Anda di halaman 1dari 6

Tata Kelola Pemusnahan Resep & Obat Kadaluwarsa

I. Latar Belakang
 Mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya merupakan harapan setiap orang,
mewujudkannya menjadi tanggungjawab Bersama.
 Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu
program pemerintah yang notabene membutuhkan dukungan Bersama didalam
mewujudkan kesehatan yang lebih berkualitas
 Salah satu yang menjadi penyumbang didalam mewujudkannya adalah tersedianya
obat-obatan yang memiliki jaminan keamanan, mutu & kualitas
 Pengawasan terhadap peredaran sediaan farmasi tidak hanya menjadi tugas &
tanggungjawab pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan tapi juga membutuhkan
kerjasama antara fasyankes maupun fasilitas pelayanan kefarmasian sehingga rantai
distribusi obat-obatan dalam kategori berbahaya (illegal, ED) tidak sampai ditangan
pasien/konsumen
 Obat kadaluwarsa keberadaannya bisa menjadi sangat berbahaya apabila
disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, oleh karena itu
dibutuhkan tatakelola mulai dari pengadaan, penyimpanan hingga pemusnahannya.
 Dengan terdokumentasinya setiap tahapan pengelolaan obat kadaluwarsa diharapkan
akan menjadi salah satu penyumbang keberhasilan pemerintah didalam melindungi
masyarakatnya dari peredaran obat-obatan yang berbahaya.

II. Dasar Hukum


a. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan & Pengelolaan LH
c. PMK No. 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan & Pelaporan
Narkotik, Psikotropik & Prekursor Farmasi
d. PMK No. 72 tahun 2016 Stand. Pelay.Kefarm di RS
e. PMK No. 73 tahun 2016 Stand. Pelay.Kefarm di Apotek
f. PMK No. 74 tahun 2016 Stand. Pelay.Kefarm di Puskesmas
g. PerkaBPOM No. 24 tahun 2021 tentang pengawasan pengelolaan obat, bhn obat,
narkotik, psikotropik & precursor farmasi di fasilitas Pelay.kefarmasian

III. Tujuan
a. Memberikan pemahaman bagi faskes/fasyanfar didalam pengelolaan obat
kadaluwarsa/rusak
b. Faskes/fasyanfar memiliki juknis sesuai dengan peraturan yang berlaku didalam
penanganan obat kadaluwarsa/rusak
c. Faskes/fasyanfar bisa menyajikan dokumen tahapan proses yang sesuai dengan peraturan
yang berlaku
d. Memberikan jaminan keamanan bagi penanggungjawab faskes/fasyanfar didalam
melaksanakan praktek kefarmasian
e. Menjamin ketersediaan obat yang bermutu kepada masyarakat

IV. Materi
a. Definisi :
 Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
 Limbah bahan berbahaya & beracun (B3) adalah limbah yang berasal dari kegiatan
pelayanan kesehatan dapat berupa limbah sitotoksik, limbah infeksius, limbah
patologis, limbah benda tajam, limbah farmasi….
 Limbah farmasi adalah Limbah farmasi adalah limbah yang ditimbulkan dari seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian termasuk didalamnya bahan obat, obat rusak dan
kedaluwarsa, obat yang terkontaminasi, dan buangan.
 Obat rusak adalah keadaan obat yang tidak bisa terpakai lagi karena rusak
secara fisik atau berubah bau dan warna yang dipengaruhi oleh udara yang lembab,
sinar matahari, suhu, dan/atau goncangan fisik sehingga tidak memenuhi persyaratan
mutu, keamanan, dan khasiat.
 Obat kedaluwarsa adalah obat yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa yang
tercantum pada kemasan yang menandakan obat tersebut sudah tidak layak lagi
untuk dikonsumsi/digunakan.
b. Permasalahan
 Kapasitas Pengolahan limbah medis di Fasyankes masih belum sebanding dengan
limbah yang dihasilkan di fasyankes tersebut
 regulasi terkait pengelolaan limbah B3 belum sepenuhnya dipatuhi dan
diimplementasikan
 distribusi dari pengolah limbah swasta masih belum tersebar secara merata di
Indonesia
c. Dampak limbah farmasi
 Limbah farmasi yang dibuang ke lingkungan dengan sembarangan berpotensi untuk
merusak lingkungan, air, bahkan menimbulkan toksin bagi manusia maupun hewan
 Adanya penyalahgunaan limbah farmasi yang tidak dikelola atau dimusnahkan
secara memadai untuk dimanfaatkan menjadi obat illegal atau palsu yang justru akan
menimbulkan dampak yang lebih besar baik dari segi kesehatan, sosial dan
keamanan
 Sisa obat resep yang tidak terpakai sering diberikan kepada orang lain tanpa melalui
konsultasi dokter/farmasis sehingga berpotensi meningkatkan reaksi efek samping
dan risiko kesalahan indikasi
d. Manajemen Pengelolaan Limbah Farmasi
Intinya mengurangi limbah, mengendalikan pembuangannya ke lingkungan tanpa
pengolahan yang sudah terstandar terlebih dahulu
 Pengelolaan limbah farmasi berupa obat rusak & kadaluwarsa
1. Mengidentifikasi obat yang sudah rusak dan kedaluwarsa
2. Memisahkan obat rusak dan kedaluwarsa
3. Disimpan pada tempat terpisah dari penyimpanan obat lainnya
4. Membuat catatan nama, nomor batch, jumlah, dan tanggal kedaluwarsa
5. Dokumentasi pencatatan
 Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
1. membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan;
2. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
3. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;
4. menyiapkan tempat pemusnahan; dan
5. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.

 Metode pengelolaan limbah farmasi menurut WHO


1. Obat dikembalikan ke produsen atau pabrik
2. Dibuang langsung ke TPA
3. Imobilisasi limbah
4. Inertisasi limbah
5. Saluran pembuangan
6. Dibakar di tempat terbuka
 Pengurangan Limbah B3
Prinsip manajemen pengurangan limbah B3 ialah dilaksanakan melalui mekanisme
eliminasi dan substitusi
e. Manajemen pengelolaan resep
 Resep dan/ atau surat permintaan tertulis disimpan sekurangkurangnya selama 5
(lima) tahun berdasarkan urutan tanggal dan nomor urutan penerimaan resep.
 Resep dan/ atau surat permintaan tertulis yang telah disimpan melebihi 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan.
 Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang sesuai
oleh Apoteker Penanggung Jawab dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya seorang
petugas fasilitas pelayanan kefarmasian.
 Pada pemusnahan resep, harus dibuat Berita Acara Pemusnahan.
 Pemusnahan resep wajib dilaporkan dengan melampirkan Berita Acara Pemusnahan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dan tembusan Kepala
Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat.

Anda mungkin juga menyukai