Anda di halaman 1dari 17

Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2

di Komunitas

Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada
Pasien DM Tipe-2 di Komunitas

Yulianto1*, Kartini1, Agung Pranoto2, Lisa Aditama1, Raymond Tjandrawinata3


1
Universitas Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
2
Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
3
DLBS Dexa, Cikarang, Indonesia 17835
*email: ian.jehuda@gmail.com

ABSTRAK

Pada saat ini penggunaan obat herbal untuk menunjang pengobatan diabetes melitus meningkat
tajam. Oleh karena itu, American Diabetes Association (ADA) mengangkat isu tentang
“Unproven Therapies” yang mendorong langkah observasi klinis untuk mengevaluasi
efektivitas obat herbal dan waspada terhadap resiko-resiko yang mungkin timbul. Salah satu
obat herbal yang sedang popular sebagai penunjang terapi diabetes melitus (DM) yaitu
Fitofarmaka “X”. Penelitian ini menggunakan metode Prospective Cohort Study untuk menilai
terapi kombinasi konvensional antidiabetes + fitofarmaka “X” pada kejadian Adverse Drug
Reactions (ADR)/ efek samping Obat (ESO) pada pasien DM tipe-2 di Rumah Diabetes
UBAYA selama 1 bulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi kombinasi obat antidiabetes
konvensional + fitofarmaka “X” mengalami kejadian ESO berupa gejala mual,
abdominaldiscomfor dan diare. Efek samping obat yang muncul terkadang tidak dikenali dan
dipahami oleh pasien. Untuk itu perlu manajemen yang baik dalam mengelola terapi obat
antidiabetes konvensional maupun kombinasi dengan fitofarmaka “X” pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 di komunitas

Kata Kunci: DM ( Diabetes Melitus), ADA (American Diabetes association), ADR (Adverse
Drug Reaction), (ESO) Efek Samping Obat

ABSTRACT

At The Present the use of Herbal Medicines to support diabetes mellitus treatment is increasing.
Therefore, the American Diabetes Association (ADA) raises the issue of “Unproven Therapies”
which encourages clinical observation steps to evaluate the effectiveness of herbal medicines
and be aware of risks that may arise. One of herbal medicine that is popular as complementary
therapy for diabetes mellitus is Phytopharmaca “X”. These Studies use the Prospective Cohort
Study method to asses the conventional combination therapy of antidiabetic + phytopharmaca
“X” in the event of Adverse Drug Reactions (ADRs) in type 2 DM patients at “Rumah Diabetes
Ubaya” for 1 month. This study shows that experiences ADR events in the form of symptoms
of nausea, abdominal discomfort, and diarrhea at the combination therapy of conventional
antidiabetic + phytopharmaca “X” group. The side Effects of drug are sometimes not
recognized and understood by patients. For this reason, management of conventional
antidiabetic or combination with phytoparmaca “X” therapy is needed for type 2 diabetes
mellitus patients in the community.
Key Words: DM ( Diabetes Melitus), ADA (American Diabetes association), ADR (Adverse
Drug Reaction), Adverse effect

187
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

PENDAHULUAN pasien tidak patuh dengan obat antidiabetes;


Diabetes Melitus (DM) merupakan 51,7 % masalah keuangan; 34,5 %
penyakit kronis yang terjadi dimana tubuh mengalami efek samping; 20 % tidak
tidak dapat memproduksi cukup insulin dan terbuka terhadap dokter; 13,8 % keyakinan
tidak dapat digunakan secara efektif ketidakampuhan obat antidiabetes sehingga
sehingga menyebabkan tingginya beralih pada pengobatan dengan obat
konsentrasi glukosa dalam darah , untuk itu herbal[(Yusuff, Obe, & Joseph, 2008)].
memerlukan kepatuhan yang baik terhadap
keterukuran gaya hidup dan pengobatan Melihat popularitas obat herbal, World
untuk mencapai kontrol glikemik yang baik Health Organization (WHO) dalam WHO
agar meminimalkan resiko komplikasi Regional Meeting on The Use of Herbal
jangka pendek dan jangka panjang[(IDF, Medicine in Primary Health Care tahun
2015; Mahfouz & Awadalla, 2011)]. Pada 2009 mendukung penggunaan obat herbal
dasarnya ada jenis pendekatan dalam dalam pelayanan kesehatan dasar
penatalaksanaan DM antara lain [(Kemenkes RI, 2011b)]. Di Indonesia,
pendekatan tanpa obat dan pendekatan salah satu fitofarmaka (mengandung kayu
melalui terapi obat. Pendekatan terapi manis/ Cinnamon burmanii dan
melalui terapi obat (oral antidiabetes Lagerstroemia speciosa) yang berkhasiat
(OAD) dan insulin)pada pasien diabetes untuk menunjang terapi antidiabetes dan
melitus dapat dilakukan apabila pendekatan sudah beredar dipasaran bahkan diresepkan
tanpa terapi obat belum berhasil mencapai oleh dokter yaitu Fitofarmaka “X”.
target [(Bina et al., 2005)]. Menurut Paul Crawford,Cinnamon dapat
menurunkan HBA1C 0,83% (95% CI, 0,46-
Target pencapaian kontrol glikemik pada 1,20) dibandingkan dengan penggunaan
pasien diabetes mellitus di Indonesia masih usual care sebesar 0,37% (95% CI, 0,15-
belum tercapai secara memuaskan, dimana 0,59)[(Crawford, 2009)]. Penelitian
sebagian masih di atas target yang prospektif Tjokroprawiro menunjukkaan
diinginkan sebesar 7 % [(Perkeni, 2015)]. bahwa setelah 12 minggu treatment
Menurut penelitian Adherence and Self- menggunakan fitofarmaka “X” yang
Management Monitoring Tool (ASMMT), dikombinasikan dengan Obat Antiadiabetes
ketidakpatuhan pasien DM meliputi 59 % (OAD) secara signifikan memperbaiki

188
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

metabolik meliputi penurunan glukosa 1 Dalam pengelolaan diabetes melitus,


jam post prandial (p<0,021), menurunkan praktisi kesehatan maupun pasien sendiri
A1C (p<0,001), menurunkan LDL dapat menggunakan obat herbal
(p<0,20), menurunkan Kolesterol total (fitofarmaka) untuk tercapainya hasil terapi
(p<0,013) dan meningkatkan adiponektin yang lebih optimal. Pada penelitian ini obat
(p<0,001) [(Tjokroprawiro & Murtiwi, fitofarmaka yang ingin diamati ialah yang
2014)]. Menurut Permenkes No 37 Tahun mengandung Cinnamommum burmanii dan
2017 tentang pelayanan kesehatan lagerstroemin. Berdasarkan penjelasan di
tradisional integrasi dimana atas, perlu dilakukan penelitian untuk
penyelenggaraan kesehatan tradisional menilai dan mengevaluasi keamanan terapi
integrasi dilakukan secara bersama oleh berupa pemantauan adverse drug reaction
tenaga kesehatan tradisional dan tenaga (ADR)/efek samping obat kombinasi obat
kesehatan lain untuk pengobatan/ antidiabetes konvensional dan fitofarmaka
perawatan pasien [(Permenkes RI, 2017)]. “X”.
Hal ini sejalan dengan misi Apoteker adalah
untuk menghasilkan layanan kefarmasian METODE PENELITIAN
secara langsung bertanggung jawab pada Desain Penelitian
layanan pengobatan untuk mencapai Penelitian ini menggunakan desain non-
outcome yang diinginkan yaitu ekperimental Prospective Cohort Study
meningkatkan kualitas hidup pasien memantau keamanan pada penggunaan
[(Elements, 1993)]. Maka dari itu Apoteker kombinasi obat antidiabetes konvensional
sebagai salah satu tenaga profesional dan Fitofarmaka “X” pada pasien DM tipe-
kesehatan yang menjamin pengobatan 2 di Komunitas Rumah Diabetes UBAYA
pasien diharapkan memberikan perhatian periode Maret 2018 – Juli 2018. Total dari
lebih terhadap pengendalian dan 42 pasien yang masuk kedalam kriteria
pengawasan pengobatan pasien secara inklusi penelitian serta telah mendapatkan
keseluruhan baik pengobatan konvensional sertifikat Laik Etik dari Komite Etik
maupun herbal[(Robert J. Cipolle, Strand, Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
& J, 2004)]. dengan no izin etik 023/KE/VI/2018.

189
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

Kriteria Inklusi dan Ekslusi kemungkinan terjadi di awal dan akhir


Kriteria Inklusi meliputi : Pasien yang penelitian.Untuk menilai dugaan efek
terdiagnosa DM tipe-2 di Rumah Diabetes samping yang muncul maka pasien akan
Ubaya; Pasien DM tipe-2 yang sedang diwawancarai terkait gejala yang dialami
menggunakan obat antidiabetes terkait penggunaan terapi selain gejala dari
konvensional baik yang menggunakan penyakit diabetes mellitus.Data yang telah
monoterapi, dual terapi, triple terapi dan dikumpukan dijelaskan sebagai jumlah dan
kombinasi insulin dan pasien baru yang presentase pada bagian tabel. Dengan
menggunakan fitofarmaka “X” ; Pasien menggunakan Microsoft Excel.
diabetes mellitus berusia ≥ 18 tahun; pasien
yang sehat secara psikis dan setuju untuk Definisi
mengikuti penelitian dengan Efek samping obat merupakan respon
menandatangani informed consent; pasien terhadap obat yang berbahaya dan tidak
mampu membaca dan mengerti kuisoner diinginkan dan terjadi pada penggunaan
yang diberikan[(Perkeni, 2011; Riddle et dosis normal dalam manusia untuk
al., 2018)]. Kriteria eksklusi meliputi: profilaksis, diagnosis, atau terapi penyakit
Pasien DM tipe-2 yang menderita infeksi atau untuk modifikasi fisiologis[(Edwards
ulcus diabetic dalam perawatan infeksi dan & Aronson, 2000)]. Obat antidiabetes
sedang menjalani hemodialisa. dikatakan aman pada penelitian ini meliputi
penurunan kejadian adverse drug
Pengumpulan Data reaction/efek samping obat dibandingkan
Pasien yang bersedia menjadi relawan dengan obat yang sebelumnya di pasaran
penelitian diwawancara terkait demografi yang disetujui oleh US-FDA[(FDA, 2017)].
pasien, penggunaan kombinasi obat
antidiabetes konvensional + fitofarmaka Identifikasi ESO
“X” (Pre-Post) dan wawancara terkait Berikut ini merupakan efek samping yang
pengalaman dugaan adverse drug reactions diduga muncul meliputi gejala-gejala
kemudian dilakukan analisa kategori hipoglikemik, gangguan saluran
kausalitas menggunakan Naranjo dan New pencernaan (abdominal pain atau
Genetic Algorithm (NGA) tools untuk discomfort dan diare) (Kemenkes RI,
menilai dugaan efek samping obat yang 2011a; NICE, 2014; Perkeni, 2015).

190
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

Identifikasi ESO menggunakan Naranjo 14,48±9,82 tahun. Kadar HBA1C sebesar


dengan sensitivitas sebesar 16,22% dan 8,63±2,30 % pada kelompok terapi
spesifisitas 98,84% dan NGA tools dengan konvensional dan 9,29±2,03 % pada
sensitifitas 83,78% dan spesifisitas kelompok terapi kombinasi konvensional +
71,00 %. Kemudian mengkalkulasikan total fitofarmaka “X”. Kadar GDP sebesar
skor kategori kausalitas meliputi ragu-ragu 165,62±59,28 pada kelompok terapi
(≤0), cukup mungkin (1-4), mungkin (5-8) konvensional dan 205,33±73,33 pada
dan Sangat mungkin (≥9) untuk kuisoner kelompok kombinasi terapi obat
naranjo. Sedangkan kausalitas NGA antidiabetes kovensional + fitofarmaka
meliputi bukan ADR [0≤P≤0,50 (S≤61)], “X”.
Kemungkinan kecil ADR [0,50≤P≤0,63
(63≤S≤75)], Kemungkinan besar ADR Tabel 1. Karakter Klinis Subjek
Penelitian
[0,63≤P≤0,75 (76≤S≤88)], Pasti ADR
Kelompok
[0,75≤P≤1 (S≥89)] dengan nilai Kelompok
Kombinasi
Karakter Konvensio
probabilitas [ P = (S-8)/108] [(Koh, Wei, & Konvension
Klinis nal +
al
Chuen, 2007)]. fitofarmak
a “X”
Jumlah Pasien
21 21
(n)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ʃ Laki-Laki 12 10
Hasil
Ʃ Perempuan 9 11
Sebanyak 42 orang pasien yang bersedia
52,95 ±
berpartisipasi dalam penelitian ini. Data Usia (tahun) 60,57± 8,47
10,84
rinci karakteristik klinis baseline pasien 19-44 Tahun 0 3
45-64 Tahun 13 14
penelitian ditunjukkan pada tabel 1.
65-75 Tahun 8 4
Berdasarkan hasil pengumpulan data pasien
Lama Diabetes 14,48 ±
12,57 ± 8,35
menunjukkan bahwa rata-rata usia pasien (tahun) 9,82
kelompok terapi konvensional 60,57±8,47 Ʃ < 5 Tahun 5 4
Ʃ 5-10 Tahun 4 4
tahun dan 52,95±10,84 tahun pada
Ʃ > 10 Tahun 12 13
kelompok terapi kombinasi konvensional +
Body Mass
25,39±3,88 26,22±5,31
fitofarmaka “X”. Durasi menderita diabetes Index/BMI (n)
mellitus sekitar 12,57±8,35 tahun pada Ʃ Normal 10 12
Ʃ Over Weight 8 6
kelompok terapi konvensional dan
Ʃ Obese 3 3

191
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

Kelompok naranjo menunjukkan bahwa 4 orang


Kombinasi
Kelompok berada dalam kategori kausalitas
Karakter Konvensio
Konvension
Klinis nal + mungkin/Propable dan 1 orang dengan
al
fitofarmak
a “X” kategori kausalitas cukup
Glukosa Darah 165.62±59.2 205,33±73, mungkin/possible, sedangkan berdasarkan
Puasa (mg/dL) 8 33
hasil analisa kausalitas menggunakan
Glycated
20,60±6,45 23,43±7,53 kuisoner NGA sebanyak 1 orang dengan
Albumin (%)
HBA1C (%) 8,63±2,30 9,29±2,03 kategori mungkin/probable dan sebanyak 4
Terapi Diabetes orang dalam kategori cukup
(n)
Monoterapi 0 5 mungkin/Possible pada kelompok
Dual Terapi 10 5 konvensional. Sedangkan hasil analisa
Triple Terapi 0 2
Kombinasi
kausalitas efek samping obat dengan
11 9
Insulin menggunakan naranjo tools menunjukkan
Data merupakan rata-rata±SD atau Range
sebanyak 6 orang dan 2 orang dalam
(n) Obat antidiabetes Konvensional : Obat
kategori mungkin/probable menggunakan
oral antidiabetes maupun insulin
NGA. Sebanyak 4 orang dalam kategori
cukup mungkin/possible menggunakan
Analisa kategori kausalitas pre-study
NGA seperti ditampilkan pada tabel 2 di
Berdasarkan hasil wawancara, pengumpuan
bawah ini.
data sekunder serta analisis kausalitas efek
samping obat yang dilakukan sesaat
Berdasarkan hasil wawancara pre-study
pengumpulan data awal penelitian pada
terhadap pasien dan penilaian
kelompok terapi antidiabetes konvensional
menggunakan naranjo dan NGA tools
atau kelompok kombinasi antidiabetes
menunjukkan gejala hipoglikemik (pusing
konvensional + fitofarmaka “X”
dan gemetar) sebesar 19,04 % dan mual
menggunakan Naranjo dan New Genetic
sebesar 4,76 % pada kelompok antidiabetes
Algorithm (NGA) tools didapatkan gejala
konvesional. Sedangkan pada kelompok
efek samping obat yang muncul berupa
terapi kombinasi obat antidiabetes
gejala hipoglikemik (pusing dan
konvensional + fitofarmaka “X”
gemetaran) sebanyak 5 orang serta
menunjukkan adanya kemungkinan gejala
sebanyak 1 orang merasa mual. Hasil
analisa kausalitas menggunakan alogaritma

192
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

hipoglikemik sebesar 19,04 % dan mual Kelompok


4,76 % seperti yang tertera pada Gambar1.. Konvension
Berdasarkan hasil wawancara pada pasien al +
Konvensional
yang mengalami gejala mual didapati fitofarmak
bahwa pasien menggunakan salah satu obat a “X”
Kriteria
antiabetes konvensional yaitu metformin. Algorit Algor
Penilaia
Sedangkan gejala hipoglikemik berupa ma itma NG
n ESO NGA
pusing dan gemetaran diiakibatkan Naranj Nara A
penggunaan obat hipoglikemik dengan o njo
faktor kurangnya asupan makanan pasien. (N
(N= (N=21
(N=21 ) =
21) )
Tabel 2. Analisis Kejadian Adverse Drug 21)
Reaction (ADR) Pre Treatment / High
menggunakan kuisoner algoritma Probable
Naranjo dan NGA Naranjo :
≥9
Kelompok NGA :
Konvension 0,75≤P≤
al + 1 (S≥89)
Konvensional
fitofarmak Mungkin
a “X” /
Kriteria
Algorit Algor Probable
Penilaia
ma itma NG Naranjo :
n ESO NGA
Naranj Nara A 5-8
o njo 4 0 6 2
NGA :
(N 0,63≤P<
(N= (N=21
(N=21 ) = 0,75
21) )
21) (76≤S≤8
Sangat 8)
0 0 0 0
Mungkin

193
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

Kelompok Kelompok
Konvension Konvension
al + al +
Konvensional Konvensional
fitofarmak fitofarmak
a “X” a “X”
Kriteria Kriteria
Algorit Algor Algorit Algor
Penilaia Penilaia
ma itma NG ma itma NG
n ESO NGA n ESO NGA
Naranj Nara A Naranj Nara A
o njo o njo
(N (N
(N= (N=21 (N= (N=21
(N=21 ) = (N=21 ) =
21) ) 21) )
21) 21)
Cukup NGA :
Mungkin 0≤P<0,5
/ Possible 0 (S≤61)
Naranjo : Tanpa
1-4 kejadian
0 4 0 4 17 17 15 15
NGA : efek
0,50≤P< samping
0,63 Keterangan :
(62≤S≤7 P = Probabilitas [P = (S-8)/100]
5) S = Total Skor
Ragu- N : Jumlah Sampel
Ragu / NGA : New Genetic Algorithm
Doubtful 0 0 0 0
Naranjo :
≤0

194
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

Gambar 1 Gejala ADR Pre Treatment pada kelompok konvensional dan kelompok
kombinasi fitofarmaka “X”

Analisa kategori kausalitas post-study “X” menunjukkan sebanyak 4 kategori


Berdasarkan hasil analisa kategori cukup mungkin/possible dengan
kausalitas ADR post-study menunjukkan menggunakan algoritma Naranjo maupun
timbulnya gejala hipoglikemik berupa NGA seperti ditampilkan pada tabel 4 di
gemetar pada kelompok obat antidiabetes bawah ini.
konvensional, diare dan abdominal
discomfort pada kelompok obat Tabel 3. Analisis kerjadian Adverse Drug
Reactions (ADR) post treatment
antidiabetes konvensional + fitofarmaka
menggunakan kuisoner Naranjo dan NGA
“X”. Hasil analisis kategori kausalitas Kelompok
menggunakan naranjo dan NGA tools Konvensional +
Konvensional Inlacin
menunjukkan sebanyak 1 kategori Kriteria DLBS3233
Penilaia Algorit Algorit
mungkin/probable dengan naranjo dan 1 n ESO NG
ma NGA ma
A
Naranjo Naranjo
kategori mungkin/probable dengan NGA (N= (N=
(N=21 ) (N= 21 )
pada kelompok obat antidiabetes 21) 21)
Sangat
konvensional. Sedangkan hasil analisa Mungkin
/ High
kausalitas pada kelompok kombinasi obat 0 0 0 0
Probable
Naranjo :
antidiabetes konvensional + fitofarmaka ≥9

195
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

Kelompok Persentase dugaaan kejadian ADR berupa


Konvensional + pusing (gejala hipoglikemik) sebanyak 4,76
Konvensional Inlacin
Kriteria DLBS3233 % pada kelompok pasien yang
Penilaia Algorit Algorit
n ESO NG menggunakan antidiabetes konvensional.
ma NGA ma
A
Naranjo Naranjo
(N= (N= Sedangkan pada kelompok pasien yang
(N=21 ) (N= 21 )
21) 21) menggunakan kombinasi antidiabetes
NGA :
0,75≤P≤ konvensional + fitofarmaka “X” berupa
1 (S≥89)
Mungkin diare sebanyak 14,28 % dan abdominal
/
Probable discomfort sebanyak 4,76 % seperti
Naranjo : ditampilkan pada Gambar 2 di bawah ini.
5-8
1 1 0 0
NGA :
0,63≤P<
0,75 Berdasarkan hasil wawancara terhadap
(76≤S≤8
8) pasien menunjukkan bahwa pasien
Cukup mengalami gemetar (gejala hipoglikemik)
Mungkin
/ Possible dikarenakan kurangnya asupan pasien,
Naranjo :
1-4 diare dan mual yang mungkin diakibatkan
0 0 4 4
NGA :
0,50≤P< oleh efek samping yang sinergis pada
0,63 penggunaan kombinasi obat antidiabetes
(62≤S≤7
5) konvensional + fitofarmaka “X”.
Ragu-
Ragu /
Doubtful
Naranjo : Pembahasan
0 0 0 0
≤0 Kejadian efek samping obat biasa terjadi,
NGA :
0≤P<0,5 akan tetapi sering tidak diketahui atau
0 (S≤61)
Tanpa dipahami oleh pasien. Efek samping obat
Kejadian
20 20 17 17 hampir setiap hari terjadi di lembaga
Efek
Samping layanan
Keterangan :
P = Probabilitas [P = (S-8)/100]
S = Total Skor
N : Jumlah Sampel
NGA : New Genetic Algoritm

196
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

Gambar 2. Gejala ADR post treatment pada kelompok antidiabetes konvensional dan
kelompok antidiabetes konvensional dan fitofarmaka “X”

kesehatan dan dapat berdampak buruk pada pada post-study menunjukkan adanya
kualitas hidup pasien sering menyebabkan gejala hipoglikemik (gemetar) pada
morbiditas dan mortalitas [(Stephanie N. kelompok terapi konvensional dan pada
Schartz, 2015)]. Faktor-faktor yang kelompok terapi kombinasi konvensional +
meningkatkan kemungkinan kejadian ADR inlacin DLBS3233 menunjukkan adanya
meliputi: usia yang ekstrem, jenis kelamin, kejadian diare dan abdominal discomfort.
multiple drugs, keadaan penyakit, sejarah
ADR atau alergi, genetik, dosis yang luas, Pada dasarnya obat antidiabetes
dan beberapa faktor lainnya[(Alomar, konvensional/ obat hipoglikemik memiliki
2014)]. Obat antidiabetes sendiri peran penting dalam normalisasi atau
merupakan obat yang digunakan untuk memperbaiki kontrol kadar
memperbaiki kontrol glukosa darah pada glukosa[(Prospective & Study, 1998a,
pasien diabetes mellitus. 1998b)]. Kegagalan untuk menjaga kadar
glikemik dalam keadaan normal disebabkan
Berdasarkan hasil pengamatanpre-study oleh faktor biologi dan faktor psikososial
menunjukkan adanya gejala hipoglikemik meliputi overmedication, dan atau
(pusing, gemetaran), mual, diare yang ketidaksesuaian memilih makanan,
dialami oleh kedua kelompok.. Sedangkan minuman dan dalam kasus tertentu

197
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

berolahraga [(Perlmuter, Flanagan, Shah, & diaktifkan melalui aktivasi simpatoadrenal


Singh, 2008)]. Hipoglikemik iatrogenic yang diaktivasi oleh norepinefrin pada
terjadi saat tubuh normal gagal neuron postganglionik adrenergik simpatik,
mempertahankan kadar glukosa darah medullae adrenal atau keduanya, asetilkolin
akibat penggunaan insulin atau insulin dilepaskan oleh neuron postganglionik
secretagogues (seperti sulfonylurea dan simpatik dan epinefrin dari medulla adrenal.
metaglinides) sebagai monoterapi atau Gejala neurogenik seperti gemetar, jantung
terapi kombinasi [(Vue & Setter, 2011)]. berdebar dan gelisah merupakan adrenergik
. (dimediasi oleh katekolamin), dimana
Faktor resiko konvensional hipoglikemik keringat dingin, mudah lapar merupakan
iatrogenic didasarkan pada kelebihan kolinergik[(Cryer et al., 2003)].
insulin absolut atau relatif yang disuntikkan
atau dikeluarkan, adalah salah satu faktor Berdasarkan hasil wawancara dengan
penentu. Kelebihan insulin absolut dan pasien kejadian mual yang terjadi akibat
relatif ketika 1.) dosis insulin berlebih, tidak penggunaan obat metformin.Salah satu
tepat waktu, atau jenis yang salah, 2.) mekanisme intoleransi GI dari golongan
penurunan kadar glukosa eksogen menurun biguanid yaitu metformin yang memiliki
seperti terlambat makan atau puasa, 3.) struktur mirip 5-hidroksitryptamine (5-
produksi glucagon menurun 4.) HT3) agonis reseptor selektif dan diangkut
pemanfaatan glukosa meningkat seperti oleh Serotonin Reuptake Transporter
olahraga, 5.) sensitivitas terhadap insulin (SERT) mempengaruhi perubahan transport
meningkat, 6.) pembuangan insulin serotonin dan meningkatkan paparan asam
meningkat pada gagal ginjal[(Cryer P.E., empedu dalam usus besar dan perubahan
2013)]. Dimana kadar insulin yang tinggi mikrobiom usus sehingga menimbulkan
menahan respon glukagon dan merubah mual, muntah dan diare [(Fatima, Sadeeqa,
respon katekolamin. Jadi hipoglikemik & Nazir, 2018; McCreight, Bailey, &
memicu peningkatan saraf simpatik, Pearson, 2016)].
adrenomedulla (simpatoadrenal) dan
parasimpatis yang keluar dari sistem saraf Berdasarkan penelitian sebelumnya
pusat [(Cryer, Davis, & Harry Shamoon, menunjukkan bahwa fitofarmaka “X”
2003)]. Gejala neurogenik dianggap merupakan ekstrak dari Lagerstroemin

198
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

speciosa dan Cinnamomum burmanii. kekenyangan, abdominal discomfort atau


Fraksi Bioaktif Fitofarmaka “X” telah pain, serta mual dan muntah [(Hoi et al.,
distandarisasi kandungan lagerstroemin, 2019; Mae & Hoffman, 2013)].
ellagitanin [(Tjokroprawiro & Murtiwi,
2014)].Berdasarkan penelitian Bandar, Aktivias biologi ellagitanin merupakan
menunjukkan bahwa kandungan kimia implikasi dari ikatan elagitanin dengan
Cinnamomum Burmanii ialah cinnamyl protein, senyawa dengan berat molekul
alcohol, cinnamaldehyde, dan coumarin tinggi, senyawa sederhana, dan ion logam
[(Al-Dhubiab, 2012)]. membentuk kompleks senyawa yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologis dalam
Kejadian dugaan efek samping yang sel dan jaringan makhluk hidup [(Okuda,
dialami oleh pasien setelah menggunakan Yoshida, & Hatano, 1992)]. Ellagitanin
fitofarmaka “X” berupa abdominal merupakan hidrosable tannin yang apabila
discomfort dan diare. Menurut penelitian diberikan secara oral akan berpengaruh
Ulbricht et al, menunjukkan bahwa pada respon imun pada tingkat saluran
cinnamomum memberikan efek samping cerna serta mengekspresikan efek modulasi
berupa ganguan GI berupa abdominal pada komposisi mikrobiota usus sehingga
discomfort dan nausea[(Ulbricht et al., menyebabkan diare [(Kiss AK1, 2018;
2011)]. Mekanisme persepsi nyeri dan Ulbricht et al., 2011)].
ketidaknyamanan saluran pencernaan
sangat kompleks. Peregangan, peradangan, KESIMPULAN
iskemia, pH, produk bakteri, mediator Efek samping obat terkadang tidak dikenali
imun, neurotransmitter yang berkaitan dan dipahami oleh pasien pada umumnya.
dengan nyeri visceral [(Pusceddu & Gareau, Adapun efek samping obat yang muncul
2018)]. Cinnamaldehyde (CAL) meliputi abdominal discomfort, mual, dan
dimobilisasi oleh Ca2+ melepaskan diare.. Untuk itu perlu manajemen yang
serotonin (5-HT) dari Enterochromaffin baik dalam mengelola terapi obat
Cells (EC).Serotonin (5-HT) mengaktivasi antidiabetes konvensional maupun
vagal ekstrinsik dan jaringan spinal afferent kombinasi dengan fitofarmaka “X” dengan
yang menghasilkan penundaan mengenali gejala yang dialami di luar
pengosongan lambung, sekresi pancreas, keluhan penyakit pasien. Berdasarkan

199
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

mekanisme terjadinya efek samping obat Elements P.1993. ASHP Statement on


maka dapat disarankan pasien untuk minum Pharmaceutical Care.270–2
prebiotic dan probiotik [(Ford et al., 2014)]. Robert J. Cipolle, Strand LM, J PCM.2004.
Pharmaceutical Care Practice The
UCAPAN TERIMA KASIH Clinician’s Guide. 1–624 p.
Terima kasih kami kepada PT. DLBS Dexa Perkeni.2011. Konsensus Pengendalian
Medica yang telah memberikan pendanaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus
untuk dilakukannya pemantauan efektivitas Tipe 2 di Indonesia 2011. 1–72 p.
dan keamanan penggunaan obat herbal Riddle MC, Bakris G, Blonde L, Boulton
sebagai terapi kombinasi pengobatan AJM, D ’alessio D, De Groot M, et al.
konvensional. 2018-ADA-Standards-of-Medical Care
in Diabetes. J Clin Appl Res Educ.
DAFTAR PUSTAKA 41(1).
Bina D, Komunitas F, Klinik DAN, Sastroasmoro PD dr. S, Ismael P dr. S.
Jenderal D, Kefarmasian B, Alat DAN, 2014. Dasar-dasar Metodologi
et al. 2005.Pharmaceutical care untuk Penelitian Klinis. Edisi 5. Jakarta:
penyakit diabetes mellitus. 1–85 p. Sagung Seto364–365 p.
Perkeni. 2015. Konsensus Pengendalian Edwards IR, Aronson JK. 2000. Adverse
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe drug reactions Adverse drug reactions :
2 di Indonesia 2015. Perkeni. 78 p. definitions , diagnosis , and
Yusuff KB, Obe O, Joseph BY. management. Lancet. 356:1255–9.
2008.Adherence to anti-diabetic drug FDA. 2017.The FDA’s Drug Review
therapy and self management practices Process: Ensuring Drugs Are Safe
among type-2 diabetics in Nigeria. and Effective [Internet]. US
Pharm World Sci 30:876–83. Department Health and Human
Kemenkes RI. 2011. Formularium Obat Services. Available from:
Herbal Asli Indonesia. Jakarta: https://www.fda.gov/drugs/resources
Kementrian Kesehatan RI. 219 p. foryou/consumers/ucm143534.htm
Permenkes RI.2017. Pelayanan Kesehatan Koh Y, Wei C, Chuen S. 2007. A
Tradisional Integrasi. quantitative approach of using genetic
algorithm in designing a probability

200
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Yulianto: Pemantauan Efek Samping Obat Kombinasi Antidiabetes dan Fitofarmaka “X” Pada Pasien DM Tipe-2
di Komunitas

scoring system of an adverse drug Cryer PE, Davis SN, Harry Shamoon. 2003.
reaction assessment system. 7:421–30. Hypoglycemia in Diabetes. Diabetes
Stephanie N. Schartz RJW. . 2015. Adverse Care. 26(6):1902–12.
drug reactions. PSAP5–26. Fatima M, Sadeeqa S, Nazir SUR.2018.
Alomar MJ.. 2015. Factors affecting the Metformin and its gastrointestinal
development of adverse drug reactions problems: A review. Biomed Res.
(Review article). Saudi Pharm J. King 29(11):2285–9.
Saud University 22(2):83–94. McCreight LJ, Bailey CJ, Pearson ER.
Prospective UK, Study D. 1998. Effect of 2016. Metformin and the
intensive blood-glucose control with gastrointestinal tract. Diabetologia.
metformin on complications in 59(3):426–35.
overweight patients with type 2 Ulbricht C, Seamon E, Windsor RC,
diabetes. 352(Ukpds 34). Armbruester N, Bryan JK, Costa D, et
Prospective UK, Study D.1998. Intensive al. . 2011. An evidence-based
blood-glucose control with systematic review of cinnamon
sulphonylureas or insulin compared (Cinnamomum spp.) by the natural
with conventional treatment and risk of standard research collaboration. J Diet
complications in patients with type 2 Suppl8(4):378–454.
diabetes ( UKPDS 33 ). 352(Ukpds Kiss AK1 PJ. 2018.Ellagitannins,
33):837–53. Gallotannins and their Metabolites-
Cryer P.E. 2013. Hypoglycemia-associated The Contribution to the Anti-
autonomic failure in diabetes. Handb Inflammatory Effect of Food Products
Clin Neurol. 1115–21 and Medicinal Plants. pubmed.gov. p.
1.

201
Jurnal Farmasi Galenika Vol. 6 No.3
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
 
 

Anda mungkin juga menyukai