suatu obat ketika obat tersebut digabungkan dengan pemakaian obat yang lain, makanan, obat-obatan tradisional ataupun senyawa kimia yang lain. Jenis interaksi obat 1. Interaksi farmasetik • Terjadi di luar tubuh, pada saat pencampuran dan pembuatan sediaan • Terjadi interaksi langsung secara kimia atau fisika (kekeruhan, endapan, perubahan warna, basah dll) yang mengakibatkan inaktivasi obat • Incomp dapat diperkirakan dari sifat fisika-kimia dari obat yang berada dalam kombinasi. Fisika, contohnya : pyramidon + asetosal/vit C, akan basah jika digerus bersama. Cara mengatasinya : bisa diberikan terpisah atau bisa juga dengan cara menggerus pyramidon dengan SL terlebih dahulu lalu asetosal/vit C juga dengan SL, lalu dicampur perlahan. Kimia, contohnya : Na. Karbonat + As.asetat 2. Interaksi farmakokinetika • Terjadi bila salah satu obat mempengaruhi Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi obat sehingga kadar plasma obat meningkat atau menurun (peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tsb). • Tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, sekalipun struktur kimianya mirip (antar obat segolongan terdapat variasi sifat fisika-kimia yang menyebabkan terjadinya variasi sifat farmakokinetik) Interaksi dalam absorpsi • Absorpsi sebagian besar terjadi dalam saluran pencernaan • Usus halus tempat absorpsi utama, absorpsi lebih cepat daripada lambung • Interaksi secara fisika atau kimia antar obat di dalam lumen cerna sebelum absorpsi dapat menganggu proses absorpsi • Cairan saluran cerna yang alkalis (karena antasida) dapat meningkatkan disolusi obat yang bersifat asam, sebaliknya menurunkan kelarutan obat yang bersifat basa • Obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan pada waktu yang sama, Interaksi dalam distribusi • Dalam darah, obat akan diikat oleh protein plasma • Beberapa protein plasma yang terdapat dalam tubuh antara lain : albumin, alfa glikoprotein, CBG (Corticosteroid Binding Globulin), SSBG (Sex Steroid Binding Globulin) • Terjadi bila 2 obat yang dapat mengikat protein diberikan bersama-sama • Interaksi dapat berupa pergeseran/pendesakan yang kompetitif maupun non-kompetitif. Penggeseran kompetitif : Bila suatu obat memperebutkan sisi ikatan yang sama pada suatu protein plasma. Obat yang lebih kuat (memiliki afinitas yang lebih besar) yang dapat terikat, sedangkan yang lemah akan tergeser atau terdesak penggeseran non-kompeitif : Bila kedua obat terikat pada sisi yang berlainan pada suatu protein plasma namun saling mempengaruhi kekuatan ikatannya Interaksi dalam metabolisme • Umumnya terjadi di hati. Tempat metabolisme lainnya adalah dinding usus, ginjal, paru, dara, otak, kulit dan lumen kolon (oleh flora usus) • Tujuan metabolisme adalah mengubah obat nonpolar (larut lemak) menjadi polar (larut air)agar dapat di eksresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini, umumnya obat diubah dari aktif menjadi tidak aktif, teapi sebagian dapat berubah menjadi lebih aktif (jika asalnya adalah prodrug), kurang aktif atau menjadi toksik. • Konsep penting metabolisme terbagi menjadi 2 fase : - Reaksi fase I : oksidasi, reduksi, dan hidrolisis yang mengubah obat menjadi lebih polar, inaktif, lebih aktif, atau kurang aktif. Reaksi metabolisme terpenting adalah oksidasi oleh enzym Cytochrome P450 (CYP). Salah satu isoenzim CYP adalah 3A4/5 yang paling banyak dihati maupun usu halus dan memetabolisme sebagian besar obat. - Reaksi fase II : glukoronidasi melalui enzim UDP- Glukoronil transferase yang terutama terdapat di mikrosom hati dan juga terdapt di jaringan ekstrahepatik (usu halus, ginjal, paru dan kulit) • Interkasi dalam metabolisme obat - Induksi enzim metabolisme : peningkatan sintesis enzim metabolisme. Hal ini menyebabkan kecepatan metabolisme obat meingkat sehingga diperlukan peningkatan dosis obat. - Inhibisi enzim metabolisme : Hambatan terhadap enzim metabolisme sehingga menyebabkan kadar obat yang menjadi substrat obat meningkat (jumlah enzim sedikit sehingga banyak obat yang tidak dapat dimetabolisme). Untuk mencegah toksisitas, diperlukan penurunan dosis obat yang bersangkutan dan tidak boleh diberikan bersama penghambat. Hambatan umumnya bersifat kompetitif karena berikatan dengan substrat yang sama. • Bila metabolit hanya sedikit atau tidak mempunyai efek farmakologis maka zat penginduksi mengurangi efek obat. Sebaliknya bila metabolit lebih aktif atau merupakan zat yang toksik maka zat penginduksi meningkatkan efek obat atau tosisitas obat. Contohnya : Rifampisin + Warfarin, dimana warfarin menurun efektivitasnya, Tetrasiklin + Obat KB, dimana obat KB menurun efektivitasnya • Penghambatan metabolisme obat menyebabkan peningkatan kadar plasma obat tsb sehingga meningkatkan efek atau toksisitasnya. • Interkasi obat tersebut kebanyakan terjadi akibat kompetensi antar substrat untuk enzim metabolisme yang sama. Contohnya: Kloramfenikol/fenilbutazon dapat meningkatkan metabolisme dikumarol. Interaksi dalam ekskresi • Obat yang tidak mengalami metabolism diekskresikan melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit atau bentuk asalnya. • Organ terpenting untuk eksresi adalah ginjal. Obat di eksresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun metabolitnya. Eksresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melalui ginjal. • Pada gangguan fungsi ginjal, ekskresi obat melalui ginjal menurun sehingga dosis perlu diturunkan. • Obat atau metabolit yang polar diekskresikan lebih cepat daripada yang larut dalam lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru-paru. • Banyak metabolit yang terbentuk di hati diekskresikan ke dalam usus melalui empedu, kemudian diekskresikan dalam feses. • Gangguan dalam ekskresi melalui empedu terjadi akibat kompetisi obat dengan metabolit untuk system transport sama. Contohnya : Probenesid menurunkan ekskresi rifampisin/indometasin melalui empedu sehingga efek rifampisin/indometasin meningkat. • Eksresi obat lainnya dapat melalui : ASI, saliva, keringat, air mata, kuku dan rambut. 3. Interaksi farmakodinamik • Terjadi antara obat-obat yang berkeja pada sistem reseptor tempat kerja atau sistem fisiologis yang sama. • Terjadi karena saling kompetitif dalam menduduki salah satu reseptor yang sama • Efek yang terjadi : aditif, sinergis atau antagonis Efek yang dihasilkan terapeutik atau toksikologi??? SEKIAN