Anda di halaman 1dari 16

1.

MEDAI
1.1 Pengertian MEDAI
Majelis Etik dan disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) adalah

organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas membina,

mengawasi, dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh

anggaran maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkatkan dan

menegakkan disiplin Apoteker Indonesia.

1.2 Tugas MEDAI

Berdasarkan prinsip kerjanya, Majelis Etik dan Disiplin Apoteker

Indonesia (MEDAI) membagi tugas utamanya sebagai berikut:

- Membina, mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker

Indonesia oleh anggota serta menjaga, meningkatkan dan

menegakkan Disiplin Apoteker

- Membuat putusan terkait permasalahan etik dan disiplin Apoteker

oleh anggota untuk ditindaklanjuti oleh Ketua Ikatan Sesuai

ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi

- Memberikan pendapat dan /atau mediasi konflik pelaksanaan Kode

Etik Apoteker Indonesia.

1.3 PEMBAGIAN MEDAI

MEDAI terbagi dua yaitu:

- Majelis etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Pusat

- Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Daerah

1
2. POSISI DAN KERJA APOTEKER DI INDUSTRI DAN DI
KOMUNITAS
2.1 Posisi dan Kerja Apoteker di Industri

Dalam bidang industri kefarmasian, apoteker memegang peranan

penting dalam membuat, menjaga, dan meningkatkan kualitas produksi obat

guna tercapainya obat yang efektif, aman dan bermutu. Industri Farmasi

adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk

melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat

adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi

pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan,

pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk

didistribusikan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799

tahun 2010, pasal 5 ayat 1 huruf d menyatakan bahwa “Persyaratan untuk

memperoleh izin industri farmasi salah satunya adalah memiliki secara tetap

paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-

masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi ,dan

pengawasan mutu”. Dari ayat ini, dapat kita ketahui bahwa apoteker

memiliki posisi yang pasti di industri farmasi, meliputi bagian pemastian

mutu /Quality Assurance (QA), produksi, dan pengawasan mutu /Quality

Control (QC).

a. Sebagai penanggung jawab produksi

- Tanggung jawab seorang apoteker dalam produksi sebagai berikut:

2
- Bertanggung jawab dalam memastikan bahwa obat diproduksi dan

disimpan sesuai prosedur sehingga memenuhi persyaratan mutu

yang ditetapkan.

- Bertanggung jawab atas terlaksananya pembuatan obat dari

perolehan bahan ,pengolahan ,pengemasan, sampai pengiriman obat

kegudang jadi.

- Memberikan pengarahan teknis dan administratif untuk semua

pelaksanaan operasi digudang, penimbangan, pengolahan, dan

pengemasan.

- Bersama-sama dengan manajer perencanaan dan pengadaan bahan

menyusun rencana produksi.

- Bertanggung jawab untuk menjaga moral kerja yang tinggi,

kemampuan pengembangan ,dan pelatihan serta melakukan evaluasi

tahunan atas semua karyawan yang dibawahinya.

- Membuat laporan bulanan.

- Membuat anggaran tahunan untuk bagian produksi.

- Mengusahakan perbaikan biaya produksi.

- Bertanggungjawab atas peralatan yang digunakan dalam proses

produksi, peralatan yang digunakan harus selalu dikualifikasi dan

divalidasi dengan benar.

- Ikut membantu pelaksanaan inspeksi CPOB dan menjaga

pelaksanaan serta pematuhan terhadap peraturan CPOB.

- Menjamin bahwa produksi dilaksanakan sesuai dengan prosedur

pengolahan bets dan prosedur pengemasan bets.

3
- Berdiskusi dengan manajer pengawasan mutu jika ada kegagalan

pengolahan bets dan catatan pengemasan bets serta

- Bertanggungjawab memeriksa catatan

b. Sebagai penanggungjawab pengawasan mutu (qualitycontrol)

- Bagian pengawasan mutu dalam suatu pabrik obat

bertanggungjawab untuk memastikan bahwa:

- Bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi yang

ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian,kualitas, dan

keamanannya;

- Tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang

ditetapkan dan telah divalidasi sebelumnya antara lain melalui

evaluasi, dokumentasi, produksi terlebih dahulu;

- Semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium

terhadap suatu batch obat telah dilaksanakan dan batch tersebut

memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan;

- Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu

peredaran yang ditetapkan.

c. Sebagai penanggungjawab pemastian mutu (QualityAssurance)

- Penanggungjawab Pemastian Mutu memiliki kewenangan dan

tanggungjawab penuh dalam sistem mutu, termasuk:

- Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem

mutu.

- Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu

perusahaan.

4
- Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri

berkala.

- Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian pengawasan mutu.

- Memprakarsai dan mengawasi audit eksternal (audit terhadap

pemasok).

- Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi.

- Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Otoritas

Pengawasan Obat (OPO) yang berkaitan dengan mutu produk jadi.

d. Dalam proses registrasi obat dan desain kemasan

- Tugas dan tanggungjawab apoteker dalam regitrasi dan desain

kemasan:

- Bertanggungjawab dalam melakukan semua kegiatan yang

berhubungan dengan kegiatan pendaftaran semua produk /obat. Baik

pendaftaran produk baru, atau pendaftaran ulang suatu produk.

- Bertanggungjawab dalam melengkapi dokumen registrasi dengan

data valid dan data yang sebenarnya (terutama dalam mendaftarkan

produk ke BPOM untuk memperoleh Nomor Izin Edar (NIE)).

- Bertanggungjawab dalam melakukan desain kemasan yang sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

- Bertanggungjawab membuat spesifikasi dan prosedur pemeriksaan

bahan kemas dan membuat Master batch bekerjasama dengan kepala

unit formulasi

e. Dalam pelaksanaan peran apoteker sebagai tenaga pemasaran /

ritel

5
- Perlu diakukan studi kelayakan terlebih dahulu. Studi kelayakan

merupakan suatu kajian sebagai bagian dari perencanaan yang

dilakukan menyeluruh mengenai suatu usaha dalam proses

pengambilan keputusan investasi yang mengawali resiko yang belum

jelas. Melalui studi kelayakan berbagai hal yang diperkirakan dapat

menyebabkan kegagalan, dapat diantisipasi lebih awal.

- Ritel adalah keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan

penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen untuk

penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun

keluarga. Agar sukses didunia ritel maka ritel harus dapat

menawarkan produk yang tepat, dengan harga yang tepat, ditempat

yang tepat, dan waktu yang tepat

f. Dalam riset dan pengembangan produk

- Apoteker yang memiliki pengetahuan memadai mengenai zat aktif

dan berbagai zat pembantu yang akan digunakan dalam

pengembangan formula.

- Uraian tugas dan tanggung jawab penanggung jawab riset dan

pengembangan produk adalah:

- Bertanggung jawab dalam pengembangan produk baru sesuai

dengan permintaan marketing.

- Bertanggung jawab untuk melakukan efisiensi biaya produksi

dengan membuat formulasi bahan yang memerlukan biaya rendah

tetapi tetap menjaga kualitas.

6
- Bertanggung jawab untuk memperbaiki formula obat jika ditemukan

permasalahan dalam produksi.

2.2 Posisi dan Kerja Apoteker di Farmasi Komunitas


a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Mengelola perbekalan farmasi yang ada di rumah sakit, puskesmas,

maupun PBF yang dapat berupa sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai.

b. Pelayanan Farmasi Klinis

- Pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping (MESO),

evaluasi penggunaan obat (EPO)

- Kesiapan untuk membantu setelah lepas jam kerja “ siap dipanggil”

- Konsultan keliling (mengunjungi pasien)

- Berpartisipasi dalam komite farmasi

3. URGENSI MEDAI DALAM BIDANG PENDIDIKAN PROFESI


APOTEKER
Sebagai salah satu tenaga profesi kesehatan, profesi apoteker

merupakan benteng terakhir dari penyaluran resep dokter. Apoteker yang

professional, disiplin dan beretika sangat diharapkan dapat terbentuk sebaik

mungkin agar dapat bersaing di dunia global. Pembentukan karakter

Apoteker yang baik inilah yang diharapkan dapat terbentuk dari proses

pembelajaran di pendidikan sekolah profesi Apoteker. Salah satu kelebihan

tenaga kesehatan kita yang telah lama melalang buana di berbagai tempat

produksi, distribusi, maupun pelayanan kefarmasian adalah banyak

mengetahui kondisi riil di lapangan tentang dunia farmasi saat ini.

7
Pada prakteknya, banyak apoteker fresh graduate yang baru

memegang SIPA yang masih buta terhadap etika-etika yang perlu

diterapkan dalam keprofesiannya terutama dalam penanganan resep.

Contoh kasusnya seorang pasien mendapat resep obat paracetamol

generik, tetapi karena obat paracetamol merek dagang Y jumlahnya di

gudang masih banyak dan kecenderungan medekati tahun ED, maka obat

paracetamol generik di dalam resep diganti dengan obat Y yang

kandungannya sama. Harga obat Y lebih mahal dibandingkan obat generik,

tetapi dengan informasi ke pasien bahwa efek obat Y lebih cepat maka

pasien menerimanya.

a. Identifikasi Masalah

- Apoteker RS mengganti resep dengan obat Y yang harganya lebih

mahal

- Apoteker RS melakukan kebohongan kepada pasien

- Apoteker RS ada kemungkinan melakukan kesalahan pembelian

obat Y sehingga stok berlebih bahkan mendekati ED atau

kemungkinan mempunyai kerjasama dengan produsennya.

- Apoteker RS hanya mempertimbangkan keseimbangan stok obat

tanpa mempedulikan kondisi pasien.

b. Dasar Hukum (Peraturan Perundangan 51/2009, pasal 24)

Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan

kefarmasian, Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat

generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas

8
persetujuan dokter dan /atau pasien. Berdasarkan pasal tersebut maka

apoteker tersebut tidak salah, tetapi menjadi salah karena landasan dasar

yang digunakan dalam mengganti obat bukan karena stok kosong tapi

karena jumlah obat Y berlebih digudang dan mendekati waktu ED serta ada

kemungkinan kerjasama antara apoteker dengan produsen obat tersebut.

c. Solusi dari Kasus

- Apoteker tidak seharusnya melakukan kebohongan kepada pasien

dengan mengganti obat dalam resep dengan alasan efek obat lebih

cepat, padahal hanya karena stok obat pengganti berlebih dan

mendekat iED.

- Masalah tersebut harusnya dilakukan investigasi terkait penyebab

jumlah obat yang masih banyak digudang dan melaporkannya dalam

rapat Komite Farmasi dan Terapi (KFT).

4. PERAN DAN PENTINGNYA MEDAI DALAM PEMBELAJARAN


BERLANJUT BAGI APOTEKER BERPRAKTIK KOMUNITAS

Beberapa negara termasuk Indonesia pelanggaran disiplin

disidangkan dan diputuskan oleh suatu Majelis kehormatan yang dibentuk

oleh organisasi profesinya masing-masing. Organisasi Ikatan Apoteker

Indonesia membentuk MEDAI dimana belum ada pemisahan antara Majelis

yang menangani etik dan disiplin secara terpisah.

Standar profesi apoteker lahir sebagai sifat otonom profesi apoteker

sebagai pemberi arah dan pedoman apoteker dalam melakukan pekerjaannya

sebagai profesi apoteker. Fungsi standar profesi adalah sebagai alat ukur

apakah seorang apoteker sudah melakukan pekerjaan kefarmasian sudah

sesuai dengan kompetensinya, pedoman yang telah ditetapkan, dalam

9
memberikan pelayanan kepada masyarakat, sekaligus dapat digunakan

untuk bahan pembuktian apakah praktek kefarmasian yang dilakukan sudah

benar atau belum. Standar Profesi ini digunakan oleh Majelis Etik dan

Disiplin Apoteker Indonesaia (MEDAI) sebagai landasan

penailain/pembuktian sesorang apoteker apakah sudah berpraktek secara

benar dalam memberikan pelayanan kefarmasian sehingga juga digunakan

sebagai dasar mengambil keputusan jika akan menjatuhkan sanksi kepada

apoteker.

Disiplin Apoteker merupakan tampilan kesanggupan apoteker untuk

mentaati kewajiban dan menghindari larangan sesuai dengan yang

ditetapkan dalam peraturan praktik dan/atau peraturan perundang-undangan

yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dapat dijatuhi hukuman disiplin.

Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) telah menerbitkan Pedoman

Disiplin Apoteker Indonesia yang berisi diantaranya berbagai jenis

pelanggaran yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran disiplin apoteker

dengan mekanisme pemberian sanksi disiplin. Oleh sebab itu, saat ini

Pengurus Pusat IAI bersama dengan MEDAI sudah bersepakat, bahwa kalau

ingin anggota tidak tergilas oleh perobahan yang ada, maka Pelaksanaan

Kode Etik akan dikawal lebih intensif, selanjutya akan berlakukan

“Pedoman Disiplin” Apoteker .

Tujuan dari Penegakan Disiplin praktek kefarmasian :

1. Memberikan perlindungan kepada pasien serta mencegah agar tidak tidak

terjadi perlakuan yang tidak profesional dilakukan oleh apoteker.

10
2. Menjaga mutu/kinerja praktisi kefarmasian, memastikan tiap praktisi

menerapkan standar perilaku profesional (standar dalam praktek pelayanan

kefarmasian)

3. Menjaga Kehormatan Profesi, apoteker tidak bersifat egois tetapi

mempunyai kepedulian terhadap pasien dan dengan kemampuan

keilmuannya sungguhsungguh memberikan pelayanan kefarmasian untuk

meningkatkan keadaan pasien menjadi lebih baik.

Seorang apoteker yang menjalankan praktek kefarmasian tidak

memiliki surat ijin praktek/kerja bila terjadi pada penyelenggaraan praktik

kefarmasian, maka tidak saja norma etika, tetapi norma-norma disiplin juga

berlaku dan dapat dikenakan, karena dianggap perilaku apoteker itu

berpengaruh terhadap praktik pelayanan kefarmasian yang dilakukannya.

Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan

Perundang-Undangan yang berlaku adalah:

1. Pemberian peringatan tertulis;

2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi

Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;

dan/atau

3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan

apoteker. 95 UU No. 36 tahun 2014 bahwa penegakan disiplin tenaga

kesehatan pasal 49

11
(1) Untuk menegakkan disiplin tenaga kesehatan dalam penyelenggaraan

praktik, konsil masing-masing tenaga kesehatan menerima pengaduan,

memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin tenaga kesehatan.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), konsil

masingmasing tenaga kesehatan dapat memberikan sanksi disiplin berupa: a.

pemberian peringatan tertulis; b. rekomendasi pencabutan STR atau SIP;

dan/atau c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi

pendidikan kesehatan Selama konsil tenaga kesehatan belum terbentuk

penegakkan disiplin dilakukan oleh majelis kehormatan masing-masing

tenaga kesehatan, untuk apoteker oleh MEDAI.

5. URGENSI KEBERADAAN MEDAI

Suatu praktek Pelayanan apoteker dapat dikategorikan sebagai perbuatan

malpraktik apoteker dilihat dari 3 aspek/hal:

a. Intensional Professional Misconduct, yaitu bahwa apoteker berpraktek

tidak bertanggungjawab yaitu dengan melakukan praktek yang salah/buruk

dan dalam prakteknya melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap

standar-standar yang ditetapkan baik standar dari profesinya (standar

profesi, pedoman disiplin, Pedoman praktek,Standar Prosedur Operasional)

maupun yang ditetapkan pemerintah (standar pelayanan kefarmasian) dan

dilakukan dengan sengaja tidak mengindahkan standar-standar dalam aturan

yang ada dan tidak ada unsur kealpaan/kelalaian. Misalnya apoteker

memalsukan copy resep, membuka rahasia pasien dengan sengaja tanpa

persetujuan pasien ataupun tanpa permintaan penegak hukum sebagaimana

diatur dalam undang-undang.

12
b. Negligence atau tidak sengaja (kelalaian) yaitu seorang apoteker yang

karena kelalaiannya yang mana berakibat cacat atau meninggalnya pasien.

Seorang apoteker lalai melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai

dengan keilmuan kefarmasian.

c. Lack of Skill yaitu apoteker yang melakukan pelayanan tetapi diluar

kompetensinya atau kewenangan yang diberikan kepadanya. Menurut

Penulis Malpraktik adalah perbuatan yang bertentangan dengan etika,

disiplin serta hukum, tidak melaksanakan standar-standar dan pedoman

yang dibuat oleh organisasi profesinya dan pemerintah, dilakukan dengan

sengaja maupun tidak sengaja atau karena kelalaian.

6. PERANAN MEDAI BERPRAKTIK DI KOMUNITAS

Realita disiplin apoteker saat ini masih sangat rendah kehadiran

apoteker untuk berpraktek memberikan pelayanan juga sangat rendah

meskipun slogan-slogan yang dikeluarkan organisasi profesi dengan

program “TATAP” Tanpa Ada Apoteker Tanpa Ada Pelayanan

ataupun slogan “ No & No” No Pharmacist No Service masih belum

efektif dalam implemtasinya tingkat kehadiran apoteker di farmasi

komunitas seperti apotek masih sangat rendah data survey tahun 2010 di

DKI kehadiran apoteker di apotek hanya 5 % dan 95% apoteker tidak hadir

diapotek, tahun 2011 Penelitian di Bali tingkat kehadiran apoteker,

Denpasar Utara 30 %, Denpasar Timur 12 %, Denpasar Selatan 18%,

Denpasar Barat 35%, Kuta Utara 11 %, Kuta Selatan 17% (Sumber Depkes

RI). Survey di Kota Yogyakarta 2014 tingkat kehadiran 70.7 % (Sumber

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta). Dari hasil survey-survey tersebut diatas

13
tingkat kedisiplinan kehadiran apoteker masih perlu diperbaiki, karena

seharusnya setiap apotek buka harus ada apotekernya keterkaitan juga

bahwa pelayanan obat keras atas resep dokter harus dilakukan oleh

apoteker.

Kompetensi Apoteker Indonesia, Mampu Melakukan Praktik


Kefarmasian Secara Profesional dan Etik :

- Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam Praktik Profesi

- Mampu Menerapkan Praktik Kefarmasian Secara Legal dan

Profesional Sesuai Kode Etik Apoteker Indonesia

- Memiliki Keterampilan Komunikasi

- Mampu Komunikasi Dengan Pasien

- Mampu Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan

- Mampu Komunikasi Secara Tertulis

- Mampu Melakukan Konsultasi/Konseling Sediaan Farmasi dan Alat

Kesehatan (Konseling Farmasi)

7. MAJELIS ETIK DAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA

Pasal 26

(1) MEDAI terdiri dari:

a.Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Pusat, disebut MEDAI

Pusat.

b. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Daerah, disebut MEDAI

Daerah

(2) Anggota MEDAI adalah Anggota Ikatan yang mampu untuk melakukan

fungsi-fungsi pembinaan, pengawasan dan penilaian Kode Etik Apoteker

Indonesia (KEAI) sebagaimana mestinya.

14
(3) MEDAI dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dalam Kongres atau

Konferda, sesuai tingkatannya.

(4) Ketentuan lain yang terkait dengan MEDAI, Ketentuan lebih lanjut

dalam ART.

Prosedur Penanganan Pelanggaran Etik Atau Disiplin Apoteker

Bagaimana caranya?

- Sumber pengaduan: misalnya berasal dari pasien, dokter/ tenaga

kesehatan lainnya, teman sejawat, pengurus cabang/daerah, instansi

pemerintah

- MEDAI daerah menerima pengaduan tertulis yang : cukup bukti,

berisi kronologi, tempat dan waktu kejadian

- Selanjutnya MEDAI daerah akan menelaah pengaduan bila perlu

melakukan peninjauan Dalam 20 hari kerja sudah dibuat keputusan

apakah perkara akan diteruskan disidang atau tidak. Jika tidak

MEDAI daerah harus menulis kepada pelapor dan PC/PD kepada

MEDAI pusat

- Jika sidang maka MEDAI daerah menyiapkan sidang sesuai tata

acara

Bagaimana jika terlapor tidak datang?

- Bilamana tidak hadir 3 kali setelah dipanggil maka MEDAI D

melakukan sidang in absentia

- Selanjutnya hasil sidang disampaikan kepada terlapor, PC/PD dan

MEDAI P

15
- Bilamana tersangka tidak terima keputusan MEDAI D maka

diajukan banding ke MEDAI P

Bila Apoteker tidak bekerja sesuai dengan kode etik:

Ada tiga tingkat etika, yaitu ideal (kode etik), minimal (UU), dan

optimal (pedoman disiplin). Jadi seorang yang beretika adalah org yg taat

dan patuh pada ketiganya. Pelanggaran itu apabila dia melanggar hukum,

karena hukum saja dilanggar apalagi etik. Misalnya, resep sebagai

permintaan tertulis dari dokter hanya boleh diterima dan dilayani oleh

apoteker. Apabila itu dilanggar, maka seharusnya akan dikenakan hukuman.

Ini bisa didenda 100 juta secara pidana, sedangkan untuk administratifnya

lebih banyak lagi, misalnya diberikan peringatan, ataupun pencabutan izin

praktek. Sanksi pidana yang paling berat adalah 15 tahun dan 1.5 milyar

untuk kasus dimana produk yang diberikan itu tidak terdaftar di BPOM.

Apotik yang apotekernya tidak di tempat tapi masih melayani resep:

Tindakan yang dilakukan IAI semenjak dahulu telah mencanangkan

TATAP (Tidak Ada Apoteker, Tidak Ada Pelayanan). Fokusnya adalah

membuat apoteker memiliki tanggung jawab lewat sosialisasi mengenai

regulasi ini. Hal ini dilakukan karena banyak sebab salah satunya adalah

peredaran obat-obatan palsu.

16

Anda mungkin juga menyukai