“PEMUSNAHAN”
OLEH
KELOMPOK 1
DEWI SARTIKA O1B1 21 063
ISTARI ANUGRAWATI ANWAR O1B1 21 080
LA ODE MUHAMMAD ARLAN O1B1 21 084
MULIANI O1B1 21 093
NURUL FADHILAH O1B1 21 106
NUZUL WAHYUNING TIAS O1B1 21 109
WA ODE INDRI HARTATI O1B1 21 124
WA ODE NUR AINUN O1B1 21 126
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI DI RUMAH SAKIT
A. Definisi Pemusnahan
Pemusnahan perbekalan farmasi adalah tata cara untuk melakukan
pemusnahan obat, alat kesehatan dan lain-lain yang termasuk ke dalam perbekalan
farmasi. Pemusnahan tersebut didasarkan pada peraturan perudang-undangan yang
berlaku. Pemusnahan perbekalan farmasi dilakukan satu tahun sekali (Utami,dkk.,
2017). Beberapa definisi mengenai pemusnahan diantaranya:
a. Menurut (BPOM, 2014) Pemusnahan Obat adalah suatu tindakan perusakan dan
pelenyapan terhadap Obat, kemasan, dan/atau label yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, mutu, dan label sehingga tidak dapat
digunakan lagi.
b. Menurut (Halawa Dan Wempi, 2021) pemusnahan obat adalah kegiatan
penyelesaian terhadap obat-obatan yang tidak terpakai terhadap obat-obatan yang
tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, atau mutunya sudah tidak memenuhi
standar.
c. Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai apabila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluarsa,
tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan, dan dicabut izin edarnya ( Day dkk., 2020).
Sehingga kegiatan pemusnahan obat merupakan salah satu standar
pelayanan kefarmasian non-klinik yang wajib diterapkan di rumah sakit, puskesmas,
dan apotek. Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang tidak dapat digunakan lagi harus dilakukan dengan tata cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Apoteker sebagai
pengelola di Instalasi Farmasi terkait bertanggung jawab atas pemusnahan obat.
Obat rusak, obat sisa dengan kondisi tidak baik, dan obat kedaluwarsa yang tidak
dimusnahkan dengan metode yang tepat dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
lingkungan serta kerugian klinis berupa timbulnya efek samping akibat
menggunakan obat- obatan yang sudah tidak layak pakai tersebut. Dimana, efek
samping yang mungkin timbul adalah hilangnya efikasi, keamanan, dan potensi obat
serta dapat menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbahaya (Al-Shareef
dkk., 2016, Gul dkk., 2016).
Instalasi Farmasi Pemerintah yang melaksanakan pwmusnahan harus
melakukan penghapusan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang
pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
B. Tujuan Pemusnahan
Tujuan pemusnahan adalah untuk menjamin sediaan farmasi dan BMHP yang
sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya
penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi risiko
terjadi penggunaan obat yang sub standar. (Kemenkes RI, 2019). Selain itu tujuan
dari pemusnahan yaitu melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh
penggunaan obat atau perbekalan farmasi Kesehatan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan. Meghindari pembiayaan seperti biaya
penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan atas obat atau perbekalan Kesehatan lainnya
yang sudah tidak layak pakai. (Halawa, M. & Rusmana, W.E., 2021).
Obat Prekursor
Harus tersedia daftar inventaris Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan
mencakup nama produsen, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan,
jumlah, nomor bets, dan tanggal daluwarsa.
Kebenaran Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan harus dibuktikan dengan
dokumen pendukung yang disetujui oleh Kepala Bagian Pemastian Mutu bahwa
Prekursor Farmasi sudah tidak memenuhi syarat untuk digunakan dan/atau
diedarkan.
Pelaksanaan pemusnahan harus dibuat dengan memperhatikan pencegahan
diversi dan pencemaran lingkungan. Kegiatan pemusnahan ini dilakukan oleh
Apoteker Penanggung Jawab Produksi dan disaksikan oleh petugas Balai
Besar/Balai POM setempat. Kegiatan ini didokumentasikan dalam Berita Acara
Pemusnahan yang ditandatangani oleh pelaku dan saksi.
(Peraturan Kepala BPOM, No 40 Tahun 2013)
Pemusnahan Berdasarkan Kelas Terapi
Antineoplastik
Antineoplastik yang merupakan kelompok obat kanker harus disimpan
terpisah dari kelompok obat lain, dikemas dengan aman pada kontainer atau
wadah. Limbah obat ini lebih baik jika dikembalikan ke produsen untuk
dibuang. Jika opsi ini tidak bisa dilakukan, maka harus dihancurkan di
insinerator yang beroperasi pada suhu tinggi di atas 1200ºC. Limbah
antineoplastik tidak boleh dibuang ke saluran air atau landfill kecuali telah
melewati proses encapsulation atau inertisasi. Jenis limbah farmasi jenis ini
hanya dapat dibuang ke sistem saluran pembuangan setelah terjadi degradasi
kimiawi dan tidak dapat dibuang tanpa pengolahan sebelumnya.
Anti infeksi
Khusus obat anti-infeksi tidak boleh dibuang dalam bentuk yang belum
diolah, karena obat tersebut tidak stabil, dan pemusnahannya paling efektif
dengan cara dibakar. Jika encapsulation atau inertisasi tidak dapat dilakukan obat
antiinfeksi cair dapat dilarutkan dalam air didiamkan selama dua minggu,
kemudian dibuang ke saluran pembuangan air limbah.
Pemusnahan Resep
Standar Operasional Prosedur Pembuatan Pemusnahan Resep:
1) Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan
Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan).
2) Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan
3) Menyiapkan tempat pemusnahan
4) Tata cara pemusnahan:
a. Resep narkotika dihitung jumlahnya
b. Resep lain ditimbang
c. Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar.
5) Membuat laporan pemusnahan resep yang sekurang-kurangnya memuat :
a. Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan resep
b. Jumlah resep narkotika dan berat resep yang dimusnahkan
c. Nama Apoteker pelaksana pemusnahan resep
d. Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
6) Membuat Berita Acara Pemusnahan (format terlampir) yang ditandatangani
oleh Apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep.
F. Dokumentasi
Lampiran pemusnahan Narkotika
Lampiran berita acara pemusnahan narkotika
Berita acara pemusnahan obat rusak
DAFTAR PUSTAKA
Al-Shareef, F., El-Asrar, S. A., Al-Bakr, L., Al-Amro, M., Alqahtani F., Aleanizy, F.
& Al- Rashood, S. (2016). Investigating the Disposal of Expired and
Unused Medication in Riyadh, Saudi Arabia: a Cross-Sectional Study.
International Journal of Clinical Pharmacy; 38; 822–828.
Day, G, R, L., Muntasir, B., Rina,W,S., 2020, Manajemen Logistik Obat Di Instalasi
Farmasi Rsud Waibakul Kabupaten Sumba Tengah Jurnal Media Kesehatan
MasyarakatVol.2 (3)Issn 2722-0265
Febreani, S.H., Djazuly, C., 2016, Pengelolaan Sediaan Obat Logistik Farmasi
Rumah Sakit Umum Tipe B di Jawa Timur, Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia, Vol 4 (2).
Halawa, M., Wempi, E,R., 2021, Evaluasi Pengelolaan Obat Rusak Atau
Kadaluwarsa Terhadap Sediaan Farmasi Di Salah Satu Rumah Sakit Umum
Swasta Kota Bandung Jurnal Education And Development Vol.9 (4).
Kementrian Kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit,
Kementrian Kesehatan RI, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat Dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Penarikan Dan
Pemusnahan Obat Yang Tidak Memenuhi Standar Dan/ Atau Persyaratan
Keamanan, Khasiat, Mutu, Dan Label.
Nurfitria, R. S., Rasyidin, K., Hartini, N. N. S. M., & Anggriani, A. (2022). Praktek
Pengelolaan dan Pemusnahan Limbah Obat pada Sarana Pelayanan Farmasi
Komunitas Wilayah Bandung Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, 21(1), 83-92.
Utami, R.D., Trimurti, dan Kartika, H., 2017, Analisis Efektivitas Sistem
PengendalianIntern Persediaan Obat di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu
Surakarta, Seminar Nasional IENACO.