DI
DISUSUN OLEH:
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI
BOGOR-DEPOK
Disetujui oleh :
Preceptor 1 Preceptor 2
PT. Glaxosmithkline Bogor Universitas Andalas
Disahkan oleh,
ii
KATA PENGANTAR
(Penulis)
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... vii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................................... 2
C. Manfaat ............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN UMUM .................................................................................. 3
A. Industri Farmasi ................................................................................................ 3
B. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ........................................................ 4
C. Gambaran Umum GlaxoSmithKline dan PT. Sterling product Indonesia ........ 5
D. Tinjauan Teori ................................................................................................. 11
BAB III KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN .......................................... 31
A. Gambaran Umum Industri Farmasi ................................................................. 31
B. Kegiatan Mahasiswa PKPA ............................................................................. 72
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 80
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................................ 80
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR SINGKATAN
GSK : GlaxoSmithKline
QA : Quality Assurance
QC : Quality Control
GSK : GlaxoSmithKline
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada pasal 9 disebutkan bahwa industri
Industri farmasi merupakan industri yang diatur secara ketat dan dituntut
mampu memproduksi sediaan obat yang berkhasiat, aman, dan bermutu. Industri
farmasi di indonesia dituntut harus mematuhi ketentuan yang diatur dalam Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Industri yang produknya diekspor juga harus
daya yang mampu memenuhi konsep CPOB. Dalam rangka peningkatan kualitas
dalam hal pendidikan dan pelatihan apoteker. Salah satu bentuk kerja sama yang
dijalin adalah Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Melalui program ini calon
B. Tujuan
mahasiswa.
kepada mahasiswa.
C. Manfaat
industri farmasi.
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Industri Farmasi
Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri
kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat (Anonim,
2010). Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan menghasilkan obat yang
didistribusikan.
UU Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 1967 dan UU Penanaman Modal
untuk memperoleh izin industri farmasi antara lain berbadan usaha berupa
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); memiliki secara tetap paling
komisaris dan direksi tidak pernah terlibat baik secara langsung atau tidak
farmasi. Kepala Badan POM akan melakukan audit tentang pemenuhan CPOB.
Jika CPOB sudah terpenuhi, maka BPOM akan mengeluarkan surat izin industri
farmasi. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama industri farmasi
industri farmasi lain yang telah menerapkan CPOB. Industri farmasi pemberi
(WHO) dan mulai digunakan industri farmasi secara sukarela 2 tahun kemudian.
CPOB pertama kali diterbitkan tanggal 2 Februari 1988 oleh Menteri Kesehatan
dokumentasi yang diperlukan dan informasi lain terkait teknis pembuatan obat
yang baik. Pada tahun 1990, sertifikasi CPOB mulai diadakan. CPOB 2012 adalah
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat
bagi industri farmasi Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat
senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan
selama keseluruhan proses pembuatan. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
inspeksi diri dan audit mutu, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan
pembuatan obat.
Pharmaceutical
Sejarah panjang GSK berawal pada tahun 1890 dari rumah grosir obat
alergi. Hal ini merupakan langkah pertama bagi perusahaan Beecham untuk
Pada Tahun 1995, Glaxo Wellcome terbentuk dari hasil merger dua
sebagai perusahaan farmasi terkemuka dunia dengan dasar riset yang kokoh.
Utara, Eropa Tengah, Eropa Selatan, Amerika Utara, dan Amerika Latin.
7
produk unggulan di empat kelas dari total lima kelas terapeutik utama dunia,
yaitu antiinfeksi, susunan saraf pusat, saluran nafas dan saluran cerna.
terdiri dari obat-obat tanpa resep, produk perawatan oral, dan minuman
research and development sekitar 3,7 milyar per tahun. GSK masuk dalam 16
GSK Indonesia (GSKI) terdiri dari tiga legal entities yaitu PT Glaxo
sediaan liquid, tablet dan topikal. Bogor site fokus pada produk obat OTC.
Bogor site mempunyai luas tanah 19.460 m2 dengan luas bangunan 6.407,5 m2.
a. Visi
GSK spirit yang harus dimiliki oleh semua karyawan. Implementasi dari
b. Misi
baik, dan hidup lebih lama. Misi GlaxoSmithKline adalah To improve the
quality of human live by enabling people to do more, feel better and live
longer.
c. Strategi
dengan risiko lebih besar dan pertumbuhan lebih rendah. Oleh karena itu,
yaitu :
9
GSK.
bukanlah standar FDA, POM atau WHO, tetapi merupakan standar minimum
global GSK yang harus dipenuhi. Bila dilaksanakan sepenuhnya, bukan hanya
terealisasi.
4. Struktur Organisasi
D. Tinjauan Teori
1. Manajemen Mutu
manajemen risiko mutu. Pemastian mutu adalah konsep luas yang mencakup
semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif yang akan mempengaruhi
mutu dari obat yang dihasilkan. Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang
pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang
belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak
digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum
mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Pengkajian mutu produk secara
berkala dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan
awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi
perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. Manajemen risiko mutu
telah ditetapkan;
2) Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses, dan sarana
4) Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana
yang tersedia;
jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk
mutu obat;
10) Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
2. Personalia
praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab
yang berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu obat. Industri farmasi
harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil
pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis.
Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai
tingkat kualifikasi yang memadai. Aspek penerapan CPOB tidak ada yang
terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada
uraian tugas. Personil kunci di industri farmasi mencakup kepala bagian Produksi,
kepala bagian Pengawasan Mutu, dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purna waktu. Kepala bagian
Produksi, Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), dan Kepala bagian
Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain, dipimpin oleh orang
yang berbeda, serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain.
personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Di samping
pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah mendapat
tersedia bagian seluruh karyawan dan telah disetujui kepala bagian masing-
14
pelatihan disimpan.
konstruksi dan letak yang memadai, disesuaikan kondisinya, dan dirawat dengan
baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain
penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu
terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang
Desain dan tata letak ruang kompatibel dengan kegiatan produksi lain
yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana yang
lintas umum bagi personil dan bahan atau produk. Permukaan dinding, lantai dan
langit-langit bagian dalam ruangan di mana terdapat bahan baku dan bahan
pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan
hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat,
Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air,
apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area
dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah didesain dan dipasang sedemikian
rupa untuk menghindarkan pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan. Pipa yang
dengan jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas
Ukuran
Nonoperasional Operasional
Partikel
Jumlah maksimum partikel/m3 yang diperbolehkan
Kelas
0,5 m 5 m 0,5 m 5 m
A 3.520 20 3.520 20
B 3.520 29 352.000 2.900
C 352.000 2.900 3.520.000 29.000
Tidak Tidak
D 3.520.000 29.000
ditetapkan ditetapkan
Tidak Tidak
E 3.520.000 29.000
ditetapkan ditetapkan
produk steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk
pembersihan.
16
membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan
mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area produksi
atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area
4. Peralatan
tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat agar
mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk
silang, penumpukan debu atau kotoran, dan hal-hal yang umumnya berdampak
buruk pada mutu produk. Peralatan satu sama lain ditempatkan pada jarak yang
mutu produk. Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan
dicatat dalam buku log alat. Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan,
disimpan, dan bila perlu disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi
atau sisa bahan dari proses sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk
17
termasuk produk antara di luar spesifikasi resmi atau spesifikasi lain yang telah
ditentukan. Bila peralatan digunakan untuk produksi produk dan produk antara
dibersihkan dalam tenggat waktu yang sesuai untuk mencegah penumpukan dan
kebersihannya dengan cara yang baik. Buku log untuk peralatan utama dan kritis
telah dilakukan termasuk tanggal dan personil yang melakukan kegiatan tersebut.
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan,
peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan
disinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk.
kesehatan kerja dan kesehatan personil secara berkala. Petugas pemeriksa visual
dilatih mengenai penerapan higiene perorangan. Tiap personil yang masuk ke area
dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Tiap personil yang
mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu
produk hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang
sedang diproses dan obat jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan
peralatan atau personil) yang menurut penilaian mereka dapat merugikan produk.
Persentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara
dan produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer dan juga dengan bagian
memasuki area produksi. Untuk tujuan itu perlu dipasang poster yang sesuai.
peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan untuk pembersihan sarana
dan bangunan. Prosedur tertulis hendaklah ditetapkan untuk pembersihan alat dan
pembersihan tiap jenis alat secara konsisten dan efektif. Prosedur tersebut
segera sebelum digunakan; dan menetapkan jangka waktu maksimum yang sesuai
6. Produksi
penyalutan, pengisian kapsul keras, penandaan tablet salut dan kapsul, produk cair,
bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,
penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, dan penyimpanan produk antara,
7. Pengawasan Mutu
memastikan bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan
pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan,
dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual,
harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Bagian
lain adalah
e. ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk,
tertulis dan dicatat. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian
sebelum didistribusikan.
21
CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang dilakukan. Inspeksi diri
rutin atau situasi khusus misalnya penarikan kembali obat jadi atau penolakan
Prosedur dan catatan inspeksi diri didokumentasikan dan dibuat program tindak
lanjut yang efektif. Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk inspeksi diri yang
menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi
penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan
higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat atau sistem pengukuran,
dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan. Manajemen hendaklah
masing dan memahami CPOB. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam
prosedur inspeksi diri. Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan
22
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) bertanggung jawab bersama bagian lain yang
bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan. Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal
dan bahan pengemas. Daftar pemasok hendaklah disiapkan dan ditinjau ulang.
riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok. Jika audit diperlukan, audit
CPOB. Semua pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi secara teratur.
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Prosedur tertulis tersebut merinci penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut yang sesuai,
keluhan terhadap obat yang diduga cacat. Penanganan keluhan dan laporan suatu
produk termasuk hasil evaluasi dari penyelidikan serta tindak lanjut yang
dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang
terkait. Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat yang
dan mendalam. Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, perlu
dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk memastikan apakah bets lain
juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan ulang dari bets
terhadap laporan dan keluhan mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak
lanjut. Tindak lanjut ini mencakup tindakan perbaikan dan penarikan kembali satu
ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang
efektif dan tuntas. Catatan dan laporan termasuk hasil tindakan embargo dan
akhir, termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim dan yang
ditemukan kembali.
10. Dokumentasi
metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia
dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan.
Induk menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta
dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir.
yang sesuai dan diberi wewenang. Semua perubahan yang dilakukan terhadap
tanggal kadaluwarsa produk jadi. Data dapat dicatat dengan menggunakan sistem
25
pengolahan data elektronis, cara fotografis atau cara lain yang dapat diandalkan,
namun prosedur rinci berkaitan dengan sistem yang digunakan hendaklah tersedia,
prosedur produksi induk, dan catatan produksi bets. Dokumen Produksi Induk
yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam bentuk sediaan dan
kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets. Prosedur Produksi Induk,
terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, yang
untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan ukuran bets spesifik.
untuk digunakan. Catatan Produksi Bets terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan
Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua
data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets
produk. Kadang-kadang pada Catatan Produksi Bets, prosedur yang tertera dalam
Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat
pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen
analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua
perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan
izin edar untuk produk bersangkutan. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak,
pelulusan akhir harus diberikan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin edar dan persyaratan
sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk atau pekerjaan atau pengujian
27
yang dapat membahayakan gedung, peralatan, personil, bahan atau produk lain.
Pemberi Kontrak memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang
produk telah diluluskan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
obat berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang
memiliki sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh Badan POM. Penerima Kontrak
memastikan bahwa semua produk dan bahan yang diterima sesuai dengan tujuan
apapun yang dipercayakan kepadanya sesuai kontrak kepada pihak ketiga, tanpa
terlebih dahulu dievaluasi dan disetujui oleh Pemberi Kontrak. Pengaturan antara
Penerima Kontrak dan pihak ketiga memastikan bahwa informasi pembuatan dan
analisis disediakan kepada pihak ketiga dengan cara yang sama seperti yang
dapat berpengaruh buruk pada mutu produk yang dibuat dan/atau dianalisis untuk
Pemberi Kontrak. Kontrak dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
dengan produksi dan pengendalian mutu produk. Aspek teknis dari kontrak
yang sesuai di bidang teknologi farmasi, analisis, dan CPOB. Semua pengaturan
28
pembuatan dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh kedua
belah pihak. Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap
bets produk untuk diedarkan dan memastikan bahwa tiap bets telah dibuat dan
dan penanggung jawab pengambilan sampel dan fungsi analisis. Kontrak memuat
izin Pemberi Kontrak untuk menginspeksi sarana Penerima Kontrak. Dalam hal
menguraikan penanganan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan ruahan,
yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari
proses hendaklah divalidasi. Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas
proses yang divalidasi; format protokol dan laporan validasi; perencanaan dan
digunakan.
29
analisis. Selain validasi proses, ada validasi ulang dan pengendalian perubahan.
fasilitas, sistem, dan peralatan baru atau yang dimodifikasi mencakup instalasi
peralatan, pipa dan sarana penunjang dan instrumentasi hendaklah sesuai dengan
pengetahuan tentang proses, sistem, dan peralatan; dan pengujian yang meliputi
satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas bawah, atau
sering dikenal dengan kondisi terburuk (worst case). Kualifikasi kinerja dilakukan
pengetahuan tentang proses, fasilitas, dan sistem peralatan dan pengujian yang
meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan
bawah.
30
batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih, dan pencemaran mikroba.
Validasi pembersihan dilakukan tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi
jika ada usul perubahan terhadap bahan awal, komponen produk, peralatan proses,
proses perubahan yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk sesuai mutu
metode analisis perlu dilakukan untuk menunjukkan bahwa metode analisis sesuai
jenis meliputi uji identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas, uji batas
impuritas, dan uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau
BAB III
Pulogadung site dan Bogor site. Berikut merupakan gambaran mengenai aktivitas-
1. Departemen produksi
yang membawahi Solid Value Stream Leader dan Sterile Value Stream Leader.
bentuk sediaan padat berupa kaplet dan bentuk sediaan steril berupa tetes
value stream leader dibantu oleh supervisor. Value Stream Leader dan
Head of operations
Fitzmill opt.
Set up / fill Preparation Sterile Bott prep opt (2)
opt opt mixing opt
FBD opt.
Prod cleaner (3)
Gambar
Gambar 2. Struktur
2. Struktur Organisasi
Organisasi Divisi
Divisi Produksi
Produksi
proses pembuatan sediaan solid dan sediaan tetes mata steril. Sebelum
dalam kondisi bersih dengan pemberian label cleaned. Selain itu, juga
terdapat SOP Line Clearance, dimana orang yang melakukan dan yang
Raw IPC :
Dispensing Mixing / Fluid Bed
Material moisture
Granulation Drying
content
Milling
IPC :
LOD
lainnya. Dalam ruangan ini, terdapat dua pintu di sisi yang berbeda dan
Aktivitas yang dilakukan di material air lock antara lain serah terima
ruangan.
Udara masuk dari atas dan dihisap pada bagian bawah sistem. Hal ini
proses dispensing.
35
monitor sudah muncul. Tanda () pada bagian kiri atas display atau
pada proses mixing baru dapat dicampurkan. Hal ini dilakukan untuk
3) Staging room
sediaan sementara.
36
4) Granulating Room
water supply, dan steam supply. Alat-alat yang digunakan antara lain:
a) Super Mixer
b) Lifting Device
melalui inlet sebagai alat bantu transfer dari satu alat ke alat
lainnya.
gesekan granul dan kain. Hal ini merupakan salah satu bagian dari
d) Fitzmill
5) Blending Room
waktu tertentu.
6) Compressing Room
melekat dan dilewatkan juga pada alat metal detector yang berfungsi
38
7) Blistering Room
kritis pada proses ini adalah temperatur saat pencetakan dan setelah
alat pemotong.
8) Ruang Pencucian
Alat yang telah dicuci bersih dan siap digunakan diberi label cleaned.
masing wash room tersedia suplai tap water dan purified water.
39
9) IPC Room
a) Granulasi: tes LOD (Loss on Drying) untuk uji kadar air granul
kerapuhan
label
kompresi setiap tablet sudah dilewatkan pada metal check machine dan
vakum.
40
IPC : Apperance,ketebalan,berat,
IPC : Kebocoran strip, No. IPC : Berat kerapuhan, waktu hancur, kekerasan,
Batch, dan ED
keseragaman bobot, deteksi logam
packaging. Filling line dimulai dari botol yang telah dicuci pada bottle
washing room. Botol yang telah dicuci masuk ke ruang syrup filling.
diperiksa pH dan kejernihannya. Botol yang telah diisi produk obat ditutup
volume, uji kekuatan tutup botol (torque test) dan test appearance. Tahap
Filling
sebagai berikut :
Pada steril stream, selain changing room dan material airlock, juga
ruang mixing (kelas C), serta airlock yang menghubungkan ruang mixing
tidak dilengkapi dengan dispensing booth dan LAF karena material yang
42
mixing terlebih dahulu difiltrasi dengan filter 0.4 dan 0.2 mikron.
lain :
stick code E
b) Digital Thermometer
e) tubing/hose
adalah ruangan grade A yang berada didalam LAF. Area grade A ini tidak
di filling room. IPC yang dilakukan pada proses ini antara lain clarity,
removal torque.
6) Ruang Pencucian
7) IPC Room
IPC untuk sediaan tetes mata steril pada setiap tahap meliputi :
a) Mixing: pH
2. Departemen Compliance
Assurance (QA). Namun, saat ini divisi Compliance berada di bawah Head of
Quality dan dipimpin oleh seorang compliance manager yang dibantu oleh
44
supply.
Head of Quality
Compliance Manager
Compliance Officer
1) Implementasi QMS
standar tersebut lebih ketat dari pada standar GMP maupun CPOB.
perusahaan untuk:
2) Local SOP
SOP ini merupakan implementasi lokal dari QMS dan harus sesuai
Process).
a) Hasil audit
b) Deviation report
c) Komplain
d) Change control
4) Validasi
Master Plan (VMP) yang berisi tujuan dan wawasan validasi, komite
standar kualitas.
Qualification (OQ), dan PQ dari alat dan fasilitas dan protokol validasi
pihak produsen termasuk bila ada complain terhadap produk obat yang
dijual di pasaran.
3. Departemen Procurement
dari divisi logistik, baik secara kuantitas maupun kualitas. Barang yang telah
dibeli harus terjamin kualitasnya sejak mulai dipesan sampai barang diterima
dengan divisi pemastian mutu dan divisi produksi yang tergabung dalam tim
yang dibeli tidak memenuhi kualitas sehingga ditolak oleh divisi pemastian
Head of Procurement
Procurement Manager
berhubungan langsung dengan proses produksi seperti bahan baku (zat aktif
dan tambahan) dan bahan pengemas (karton, stiker, label, botol, dan lain-lain).
nama barang, jenis, jumlah yang akan dibeli dan kapan barang harus ada.
barang yang akan dibeli, tanggal diperlukan atau kapan barang harus ada,
Minimal ada tiga suplier untuk satu barang untuk menghindari hal-hal yang
lancar. Apabila hanya ada satu suplier maka divisi ini harus menjaga
diberlakukan untuk barang yang sulit didapat dan harganya mahal. Suplier
telepon dengan jumlah sesuai keinginan. Hal ini harus didasarkan pada sikap
tanggung jawab dan rasa saling percaya antara pihak GSK dengan suplier.
4. Departemen Logistik
Technical Director
Logistic Manager
.
Raw Material
Packaging
Material
Finished Goods
Administration
Secara garis besar, tugas logistik dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bahan pengemas agar produksi dapat berjalan sesuai jadwal dan tidak terjadi
51
antara lain:
obat agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang
keputusan akhir atas mutu obat atau hal-hal lain yang mempengaruhi mutu
tanggung jawab personel produksi), pada produk yang dihasilkan (baik bulk
Technical Director
Head of Quality
Compliance
QA Technical QC Pack Dev. Supervisor
Officer Coordinator Coordinator
Analyst QA Adm.
memberikan keputusan akhir atas mutu obat ataupun hal lain yang
produk, dan metode dalam proses produksi telah memenuhi kriteria yang
a. Pemeriksaan RM dan PM
pengolahan produk obat yang meliputi zat aktif dan eksipien (bahan
pemeriksaan untuk RM, yaitu tes fisik dan tes kimia, serta tes mikrobiologi
pharmacode.
dipisahkan secara fisik dan diberi status quarantine dengan label berwarna
setelah diperiksa akan diberi status approved dengan label berwarna hijau
b. Pemeriksaan FG
kerapuhan, kekerasan, disolusi, dan waktu hancur. Tetes mata steril diperiksa
sediaan.
(dari batch record) dan kelengkapan kemasan (jumlah isi, kelengkapan isi,
kimia dan mikrobiologi khusus untuk sediaan tetes mata steril juga dilakukan.
Tetes mata steril diperiksa pH, kejernihan, dan diuji mikrobiologi. Tablet
status rejected dengan label berwarna merah sehingga produk tidak boleh
amonia, kalsium, CO2, logam berat, zat yang teroksidasi, dan total dissolved
57
dimulai saat air datang dari sumber sampai air kembalian dari ruang
filtrasi. Area sampling meliputi city water, primary loop (potable water)
spesifikasi yang ditetapkan akan diberi label berwarna hijau dan di-release.
e. Pemeriksaan Mikrobiologi
setiap material yang kontak langsung dengan material yang diuji harus dalam
keadaan steril.
untuk menentukan shelf life produk dan periode waktu penyimpanan produk
pada kondisi yang spesifik di mana produk masih memenuhi spesifikasi. Uji
produksi, dan kemasan primer. Uji stabilitas cukup dilakukan minimal satu
batch per tahun jika tidak terjadi perubahan.Uji stabilitas dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu pada kondisi penyimpanan sebenarnya (real time) dan
pada kondisi dipercepat (accelerated test), yaitu pada suhu yang ditingkatkan.
PM, dan FG yang disimpan untuk kebutuhan analisis selama kurun waktu
Reference sample untuk bahan aktif dan eksipien harus disimpan dalam
amber bottle hingga 1 tahun setelah expire date dari batch produk jadi,
kecuali sampel pelarut yang mudah terbakar (hazardous) tidak perlu disimpan.
59
dua kali jumlah yang dibutuhkan untuk keseluruhan tes sesuai dengan
bergantung dari jenisnya, seperti karton, leaflet, label, sendok plastik, label
PVC/PVDC.
sample adalah sampel yang merupakan unit lengkap dari setiap batch FG
yang digunakan untuk tujuan identifikasi selama kurun waktu shelf life
disebabkan oleh kualitas produk yang kurang atau karena penyimpanan obat
Jumlah retained sample yang disimpan tidak boleh kurang dari dua kali
diklasifikasikan menjadi:
report, data dan laporan stabilitas, dan laporan komplain (tren dan
61
waktu tertentu. Data produk yang dihasilkan selama periode waktu tertentu
gambaran produk yang dibuat dan dites, meliputi besar batch, bahan baku,
mesin dan peralatan, pengumpulan parameter kritis pada proses produksi dan
9) Deviation reports
yang terjadi harus dikontrol untuk menjaga kualitas, keamanan, dan efikasi
terjadi selama product life cyc (PLC), serta menjamin perubahan dilakukan
l. Utilities Monitoring
m. Laboratorium
kimia bahan baku, bahan pengemas, dan produk jadi. Peralatan yang
2) Laboratorium mikrobiologi
digunakan.
Technical Director
EHS Manager
tim.
domestik.
66
c. Operational control
Investigasi dan pembuatan laporan jika terjadi kecelakaan kerja dan ada
Produk baru yang dihasilkan dapat di-recycle atau tidak, jika dibawa
g. Procurement
dibeli berbahaya atau tidak, misal jika membeli refrigerator, tidak boleh
h. Key supplier
i. Employee health
Meliputi: food service and drinking water, ergonomic and the workplace
j. Enviromental risk
7. Departemen Engineering
administrasi.
Technical Director
Engineering Manager
penunjang utama kegiatan proses produksi. Apabila salah satu rusak, kegiatan
tersebut terganggu dan hal ini tidak diinginkan. Bagian ini harus memberikan
service adalah:
Daya yang digunakan berasal dari PLN. Site Bogor memiliki genset yang
b. Steam boiler
pembuatan Domestic Hot Water (DHW) dan Low Temperature Hot Water
c. Air compressor
d. Dehumidifier
e. HVAC
temperatur ruang, kelembaban relatif, sirkulasi udara yang bersih dan tidak
dehumidifier.
HVAC disaring dengan pre filter, media filter dan HEPA filter baru
disuplai untuk udara kembalian, udara akan disedot kembali dan disaring
farmasi untuk produksi sirup dan juga untuk mencuci botol, peralatan
produksi, dll. Purified Water Plant adalah instalasi pemurnian air yang
dirancang khusus agar kualitas air murni yang dihasilkan benar-benar tidak
berwarna, tidak beracun, tidak berbau, dan tidak berasa. Sumber air adalah
secara otomatis. Apabila air yang dihasilkan tidak memenuhi syarat, alarm
menyala dan valve akan menutup sampai kualitas air tercapai kembali.
Keran air demin dalam ruang produksi baru boleh dibuka apabila lampu
8. Departemen Technical
maupun produksi. Semua spesifikasi yang dibuat oleh technical harus diketahui
departemen baru yaitu NPI (New Product Introduction). NPI merupakan suatu
sub department yang bertanggung jawab adanya produk baru yang akan
suatu departemen yang bertanggung jawab juga terhadap aktivitas NPI track
changing source, apabila terdapat pergantian material atau supply chain, maka
o Eksternal/Regulatory Audit
menerapkan dan melaksanakan suatu sistem jaminan mutu yang efektif, dengan
partisipasi aktif dari manajemen dan personel. Untuk mengukur efektifitas sistem
jaminan mutu dan menyakinkan bahwa sistem tersebut telah sesuai dengan
oleh perusahaan itu sendiri (internal), atau dari vendors (eksternal). Sebagai suatu
alternatif, audit dapat dilakukan oleh konsumen atau badan regulatory. Audit oleh
badan regulatory sangat diperlukan terutama untuk pabrik farmasi yang baru
didirikan dan pabrik farmasi yang memiliki sertifikat CPOB yang sudah hampir
Badan yang berwenang tersebut antara lain Medicine Control Agency (MCA) di
Inggris, Food and Drug Administration (FDA) di USA dan Badan Pengawasan
yang berlisensi secara rutin dilakukan regulatory audit. Audit ini mungkin tidak
diumumkan sebelumnya (MCA melaksanakan 10% audit dengan cara ini), karena
decrees terhadap perusahaan yang gagal untuk merespon secara adekuat terhadap
audit findings dan comply terhadap CPOB. Oleh karena itu, suatu perusahaan
harus mempunyai suatu prosedur yang jelas dan mempunyai staf yang terlatih
durasi. Audit yang dilakukan oleh badan regulatory nasional mungkin akan
periode tertentu. Setelah regulatory audit, laporan resmi akan dikirimkan, laporan
dari format tersebut akan tergantung pada perhatian dari badan regulatory tersebut.
dan laporan umum. Badan regulatory akan memeriksa bahwa tindakan perbaikan
disikapi dengan serius dan tindakan perbaikan dilakukan dengan tepat waktu dan
efektif.
Hal pertama yang dilakukan dalan penerapan 5S adalah sort. Disini saya
seperti logbook yang tidak berlaku atau habis due date-nya sehingga harus
diperbarui. Mencatat alat-alat yang rusak maupun yang sedang dalam proses
barang-barang yang dirasa tidak diperlukan di area meja kerja. Membuat list
yang ada di setiap ruangan. Prosedur penyimpanan ini yang dikenal dengan
(pena) di susun dengan rapi. Ditempatkan di dalam box khusus alat tulis
tadi tetap tersusun rapi dan bersih, perlu dibuat standar yang nyata dan
selalu ada atau di tempatkan pada kotaknya. Membuat list dan jumlah
sehingga penempatan barang atau dokumen tidak bercampur dan jelas. Hal
dan dokumen.
Dan hal terakhir dari metode 5S adalah sustain, tetap pada aturan dan
yang aman dan sehat bagi semua pekerjanya telah diatur dalam UU No. 1
Tahun 1970.
merugikan personel (karyawan) dan perusahaan selalu ada. Semua itu dapat
dihindari atau dicegah apabila rambu-rambu keselamatan atau safety sign ini
dipasang di setiap titik yang rawan bahaya ataupun di area yang kecil risiko
bahayanya. Safety sign itu sendiri berguna karena memiliki kemampuan dalam
perusahaan telah melindungi semua asetnya dari hal-hal yang tidak diinginkan.
77
c. Mempersiapkan Standar Work LOTO (Lock Out Tag Out) Machine dan
Salah satu hal yang perlu diperhatikan pada saat mengoperasikan mesin
adalah energy yang tersimpan dari mesin tersebut. Energy yang tersimpan
ekstrim, permukaan tajam, potensi terjepit (pinch point), bagian yang dapat
spontan, dan sebagainya. Untuk menghindari hal ini terjadi, dilakukan prosedur
adanya pelindung pada setiap mesin. Akan tetapi, pelindung mesin itu tidak
tubuhnya di area dimana ia dapat terpajan lepasnya energi secara tiba-tiba atau
juga adanya risiko mesin yang ia diperbaiki dapat dinyalakan oleh orang lain
tanpa pemberitahuan ia. Dalam kasus ini, LOTO dapat melindungi operator
disebutkan sebelumnya.
dapat terpajan oleh terlepasnya energi secara tiba-tiba. LOTO merupakan salah
salah satu tindakan pengendalian yang tepat untuk untuk mencegah energi yang
berikut:
tahap ini adalah memberi informasi kepada pekerja yang terkena dampak agar
memastikan semua energi yang terhubung dengan mesin, baik aktif ataupun
3.Mematikan mesin.
LOTO memiliki peraturan khusus terkait dengan standar gembok (lock) dan label
warna dan bentuk gembok serta format cetak dan legenda dari label
(Erickson,1996).
79
Berikut adalah Poin Penerapan Terbaik dalam LOTO yang pernah saya temui:
4.Berikan sign Lockout point dalam setiap titik yang harus menggunakan LOTO
aspek EHS (Environment, Health and Safaety), line opening, Instruksi kerja
rekonsiliasi bulk.
aspek EHS (Environment, Health and Safaety), line opening, instruksi kerja
pada tahap carton printing, carton inspection, shipper printing, blistering, dan
packing, tahap IPC carton printing, shipper printing dan blister printing, serta
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
standar CPOB 2012 yang digunakan untuk menjamin produk konsisten memenuhi
B. Saran
Penerapan CPOB dalam pembuatan produk obat di GSK site Bogor sebaiknya
DAFTAR PUSTAKA
Erickson, Paul A, 1990, Practical Guide To Occupational Health And Safety, San
Yogyakarta.