Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009, yang

dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,

spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Kesehatan masyarakat merupakan salah satu

modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk

mewujudkan hal ini secara optimal, diselenggarakan upaya kesehatan. Salah

satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan mutu

pelayanan dibidang kefarmasian (Siregar, 2004).

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan

kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengindentifikasi,

mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan

masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan

adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug

oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient

oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care)

(Menkes RI, 2014).

Tenaga teknis kefarmasian merupakan tenaga kesehatan yang memiliki

dasar pendidikan dan keterampilan di bidang farmasi serta diberi wewenang

1
dan tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Seiring

perkembangan zaman, profesionalisme tenaga teknis kefarmasian semakin

diperlukan, karena pekerjaan kefarmasian tidak lagi berorientasi pada produk

semata (product oriented), tetapi cenderung berorientasi pada pasien (patient

oriented). Perubahan orientasi pekerjaan tersebut menuntut tenaga teknis

kefarmasian untuk memiliki pengetahuan yang luas dalam melaksanakan

pelayanan kefarmasian, baik pengelolaan perbekalan farmasi maupun

pelayanan farmasi klinis.

Mengingat pentingnya pelayanan farmasi rumah sakit, maka tenaga

teknis kefarmasian perlu memahami dan mengenal peranannya di rumah sakit,

khususnya pada Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan

mahasiswa farmasi. Oleh karena itu, pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) di RSUD Bahtermas bagi Mahasiswa Diploma-III Akademi Farmasi

Bina Husada Kendari sangatlah perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan

diri untuk berperan langsung dalam kegiatan kefarmasian sesuai dengan fungsi

dan kompetensi tenaga teknis kefarmasian.

B. Tujuan dan Manfaat PKL

1. Tujuan

Adapun tujuan dari PKLini adalah :

a. Untuk mengetahui secara langsung tentang pengelolaan sediaan farmasi

serta pelayanan kefarmasian di RSUD Bahteramas Kota Kendari.

b. Untuk mengetahui secara langsung kegiatan di Central Sterilisation

Supply Departement (CSSD) di RSUD Bahteramas Kota Kendari.

2
2. Manfaat

Adapun manfaat dari PKL ini adalah :

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan

pelayanan kesehatan bagi pasien dirumah sakit.

b. Bagi Akademik

Menambah referensi keilmuan bagi perpustakaan dan sebagai

masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

c. Bagi Mahasiswa

Menambah pengalaman dan wawasan keilmuan tentang kegiatan

kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah sakit dan Central Sterilisation

Supply Departement (CSSD) di RSUD Bahteramas Kota Kendari.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 Rumah

Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah

pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif (Presiden RI, 2009).

Upaya menjalankan tugas sebagaimana disebut diatas, menurut

Undang- Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009, rumah sakit

mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna sesuai kebutuhan medis.

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3. Visi Misi Rumah Sakit

Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai mengapa sebuah

rumah sakit didirikan, apa tugasnya dan untuk siapa rumah sakit tersebut

melakukan kegiatan. Visi rumah sakit adalah gambaran keadaan rumah sakit

di masa mendatang dalam menjalankan misinya. Isi pernyataan visi tidak

hanya berupa gagasan-gagasan kosong, visi merupakan gambaran mengenai

keadaan lembaga di masa depan yang berpijak dari masa sekarang. Adapun

pernyataan misi dan visi merupakan hasil pemikiran bersama dan disepakati

oleh seluruh anggota rumah sakit. Misi dan visi bersama ini memberikan

fokus dan energi untuk pengembangan organisasi.

4. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,

rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.

a. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan

Rumah Sakit Umum: memberikan pelayanan kesehatan pada

semua bidang dan jenis penyakit.

Rumah Sakit Khusus: memberikan pelayanan utama pada satu

bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.

5
b. Berdasarkan pengelolaannya

Rumah Sakit Publik: dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah

daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

Rumah Sakit Privat: dikelola oleh badan hukum dengan tujuan

profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang

dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan

berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit. Klasifikasi

Rumah Sakit Umum, sebagai berikut:

a. Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar,

5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan

Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.

Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar,

4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan

Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar

dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. Jumlah tempat tidur

minimal 100 (seratus) buah.

6
d. Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.

B. Tinjauan Umum Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit atau

bagian di suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang apoteker

dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional

dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab

atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang ditujukan untuk

keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004).

Berdasarkan PerMenKes RI No. 72 Tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian di rumah sakit, pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai ialah sebagai berikut :

1. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi,

alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.

Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini

berdasarkan: formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan

terapi, standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

yang telah ditetapkan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan, pengobatan

berbasis bukti, mutu, harga, ketersediaan di pasaran.

7
2. Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan

jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin

terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan

menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar

perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,

kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan

anggaran yang tersedia.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan: anggaran yang

tersedia, penetapan prioritas, sisa persediaan, data pemakaian periode yang

lalu, waktu tunggu pemesanan dan rencana pengembangan.

3. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus

menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang

terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang

berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang

dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode

pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan

proses pengadaan, dan pembayaran.

8
4. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam

kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua

dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.

5. Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat

menjamin kualitas dan keamanan Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.

Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan

keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,

bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First

Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem

informasi manajemen. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip

(LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus

diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan

obat.

9
6. Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit

pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan

ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang

dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di unit pelayanan.

a. Floor Stock

Pada sistem ini, perbekalan farmasi didistribusikan langsung

kepada setiap unit perawatan. Dengan adanya sistem ini, perbekalan

farmasi yang dibutuhkan dalam keadaan darurat di ruangan (seperti obat-

obat emergensi) dapat dengan mudah diperoleh pasien, karena telah

tersedia melalui sistem floor stock. Namun sistem ini hanya bisa

diterapkan untuk pelayanan pada pasien rawat inap.

b. Resep Perseorangan (Individual Prescription)

Penyaluran perbekalan farmasi dengan sistem ini adalah

berdasarkan resep yang diterima pasien, sehingga pasien menerima

langsung perbekalan farmasi sesuai resep. Semua pasien rawat jalan

menerima perbekalan farmasi melalui resep perorangan, tetapi sebagian

pasien rawat inap juga menerima resep perorangan. Sistem ini

memungkinkan apoteker untuk langsung mengkaji resep terlebih dahulu

10
dan membuka kesempatan untuk berinteraksi antara dokter, apoteker,

perawatdan pasien.

c. Sistem Unit Dosis

Distribusi perbekalan farmasi dengan menggunakan sistem One

Day Dose Dispensing berarti bahwa pendistribusian obat sesuai dengan

dosis per hari yang dibutuhkan oleh pasien. Pembayaran perbekalan yang

digunakan oleh pasien juga sesuai dengan kebutuhannya untuk satu hari.

Sistem ini melibatkan kerjasama apoteker dengan dokter dan juga

perawat dalam memonitor pendistribusian seluruh perbekalan farmasi

kepada pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat

tercapai.

d. Kombinasi

Rumah sakit besar pada umumnya tidak terpaku pada satu sistem

distribusi obat saja tetapi lebih fleksibel, yaitu dengan

mengkombinasikan beberapa sistem di atas, bahkan mungkin

menggunakan semua sistem di atas, namun sesuai dengan kebutuhan

rumah sakit. Penetapan sistem distribusi pada setiap rumah sakit tidak

harus sama satu dengan lainnya, tergantung pada kebijakan rumah sakit

itu sendiri.

7. Pemusnahan dan Penarikan Sediian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai

Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan

11
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai bila:

a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu

b. Telah kadaluwarsa

c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan

atau kepentingan ilmu pengetahuan

d. Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan obat terdiri dari:

a. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai yang akan dimusnahkan

b. Menyiapkan berita acara pemusnahan

c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada

pihak terkait

d. Menyiapkan tempat pemusnahan

e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan

serta peraturan yang berlaku.

Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh BPOM atau

pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap

kegiatan penarikan.

12
8. Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan

penggunaan Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai dapat dilakukan oleh instalasi farmasi harus bersama

dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di rumah sakit. Tujuan

pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai adalah untuk

a. Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit.

b. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi

c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan

dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan

serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai adalah:

a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving).

b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga

bulan berturut-turut (death stock).

c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

13
9. Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan

untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan

administrasi terdiri dari :

a. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang meliputi

perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,

pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pelaporan

dibuat secara periodik yang dilakukan instalasi farmasi dalam periode

waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).

b. Administrasi Keuangan

Apabila instalasi farmasi rumah sakit harus mengelola keuangan

maka perlu menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi

keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa

biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan,

penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan

kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan,

triwulanan, semesteran atau tahunan.

c. Administrasi Penghapusan

Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian

terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

14
yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi

standar dengan cara membuat usulan penghapusan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai kepada pihak terkait sesuai

dengan prosedur yang berlaku.

C. Tinjauan Umum CSSD

Sterilisasi adalah suatu proses pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan

untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora

dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Sterilisasi sangat penting

dilakukan terutama untuk alat-alat bedah, terlebih lagi saat ini semakin

berkembangnya prosedur operasi maupun kompleksitas peralatan medik, maka

diperlukan proses sterilisasi yang tersentralisasi sehingga keseluruhan proses

menjadi lebih efesien,ekonomis dan keamanan pasien semakin terjamin.

Disamping itu, rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan

berupaya untuk mencegah terjadinya resiko infeksi bagi pasien dan petugas

rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit

adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai

keberhasilan tersebut, maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah

sakit.

Istilah untuk pusat sterilisasi bervariasi, mulai dari Central Sterile Supply

Department (CSSD), Central Service (CS), Central Supply (CS), Central

Processing Department (CPD) dan lain lain, namun kesemuanya mempunyai

fungsi utama yang sama yaitu menyiapkan alat-alat steril dan bersih untuk

keperluan perawatan pasien. Secara terperinci, fungsi dari pusat sterilisasi

15
adalah menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan serta

mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk

kepentingan perawatan pasien. Central Sterilization Supply Department

(CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu

unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian,

pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam

kondisi steril. Instalasi CSSD ini merupakan pusat pelayanan yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan alat/bahan steril bagi unit-unit yang membutuhkan

sehingga dapat mencegah dan mengurangi infeksi yang berasal dari rumah

sakit itu sendiri. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari pembilasan,

pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi

label, sterilisasi, sampai proses distribusi (Direktorat Jendral Bina Pelayanan

Medik, 2009).

Penanggung jawab CSSD ini adalah seorang apoteker. Berdirinya CSSD

di rumah sakit dilatarbelakangi oleh:

1. Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial.

2. Mikroorganisme mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan

menginfeksi

3. manusia di lingkungan rumah sakit.

4. Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit,

maka peran dan fungsi CSSD sangat penting.

Adapun tugas CSSD di rumah sakit adalah :

1. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.

16
2. Melakukan proses sterilisasi alat/bahan.

3. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar

operasi maupun ruangan lainnya.

4. Memilih peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu.

5. Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan.

6. Mempertahankan standar yang ditetapkan.

7. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun

sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.

17
BAB III

PELAKSANAAN PKL

A. Lokasi PKL

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RSUD Bahteramas Kota

Kendari yang terletak di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 50 Baruga, Kendari,

Sulawesi Tenggara. PKL dilakukan mulai tanggal 20 Februari 11 Maret 2017

di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Central Supply Sterilisation Departement

(CSSD) RSUD Bahteramas Kota Kendari.

B. Gambaran Umum RSUD Bahteramas Kota Kendari

Struktur organisasi RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

ditetapkan berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 yang dituangkan dalam

Perda Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun 2008, Peraturan Gubernur

Sulawesi Tenggara Nomor 65 Tahun 2008 dan Pola Tata Kelola RSU Prov.

Sultra.

Pimpinan RSU Bahteramas Prov Sultra disebut Direktur dan

menduduki jabatan struktural eselon II.b. Direktur dibantu oleh 3 (tiga) orang

Wakil Direktur yaitu: Wakil Direktur Pelayanan, Wakil Direktur Umum dan

Keuangan, dan wakil Direktur Perencanaan dan Diklat, masing-masing

menduduki jabatan struktural eselon III.a.

Wakil Direktur Pelayanan membawahi 3 (tiga) bidang, yakni Bidang

Pelayanan Medis, Bidang Pelayanan Keperawatan, dan Bidang Penunjang

Pelayanan. Wakil Direktur Umum dan Keuangan membawahi 3 (tiga) bagian,

yakni Bagian Umum, Bagian Sumber Daya Manusia dan Bagian Keuangan.

18
Wakil Direktur Perencanaan dan Diklat membawahi 3 (tiga) Bidang, yakni

Bidang Perencanaan dan Evaluasi, Bidang Informasi dan Rekam Medis,

Bidang Diklat dan Litbang. Kepala Bidang dan Kepala Bagian menduduki

jabatan struktural eselon III B. Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian

menduduki jabatan struktural eselon IV.a.

Selain jabatan struktural juga terdapat kelompok fungsi yang terdiri dari

Komite Medik, Komite Keperawatan, Komite Pencegahan Infeksi, Komite

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Komite Keselamatan Pasien, Komite Etik

dan Hukum, Staf Medis Fungsional (SMF), Instalasi, dan jabatan fungsional

lain. Untuk pengawasan, terdapat Satuan Pengawas Intern dan Dewan

Pengawas.

Untuk menunjang kegiatan pelayanan, terdapat 16 Instalasi di

RSU Bahtramas Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Instalasi Rawat Jalan,

Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Perawatan

Intensif (ICU), Instalasi Radiologi, Instalasi Patologi Klinik (Laboratorium),

Instalasi Patologi Anatomi, Instalasi Farmasi, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi

Rehabilitas Medik, Instalasi Gizi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

(IPSRS), Instalasi Sanitasi, Instalasi Binatu, Instalasi Sterilisasi dan Desinfeksi,

dan Instalasi Pemulasaran Jenazah.

1. Sejarah RSUD Bahteramas Kota Kendari

a. RSU Prov. Sulawesi Tenggara dibangun secara bertahap pada tahun

1969/1970 dengan sebutan Perluasan Rumah Sakit Kendari adalah

milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi type C

19
berdasarkan SK Menkes No.51/Menkes/II/1979 tanggal 22 Februari

1979. Susunan Struktur Organisasi berdasarkan SK Gubernur Provinsi

Sulawesi Tenggara No. 77 tahun 1983 tanggal 28 Maret 1983.

b. Pada tanggal 21 Desember 1998, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara

meningkat klasifikasinya menjadi Type B (Non Pendidikan) sesuai

dengan SK Menkes No. 1482/Menkes/SK/XII/1998, yang ditetapkan

dengan Perda No. 3 tahun 1999 tanggal 8 Mei 1999. Kedudukan Rumah

Sakit secara teknis berada dibawah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara,dan secara operasional berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada Gubernur. Sesuai dengan kebutuhan pendidikan medik di

Sulawesi Tenggara maka sejak tahun 2013 RSU Bahtramas Prov. Sultra

telah terakreditasi menjadi RS Type B Pendidikan.

c. Pada tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara telah

terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi Manajemen,

Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan

dan Rekam Medis sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No.

HK.00.06.3.5.139. Selanjutnya Akreditasi 12 Pelayanansesuai dengan

SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139.tanggal 31 Desember 2010,

yang meliputipelayanan Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik,

Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Rekam

Medis, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Farmasi, Pelayanan

Laboratorium, Pelayanan Peristi, Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan

Pencegahan Infeksi, Pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

20
d. Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009 dan

untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Prov Sultra telah

menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat

Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 653 Tahun 2010

tanggal 15 Oktober 2010. Pada tanggal 21 November 2012 RSU Prov.

Sultra pindah lokasi dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (RSU Bahteramas

Prov.Sultra) yang diresmikan penggunaannya oleh Menteri Koordinator

Bidang Ekonomi dan Keuangan RI, Ir. H. Hata Rajasa dan Gubernur

Sulawesi Tenggara, H.Nur Alam SE. Pada tahun 2013 telah terakreditasi

menjadi Rumah Sakit Pendidikan (SK Mentri Kesehatan No. Tahun

2013)

2. Visi dan Misi RSUD Bahteramas Kota Kendari

VISI :

Rumah Sakit Unggulan Dalam Pelayanan Kesehatan Rujukan,

Pendidikan dan Penelitian di Sulawesi Tenggara Tahun 201

MISI :

Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan tersebut RSUD

Bahteramas mempunyai Misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan pelayanan kesehatan prima berlandaskan etika profesi

b. Menyelenggarakan pendidikan profesi dokter, pendidikan kesehatan

lainnya serta pelatihan dan penelitian.

21
c. Pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang rumah sakit

pendidikan.

d. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan kesejahteraan

karyawan.

MOTTO : Melayani Dengan Hati & Senyum

NILAI-NILAI DASAR : Ketulusan, Kepedulian, Kerendahan Hati,

Keakraban dan Kesportifan

FILOSOFI : Melayani Dengan Baik Merupakan Ibadah

3. SDM RSUD Bahteramas Kota Kendari

Adapun SDM RSUD Bahteramas Kota Kendari dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1. SDM RSUD Bahteramas Kota Kendari

4. Instalasi di RSUD Bahtermas Kota Kendari

a. Instalasi Rawat Jalan

1) Poliklinik Bedah Umum

2) Poliklinik Bedah Tumor

3) Poliklinik Bedah Urologi

22
4) Poliklinik Bedah Plastik & Kecantikan

5) Poliklinik Bedah Digestive

6) Poliklinik Mata

7) Poliklinik Kebidanan & Kandungan (Obgyn)

8) Poliklinik Orthopedi & Traumatologi

9) Poliklinik Anak

10) Poliklinik Gizi

11) Poliklinik Gigi & Mulut

12) Poliklinik Telinga, Hidung & Tenggorokan (THT)

13) Poliklinik Penyakit Dalam (Interna)

14) Poliklinik Umum

15) Poliklinik Kulit & Kelamin

16) Poliklinik Jantung & Pembuluh Darah

17) Poliklinik Psikiatri

18) Poliklinik Paru

19) Poliklinik Saraf

b. Instalasi Rawat Inap

1) Ruang VVIP

2) Ruang VIP Anggrek

3) Ruang Kelas I Anggrek

4) Ruang Kelas I Mawar Lantai 1

5) Ruang Mawar Anak Lantai 2

6) Ruang Kelas II Asoka

23
7) Ruang Kelas III Laika Waraka

8) Ruang Persalinan Delima

9) Ruang Perawatan Intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU)

c. Instalasi Rawat Darurat 24 Jam dan Ambulance 118

d. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

5. Fasilitas Penunjang Medik

a. Unit Hemodialisa

b. Unit Kemoterapi

c. Unit Transfusi Darah

d. Instalasi Rehabilitasi Medik (Fisioterapi)

e. Pelayanan Akupuntur

f. Patologi Klinik (PK)

g. Patologi Anatomi (PA)

h. Radiologi

i. Farmasi/Apotek 24 Jam

j. Sterilisasi Sentral (CSSD)

k. Pelayanan Ponek 24 Jam

l. Sentral Gas Medik

m. Gizi

n. Binatu/Laundry

o. Pemulasaran Jenazah

p. Ambulance 118 dan Mobil Jenazah

24
6. Pelayanan Rawat Jalan

a. BPJS

Pasien yang datang untuk mendapatkan perawatan, terlebih dulu

melakukan pendaftaran di loket pendaftaran rekam medik, kemudian

pasien menuju ke ruangan BPJS untuk melakukan pemmbuatan surat

elegabilitas peserta (SEP), setelah pembuatan SEP pasien dapat langsung

menuju ke poliklinik sesuai dengan keluhan penyakit yang diderita

dengan menunggu nomor antrian, apabila diperlukan pelayanan

penunjang maka pasien akan diarahkanuntuk melakukan pemeriksaan

lebih lanjut di laboratorium, radiologi, atau ke ruangan rehabilitasi

medik, setelah diperoleh hasil, pasien kembali ke ruangan pemerikasaan

sebelumnya untuk mengetahui hasil diagnosis lanjutan yang dilakukan

oleh dokter.

Selanjutnya dokter yang bersangkutan akan menuliskan resep-

resep dapat segera menuju ke IFRS yang ada di RS Bahteramas dengan

menyerahkan resep yang telah ditulis oleh dokter, petugas IFRS menerima

resep tersebut, petugas kemudian melakukan skrining resep, yaitu dengan

melihat kelengkapan data pasien meliputi nama pasien, umur, berat badan,

alamat pasien, nama dokter, SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep,

tanda tangan/ paraf dokter, jenis obat, indikasi, cara pemakaian, dan

bentuk sedian jelas, dosis obat yang diberikan, imkompabilitas, efek

samping, alergi, dan lama pemberian.

25
Setelah petugas selesai melakukan skrining resep, petugas

kemudian menyediakan obat-obat yang dibutuhka sesuai dengan resep,

lalu menyerahkan kepada pasien yang disertai dengan informai obat yaitu

meliputi cara penggunaan dan khasiat obat, setelah menerima obat yang

diberikan, pasien dapat langsung pulang ke rumah.

b. Umum

Pasien yang datang untuk mendapatkan perawatan, terlebih dahulu

melakukan pendaftaran di loket pendaftaran rekam medik, setelah

melakukan pendaftaran pasien dapat langsung menuju ke poliklinik sesuai

dengan keluhan penyakit yang diderita dengan menunggu nomor antrian,

apabila diperlukan pelayanan penunjang maka pasien akan diarahkan

untuk melakuka pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium, radiologi, atau

ke ruangan rehabilitasi medik, setelah diperoleh hasil, pasien kembali

keruangan pemeriksaan sebelumnya untuk mengetahui hasil diagnosis

lanjutan yang dilakukan oleh dokter.

Selanjutnya dokter yang bersangkutan akan menuliskan resep,

pasien dapat segera menuju ke IFRS yang ada di RS Bahteramas dengan

menyerahkan resep yang telah ditulis oleh dokter, petugas IFRS menerima

resep tersebut, petugas kemudian melakukan skrining resep, yaitu dengan

melihat kelengkapan data pasien meliputi nama pasien, umur, berat badan,

alamat pasien, nama dokter, SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep,

tanda tangan/ paraf dokter, jenis obat, indikasi, cara pemakaian, dan

26
bentuk sedian jelas, dosis obat yang diberikan, imkompabilitas, efek

samping, alergi, dan lama pemberian.

Sebelum petugas apotek menyerahkan obat kepada pasien, pasien

terlebih dahulu ke kasir untuk melakukan pembayaran, setelah

pembayaran telah selesai dilakukan, lalu petugas apotek langsung

menyerahakan obat kepada pasien yang disertai dengan informasi

mengenai cara penggunaan dan khasiat obat, setelah itu pasien dapat

langsung pulang ke rumah.

7. Pelayanan Rawat Inap

a. BPJS

Pasien datang kemudian kebagian pendaftaran dan rekam medik,

lalu menuju ke ruangan IGD untuk dilakukan pemeriksaan, untuk

pasien pengguna BPJS melakukan pembuatan SEP diruangan BPJS,

setelah pembuatan SEP selesai, keluarga pasien menuju ke IFRS dan

menyerahkan resep yang telah dituliskan oleh dokter ke pasien. Obat

akan diserahkan kepada keluarga/pasien, lalu obat akan dibawa

langsung ke ruang IGD, selanjutnya tim medis melakukan pemeriksaan

dan tindakan lebih lanjut dan memutuskan apakah pasien harus

menjalani rawat inap atau dapat langsung pulang ke rumah.

b. Umum

Pasien datang kemudian pendaftaran dan rekam medik, kemudian

menuju ke ruangan IGD untuk dilakukan pemeriksaan dan tindakan,

keluarga pasien menuju ke IFRS dan menyerahkan resep yang telah

27
dituliskan oleh dokter ke pasien. Selanjutnya keluarga pasien menuju ke

kasir untuk melakukan pembayaran, setelah pembayaran selesai

dilakukan, obat akan diserahkan kepda keluga pasien. Keluarga pasien

dapat langsung membawa obat tersebut ke IGD, selanjutnya tim medis

segdera melakukan pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut dan

memutuskan apakah pasien harus menjalani rawat inap atau langsung

pulang ke rumah.

8. Struktur Organisai RSUD Bahteramas Kota Kendari

Struktur organisasi RSUD Bahteramas Kota Kendari dapat dilihat

pada Lampiran 1.

9. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUD Bahtermas

Kota Kendari

Struktur organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUD Bahtermas

Kota Kendari dapat dilihat pada Lampiran 2.

10. Struktur Organisasi CSSD RSUD Bahtermas Kota Kendari

Struktur Organisasi CSSD RSUD Bahtermas Kota Kendari dapat

dilihat pada Lampiran 3.

28
C. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di IFRS RSUD Bahtermas Kota Kendari

1. Perencanaan

Pelaksanaan perencanaan obat di apotek ataupun diinstalasi farmasi

dilakukan untuk menentukan jenis obat dan kebutuhan obat, perencanaan

obat RSUD Bahteramas Kota Kendari disesuaikan dengan daftar 10

penyakit terbanyak yang ada di rumah sakit.

a. Metode Konsumsi

Metode Konsumsi ini didasarkan atas analisis data konsumsi obat

tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan

berdasarkan metode konsumsi perlu di perhatikan hal-hal sebagai

berikut:

b. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1) Sumber data adalah melalui pencatatan, pelaporan dan informasi yang

ada.

2) Jenis data yang dikumpulkan adalah mengenai alokasi dana, daftar

obat-obatan yang dibutuhkan, stok awal, penerimaan, pengeluaran,

sisa stok, obat hilang/rusak atau kadaluarsa, kekosongan obat,

pemakaian rata-rata tahunan, indeks maksimun, waktu tunggu, stok

pengaman dan perkembangan pola kunjungan.

c. Permintaan Dokter

Perencanaan obat didasarkan atas permintaan dokter, obat yang

akan diadakan adalah obat baru yang belum tersedia di IFRS.

29
2. Penerimaan Obat

Penerimaan obat di IFRS berdasarkan dengan surat pemesanan yang

ditulis oleh pengelola IFRS, ketika barang datang langsung dicek sesuai

faktur dan SP. Jika tidak sesuai SP maka obat akan diretur (dikembalikan),

jika sesuai maka obat disimpan digudang, penyimpanan dilakukan

berdasarkan susunan FEFO.

3. Penyimpanan Obat

Penataan obat di Apotek ada berbagai macam, ada yang sesuai sediaan

seperti sirup, tablet dan injeksi dan berdasarkan jenis obat seperti obat

generik, obat paten, obat golongan narkotik dan alat kesehatan.

Penyimpanan dan penataan obat di IFRS RSUD Bahtermas Kota

Kendari berdasarkan susunan alphabet, kemudian dengan metode FEFO

(First Expired First Out) dimana obat-obatan yang memiliki masa expired

yang disingkat atau yang mendekati masa expired disimpan paling depan.

Selain itu penyimpanan obat juga disesuaikan dengan bentuk sediaan, untuk

obat injeksi yang penyimpanan pada suhu 15-20oC disimpan dalam lemari

pendingin, injeksi vaksin disimpan pada suhu 8oC dalam lemari pendingin.

Semua obat-obat yang penyimpanannya pada suhu 25oC ke atas seperti

sirup, tablet, salep dan injeksi diletakkan pada tempat yang terpisah sesuai

bentuk sediaannya dimana suhu ruangan tetap dikontrol tiap hari dengan

adanya alat pengatur suhu ruangan di IFRS.

30
4. Pendistribusian

Distribusi obat-obat di IFRS RSUD Bahteramas menggunakan metode

ODD. Pendistribusian obat melalui resep perseorangan yang disiapkan,

diberikan, digunakan, dan dibayarkan dalam dosis tunggal yang telah berisi

obat dalam jumlah yang telah ditetapkan atau jumlah yang cukup untuk

pengggunaan 1x24 jam.

5. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan

kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengedalian

persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan sedian farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pelaporan dibuat secara periodik

yang dilakukan instalasi farmasi dalam periode waktu tertentu(bulanan,

triwulan, semester atau pertahun).

6. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika

a. Pembelian

Pembelian obat narkotika dan psikotropika harus dengan surat

pesanan OKT (Obat Keras Tertentu), disertai dengan dengan nomor

surat, tanda tangan apoteker, dan juga dilakukan langsung ke PBF

(pedagangbesar farmasi) resmi. Jika pembelian antar apotek juga

diperbolehkan asal ada surat pesanan obat keras tertentu.

31
b. Penyimpanan

Obat narkotika dan obat psikotropika disimpan dalam lemari

khusus dua pintu yang terbuat dari kayu, terpisah dan dikunci.

c. Pengeluaran

Narkotik dan psikotropika yang keluar harus dengan resep asli,

tidak boleh memakai copy resep dan tidak bisa dijual bebas. Setiap ada

obat yang keluar pun harus di stock, jadi jelas pengeluarannya. Dalam

resepnya pun harus tertera dengan jelas alamat dan nomor telepon yang

bisa dihubungi.

d. Pelaporan

Setiap obat yang diterima dan dikeluarkan dicatat dan dilaporkan

tiap bulan ke BPOM dan DINKES kota dan provinsi.

D. Pelaksanaan PKL di IFRS RSUD Bahtermas Kota Kendari

Pelaksanaan operasional dirumah sakit Bahteramas bagian instansi

farmasi dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak

rumah sakit bahteramas adapun jadwal masuk praktek kerja lapangan yaitu:

pagi(07.00 s/d 15.00 WITA).

Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan PKL

yang bertempat diinstalasi farmasi rumah sakit bahteramas kendari yang

dilaksanakan dari 20 februari 11 maret 2017:

1. Pengenalan tata bangunan serta pengarahan tentang peraturan yang berlaku

di RSUD Bahtermas Kota Kendari.

32
2. Pengenalan cara dan letak penyimpanan obat di IFRS RSUD Bahtermas

Kota Kendari.

3. Pengerjaan resep yang dibawa oleh pasien (IGD, rawat inap, rawat jalan)

dalam bentuk racikan maupun non racikan:

1) Melakukan skrining resep

Skrining yang dilakukan untuk pasien, seperti kelengkapan nama,

alamat, dan umur.

2) Mempersiapkan obat danmemberi etiket

a) Resep racikan

Peracikan yang dilakukan adalah sediaan kapsul dan pulveres.

kegiatan ini diperlukan ketelitian, karena apabila terjadi kesalahan

dalam pengambilan ataupun dalam peracikan obat akibatnya akan

fatal.

b) Resep non racik

Yaitu pengambilan obat dilemari penyimpanan berdasarkan

nama obat, dosis, dan jumlah obat yang telah tercantum di resep.

c) Pengemasan obat

Kegiatan ini dilakukan ketika obat sudah selesai disiapkan dan

diberi etiket. Pengemasan dilakukan sekaligus untuk memeriksa obat

telah sesuai dengan permintaan.

3) Memberikan obat pada pasien

Pemberian obat pada pasien dilakukan dengan cara memanggil

nama pasien tersebut serta menjelaskan khasiat dan aturan pakai obat.

33
4. Mengambil obat di gudang penyimpanan, menyimpan obat dan alkes

dilemari obat.

5. Gudang Penyimpanan Obat

a. Mencatat dan menyesuaikan data kartu stock dengan keadaaan

sebenarnya,ini berfungsi untuk mengetahui persediaan obat agar tidak

terjadi kekosongan.kegiatan ini harus kita lakukan setiap mengambil obat

ataupun memasukkan obat kedalam tempatnya

b. Mengecek dan mencatat obat-obat yang mendekati kadaluarsa.

E. Pelaksanaan PKL di CSSD RSUD Bahtermas Kota Kendari

Pada RSUD Bahteramas Kota Kendari, Unit Sterilisasi merupakan suatu

unit kerja penunjang medis yang tidak menjadi bagian dari Instalasi Farmasi.

Instalasi CSSD memiliki 2 bagian yaitu CSSD (bagian tekhnis sterilisasi) dan

Laundry (Bagian teknis pencucian dan penjahitan linen). Struktur organisasi

Instalasi CSSD dapat dilihat pada Lampiran 3. Unit Sterilisasi mempunyai

tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan (sterilisasi dan

inventarisasi) set instrumen dan linen untuk tindakan pembedahan yang

membutuhkan. Ruang lingkup atau jangkauan pelayanan Unit Sterilisasi

mencakup seluruh ruangan atau unit yang membutuhkan pelayanan sterilisasi,

terutama kamar bedah. Alur kerja umum CSSD ialah :

a. Collect /pengumpulan

b. Clean /pencucian

c. Desinfection /desinfeksi

d. Dry/pengeringan

34
e. Sort /pemilihan

f. Pack /pengemasan

g. Sterilize/sterilisasi

h. Store distribute

Adapun kegiatan yang dilakukakan oleh CSSD yaitu melakukan kegiatan

sterilisasi instrumen set dan dalam keadaan bersih dan sudah dikemas dan

diberi label dari mana asal instrumen tersebut dan penerimaan barang di

lakukan di ruang bersih. Barang yang diterima kemudian dicatat dalam buku

penerimaan barang sebagai dokumentasi penerimaan barang diterima untuk

disterilkan. Setelah barang diterima kemudian di beri indikator untuk

membedakan instrumen yang belum atau yang sudah disterilkan. Kemudian

disterilkan sesuai di autoclaf sesuai dengan SOP yang ada. Setelah dilakukan

sterilisasi maka instrumen yang sudah disterilkan disimpan dalam ruangan

penyimpanan melalui jalur steril kemudian didistribusikan kebagian-bagian

yang membutuhkan. Untuk sterilisasi linen, linen yang masih kotor

dimasukkan dalam laundry kemudian CSSD menerima linen dalam keadaan

bersih dari laundry. Kemudian dimasukkan dalam ruangan pecking linen, disini

dilakukan penyortiran linen yang masih layak untuk digunakan. Setelah di

sortir, dikemas dan dibungkus sesuai dengan set linennya, kemudian diberi

indikator dan disterilkan. Saat ini di CSSD di RSUD Bahteramas bertugas

menstrilkan dan menerima barang dari ruangan-ruanagan sudah dalam keadaan

bersih dan sudah dikemas sehingga petugas tidak lagi melakukan pengecekan

35
terhadap instrumen yang akan disterilkan. CSSD juga mlakukan dekontaminasi

atau pembersihan jika masih ada alat yang kotor.

36
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu bagian, unit, divisi atau fasilitas

di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan

kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.

2. Instalasi farmasi RSUD Bahteramas kendari melakukan kegiatan

pengelolaan pembekalan farmasi meliputi perencanaan, penerimaan,

penataan, penyimpanan, pendistribusian, serta pencatatan dan pelaporan.

3. CSSD RSUD Bahteramas Kota Kendari mempunyai tugas dan tanggung

jawab dalam pelaksanaan pengelolaan (sterilisasi dan inventarisasi) set

instrumen dan linen untuk tindakan pembedahan yang membutuhkan.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebaiknya kerjasama

akadmik dengan pihak rumah sakit harus terus diadakan agar mahasiswa dapat

mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama proses perkuliahan dan

menerapkan profesionalisme dalam bekerja.

37
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik. 2009. Pedoman Instalasi Pusat


Sterilisasi (Central Sterile Supply Department/CSSD) di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Menkes RI. 2014 Keputusan Menkes RI No. 58 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Menkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72


Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Presiden RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tentang


Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Presiden RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang Rumah


Sakit. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Siregar, C.J.P., dan Amalia, L. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Terapan.
Jakarta: Penerbit EGC.

38

Anda mungkin juga menyukai