Anda di halaman 1dari 11

ETIKA KEFARMASIAN

Kelompok 6 :
Etika Kefarmasian

Etika akan selalu menjadi komponen yang penting dalam


praktek pengobatan. Prinsip-prinsip etika seperti
menghargai orang, tujuan yang jelas dan kerahasiaan
merupakan dasar dalam hubungan apoteker-pasien. Etika
juga penting dalam hubungan apoteker dengan masyarakat
dan kolega mereka dan dalam melakukan penelitian
kedokteran.
Etika telah menjadi bagian yang integral dalam pengobatan
setidaknya sejak masa Hippocrates, seorang ahli
pengobatan Yunani yang dianggap sebagai pelopor etika
kedokteran pada abad ke-5 SM. Dari Hippocrates muncul
konsep pengobatan sebagai profesi, dimana ahli pengobatan
membuat janji di depan masyarakat bahwa mereka akan
menempatkan kepentingan pasien mereka di atas
kepentingan mereka sendiri.
Etika kefarmasian juga sangat berhubungan dengan hukum.
Hampir di semua negara ada hukum yang secara khusus
mengatur bagaimana dokter harus bertindak berhubungan
dengan masalah etika dalam perawatan pasien dan
penelitian. Badan yang mengatur dan memberikan ijin
praktek apoteker di setiap negara bisa dan memang
menghukum apoteker yang melanggar etika.
Prinsip etika profesi

• Belas Kasih
• Kompetensi
• Otonomi
• Belas kasih, memahami dan perhatian terhadap masalah
orang lain, merupakan hal yang pokok dalam praktek
pengobatan. Agar dapat mengatasi masalah pasien,
apoteker harus memberikan perhatian
terhadapkeluhan/gejala yang dialami pasien dan
memberikan nasehat yang meredakan gejala tersebut
dengan pengobatan dan harus bersedia membantu pasien
mendapatkan pertolongan.
• Kompetensi yang tinggi diharapkan dan harus dimiliki oleh
apoteker. Kurang kompeten dapat menyebabkan kematian
atau morbiditas pasien yang serius. Apoteker harus
menjalani pelatihan yang lama agar tercapai
kompetensinya. Cepatnya perkembangan pengetahuan dan
teknologi di bidang kefarmasian dan kedokteran, merupakan
tantangan tersendiri bagi apoteker agar selalu menjaga
kompetensinya.
• Otonomi, atau penentuan sendiri, merupakan nilai inti dari
pengobatan yang berubah dalam tahun-tahun terakhir ini.
Apoteker secara pribadi telah lama menikmati otonomi
pengobatan yang tinggi dalam menetukan bagaimana
menangani pasien mereka. Apoteker secara kolektif
(profesi kesehatan) bebas dalam menentukan standar
pendidikan farmasi dan praktek pengobatan.
• Selain terikat dengan ketiga nilai inti tersebut, etika
kefarmasian berbeda dengan etika secara umum yang
dapat diterapkan terhadap setiap orang. Etika kefarmasian
masih terikat dengan Sumpah dan Kode Etik Apoteker.
Kode Etik
• Melindungi anggota organisasi untuk menghadapi persaingan pekerjaan
profesi yang tidak jujur dan untuk mengembangkan tugas profesi sesuai
dengan kepentingan masyarakat.
• Menjalin hubungan bagi anggota profesi satu sama lain dan menjaga nama
baik profesi.
• Merangsang pengembangan profesi kualifikasi pendidikan yang memadai.
• Mencerminkan hubungan antara pekerjaan profesi dengan pelayanan
masyarakat dan kesejahteraan social.
• Mengurangi kesalahpahaman dan konflik baik dari antar anggota maupun
dengan masyarakat umum.
• Membentuk ikatan yang kuat bagi seuma anggota dan melindungi
profesi terhadap pemberlakuan norma hukum yang bersifat imperatif
sebelum disesuaikan dengan saluran norma moral profesi.
Sumpah Apoteker

Nilai norma dari sumpah/janji seorang apoteker mengandung substansi:


• Tidak mempergunakan pengetahuan kefarmasian untuk sesuatu yang
bertentangan dengan hukum dan perikemanusiaan.
• Membaktikan hidup guna kepentingan kemanusiaan dalam bidang kesehatan.
• Menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi
luhur jabatan kefarmasian.
• Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui karena pekerjaan dan keilmuan.
• Dengan sungguh-sungguh berikhtiar agar tidak terpengaruh pertimbangan
keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik/kepartaian dan kedudukan sosial.

Anda mungkin juga menyukai