Disusun Oleh :
Alawiyah 201851021
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada saya sehingga
saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya,
para sahabat dan para umatnya sampai akhir zaman.
Makalah ini saya buat sebagai tugas mata kuliah Sistem Pelayanan
Kefarmasian dengan judul makalah “Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit” yang saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, saya menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang sudah mambantu dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari itu, saya menyadari sepernuhnya masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata Bahasanya. Oleh karena itu saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I …………………………………………………………….…………. 1
PENDAHULUAN ……………………………………………….…………. 1
BAB II ……………………………………………………………………… 3
BAB IV …………………………………………………………...………... 27
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan
Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di
rumah sakit, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem
pelayanan di rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Praktek pelayanan kefarmasian
merupakan kegiatan terpadu, dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah
dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat dan kesehatan.
Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit dituntut untuk
merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi
produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi apoteker perlu
ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat
diimplementasikan.
Perkembangan tersebut dapat menjadi peluang sekaligus merupakan
tantangan bagi apoteker untuk maju meningkatkan kompetensinya sehingga
dapat memberikan pelayanan kefarmasian secara komprehensif dan simultan
baik yang bersifat manajerial maupun farmasi klinik.
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit
dinyatakan bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan
kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah sebagai berikut:
a. Apa definisi pelayanan kefarmasiaan di rumah sakit?
b. Apa tujuan pelayanan kefarmasian di rumah sakit?
c. Apa fungsi pelayanan kefarmasian di rumah sakit?
d. Bagaimana Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai?
e. Bagaimana pelayanan farmasi klinik?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui definisi pelayanan kefarmasiaan di rumah sakit.
b. Untuk mengetahui tujuan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
c. Untuk mengetahui fungsi pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
d. Untuk mengetahui pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai.
e. Untuk mengetahui pelayanan farmasi klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan
dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses
pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus
melibatkan tenaga kefarmasian.
D. Sumbangan/Dropping/Hibah
Instalasi farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap
penerimaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai sumbangan/dropping/ hibah.
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai
dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat membantu pelayanan
kesehatan, maka jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di rumah sakit. Instalasi Farmasi
dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit untuk
mengembalikan/menolak sumbangan/dropping/hibah sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan
pasien rumah sakit.
E. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen
terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
F. Penyimpanan
Setelah barang diterima di instalasi farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas
dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
1) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
2) Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting.
3) Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan
pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi.
5) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
6) Instalasi farmasi harus dapat memastikan bahwa obat disimpan secara
benar dan diinspeksi secara periodik. sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan
diberi tanda khusus bahan berbahaya.
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas
medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari
tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas
medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
G. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai di unit pelayanan.
6.Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait
obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki,
meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada
dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit baik
atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program rumah sakit yang biasa
disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care).
Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan
mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat
dari rekam medik atau sumber lain.
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan
risiko Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Kegiatan dalam PTO
meliputi:
o Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi,
reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).
o Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
o Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat.
Tahapan PTO yaitu:
a. Pengumpulan data pasien.
b. Identifikasi masalah terkait obat.
c. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
d. Pemantauan.
e. Tindak lanjut.
10. Dispensing Sediaan Steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit
dengan Teknik aseptic untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat. Dispensing sediaan steril bertujuan menjamin agar
pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan, menjamin sterilitas
dan stabilitas produk, melindugi petugas dari paparan zat berbahaya dan
menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Kegiatan dispensing sediaan
steril meliputi pencampuran obat untuk penyiapan nutrisi parenteral, dan
penanganan sediaan sitostatik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
2. Tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit salah satunya adalah
melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien
maupun fasilitas yang tersedia.
3. Fungsi pelayanan farmasi di rumah sakit adalah pengelolaan perbekalan
farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan.
4. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai meliputi: pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, dan administrasi.
5. Pelayanan farmasi klinik, meliputi: pengkajian dan pelayanan resep,
penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi
obat, konseling, visite, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping
obat, evaluasi penggunaan obat, dispensing sediaan steril, dan pemantauan
kadar obat dalam darah.
Saran
Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, sehingga dapat
menambah pengetahuan mengenai materi tersebut. Makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA