) Penarikan Kelas II
Penarikan Kelas II adalah penarikan terhadap obat yang apabila digunakan dapat
menyebabkan penyakit atau pengobatan keliru yang efeknya bersifat sementara
terhadap kesehatan dan dapat pulih kembali.
Penarikan Kelas II sebagaimana dimaksud termasuk namun tidak terbatas pada obat
yang:
a. Labelnya tidak lengkap atau salah cetak;
b. Brosur atau leafletnya salah informasi atau tidak lengkap;
c. Terkontaminasi mikroba pada sediaan obat non steril;
d. Terkontaminasi kimia atau fisika (zat pengotor atau partikulat yang melebihi batas,
kontaminasi silang);
e. Tidak memenuhi spesifikasi keseragaman kandungan, keragaman bobot, uji disolusi,
uji potensi, kadar, ph, pemerian, kadar air, atau stabilitas; dan/atau
f. Kedaluwarsa.
Charles JP S., 2004, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan, Buku Kedokteran EGC :
Jakarta.
Rohit VVSS., 2020, Jaya Prakash Veluchuri, Sravya Adhikari, Harika Indukuri, An Overview on
Pharmaceutical Drug Recalls, The Pharmaceutical and Chemical Journal, Vol. 7(1)
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.
04.133.12.11.09938 Tahun 2011 Tentang Kriteria Dan Tata Cara Penarikan Obat Yang
Tidak Memenuhi Standar Dan/Atau Persyaratan.
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor Hk.03.1.33.12.12.8195
Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik.