Anda di halaman 1dari 21

Tugas Mata Kuliah Analisis Kimia Pangan Halal

(Dosen Pengampu : Iin Hardiyati M.Farm., Apt)

“Titik Kritis Lendir Siput (Snail filtrate) pada


Sediaan Kosmetik”

Penyusun :

Alawiyah 201851021

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

Jl. Raya Al Kamal No. 2 Kedoya Selatan, Kebon Jeruk Jakarta Barat, DKI
Jakarta 11520
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para
sahabat dan para umatnya sampai akhir zaman.

Makalah ini saya buat sebagai tugas mata kuliah Analisis Kimia Pangan
Halal dengan judul makalah “Titik Kritis Lendir Siput (Snail filtrate) pada
Sediaan Kosmetik” yang kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu, saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang sudah mambantu dalam penyusunan makalah ini.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepernuhnya masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata Bahasanya. Oleh karena itu kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini. Terima kasih.

Jakarta, 31 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………...…….… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………..………… ii

BAB I …………………………………………………………….…………. 1

PENDAHULUAN ……………………………………………….…………. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………..…………... 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………. 2

1.3 Tujuan ………….……………………………………………..….… 3

BAB II ……………………………………………………………………… 4

PEMBAHASAN ………………………………………………………….... 4

2.1 Pengertian …………...……….……………………………………. 4

2.2 Cara memperoleh Snail filtrate ……………………….…………… 5

2.3 Undang-undang Jaminan Produk Halal Snail filtrate pada kosmetik ..7

2.4 Titik Kritis Kehalalan Bahan Farmasi dalam Kosmetik ……...… 8

2.5 Titik kritis Snail filtrate pada sediaan kosmetik ………...….….. 11

BAB III ……………………………………………...………..…………… 16

PENUTUP …………….……………………………………......…………. 16

3.1 Kesimpulan ………………………………………………...……... 16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..……………… 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Saat ini Industri kosmetik merupakan industri yang mulai


berkembang pesat dan banyak diminati oleh masyarakat dalam membeli
produk-produk kosmetik nasional maupun internasional. Di Indonesia
tingkat pertumbuhan industri kosmetik berkembang sangat pesat.
Pertumbuhan industri kosmetik yang berkembang sangat pesat pada saat
ini dapat terpicu karena melonjaknya anak muda dari generasi milenial
yang memakai kosmetik. Seiring dengan perkembangan zaman, industri
kosmetik juga mulai berinovasi khususnya pada pembuatan produk
kosmetik perawatan wajah.
Salah satu komoditas sumber daya hayati yang berkembang saat ini
adalah sediaan nutricosmeceutical. Istilah nutricosmeceutical tergolong
relatif baru, berasal dari penggabungan nutraceutical (bahan nutrisi yang
bersifat farmakologis) dan cosmeceutical (bahan kosmetik yang bersifat
farmakologis). Di dunia industri, nutricosmeceutical didefinisikan sebagai
suplemen, makanan fungsioanal, dan minuman yang mengandung bahan
aktif yang dapat meningkatkan kecantikan dan kesehatan manusia (Laneri
et al., 2019).
Pada umumnya kosmetik perawatan kulit menggunakan berbagai
macam bahan dasar banyak ditemukan di pasaran. Setiap bahan dasar
dipilih menjadi salah satu bahan racikan kosmetik karena dipercaya
memiliki manfaat untuk kulit. Salah satu komoditas nutricosmeceutical
alami yang saat ini telah dikembangkan menjadi berbagai produk kosmetik
dan telah dipasarkan dalam pasar global adalah Snail mucin/Snail
secretion filtrate atau yang biasa dikenal lendir siput.

1
Akhir-akhir ini populer kosmetik yang menggunakan bahan dasar
esen siput atau sekresi siput. Sekresi berbentuk lendir ini sebenarnya sudah
lama digunakan sebagai bahan dasar perawatan kulit sejak masa Yunani
kuno, namun, label kosmetik Korea membuat tren lawas ini kembali
diminati publik. Tidak sedikit produk skincare yang sudah marak
dipasaran baik local maupun international salah satunya adalah Merek
kosmetik seperti Tony Moly dan Missha mengeluarkan produk kecantikan
seperti pelembab, masker, krim wajah dan serum berbahan lendir siput.
Akan tetapi ada pula pro kontra tentang penggunaan skincare
berbahan dasar lendir siput ini. Menurut Ketua Komisi Fatwa MUI,
Prof.Dr.H.Hasanuddin AF, MA, “Bekicot itu haram untuk dikonsumsi
secara umum, Kami di MUI mengambil pendapat ini. Walaupun memang
ada sebagian kecil Ulama Salaf yang berpendapat lain. Maka kami
mengingatkan umat agar memahami fatwa ini. Karena di sebagian
masyarakat ada yang mengolah bekicot menjadi menu konsumsi, seperti
sate bekicot. Termasuk juga menu Escargot, yang terkenal di Eropa.
Haram bagi umat Islam untuk mengkonsumsinya” Ketetapan kedua,
berkenaan dengan intifa’ (pemanfaatan) bekicot untuk penggunaan luar.
Dalam Sidang KF MUI yang lalu itu juga ditetapkan, Intifa’ atau
pemanfaatan bekicot untuk penggunaan di luar tubuh diperbolehkan.
Seperti untuk kosmetika luar. Termasuk juga penggunaan untuk
obat kalau memang betul-betul diperlukan berdasarkan hasil penelitian
medis kedokteran. Dalam hal ini berlaku kaidah Haajiyat, yakni kebutuhan
yang memang sangat diperlukan untuk pengobatan, selama belum ada
alternatif bahan penggantinya. Wallahu a’lam. 

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana perkembangan Industri Kosmetik ?
b. Apa itu Snail filtrate ?
c. Apa saja manfaat Snail filtrate bagi kulit ?
d. Bagaimana cara memperoleh Snail filtrate untuk kosmetik ?

2
e. Bagaimana Titik Kritis Snail filtrate pada sediaan kosmetik ?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui perkembangan industri kosmetik
b. Mengetahui apa itu Snail filtrate
c. Mengetahui manfaat Snail filtrate bagi kulit
d. Mengetahui cara memperoleh Snail filtrate untuk kosmetik
e. Mengetahui Titik Kritis Snail filtrate pada sediaan kosmetik menurut
pandangan MUI

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Snail filtrate atau filtrat siput atau lendir siput merupakan salah


satu ingredients dalam kosmetik yang didapat dari siput. Siput yang
digunakan biasanya jenis siput kebun Helix aspersa/Cornu aspersum yang
umumnya dianggap sebagai hama pertanian. Snail filtrate diperoleh dengan
cara menghancurkan tubuh siput hingga keluar cairan atau lendir.

Sebetulnya pemakaian Snail filtrate sebagai obat kulit seperti obat luka
bakar, anti radang, sudah dilakukan sejak jaman Yunani Kuno. Secara in-vitro,
snail filtrate terbukti dapat memperbaiki kulit akibat luka.

Ide inilah yang mendasari digunakannya snail filtrate sebagai skincare key
ingredients terutama produk anti-aging. Beberapa produk kecantikan
khususnya dari Korea, Jepang dan Thailand mempopulerkan snail filtrate ini
berupa sheet mask atau face oil, krim wajah, serum, facial mask, pelembab
dan fading cream. Manfaat yang dapat diperoleh dari produk perawatan kulit
yang mengandung snail filtrate antara lain sebagai anti-ageing, menyamarkan
bekas luka, kerutan dan stretch marks, obat jerawat dan anti ketombe,
pengelupasan kulit, obat luka bakar dan yang terpenting meningkatkan
Kesehatan kulit secara keseluruhan.

a. Kandungan snail filtrate


i. Snail filtrate mengandung 91-98% air sehingga dapat digunakan
untuk menjaga kelembaban kulit
ii. Hyaluronic acid atau asam hyaluronat yang berfungsi sebagai
penyembuh luka, anti radang dan membantu regenerasi kulit. Secara
alami, seiring dengan bertambahnya usia, tubuh kita akan
mengurangi produksi hyaluronic acid sehingga perlu asupan dari luar
tubuh.

4
iii. Glycolic acid atau asam glikolat atau lebih dikenal sebagai Alpha
Hydroxy Acid (AHA) yang berfungsi untuk meningkatkan tekstur
kulit, mengurangi kerutan, bekas luka dan noda hitam dan
hiperpigmentasi. AHA umum digunakan sebagai bahan kosmetik.
Dalam pembuatannya digunakan media yang berasal dari hewan
misalnya babi atau hewan yang tidak disembelih secara syar’i.
dengan adanya alternatif lainnya tentunya AHA yang bersumber dari
snail filtrate sangat layak untuk dijadikan
iv. Copper peptides berfungsi menstimulasi kolagen dan mendorong
regenerasi kulit sehingga secara ampuh dapat menyamarkan bekas
jerawat dan flek hitam. Copper tripeptide-1 terbukti bertindak sebagai
antioksidan, meningkatkan elastisitas kulit lebih efektif bila
dibandingkan dengan vitamin C dan asam retinoate dan berpotensi
sebagai anti radang.
v. Enzim glikoprotein (glycoprotein Enzymes) yang banyak ditemukan
dalam lendir siput yang berfungsi untuk menjaga kadar air dan
sebagai pelembab.

2.2 Cara memperoleh Snail filtrate

Lendir siput berasal dari sekresi siput yang berbentuk lendir yang keluar
ketika siput dalam keadaan cemas dan stres.“Saat siput merasa gelisah, mereka
mengeluarkan cairan kental untuk melindungi diri mereka,” terang dermatolog
dari New York City, Tabisum Mir seperti dikutip dari Huffington Post.

5
Proses di laboratorium kosmetik dalam menyiapkan produk mengandung lendir siput dari brand
Jeanne M.

Proses mucin sebagai kandungan skincare ada beberapa macam Teknik


atau cara memperolehnya. Proses mucin pada skincare dimulai dari lendir yang
dikumpulkan, kemudian biasanya diolah menjadi filtrat, dan kemudian
diformulasikan menjadi produk akhir.

Menurut perwakilan beberapa brand, meskipun ada banyak cara untuk


mengumpulkan lendir siput, Teknik pertama, teknik yang populer dilakukan
adalah dengan meninggalkan siput di ruangan gelap dan membuat mereka
berjalan di permukaan seperti jaring, kaca yang dibuat khusus, atau terpal, dan
sesudah itu lendirnya dikumpulkan.

Proses ekstraksi lendir siput di sebuah peternakan siput di Italia dengan metode menggunakan alat
bernama gastropods.

6
Brand Yang menggunakan Teknik pertama salah satunya, brand seperti Mizon
dan COSRX menggunakan lendir siput yang dikumpulkan melalui beberapa versi
metode tersebut.

Teknik kedua, untuk mendapatkan mucin dengan cara menstimulasi siput


menggunakan tangan, ada pula teknik yang melibatkan uap atau air garam. Brand
yang menggunakan Teknik kedua ini salah satunya adalah Brand Snail8.

2.3 Pandangan Undang-undang Jaminan Produk Halal mengenai Snail


filtrate pada kosmetik

Berdasarkan Undang-Undang Jaminan Produk Halal No 33 Tahun 2014,


pada Oktober 2019 sertifikasi halal di Indonesia mulai diwajibkan. Lingkup
produk yang disertifikasi mencakup pangan, obat, kosmetika, produk kimia,
produk biologi, produk rekayasa gentik, dan barang gunaan.

Menurut Wakil Direktur III LPPOM MUI, Ir. Sumunar Jati, jumlah
produk yang telah memperoleh sertifikat halal MUI sejak 2014 dari kelompok
pangan dan bahan baku pangan sebanyak 355.260 (49%), kosmetika sebanyak
26.958 (6%), obat-obatan (termasuk jamu dan suplemen) sebanyak 4.750
(1%), flavor, seasoning, fragrance sebanyak (25%), dan produk lain sebanyak
95.124 (19%).

Sertifikat halal merupakan fatwa tertulis yang menyatakan kehalalan


suatu produk sesuai ketentuan Islam meliputi bahan hingga proses produksi.

7
Menurut Wakil Direktur II LPPOM MUI, Ir. Muti Arintawati, M.Si, sertifikat
halal penting untuk memastikan tubuh tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan
haram, yang dapat menyebabkan ibadah seorang muslim ditolak oleh Allah swt.
Bahan haram dan najis yang biasa digunakan dalam produk kosmetika dan obat
antara lain berasal dari babi, hewan yang tidak disembelih secara syar’i, darah
dan turunan dari industri minuman keras.

Sedikitnya jumlah perusahaan kosmetika dan obat yang disertifikasi


halal MUI dapat disebabkan karena perusahaan belum dapat memenuhi
persyaratan sertifikasi halal MUI, terutama dari aspek bahan. Produk yang
disertifikasi halal MUI harus menggunakan bahan yang sesuai dengan kriteria,
mengacu pada fatwa MUI dan standar halal HAS 23000 yang diturunkan dari
fatwa MUI.

Berdasarkan fatwa MUI, terdapat beberapa bahan yang hanya boleh


digunakan pada kosmetika/obat halal namun tidak boleh digunakan pada
produk halal yang dikonsumsi. Hal ini dapat memudahkan industri kosmetika
dan obat dalam memilih bahan baku halal.

Beberapa bahan tersebut, di antaranya plasenta hewan halal, bulu (rambut,


tanduk dari bangkai hewan), bekicot, cacing, plasma darah, telur ayam yang
berembrio (embryonated chicken eggs), kokon/kepompong ulat sutra (silkworm
cocoons), serta partikel emas. (Ulasan lebih lengkap mengenai hal ini dapat
dibaca di majalah  Jurnal Halal edisi 138). 

2.4 Titik Kritis Kehalalan Bahan Farmasi dalam Kosmetik

Memiliki penampilan yang menawan adalah impian setiap orang. Tak


heran bila setiap orang akan terus mengubah penampilannya dengan melakukan
berbagai perawatan kecantikan.

Bahkan perawatan kecantikan sudah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian
besar masyarakat Indonesia. Hal ini membuat sejumlah produk kecantikan baik

8
lokal dan impor terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumennya. Akan
tetapi perlu diketahui bahwa apakah produk kecantikan yang kalian pakai itu
sudah pasti kehalalannya atau tidak, khususnya bagi kita para Muslimah.

“Ketahuilah, bahwa suapan haram jika masuk ke dalam perut salah satu dari
kalian, maka amalannya tidak diterima selama 40 hari” (HR. At-Thabrani)

Kita diperintahkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Perintah tersebut


akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila fisik dan psikis kita dalam kondisi
sehat. Untuk menjaga kondisi tubuh kita agar tetap sehat, maka kita memerlukan
makanan dan berobat apabila sakit. Selain itu untuk merawat tubuh yang telah
diberikan oleh Allah SWT kepada kita, maka kita juga memerlukan kosmetik.
Namun kita juga harus memperhatikan apa yang kita konsumsi. Jangan sampai
kita mengkonsumsi bahan yang haram.
Salah satu permasalahan dalam pengobatan, kosmetik maupun makan
adalah status alkohol. Alkohol merupakan senyawa yang ditetapkan sebagai
cairan yang diharamkan. Lalu bagaimana jika dijadikan obat, sebagai alat
kosmetik, atau makanan?
Dari segi kimia, Prof. Dr. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt. menjelaskan
adanya perbedaan makna alkohol dalam dunia farmasi dan bagi masyarakat
awam. Di dalam dunia farmasi, alkohol merupakan senyawa yang mengandung
gugus OH. Sementara menurut masyarakat awam, yang dimaksud dengan alkohol
adalah khamar atau minuman yang memabukkan.
Alkohol dalam dunia farmasi sering digunakan sebagai pelarut pada
berbagai produk. Kemudian hal ini ditanggapai oleh KRT. Drs. H. Ahmad
Muchsin Kamaludiningrat yang menyampaikan bahwa MUI (Majelis Ulama
Indonesia) telah memutuskan batas maksimal alkohol dalam suatu produk adalah
1%.
Lalu bagaimana kita dapat meyakini kehalalan dari suatu produk?
Hal ini dijawab oleh Drs. Elvi Effendi M. Kes. Apt. yang menjelaskan
bagaimana ketatnya regulasi, pengawasan, labelisasi, dan sertifikasi produk-

9
produk halal. Sehingga untuk menghilangkan keraguan kita terhadap kehalalan
suatu produk, maka tinggal mengecek label halal pada produk tersebut.

Jadi apa saja hal yang menjadikan KOSMETIK itu perlu untuk disertifikasi
halal ?
Kosmetik memiliki beberapa titik kritis kehalalalan yang menjadikan
kosmetik ini penting untuk disertifikasi halalnya. Kita kaum muslimah, penting
untuk memperhatikan bahwa kosmetik yang kita pakai itu sudah jelas halalnya.

Titik kritis kehalalan pada kosmetik dan alasan mengapa kosmetik ini penting
untuk disertifkasi halal adalah sebagai berikut :

Titik kritis kehalalan pada kosmetik :

1. Ekstrak Tumbuhan
Sebagian proses ekstraksi tumbuhan memerlukan bahan penolong. Sehingga
harus dipastikan bahan penolong tersebut terbebas dari najis atau bahan non-halal.

2. Kolagen

Sebagai antiaging atau antikerut. Harus dipastikan berasal dari hewan yang


halal dan disembelih sesuai syariah

3. Turunan Asam Lemak


Sebagai perisa/pewangi. Bahan ini bisa berasal dari tumbuhan dan hewan.
Banyak turunan asam lemak yang bentuknya sudah bukan lagi lemak, tapi sudah
menjadi susunan senyawa kimia baru dan sederhana.

Kemudian alasan lain yang membuat kosmetik perlu disertifikasi halal adalah
sebagai berikut :
a. Kosmetik menempel di kulit dan akan terbawa saat melakukan ibadah
shalat.

10
b. Tidak semua bagian anggota tubuh terbasuh air wudhu, sehingga ada
kemungkinan kosmetik masih menempel.
c. Ada kosmetik yang mengandung bahan najis atau non halal yang
tergolong berat, sehingga tidak bisa dicuci dengan cara pencucian biasa.
d. Beberapa kosmetik tidak dapat tembus air, sehingga menghalangi air
wudhu.
Berikut 3 hal penting dalam sertifikasi halal kosmetika yang sering terlewatkan :
1. Fasilitas, fasilitas berpeluang terkontaminasi najis dikarenakan tidak
semua produk disertifikasi halal.
2. Penamaan, penamaan tidak boleh menggunakan nama yang
mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau tidak sesuai dengan
syariat Islam, seperti mengandung kata-kata berkonotasi erotis,
vulgar, dan/atau porno.
3. Bentuk, produk/kemasan tidak dapat disertifikasi halal apabila
produk berbentuk hewan babi dan anjing ataupun bentuk produk  atau
label kemasan yang sifatnya erotis, vulgar, dan/atau porno.

2.5 Titik Kritis Snail filtrate pada kosmetik

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 24 Tahun 2012 tentang


Pemanfaatan Bekicot untuk Kepentingan Non-Pangan seperti obat dan
kosmetika, hukumnya mubah sepanjang bermanfaat dan tidak membahayakan.

Inilah dasar penggunaan snail filtrate dalam kosmetika diperbolehkan.

Namun tentunya ada factor lain yang harus kita cermati. Sesuai fatwa
majelis ulama Indonesia nomor 26 tahun 2013 tentang standar kehalalan
produk kosmetika dan penggunaanya menyebutkan bahan yang digunakan
harus halal dan suci. Titik kritis kehalalan kosmetika yang mengandung snail
filtrate bisa jadi berasal dari bahan aktif atau bahan penstabil yang membantu
kosmetik tersebut bekerja secara maksimal. Bahan lain, seperti pelarut,
emulgator, pengawet dan lainnya, yang berasal dari bahan najis dan haram

11
atau menggunakan media haram tentunya akan mengubah status kosmetika
berbahaan dasar snail filtrate menjadi haram pula.

Artinya, lendir siput diperbolehkan menjadi kandungan skincare. Asalkan,


tidak bercampur dengan kandungan atau bahan aktif yang sifatnya haram. Lini
halal, tidak hanya terbatas kandungan dalam suatu produk saja tapi juga
mencakup purchasing/pembelian bahan, produksi, storage/penyimpanan, dan
proses distribusi.

Terlepas dari lini halal, terdapat temuan baru jika snail filtrate tidak
memiliki banyak manfaat. Dermatolog Pacific Medical Center California
Marie Jhin mengatakan, lendir siput memang mengandung nutrisi, tetapi
belum tentu bermanfaat untuk kulit karena bergantung dari jenis siput dan
banyaknya produksi sekresi. Proses produksi lendir tak terjadi begitu saja, jadi
semua formulasinya tak akan sama.

Dalam lendir siput memang mengandung asam hialuronat, enzim


glikoprotein, dan peptida yang sifatnya membantu sel memproduksi kolagen,
elastin, melembutkan, serta mencerahkan kulit. Namun, kandungan tersebut
bisa berdiri sendiri dengan manfaatnya tanpa lendir siput. Menurut dermatolog
Jennifer Ahdout, manfaat lendir siput hanya sedikit yakni
membantu menghidrasi kulit tapi tidak mengatasi kerutan, bekas jerawat, dan
kondisi kulit lainnya.

Contoh Titik Kritis Kehalalan Kosmetik yang mengandung Snail filtrate :

1.) Ekstraksi Snail fitrate

Diketahui bahwa untuk memperoleh Snail filtrate kita harus memperoleh


mucin terlebih dahulu sebelum pada akhirnya akan diproses menjadi filtrate. Baik
dengan cara Snail dibiarkan berjalan diatas lubang dan lendir ditampung atau
dengan cara menstimulasi Snail dengan menggunakan tangan, tentunya setelah
mendapatkan mucin untuk proses selanjutnya tentunya perlu di pisahkan mucin
dari zat-zat asingnya dan perlu adanya proses ektraksi mucin itu sendiri. Sebagian
proses ekstraksi pada Snail ini memerlukan bahan penolong. Sehingga harus

12
dipastikan bahan penolong tersebut terbebas dari najis atau bahan non-halal.
Dalam proses ini Sebagian melibatkan alkohol sebagai zat pelarut / sebagai
pengekstraksi mucin (lendir), tentunya perlu diperhatikan dan fatwa MUI telah
memutuskan batas kadar maksimal alkohol dalam suatu produk halal adalah 1%
jika lebih dari itu dapat dikatakan haram.

2.) Kolagen

DIketahui bahwa Snail filtrate yang terdapat pada kosmetik ini dipercaya
mampu menstimulasi kolagen pada kulit, akan tetapi jika kita ingin membuat
produk skincare baik handbody atau produk lainnya dengan melakukan
penambahan zat aktif lain kedalamnya contohnya seperti kolagen itu
diperbolehkan. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu kolagen
yang akan kita gunakan berasal dari suatu yang haram atau tidak. Sebagai
antiaging atau antikerut dan pelembab. Harus dipastikan berasal dari hewan yang
halal dan disembelih sesuai Syariah.

Karakteristik kolagen merupakan jaringan ikat yang liat dan bening


kekuningan, mencair saat terpapar panas menjadi cairan agak kental seperti lem,
serta tidak larut dalam air dan mampu menahan air. Kolagen sangat penting dalam
pertumbuhan sel, sebagai proses regenerasi sel, menjaga elastisitas kulit serta
mencegah keriput.

Dalam industri kosmetik, kolagen biasa diperoleh dari hewani (misalnya sapi
dan babi atau manusia). Jika kolagen diperoleh dari zat haram (Babi) hal ini
produk handbody atau skincare bisa dikategorikan sebagai produk yang haram.

Manfaat produk skincare yang berbahan dasar Snail filtrate (Handbody atau
cream wajah) dan jika adanya penambahan zat aktif seperti kolagen yang
berkhasiat sebagai antiaging diperbolehkan (halal), apabila kolagen yang
diperoleh dari hewan halal seperti sapi atau ikan.

Contoh produk kosmetik yang mengandung Snail filtrate dan kolagen

13
The Saem Snail Essential EX Wrinkle Solution Cream

Brand yang dikenal akan produk aloe soothing gel ini juga mengeluarkan lini
rangkaian produk Snail Skin Care khusus untuk anti aging, yaitu Snail Essential
EX Wrinkle Solution. Di dalam rangkaian Snail Essential EX Wrinkle Solution,
terdapat krim wajah dengan kandungan snail mucus 79 persen serta kolagen untuk
merawat elastisitas kulit dan menyamarkan kerutan pada kulit wajah Anda. Tak
hanya itu, krim wajah ini juga diperkaya dengan Hyaluronate Acid yang menutrisi
serta meningkatkan kadar kelembapan kulit agar tetap kencang dan awet muda.

3.) Turunan Asam Lemak


Sebagai eksipien (pewangi). Bahan ini bisa berasal dari tumbuhan dan hewan.
Banyak turunan asam lemak yang bentuknya sudah bukan lagi lemak, tapi sudah
menjadi susunan senyawa kimia baru dan sederhana.

Bahan tambahan pewangi pada hanbody lotion yang berbahan dasar Snail
filtrate harus diperoleh dari suatu zat yang halal. Ada banyak parfum yang berasal
dari lemak hewani yang tidak halal seperti babi. Hal ini produk dapat dikatakan
haram apabila diperoleh dari hewan babi.

Turunan lemak lainnya juga ada gliserin, yang diperoleh dari hasil samping
dalam pembuatan sabun. Pada umumnya gliserin dipakai dalam produk-produk
handbody lotion, sabun mandi, pelembab krim, lipstick lip gloss dll.

Manfaat gliserin pada produk kosmetik seperti handbody atau skincare


lainnya berkhasiat untuk melembabkan, melembutkan serta menghaluskan kulit.

14
Sumber gliserin adalah lemak hewani, (misalnya sapi, babi dan lainnya) dan
minyak nabati (misalnya kelapa sawit). Gliserin yang berasal dari minyak nabati
atau dari sapi insya Allah halal untuk dimanfaatkan. Dapat dipastikan tidak semua
gliserin itu haram.

Karakteristik gliserin : Cairan tidak berwarna hingga kuning, tidak berbau,


berasa manis, bertekstur kental; Bersifat higroskopis; Berat molekul 92,09;
Rumus molekul C3H8O3; Titik didih 290oC (554F); Titik beku 20oC (68F);
Tekanan uap 0,0025 mmHg pada 50oC; Kerapatan uap (udara=1) 3,1; Gravitasi
spesifik (air=1) 1,2613; pH netral; Larut dalam air, alkohol, etil asetat, dan eter;
Tidak larut dalam benzen, kloroform, karbon tetraklorida, karbon disulfida,
petroleum eter, dan minyak.

Contoh produk yang berbahan dasar Snail filtrate dan bahan tambahan
gliserin

THE SAEM Snail Soothing Gel.

Selain memiliki kandungan utama lendir siput, soothing gel dari The Saem ini
juga mengandung aloe barbadensis leaf extract, glycerin, polysorbate 20 dan
potassium hydroxide. Semua bahan tersebut ampuh untuk menenangkan dan

15
membuat kulit menjadi lebih kenyal, lembut, cerah dan menyamarkan bintik di
kulit. Teksturnya gel, bening dan cepat diserap oleh kulit.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa berdasarkan pandangan


MUI, terdapat beberapa bahan yang hanya boleh digunakan pada
kosmetika/obat halal namun tidak boleh digunakan pada produk halal yang
dikonsumsi. Hal ini dapat memudahkan industri kosmetika dan obat dalam
memilih bahan baku halal, salah satunya adalah bekicot (siput).

Selain itu fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2012 tentang Pemanfaatan Bekicot
untuk Kepentingan Non-Pangan seperti obat dan kosmetika, hukumnya mubah
sepanjang bermanfaat dan tidak membahayakan. Inilah alasan mengapa Snail
filtrate diperbolehkan untuk kosmetik, akan tetapi ada factor lainnya yang harus di
cermati. Artinya Snail filtrate pada kosmetik diperbolehkan dalam kosmetik selagi
tidak bercampur dengan bahan aktif yang sifatnya haram.

Titik kritis Snail filtrate dapat dikatakan halal akan tetapi diluar dari itu
mungkin titik kritisnya terdapat pada bahan zat aktif lainnya yang ditambahkan
mungkin berasal dari bahan najis dan haram atau dengan menggunakan media

16
haram pun tentunya akan mengubah status kosmetika dengan kandungan Snail
filtrate ini bisa menjadi haram pula.

Dan perlu diketahui bahwa lini halal, tidak hanya terbatas kandungan dalam
suatu produk saja tapi juga mencakup purchasing/pembelian bahan,
produksi, storage/penyimpanan, dan proses distribusi.

DAFTAR PUSTAKA

- 7Dnews London. 2019. Snails Are Giving The Cosmetics Market A Boost in
Thailand. (Diakses melalui https://7dnews.com/news/snails-are-giving-
thecosmetics-market-a-boost-in-thailand).
- Ahmad TB, Liu L, Kotiw M, and Benkendorff K. 2017. Review of anti-
inflammatory, immunemodulatory and wound healing properties of molluscs.
Journal of Ethnopharmacology. vol 210: 156-178. doi:
10.1016/j.jep.2017.08.008.
- Ehara T, Kitajima S, Kanzawa N, Tamiya T, and Tsuchiya T. 2002.
Antimicrobial action of achacin is mediated by L-amino acid oxidase activity.
- Federation of European Biochemical Societies. vol 531(3): 509-512. doi:
10.1016/s0014-5793(02)03608-6.
- Heryanto. 2008. Ekologi keong darat di Taman Nasional Gunung Ciremai.
Jurnal Biologi Indonesia. vol 4(5): 359-370. doi: 10.14203/jbi.v4i5.3219.
- Keong CY. 2015. Sustainable resource management and ecological
conservation of mega biodiversity: the southeast asian big-3 reality.
International Journal of Environmental Science and Development. vol 6(11):
876-882. doi: 10.7763/IJESD.2015.V6.715.

17
- Laneri S, Lorenzo RD, Sacchi A, and Dini I. 2019. Dosage of bioactive
molecules in the nutricosmeceutical Helix aspersa Muller mucus and
formulation of new cosmetic cream with mosturizing effect. Natural Product
Communication: 1-7. doi: 10.1177/1934578X19868606.
- Marwoto RM. 2016. Keong darat dari Sumatera (Moluska, Gastropoda). Zoo
Indonesia: Jurnal Fauna Tropika. vol 25 (1): 8-21. Meyer BN, Ferrigni NR,
Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, and McLaughlin JL. 1982. Brine
- OHS, MDL Information System, Inc., Donelson Pike, Nashville, 1997.
- http://msds.chem.ox.ac.uk/GL/glycerol.html (diunduh Juni 2011).
- https://www.wowkeren.com/berita/tampil/00307240.html
- https://uad.ac.id/id/titik-kritis-kehalalan-bahan-farmasi-dalam-obat-kosmetik-
dan-makanan/
- https://wr4.uai.ac.id/apa-saja-hal-yang-menjadikan-kosmetik-itu-perlu-untuk-
disertifikasi-halal/

18

Anda mungkin juga menyukai