ETIKA FARMASI
DISUSUN OLEH :
NIM : F.16.054
KELAS : II.B
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah kami tentang "Komunikasi
Meningkatkan Karakter Beretika Dalam Kehidupan Sehari-Hari"
Kami percaya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka penulisan makalah yang
berjudul "Mineral" ini tidak dapat berjalan lancar. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
Kami sadar sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari ibu dosen, dan
Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat
dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat bagi para
pembaca pada khususnya. Apabila ada salah dalam penulisan makalah ini, Kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Karena sesuai dengan pepatah Tiada Gading yang Tak Retak maka
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya tidak terlepas dengan proses
komunikasi baik antar perorangan, perorangan dengan kelompok maupun kelompok
dengan kelompok. Di dalam sebuah komunikasi dibutuhkan etika agar lawan bicara
kita merasa nyaman dan tidak merasa sakit hati, seperti kita ketahui pribahasa
"Mulutmu Harimaumu" yang artinya "segala perkataan yang terlanjur kita keluarkan
apabila tidak dipikirkan dahulu akan dapat merugikan diri sendiri. Oleh karena itu,
kita harus berhati-hati dalam menjaga lisan. Selain melalui lisan etika dapat
diterapkan melalui perbuatan dan tindakan.
Saat ini penerus bangsa yang seharusnya menjadi tolak ukur majunya suatu
bangsa malah berubah menjadi sampah bagi masyarakat, karena kebanyakan pemuda
saat ini rusak akibat etika yang kurang baik dalam lisan, perbuatan maupun tindakan.
Bung Karno pun pernah berkata":Beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya
kepada Tanah Air, dan aku akan mengguncang dunia!!". Sungguh, sangat dahsyat
sekali bahwa pemuda di mata negara bahkan dunia sudah dianggap sebagai akses
bagi majunya suatu bangsa.
Dalam konteks pengembangan karakter kebangsaan indonesia, setiap
kelompok masyarakat Indonesia wajib berperilaku sukarela dan ikhlas dalam
menginternalisasikan nilai-nilai dari empat pilar kebangsaan yaitu : Pancasila,
pembukaan UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia ke dalam kepribadian dan jati diri masing-masing.
Selain itu, etika berkomunikasi juga sangat diperlukan dalam dunia profesi,
salah satunya dalam pelayanan kesehatan. Saat ini banyak keluhan dari masyarakat
akibat kurangnya komunikasi antara tenaga medis dan pasien, Sehingga sangat
menyulitkan bagi pasien untuk mengetahui istilah dalam kesehatan. Contohnya
Seorang tenaga kefarmasian menjelaskan cara meminum obat yang disertai dengan
istilah-istilah yang tidak dijelaskan arti dari istilah itu terhadap pasien maka yang
terjadi hanyalah miskomunikasi. Oleh karena itu, kita harus beretika dalam
berkomunikasi baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan
berprofesi.
Di jaman moderen ini, komunikasi tidak hanya dilakukan melalu kontak
secara langsung, tetapi juga bisa dilakukan dengan kontak secara tidak langsung yaitu
dengan menggunakan media, baik media cetak ataupun media elektronik. Tetapi saat
ini banyak yang menyalahgunakan media elektronik, yang seharusnya menjadi media
berkomunikasi malah menjadi media untuk saling hujat dan saling menyindir, ini
merupakan contoh etika berkomunikasi yang sangat tidak baik, apalagi yang
melakukannya adalah para pemuda penerus bangsa yang seharusnya menjadi estapet
penerus bangsa di masa mendatang.
Oleh karena itu, saya mengambil judul "Komunikasi meningkatkan karakter
beretika dalam kehidupan sehati-hari" agar para pembaca ataupun pendengar
mengetahui betapa pentingnya komunikasi dalam beretika. Seperti pribahasa "Sedikit
demi sedikit, lama-lama menjadi bukit" yang artinya "Usaha yang terus-menerus
dilakukan walaupun hanya berawal dari hal kecil tapi akhirnya pasti akan memberika
hasil". Hal ini jika diartikan dalam perbutan baik maka akan menghasilkan yang baik
pula. Contohnya kita mulai berusaha untuk beretika yang baik dari hal-hal yang kecil
seperti dalam berbicara kita mulai sopan maka lama kelamaan pernuatan kita juga
akan mengikut kepada kebaikan, akan tetapi jika diartikan daalam perbuatan buruk
maka akan menghasilkan yang buruk pula. Contohnya kita tidak beretika dalam
berkomunikasi, dari hal-hal kecil saja kita abaikan, jika dilakukan terus menerus maka
akan menjadi kebiasaan kita beretika yang kurang sopan. Timbul pertanyaan, Apa itu
etika? Mengapa etika sangat dibutuhkan dalam komunikasi? Di dalam makalah ini
akan menjawab pertanyaan itu.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat ditarik permasalahan sebaga berikut :
1) Apa yang dimaksud dengan Etika ?
2) Apa yang dimaksud dengan Komunikasi ?
3) Apa pentingnya komunikasi dalam meningkatkan karakter beretika ?
C. Tujuan
Dari perumusan masalah diatas, tujuan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut :
1) Agar kita dapat mengetahui apa itu Etika.
2) Agar kita dapat mengetahui apa itu Komunikasi.
3) Agar kita dapat mengetahui pentingnya komunikasi dalam meningkatkan karakter
beretika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan konsep yang
dimiliki individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan yang telah
dikerjakan salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah refleksi dari apa yang
disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan
untuk kepentingan orang atau kelompok profesi itu sendiri.
Etika bermula saat manusia merefleksikan unsur etis dalam menyampaikan
pendapat spontan. Kebutuhan refleksi itu dirasakan, karena pendapat etis seseorang
tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Karenanya diperlukan etika, dengan
tujuan mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan manusia. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988)
merumuskan pengertian etika dalam tiga arti, yaitu sebagai berikut :
a. Ilmu tentang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam bermasyarakat bahkan dalam berprofesi sekalipun.
b. Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, atau pribadi seseorang.
c. Nilai yang mengenal benar dan salah yang dianut masyarakat.
Etika dikelompokan menjadi dua definisi yang pernah disampaikan Robert
Salomon, yaitu:
a. Etika merupakan karakter individu, bahwa orang yang beretika adalah orang baik.
Merupakan pemahaman manusia sebagai individu atau pribadi yang beretika.
b. Etika merupakan hukum sosial, merupakan hukum yang mengatur,
mengendalikan serta membatasi perilaku manusia, bila seseorang beretika pasti
memahami norma yang berlaku dalam kehidupan dan tidak mungkin melakukan
hal buruk yang akan mencerminkan pribadinya menjadi tidak beretika.
Etika membutuhkan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi, sehingga etika merupakan suatu ilmu. Sebagai ilmu, objek etika adalah
tingkah laku manusia. Berbeda dengan ilmu lain yang meneliti tingkah laku manusia,
etika memiliki sudut pandang normatif. Artinya etika melihat dari sudut baik dan
buruk terhadap perbuatan manusia.
Etika termasuk dalam filsafat, karenanya berbicara etika tidak dapat lepas dari
filsafat. Jika ingin mengetahui unsurunsur etika maka harus belajar unsur-unsur
filsafat, berikut dijelaskan dua sifat etika, yakni:
1) Non-empiris,
Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan fakta atau kongkret. Filsafat berusaha
melampaui yang kongkret dan seolah memasalahkan dibalik gejala kongkret
tersebut. Demikian pula etika tidak berhenti pada yang kongkret secara faktual,
tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.
2) Praktis,
Filsafat berbicara mengenai sesuatu yang ada, tetapi etika bertanya tentang
apa yang harus dilakukan. Etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena
langsung berhubungan dengan yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia.
Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif.
Artinya etika hanya menganalisis tema pokok seperti hati nurani, kebebasan,
hak dan kewajiban, dan lainnya. Hubungan Etika, Filsafat, dan Ilmu pengetahuan
digambarkan, sebagai berikut: bahwa etika bagian dari filsafat. Filsafat bagian dari
ilmu pengetahuan. Sehingga filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai
interpretasi tentang hidup manusia, bertugas meneliti dan menentukan semua fakta
konkret sampai hal yang mendasar.
Dalam menelaah ukuran baik dan buruk suatu tingkah laku yang ada dalam
masyarakat kita bisa melakukan penggolongan etika, yakni terdapat dua macam etika
yaitu:
1) Etika Deskriptif
Merupakan usaha menilai tindakan atau perilaku berdasarkan pada ketentuan atau
norma baik buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama di dalam masyarakat.
Kerangka etika ini pada hakikatnya menempatkan kebiasaan yang sudah ada di
dalam masyarakat sebagai acuan etis. Suatu tindakan seseorang disebut etis atau
tidak, tergantung pada kesesuaiannya dengan yang dilakukan kebanyakan orang.
2) Etika Normatif
Etika yang berusaha menelaah dan memberikan penilaian suatu tindakan etis atau
tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhadap norma-norma yang sudah
dilakukan dalam suatu masyarakat. Norma rujukan yang digunakan untuk menilai
tindakan wujudnya bisa berupa tata tertib, dan juga kode etik profesi.
B. Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris communication),secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan
perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki
makna berbagi atau menjadi milik bersama yaitu suatu usaha yang memiliki
tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis
merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward mengenai komunikasi
manusia yaitu bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-
individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon
dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Secara umum tujuan komunikasi adalah mengharapkan adanya umpan balik
(feedback) yang diberikan oleh lawan bicara kita, serta semua pesan yang kita
sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah
melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy adapun beberapa
tujuan komunikasi adalah sebagai berikut :
a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang
persuasif bukan memaksakan kehendak.
b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui
benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka
menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.
c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu
dapat bermacam - macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah
kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah
bagaimana cara yang terbaik melakukannya.
d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun
komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan
dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita
maksudkan.
Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan
pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan utamanya adalah agar
semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.
Menurut William I. Gorden, ada empat fungsi komunikasi, yaitu komunikasi
sosial, komunikasi, ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental.
1) Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa
komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan
anggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Tanpa komunikasi, orang
tidak akan tahu panduan untuk memahami dan menafsirkan situasi yang ia hadapi.
Ia tidak akan tahu bagaimana cara makan, minum, berbicara sebagai manusia dan
memperlakukan manusia lain secara beradab karena cara-cara berperilaku tersebut
harus dipelajari dari pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain, yang
intinya adalah komunikasi.
1) Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu
hanya bisa diperoleh melalui informasi yang diberikan orang lain kepada kita.
Seseorang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain tidak akan
memiliki kesadaran bahwa dirinya manusia. Seseorang menyadari bahwa
dirinya manusia karena orang-orang di sekitarnya memperlakukan dirinya,
baik secara verbal maupun nonverbal, sebagai manusia. Ketika seseorang
berinteraksi dengan orang-orang lain, harapan-harapan dan kesan mereka akan
mempengaruhi konsep dirinya. Ia akan memainkan peran sebagaimana
diharapkan orang lain, yang bila peran tersebut menjadi kebiasaan, akan
terinternlisasikan.
2) Pernyataan Eksistensi Diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang
disebut pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai pernyataan
eksistensi diri bisa kita lihat misalnya dalam uraian penanya pada seminar.
Meskipun moderator sudah mengingatkan untuk bertanya secara singkat dan
jelas, namun adakalanya si penanya berbicara panjang lebar, mengkuliahi
hadirin, dengan argumen-argumen yang kadang tidak relevan.
3) Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh
kebahagiaan.
Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan
hidup. Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar,
yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial/cinta,
kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut, orang perlu berkomunikasi.
2) Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif, baik dilakukan sendirian ataupun dalam kelompok, erat
kaitannya dengan komunikasi sosial. Komunikasi ekspresif tidak otomatis
bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi
tersebut digunakan sebagai alat untuk menyampaikan perasaan - perasaan (emosi)
kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan
nonverbal.
3) Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang
biasanya dilakukan secara kolektif. Upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun,
pertunangan, siraman, pernikahan, upacara kematian, berdoa, shalat, sembahyang,
misa, upacara bendera, merupakan contoh dari komunikasi ritual. Dalam acara-
acara tersebut, orang biasanya mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-
perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Komunikasi ritual sering juga bersifat
ekspresif. Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen
emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian
kepada kelompok. Yang terpenting dari kegiatan ritual tersebut bukan bentuknya,
melainkan perasaan senasib sepenanggunan yang menyertainya, perasaan bahwa
kita terikat, diakui, dan diterima oleh kelompok, bahkan oleh sesuatu yang lebih
besar daripada diri kita sendiri, yang bersifat abadi.
4) Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental memiliki beberapa tujuan umum, yaitu:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan,
mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan menghibur. Kesemua tujuan
tersebut dapat disebut membujuk (persuasi). Sebagai instrumen, komunikasi tidak
saja digunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk
menghancurkan. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan -
tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan
yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekoomi, politik,
yang antara lain dapat diperoleh melalui pengelolaan kesan (impression
management), yaitu taktik taktik verbal dan nonverbal.
Menurut Joseph A. De Vito tipe komunikasi terdiri atas empat macam yaitu:
1) Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication), Merupakan proses
komunikasi yang terjadi dalam diri individu atau proses berkomunikasi dengan diri
sendiri.
2) Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication), Merupakan proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.
3) Komunikasi Publik (Public Communication), Merupakan proses komunikasi di
mana pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan
khalayak yang lebih besar.
4) Komunikasi Massa (Mass Communication), Merupakan proses komunikasi yang
berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada
khalayak yang sifatnya massal melalui alat yang bersifat mekanis separti radio,
televisi, surat kabar dan film.
Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi digambarkan, sebagai
berikut.
1) Komunikator (sender) yang berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu
pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan berupa informasi
dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua
pihak.
2) Pesan (message) disampaikan melalui suatu media atau saluran secara langsung
maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat,
email, atau media lainnya.
3) Media (channel), alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke
komunikan.
4) Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi
pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu
sendiri.
5) Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas
pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan
yang dimaksud oleh si pengirim.
Proses belajar mengajar misalnya merupakan salah satu contoh proses
komunikasi dimana terjadi proses penyampaian pesan dari sumber belajar (dosen)
kepada penerima (mahasiswa), dengan tujuan agar pesan (topik mata kuliah) dapat
diterima (menjadi milik) oleh mahasiswa. Wilbur Schramm mengingatkan bahwa untuk
mencapai sharing antara sumber dan penerima atas pesan yang disampaikan, perlu
kemiripan medan pengalaman sumber dan medan pengalaman penerima. Jika lambang
yang digunakan sumber terlalu sulit bagi daya tangkap penerima, maka sharing yang
diinginkan tidak tercapai.
untuk keperluan profesi ataupun kemasyaraktan, agar tetap tercipta ketenteraman dan
juga sangat penting dalam membentuk karakter beretika seseorang karena jika dari
cara berkomunikasi seseorang kurang baik maka karakter beretikanya pula tidak akan
baik.
B. Saran
berkomunikasi, seperti di awal tadi "Mulutmu Harimaumu". Semoga makalah ini bisa
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K, 2007, Etika, Seri Filsafat Atma Jaya, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
November 2013)