Anda di halaman 1dari 8

Tata Kelola Pemusnahan Obat

Rusak dan Kedaluwarsa di


Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir

HJ. INDAH MULYANA, S.Kep., M.Kes


DINAS KESEHATAN KABUPATEN OGAN ILIR
Tata Kelola Pemusnahan Obat Rusak dan Kedaluwarsa di Puskesmas Kabupaten Ogan
Ilir

I. Latar Belakang
1. Mencapai derajat Kesehatan yang setinggi tingginya merupakan harapan setiap orang,
dan untuk mewujudkannya harus menjadi tanggungjawab bersama.
2. Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu
program pemerintah yang pada dasarnya membutuhkan dukungan bersama didalam
mewujudkan Kesehatan yang lebih berkualitas
3. Salah satu yang menjadi penyumbang didalam mewujudkannya adalah tersedianya obat-
obatan yang memiliki jaminan keamanan, mutu dan kualitas.
4. Pengawasan terhadap peredaran sediaan farmasi tidak hanya menjadi tugas dan tanggung
jawab pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan tapi juga membutuhkan Kerjasama
puskesmas sehingga rantai distribusi obat-obatan dalam kategori berbahaya (illegal, ED)
tidak sampai ditangan pasien.
5. Obat kedaluwarsa keberadaannya bisa menjadi sangat berbahaya apabila disalahgunakan
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, oleh karena itu dibutuhkan tatakelola
pemusnahannya.
6. Dengan terdokumentasinya setiap tahapan pengelolaan obat kedaluwarsa diharapkan
akan menjadi salah satu penyumbang keberhasilan pemerintah didalam melindungi
masyarakatnya dari peredaran obat-obatan yang berbahaya.

II. Dasar Hukum


1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan
Beracun
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
5. Permen LHK No. P56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah B3 dari Fasyankes
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
8. Peraturan Kepala BPOM No. 24 tahun 2021 tentang Pengawasan Pengelolaan Obat,
bahan obat, narkotika, psikotropika dan precursor farmasi di fasilitas pelayanan
kefarmasian.

III. Tujuan
1. Memberikan pemahaman bagi puskesmas didalam pengelolaan obat kedaluwarsa atau
rusak
2. Puskesmas memiliki petunjuk teknis sesuai dengan peraturan yang berlaku didalam
penanganan obat kedaluwarsa atau rusak
3. Puskesmas bisa menyajikan dokumen tahapan proses yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku
4. Menjamin ketersediaan obat yang bermutu kepada masyarakat

IV. Pengertian tentang Limbah Fasilitas Pelayanan Kesehatan


1. Definisi :
 Limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan
 Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah limbah yang berasal dari kegiatan
pelayanan kesehatan dapat berupa limbah sitotoksik, limbah infeksius, limbah
patologis, limbah benda tajam, limbah farmasi ….
 Limbah farmasi adalah limbah yang ditimbulkan dari seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian termasuk didalamnya bahan obat, obat rusak dan kedaluwarsa, obat
yang terkontaminasi, dan buangan.
 Obat rusak adalah keadaan obat yang tidak bisa terpakai lagi karena rusak secara
fisik atau berubah bau dan warna yang dipengaruhi oleh udara yang lembab, sinar
matahari, suhu, dan atau goncangan fisik sehingga tidak memenuhi persyaratan
mutu, keamanan dan khasiat.
 Obat kedaluwarsa adalah obat yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa yang
tercantum pada kemasan yang menandakan obat tersebut sudah tidak layak lagi
untuk dikonsumsi atau digunakan.

2. Permasalahan
 Regulasi terkait pengelolaan limbah B3 belum sepenuhnya dipatuhi dan
diimplementasikan.
3. Dampak limbah farmasi
 Limbah farmasi yang dibuang ke lingkungan dengan sembarangan berpotensi untuk
merusak lingkungan, air, bahkan menimbulkan toksin bagi manuasi maupun hewan
 Adanya penyalahgunaan limbah farmasi yang tidak dikelola atau dimusnahkan
secara memadai untuk dimanfaatkan menjadi obat illegal atau palsu yang justru akan
menimbulkan dampak yang lebih besar baik dari segi Kesehatan, social dan
keamanan.

V. Manajemen Limbah Farmasi di Puskesmas


Puskesmas merupakan fasyankes tingkat pertama yang menghasilkan limbah B3 medis,
termasuk limbah farmasi berupa obat rusak dan kedaluwarsa. Atas timbulan limbah ini,
puskesmas memiliki kewajiban untuk melakukan pengelolaan limbah farmasi. Pengelolaan
limbah farmasi dapat dilakukan secara mandiri maupun dengan bekerjasama dengan pihak
ketiga berizin. Pengelolaan limbah farmasi berupa obat dan bahan medis habis pakai rusak
dan kedaluwarsa di puskesmas berdasarkan jenis sediaan dan karakteristiknya. Berikut
Langkah-langkah yang dilaksanakan :
1. Petugas mengidentifikasi semua obat dan bahan medis habis pakai yang kadaluwarsa
atau rusak di Gudang farmasi dan sub unit internal puskesmas (BP, KIA, POLI Gigi,
Laboratorium) dan sub unit eksternal puskesmas (pustu, polindes) setiap satu bulan
sekali pada saat stok opname bulanan.
2. Petugas membuat daftar nama obat dan bahan medis, jumlah, nomor batch, tanggal
kadaluarsa harga satuan dan sumber.
3. Petugas memisahkan obat dan bahan medis habis pakai kadaluwarsa atau rusak dari
penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai lainnya.
4. Setiap 3 bulan sekali Petugas membuat Laporan dan Berita Acara Obat dan bahan medis
habis pakai kadaluwarsa atau rusak.
5. Laporan dan berita acara obat dan bahan medis habis pakai kadaluwarsa atau rusak
dengan lampiran jenis, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa harga satuan dan sumber
diserahkan ke Instalasi Farmasi Kabupaten, beserta surat permohonan izin pemusnahan.
6. Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir membentuk panitia pemeriksaan dan penghapusan
limbah berdasarkan Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Ogan Ilir dan apabila memungkinkan tim dari Dinas Kesehatan ikut menjadi
saksi pemusnahan.

7. Dilakukan pemusnahan obat berdasarkan jenis sediaan dan karakteristiknya :


a. Sediaan obat padat (tablet, kaplet, kapsul, supositoria)
 Tablet, kaplet, kapsul, supositoria dikeluarkan dari kemasan aslinya (kemasan
primer)
 Sediaan obat padat dan obat padat antibiotik penghancuran menggunakan
metode enkapsulasi (metode pemusnahan obat dengan cara menghancurkan obat
dalam blok padat di dalam drum kemudian dicampurkan dengan semen dan
kapur).
 Simpan campuran dalam wadah untuk kemudian diikutkan untuk dihancurkan
bersama limbah B3 medis lainnya untuk diserahkan dengan Pihak Ketiga.
 Seluruh kemasan primer dihancurkan dengan cara disobek atau dicacah untuk
kemudian dibuang ke tempat sampah non-medis.
b. Sediaan cair dan semipadat (sirup,cairan obat luar, krim, gel)
 Periksa apakah terdapat endapan di botol, jika ada endapan atau obat obat
mengental, tambahkan air dan kocok untuk melarutkan.
 Tuang cairan dan sediaan semi padat ke dalam wadah sehingga bercampur
dengan bahan limbah lainnya agar tidak dapat digunakan kembali.
 Limbah cair kemudian dapat dibuang menuju IPAL. Bila puskesmas tidak
memiliki IPAL, maka limbah cair dapat dibuang melalui wastafel atau WC.
 Sediaan cair yang mengandung antibiotik harus dilarutkan dalam air terlebih
dahulu selama beberapa minggu baru kemudian dibuang menuju IPAL. Bila
puskesmas tidak memiliki IPAL, maka limbah cair yang mengandung antibiotik
dapat dibuang melalui WC.
 Untuk menghilangkan penyalahgunaan, bekas wadah obat berupa botol plastik,
pot plastik atau kaca (gelas), dan tube dibuang dengan cara menghilangkan
semua label dari wadah dan tutup, merusak wadah dengan cara digunting,
dicacah, atau dipecahkan untuk kemudian disimpan dalam wadah yang dilapisi
kantong plastik.
c. Obat cair atau padat dalam ampul atau vial
 Ampul atau vial dibuka dan isinya dimasukkan dalam wadah.
 Ampul atau harus dibuang di wadah limbah B3 medis.
 Obat cair atau padat dalam ampul atau vial yang mengandung antibiotik harus
dilarutkan dalam air terlebih dahulu selama beberapa minggu baru limbah cair
kemudian dapat dibuang menuju IPAL. Bila puskesmas tidak memiliki IPAL,
maka limbah cair dapat dibuang melalui wastafel dan limbah cair yang
mengandung antibiotik dapat dibuang melalui WC.
 Penanganan harus menggunakan APD berupa masker dan sarung tangan sebagai
tindakan keamanan dan mengurangi risiko cidera dari benda tajam.
 Ampul tidak boleh dibakar atau diinsinerai karena akan meledak.
d. Obat berupa inhaler atau aerosol
 Obat dengan formulasi berbentuk inhaler atau aerosol harus dikeluarkan atau
disemprotkan perlahan ke dalam air untuk mencegah tetesan obat memasuki
udara.
 Cairan atau padatan inhaler yang dihasilkan disimpan dalam wadah yang sesuai.
 Pastikan wadah inhaler atau aerosol sudah kosong.
 Kemasan inhaler maupun aerosol jangan dilubangi, digepengkan atau dibakar
karena mudah meledak.
e. Vaksin rusak dan kedaluwarsa
 Pisahkan vaksin yang tidak dapat digunakan di dalam unit penyimpanan yang
didinginkan.
 Beri label dengan tanda “JANGAN DIGUNAKAN” untuk menghindari
pemberian dosis secara tidak sengaja.
 Dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merugikan laporkan jenis paparan dan
durasinya.
 Simpan vaksin di unit penyimpanan dingin sampai instruksi lebih lanjut dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir
 Laporkan vaksin yang sudah kedaluwarsa ke Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan
Ilir
f. Obat rusak dan kedaluwarsa dalam benda tajam (misal pre-filled insulin)
 Limbah benda tajam dikumpulkan, baik yang telah terkontaminasi atau tidak.
 Isi obat dikeluarkan mengikuti kaidah pengelolaan obat bentuk padat, setengah
padat, maupun cair.
 Tempatkan pada kontainer yang tidak tembus untuk limbah benda tajam (misal
jarum syringe) sedangkan untuk limbah lain tempatkan dalam kantong plastik
berwarna coklat atau putih.
 Beri label peringatan pada bagian luar kantong.

g. Gas medis dalam wadah bertekanan


 Pada puskesmas yang memiliki layanan rawat inap dan memiliki gas medis
(dalam tabung) yang telah kedaluwarsa harus dikumpulkan, diberikan label
“JANGAN DIGUNAKAN”, lalu disimpan pada tempat khusus.
 Beberapa gas medis tidak memiliki tanggal kedaluwarsa, namun tabung
penyimpannya memiliki masa pakai.
 Seluruh tabung harus dikembalikan ke produsen.
8. Setelah melakukan tahapan pemusnahan obat berdasarkan jenis sediaan dan
karakteristiknya sesuai dengan point 7, dilanjutkan dengan membuat Berita Acara
Pemusnahan Obat diketahui oleh Kepala Puskesmas serta berkoordinasi dengan petugas
Kesling untuk limbah farmasi yang akan diserahkan kepada pihak ketiga berizin.
9.

Anda mungkin juga menyukai