Anda di halaman 1dari 14

Produk farmasi bagi

penduduk muslim
Nama : Alawiyah
NIM : 201851021

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Bolehkah produk farmasi yang mengandung etanol di
konsumsi penduduk muslim ?
Pandangan fatwa MUI

Fatwa MUI, sebagaimana dunia kedokteran, sudah mengenal pengambila


n keputusan berbasis bukti (evidence-based fatwa). Hal ini menjadi kelebihan
fatwa yang diambil MUI, sehingga sertifikasi halal MUI beserta standar kehal
alan HAS23000 (yang diambil dari fatwa) menjadi acuan lembaga sertifikasi
halal lain di dunia. Hal ini bisa dilihat salah satunya dalam fatwa penentuan ka
dar etanol produk yang dapat disertifikasi halal oleh MUI.
Bolehkah produk farmasi yang mengandung etanol di
konsumsi penduduk muslim ?
Pandangan fatwa MUI

Etanol merupakan salah satu senyawaan alkohol yang mempunyai rumus kimia C 2H5
OH. Secara alami etanol terdapat pada buah matang, seperti durian, nanas, jeruk, dan lain
nya. Secara komersial, etanol diperoleh dari hasil sintetik dan fermentasi. Etanol sintetik d
ibuat dari bahan petrokimia melalui proses hidrasi etilena, sedangkan etanol hasil ferment
asi dibuat dari bahan nabati yang mengandung pati atau gula dengan bantuan ragi
(Saccharomyces cerevisiae).
Hasil fermentasi bahan nabati tersebut tidak hanya menghasilkan etanol, namun juga
senyawa alkohol lain sehingga perlu dilakukan proses pemisahan etanol dengan cara distil
asi.
Bolehkah produk farmasi yang mengandung
etanol di konsumsi penduduk muslim ?
Pandangan fatwa MUI
Lalu, etanol seperti apa yang boleh digunakan untuk produk yang aka
n disertifikasi halal MUI?
Di dunia industri, etanol banyak digunakan dalam proses produksi seperti s
ebagai bahan pelarut dan pengekstrak maupun sebagai bahan sanitasi. Fat
wa MUI terbaru No. 10 Tahun 2018 tentang Produk Makanan dan Mi
numan yang Mengandung Alkohol/Etanol menyebutkan bahwa hanya et
anol yang berasal dari khamr yang tidak bisa digunakan untuk produk halal
karena bersifat haram dan najis. Jika tidak berasal dari industri khamr, etan
ol jenis lain boleh digunakan dengan batasan yang sudah diatur pada fatwa
tersebut. Misalnya, etanol sintetik ataupun hasil industri fermentasi non-kh
amr.
Bolehkah produk farmasi yang mengandung
etanol di konsumsi penduduk muslim ?
Pandangan fatwa MUI
Selain hal di atas, setidaknya ada beberapa hal baru yang tertuang dalam fatwa
ini. Pertama, kandungan etanol pada produk akhir makanan tidak dibatasi selama se
cara medis tidak membahayakan. Kedua, kadar etanol pada produk akhir minuman d
itoleransi kurang dari 0,5% asalkan secara medis tidak membahayakan. Ketiga, kada
r etanol untuk produk antara (intermediate product) seperti flavor dan bumbu tidak d
ibatasi, selama penggunaannya pada produk akhir sesuai dengan ketentuan pertama d
an kedua.
Tentunya persyaratan tidak membahayakan ini untuk produk retail sudah dievaluasi
oleh BPOM pemberian izin edar produk. Aturan terbaru ini merubah arahan fatwa M
UI sebelumnya yang tidak mentolerir kandungan etanol pada makanan dan minuman
siap konsumsi.
Bolehkah produk farmasi yang mengandung etanol di
konsumsi penduduk muslim ?
Pandangan fatwa MUI
Lantas hal apa yang mendasari Fatwa MUI dalam memberikan batasan kandungan etanol dala
m minuman? Ternyata, jawabannya adalah riset. Setiap sertifikasi halal yang dikeluarkan MUI didas
arkan atas fatwa yang dapat dipertanggungjawabkan secara syar’i dan ilmiah. Beberapa ahli sains su
dah lama bertanya mengenai tidak ditolerirnya kandungan etanol. Padahal banyak buah dan produk
olahannya yang secara alami mengandung etanol dan tidak pernah menyebabkan mabuk (Tabel 1).
Akhirnya, Ir. Muti Arintawati, M.Si mewakili lembaga sertifikasi halal LPP
OM MUI mencoba menelaah hal ini. Beliau dibantu Rahajeng Aditya, mah
asiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, yang melakukan pene
litian dengan judul Analisis Proses Sertifikasi Halal dan Kajian Ilmiah Alko
hol sebagai Substansi dalam Khamr di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) di bawah
bimbingan alm. Dr. Ir. Dahrul Syah. Penelitian dilakukan untuk menstimul
asikan hadis nabi H.R. Muslim dari Ibn ‘Abbas r.a. pada Kitab Sahih Musli
m 23 No. 4971 terkait nabidz ( ???? ) yang menyebutkan bahwa Ibnu ‘Abb
as r.a. mengatakan bahwa nabidz dipersiapkan untuk Nabi Muhammad sa
w. di waktu petang, kemudian pada pagi harinya beliau meminumnya, kem
udian meminumnya lagi pada pagi dan malam berikutnya (hari kedua). De
mikian juga pada pagi dan petang hari berikutnya lagi (hari ketiga) yaitu pa
da ashar. Jika masih ada sisanya, beliau memberikannya kepada pembantu,
atau menyuruhnya untuk membuangnya.
Berdasarkan hadis di atas, LPPOM MUI melakukan penelitian pada buah anggur,
apel, dan kurma yang difermentasi selama 5 hari pada suhu 29°C untuk diukur kandun
gan etanol, gula dan fraksi asam setiap harinya dengan alat HPLC (High Performance
Liquid Chromatography). Hasilnya sangat menarik. Setelah disimpan dalam wadah tert
utup dengan kondisi mikroaerofilik, sampel dari anggur, apel, dan kurma secara beruru
tan menghasilkan etanol sebesar 0,76% (v/v), 0,32% (v/v), dan 0,33% (v/v) pada hari k
etiga. Ketika waktu penyimpanan diperpanjang sampai 5 hari, konsentrasi etanol masi
h di bawah 1% (v/v).
Penelitian lain dilaporkan oleh Najiha et. al. (2010) yang melakukan percobaan y
ang sama menggunakan buah kurma, anggur, dan raisin yang dibuat nabidz dan dianali
sis menggunakan alat GC-FID (Gas Chromatography with Flame Ionization Detector).
Hasil dari penelitian ini merekomendasikan kadar etanol yang masih diperbolehka
n sebesar 0,78% berdasarkan pengamatan pada hari ketiga. Selain itu, Rizqiyah (2007)
melaporkan nabidh dari kurma pada hari ketiga mengandung etanol sebesar 0,51% (b/
b). Dari beberapa penelitian tersebut, Komisi Fatwa MUI tidak mengambil batas dari h
asil tertinggi (0,78%), akan tetapi mengambil batas yang lebih aman untuk kehati-hatia
n, yaitu 0,5%.
Berbagai riset ini menunjukkan betapa ilmiah cara pengambilan keputusan dari K
omisi Fatwa MUI. Standar yang ilmiah akan mudah diterima akademisi dan dunia indu
stri sebagai pengguna.
Proses pembuatan alkohol atau khamr
Menurut jurnal penelitian : PEMBUATAN ALKOHOL DENGAN PROSES FER
MENTASI BUAH JAMBU METE OLEH KHAMIR SACHAROMICES CEREV
ESIAE
Prinsipnya reaksi proses pembuatan alkohol dangan fermentasi adalah sebagai beriku
t (Sri Kumalaningsih,1995) : C6H12O6 Khamir 2C2H5OH + 2CO2 Tahap-tahap pro
ses fermentasi (Sri Kumalaningsih,1995) :
1. Pengolahan bahan baku. Pengolahan bahan baku sangat penting dalam proses pe
mbuatan alkohol. Pengolahan ini dimaksutkan untuk mendapatkan kondisi yang
optimum untuk pertumbuhan khamir dan untuk fermentasi selanjutnya. Yang per
lu disesuaikan dalam pengolahan ini adalah pH, konsentrasi dalam pemakaian nu
trisi.
2. Sterilisasi Bahan. Untuk mencegah adanya mikrobia kontaminan hidup selama p
embibitan maupun selama fermentasi. Dilakukan sterilisasi dengan pemanasan p
ada suhu 75 0 C. Kemudian didinginkan selama 1 jam sampai suhu 30 0 C. Baha
n yang telah disterilkan untuk kebutuhan pembibitan dan fermentasi.
Proses pembuatan alkohol atau khamr

3. Pembibitan Khamir.
Proses ini dimaksudkan untuk memperbanyak sel-sel khamir supaya seju
mlah sel khamir tersebut cukup digunakan dalam fermentasi alkohol. Pengemb
angan sel-sel khamir ini dapat dilakukan secara bertahap. Mula-mula dilakuka
n dalam jumlah kecil pada skala laboraturium.
Kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam tangki-tangki secara bertaha
p dari tangki stater terus ke tangki induk. Tahap-tahap pembiakan tersebut dila
kukan secara aerobic dengan aerasi udara. Tangki-tangki tersebut dilengkapi d
engan pendingin dengan maksud untuk mengatur suhu 28-30oC selama ikubas
i. Pengembang biakan dilakukan berulang kali dan bergantiganti menurut taha
p-tahap pembiakan sehingga dapat dipertahankan bibit yang mencukupi kebut
uhan bibit selama beroperasi.
Proses pembuatan alkohol atau khamr
4. Fermentasi.
Fermentasi dilkakukan dalam tangki fermentasi, pH diatur antara 4-5. Untuk terjadiny
a fermentasi alkohol, maka dibutuhkan kondisi anaerob hingga diharapkan sel-sel ragi
dapat melakukan fermentasi yang akan mengubah gula menjadi alkohol. Padaproses f
ermentasi terjadi peningkatan panas, agar panas yang timbul dapat diserap maka diper
lukan pendinginan untuk menjaga suhu tetap pada 30 0 C selama proses fermentasi ya
ng berlangsung selama 30-72 jam.
5. Distilasi.
Produk hasil fermentasi mengandung alkohol rendah (8-10 %) yang disebut bir, oleh k
arena itu perlu dinaikkan konsentrasinya dengan jalan distilasi yaitu untuk memisahka
n etanol dari campuran etanol air.Untuk larutan yang terdiri dari komponen-komponen
yang berbeda nyata suhu didihnya, maka distilasi merupakan cara yang paling mudah
dioperasikannya dan merupakan cara pemisah metode thermal yang effisien. Pada tek
anan atmosfir, air mendidih pada suhu 100 0 C dan etanol mendidih pada suhu 77 0 C.
perbedaan titik didih inilah yang memungkinkan pemisahan etanol-air.
Undang-undang Republik Indonesia

Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep
ublik Indonesia Tahun 1945;

UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKO


HOL
Referensi

• Aditya R, Syah D, Arintawati. 2015. Fermentation Profiles of Nabidh (Fru


it Juice). Journal of Halal Research. 1(1):25-29.
• Fatwa MUI terbaru tentang No. 10 tahun 2018 tentang Produk Makanan da
n Minuman yang Mengandung Alkohol/Etanol
• Gunduz S, Yilmaz H, Goren AC. 2013. Halal Food and Metrology: Ethyl A
lcohol Contents of Beverages. J. Chem. Metrol. 7(1):7-9.
• Najiha AA, Tajul AY, Norziah MH, WanNadiah WA. 2010. A Preliminary S
tudy on Halal Limits for Ethanol Content in Food Products. Meadle-East J
ournal of Scientific Research. 6(1):45-50.
• Rizqiyah R. 2007. Pengaruh Variasi Waktu Pemeraman terhadap Kadar Eta
nol Jus Buah Kurma (Analisis Hadits Nabi Secara Saintifik). UIN Sunan K
alijaga. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai