TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat dan Sediaan Farmasi
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sedangkan pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
menggunakan Formulir 1 (terlampir). Selebihnya, terkait dengan adanya resep obat,
pemusnahan resep juga dilakukan pada resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu
5 (lima) tahun. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-
kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2
sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota
(Permenkes Nomor 35, 2014).
Prinsip pemusnahan obat adalah tidak mencemari lingkungan dan tidak
membahayan kesehatan. Maka pelaksanaan pemusnahan sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku harus dilakukan. Sebelum melakukan pemusnahan, Apoteker harus
memastikan terlebih dahulu mengenai nama obat, formulir obat, kekuatan obat, jumlah
obat yang harus dimusnahkan, kapan obat dimusnahkan dan persetujuan dari pihak yang
hadir dalam proses pemusnahan (RPS, 2007). Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas
Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan petugas di
lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai dengan surat permohonan sebagai saksi.
Terdapat beberapa metode dalam melakukan pemusnahan obat. Namun, secara
umum, proses pemusnahan dilakukan dengan sebelumnya melakukan penilaian terhadap
obat. Saat melakukan penilaian, beberapa kriteria atau kondisi obat akan menghasilkan
keputusan penghapusan obat atau pemusnahan obat. Penghapusan merupakan proses
manajemen logistik yang biasanya dilakukan pada barang milik negara (ditandai dengan
adanya label), yang bukan merupakan inventaris sebuah unit pelayanan kesehatan.
Sedangkan pada obat, penghapusan dilakukan pada obat yang kelebihan stock sehingga
obat tidak digunakan (tidak sesuai kebutuhan unit). Kelebihan stock diakibatkan oleh
penurunan permintaa akibat, peningkatan harga, forecasting errors, consumer cancellation,
adanya produk kompetitor, production overruns, overpurchasing (untuk melindungi
stockouts), atau bahkan simple goofs seperti kesalahan dalam transmisi permintaan order
(Willoughby, 2016). Berikut merupakan kriteria obat untuk dapat dilakukan penghapusan
atau pemusnahan.