Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri
seseorang yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah
lakunya. Motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong
dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarahkan
kepada pencapaian tujuan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk
beraktifitas dalam pencapaian tujuan. Motivasi tidak akan terjadi, jika tidak
dirasakan rangsangan terhadap hal semacam itu di atas yang akan
menumbuhkan motivasi dan motivasi yang tumbuh dapat menjadikan motor
atau dorongan untuk mencapai tujuan (Irwanto, 1996).
Adanya motivasi akan mampu mempengaruhi kesembuhan pasien,
karena dengan adanya motivasi pasien akan mau melakukan pengobatan.
Pasien yang dinyatakan dokter menderita penyakit tertentu, jika tidak
didukung adanya motivasi untuk sembuh dari diri pasien tersebut dipastikan
akan menghambat proses kesembuhan. Keadaan pikiran pasien sangat
berpengaruh untuk dapat mengambat atau mendorong kesembuhan pasien
dari penyakit. Motivasi untuk sembuh menjadi suatu kekuatan yang berasal
dari dalam diri pasien yang mendorong perilaku menuju kesembuhan yang
ingin dicapai. Banyak persoalan timbul ketika seseorang menderita penyakit
tertentu tidak memiliki motivasi bagi kesembuhannya sendiri. Hambatan ini
mungkin terjadi karena sebagian besar kurangnya dukungan dari lingkuangan

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 1

yang ada pada dirinya. Pasien sangat membutuhkan banyak dukungan dan
bantuan dari diri orang lain yang ada disekitarnya, dukungan informasi sangat
diperlukan bagi pasien untuk mendapatkan petunjuk dan informasi yang
dibutuhkan (Smet, 1994).
Motivasi pasien untuk sembuh dipengaruhi oleh faktor lingkungan
rumah sakit, dokter, perawat dan tim kesehatan lainnya. Perawat adalah
profesi yang sangat dekat dengan pasien yang memungkinkan perawat selalu
berhubungan dengan pasien (Nurjannah, 2001). Hubungan perawat dengan
pasien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan pengalaman
emosional korektif bagi pasien. Kunci hubungan aktivitas perawat dan pasien
adalah motivasi, memotivasi pasien agar melakukan aktivitas berdasarkan
kebutuhan. Perawat menggunakan diri dan teknik-teknik klinik tertentu dalam
bekerja untuk meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku pasien
(Stuart dan Laraia, 2001).
Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa motivasi untuk sembuh
pada pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit terbilang rendah. Salah satu
penyebabnya adalah sikap caring perawat yang rendah yang akhirnya
berdampak pada motivasi pasien untuk sembuh juga menjadi rendah. Hasil
penelitian dilapangan menunjukkan bahwa pasien seakan kurang termotivasi
untuk mengikuti program terapi kesembuhan yang dilakukan oleh perawat,
karena pasien sudah tidak merasakan rasa hormat lagi kepada perawat. Hasil
pengamatan peneliti, di ruang resusitasi juga di temukan pasien yang tidak
memiliki motivasi untuk sembuh. Hal tersebut tercermin dari sikap pasien

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 2

yang menolak setiap terapi yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang ada di
rumah sakit ini. Pasien seringkali memuntahkan obat yang diminumkan
kepadanya sebagai bentuk penolakan dan hilangnya semangat untuk
mendapatkan kesembuhan.
Kemampuan perawat dengan memberikan pelayanan yang baik, dan
menciptakan komunikasi yang menyenangkan terhadap pasien merupakan
faktor penyebab kepuasan yang akan dirasakan oleh pasien dan mendorong
untuk mempercepat kesembuhan. Kepuasan pasien ini dapat tercipta dengan
caring perawat yang baik, yang penuh perhatian, persahabatan, empati dan
simpati. Caring perawat merupakanan cara yang memiliki makna dan
memotivasi tindakan. Caring ini juga diartikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth, at all, 1999 dalam
Dwidiyanti, 2007).
Rasa ketidak puasan pasien terhadap perawatan yang diberikan oleh
perawat tercermin dari hasil pengamatan peneliti selama di rumah sakit.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut para pasien secara umum mengatakan
bahwa perawat yang bertugas jaga hanya sekedar melakukan kewajiban
perawatan saja seperti mengecek suhu badan, tensi darah dan aktifitasaktifitas rutin lainnya, sementara itu tidak terjadi pendekatan secara
mendalam dari perawat terhadap

pasien. Tidak ada perhatian yang

menunjukkan rasa persahabatan atau empati kepada pasien, sehingga tidak


ada kesan yang mendalam dari pasien terhadap para petugas di Rumah Sakit

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 3

tersebut. Sikap yang ditunjukkan oleh perawat seperti ini menyebabkan sikap
yang tidak acuh pula dari pasien, setiap kali perawat datang untuk melakukan
tindakan asuhan keperawatan pasien nampak tidak bersemangat dan hal ini
dikhawatirkan memperlambat kesembuhan pasien di Rumah Sakit.
B. Batasan Masalah
dari latar belakang di atas ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat keberhasilan dalam memotivasi pasien, yaitu, faktor lingkungan
rumah sakit, dokter, perawat dan tim kesehatan lainnya. Dari faktor-faktor
tersebut peniliti membatasi hanya pada Hubungan Motivasi Dengan Tingkat
Kesembuhan Pasien Di Rumah Sakit Jemur Sari Surabaya
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat di
rumuskan masalah penelitian sebagai berikut Adakah Hubungan Motivasi
Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien Di Rumah Sakit Islam Jemur Sari
Surabaya
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adakah Hubungan Motivasi Dengan Tingkat
Kesembuhan Pasien Di Rumah Sakit Islam Jemur Sari Surabaya
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasikan faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan dalam Memotivasi Pasien Untuk Sembuh Di Rumah
Sakit Islam Jemur Sari Surabaya

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 4

b. Mengidentifikasikan cara Memotivasi Pasien Untuk Sembuh Di


Rumah Sakit Islam Jemur Sari Surabaya
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan agar manajemen rumah sakit dapat
memberikan himbauan kepada para perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien selalu dilandasi dengan sikap
caring dengan cara lebih bersahabat, komunikatif sehingga membantu
menumbuhkan motivasi untuk sembuh pada pasien.
2. Praktisi
Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan untuk melakukan
pendekatan yang pendekatan yang mendalam kepada pasien dalam
tindakan asuhan keperawatan yang tidak hanya rutinitas asuhan
keperawatan tetapi lebih mengedepankan aspek-aspek psikologis
pasien. Hasil penelitian di harapkan berguna bagi praktisi keperawatan
dalam hal merawat pasien bahwa pasien bukan hanya membutuhkan
obat-obatan untuk sembuh tetapi juga memerlukan dukungan moriel
dalam mengahadapi penyakitnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan,
wawasan, dan sebagai data pendahuluan yang mungkin dapat
digunakan sebagai dasar peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan
cara Memotivasi pasien untuk membantu proses kesembuhannya.

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MOTIVASI
1.

Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau daya

penggerak motivasi berasal dari kata motif yang dapat di artikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat, motivasi juga dapat di artikan sebagai penggerak dalam
diri seseorang untuk melakukan aktivitas terrentu dengan tujuan tertentu, dengan
demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang yang
berusaha untuk mengadakan perubahan perilaku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya (Hamzah, 2008).
Motivasi secara umum sering diartikan sesuatu yang ada dalam diri seseorang
yang dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakkan, perilaku seseorang,
motivasi ini dalam diri seseorang dalam wujud niat, harapan, keinginan dan tujuan
yang ingin di capai, motivasi yang ada dalam diri seseorang terdorong karena
adanya keinginan untuk hidup, keinginan untuk memiliki sesuatu, keinginan akan
kekuasaan, keinginan adanya pengakuan, sehingga secara singkat motivasi di
artika adanya dorongan keinginan yang ingin di capai dengan perilaku tertentu
dalam suatu usaha (Sudrajat 2008).
Irwanto, dkk (1994, h. 193) yang menyatakan bahwa motivasi sering di sebut
sebagai penggerak tingkah laku atau the energizer, dan Walgito (1994, h.141)
juga menyatakan bahwa moivasi adalah kekuatan atau daya yang terdapat dalam

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 6

diri suatu organisme yang akan menggerakkan organisme itu untuk bertindak dan
bertingkah laku, karena organisme memerlukan dorongan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Motivasi sebagai suatu proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan
ketekunan individu dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. Intensitas
menyangkut seberapa kerasnya seseorang berusaha. Akan tetapi intensitas yang
tinggi tidak akan membawa hasil yang diinginkan kecuali kalau upaya itu
diarahkan ke suatu tujuan yang menguntungkan individu. Oleh karena itu perlu
dipertimbangkan kualitas dari upaya dan intensitas seseorang. Upaya yang
diarahkan menuju dan konsisten dengan tujuan individu adalah upaya yang
seharusnya selalu kita usahakan. Akhirnya, motivasi memiliki dimensi ketekunan.
Ini adalah ukuran tentang berapa lama seseorang dapat mempertahankan
usahanya. Individu yang termotivasi tetap bertahan pada pekerjaan yang cukup
lama untuk mencapai tujuan mereka.
2.

Teori Motivasi (Hirarkhi Maslow)


Teori motivasi yang paling dikenal baik adalah hierarki kebutuhan dari

Abraham Maslow, telah membuat hipotesis bahwa di dalam diri semua manusia
ada lima jenjang kebutuhan sebagaimana nampak pada gambar 2.1

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 7

Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan Maslow


Hierarki kebutuhan Maslow adalah:
a)

Psikologis: antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan


perumahan), seks dan kebutuhan jasmani.

b)

Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik


dan emosional.

c)

Sosial: mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima baik dan persahabatan.

d) Penghargaan : mencakup faktor rasa hormat internal seperti harga diri,


otonomi, prestasi, dan eksternal: status, pengakuan dan perhatian.
e)

Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi,


mencakup pertumbuhan, mencapai potensialnya dan pemenuhan diri.
Begitu tiap kebutuhan ini cukup banyak dipuaskan, kebutuhan berikutnya

menjadi dominan, pada gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa individu bergerak naik
mengikuti anak tangga hierarki. Dari titik pandang motivasi, teori ini mengatakan
bahwa meskipun tidak ada kebutuhan yang pernah dipenuhi secara lengkap, suatu
kebutuhan yang dipuaskan secara cukup banyak (substansial) tidak lagi
memotivasi.
Maslow memisahkan kelima kebutuhan itu sebagai tingkat tinggi dan tingkat
rendah. Kebutuhan psikologis dan kebutuhan akan keamanan digambarkan
sebagai kebutuhan tingkat rendah dan kebutuhan sosial, kebutuhan akan
penghargaan dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat tinggi. Perbedaan
antara kedua tingkat itu berdasarkan alasan bahwa kebutuhan tingkat tinggi
dipenuhi secara internal (di dalam diri orang itu) sering disebut dengan motivasi

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 8

intrinstik, sedangkan kebutuhan tingkat rendah terutama dipenuhi secara eksternal


(upah, senioritas) disebut dengan motivasi ekstrinsik. Kesimpulan yang dapat
ditarik dari klasifikasi Maslow adalah dalam masa-masa kecukupan ekonomi,
hampir semua pekerja yang dipekerjakan secara permanen telah dipenuhi sebagian
besar kebutuhan tingkat rendahnya, artinya kebutuhan yang tak terpuaskan akan
memotivasi atau bahwa suatu kebutuhan yang terpuaskan akan mengaktifkan
gerakan ke suatu tingkat kebutuhan yang baru.
3.

Klasifikasi Motivasi
Menurut Hamzah 2008 motivasi terdiri dari 2 klasifikasi antara lain :

a)

Motivasi Intrinsik, yaitu : motivasi yang timbul tidak memerlukan rangsangan


dari luar karena memang ada di dalam diri individu itu sendiri.

b) Motivasi Ekstrinsik, motivasi yang timbul karena adanya rangsangan dari luar
individu.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Motivasi dapar di pengaruhi oleh faktor Intrinsik dan ekstrinsik, faktor
Intrinsik yang berupa hasrat atau keinginan serta dorongan kebutuhan, harapan
akan cita-cita; sedangkan faktor Ekstrinsik berupa adanya penghargaan
lingkungan sekitar, dan kegiatan yang menarik (Hamzah, 2008). Menurutu
Notoatmodjo (2005) mendifinisikan motivasi sebagai interaksi antara perilaku dan
lingkungan sehingga dapat meningkatkan atau mempertahankan perilaku.
Menurut beberapa ahli psikolo, pada diri seseorang, terdapat penentuan
tingkah laku, yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku itu. Faktor penentu
tersebut adalah motivasi atau daya penggerak tigkah laku manusia. Misalnya,

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 9

seseorang berkemauan keras atau kuat dalam belajar karena adanya harapa
penghargaan atas prestasinya. Atkinson dalam Hamzah (2008), mengemukakan
bahwa kecendrungan sukses di tentukan oleh motivasi, peluang, serta intensif;
begitu pula sebaliknya dengan kecendrungan untuk gagal, karena motivasi dapat
di pengaruhi oleh emosi seseorang.
5.

Cara mengukur motivasi


Motivasi di ukur dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert atau

dengan menggunakan wawancara dalam TRA (Theory of Reasoned Action).


Motivasi meerupakan bagian dari intense sehingga belum nampak kegiatanya dan
tidak dapat di lakukan observasi secara langsung. Hasil pengukuran motivasi
menurut Reza (2011) :
a)

Motivasi tinggi apabila presentase jawaban 76-100% di lambangkan dengan


kode 1

b) Motivasi cukup apabila presentase jawaban 56-75% di lambangkan dengan


kode 2
c)

Motivasi rendah apabila presentase jawaban <56% dilambangkan dengan


kode 3
Pengukuran motivasi menggunakan koesioner dengan 15 peernyataan

penilaian pada setiap butir pernyataan didapatkan, untuk pernyataan positif, antara
lain : Selalu = skor 4, sering = 3, kadang-kadang = 2, tidak perna = 1. Sedangkan
untuk pernyataan negatif antara lain : selalu = 1, sering = 2, kadang-kadang = 3,
tidak perna = 4.

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 10

B. KESEMBUHAN
1.

Pengertian kesembuhan
Kesembuhan berasala dari kara sembuh yang menurut Badudu (1994, h.1263)

berarti baik setelah sakit; pulih dari keadaan sakit. Sembuh mmenurut
Poerwadarminta (1995, h.263) berarti baik setelah sakit atau pulih dari keadaan
sakit. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005), berarti pulih menjadi sehat
kembali.
Berdasarkan beberapa definisi diatasa, maka dapat di simpulkan bahwa
motivasi kesembuhan adalah dorongan bertindak atau bertingkah laku guna
memenuhi ke inginan ke arah tertentu yang ingin di capai yaitu untuk pulih dari
keadaan sakit menjadi sehat kembali.
2.

Faktor-faktor mempengaruhi Motivasi kesembuhan


Menurut Mechanic (Sarwono, 1993) ada beberapa faktor yang menyebabkan

individu bereaksi terhadap penyakit dan menentukan pengobatan yaitu :


a)

Dikenalinya atau dirahasiakannya gejala atau tanda yang menyimplang dari


keadaan biasa.

b)

Banyaknya gejala yang dianggap serius dan di perkirakan menimbulkan


bahaya.

c)

Dampak gejala itu terhadap hubungan dengan keluarg, hubungan kerja, dan
kegiatan sosial lainnya.

d) Frekuensi dari gejala-gejala dan tanda-tanda yang nampak dan Nilai ambang
dari mereka yang terkena gejala itu (Susceptibility) atau persistensinya.
e)

kemungkinan individu untuk diserang penyakit itu.

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 11

f)

Informasi pengetahuan dan asumsi budaya tentang penyakit itu.

g) Perbedaan interpretasi terhadap gejala yang dikenalinya.


h) Adanya kebutuhan untuk bertindak atau berperilaku mengatasi gejala saakit
itu.
i)

Tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai saranan

tersebut,

tersedianya biaya dan kemampuan untuk mengatasi stigma dan jarak sosial.
Mc. Gie (dalam Chrismawati, 2008) menjelaskan faktor yang mempengaruhi
motivasi untuk sembuh antara lain:
a)

Ingin lepas dari rasa sakit yang menggangu kehidupan sehari-hari.

b) Merasa belum sepenuhnya mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.


c)

Masih ingin menikmati prestasinya.

d) Masih memiliki (beberapa) anak yang masih memerlukan bimbingan dan


perhatian serta biaya bagi pendidikannya.
e)

Masih ingin melihat anak-anaknya berhasil meraih cita-citanya.

f)

Merasa belum banyak berbuat bagi orang lain.

g) Banyak mendapat dukungan ( support ) dari keluarga dan teman-teman


sehingga masih merasa diperhatikan, dihargai, dan dibutuhkan dalam
kehidupan selanjutnya.
Dari penjelasan diatas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
kesembuhan, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kesembuhan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu : dikenalinya atau dirahasiakannya gejala atau tanda
yang menyimpang dari keadaan biasa, banyaknya gejala yang dianggap serius dan
diperkirakan menimbulkan bahaya, dampak gejala itu terhadap hubungan dengan

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 12

keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan sosial lainya, frekuensi dari gejala-gejala
dan tanda-tanda yang tampak dan persistensinya, informasi pengetahuan dan
asumsi budaya tentang penyakit itu, perbedaan interpretasi terhadap gejala yang di
kenalinya tersediannya sarana kesehatan dan kemudahan mencapai saranan
tersebut, pasien ingin menikmati prestasinya, banyak mendapat dukungan dari
keluarga dan teman-teman sehingga masi merasa diperhatikan, dihargai, dan di
butuhkan dalam kehidupan selanjutnya.
3.

Aspek-Aspek motivasi kesembuhan


Dirgagunarsa (1993) menyebutkan bahwa ada tiga aspek motivasi yaitu :

a)

Mempertahankan keseimbangan atau keadaan homeostatis dalam jiwa


manusia

b) Pencapaian suatu tujuan.


c)

Pemenuhan kebutuhan,
Poerwanto (2001) menyebutkan bahwa motivasi memepunyai tiga aspek

yaitu :
a)

Menggerakkan, yaitu motivasi menimbulkan kekuatan pada individu untuk


bertindak dengan cara tertentu.

b) Mengarahkan, yaitu motivasi yang menimbulkan suatu orientasi tingkah laku


yang diarahkan terhadap sesuatu.
c)

Menopang, yaitu menjaga tingkah laku lingkungan sekitar yang harus


menguatkan intesitas dan arah kekuatan individu.

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 13

BAB III
KERANGKA KONSEP TUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP TUAL
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Faktor yang mempengaruhi
kesembuhan :

Motivasi :
1. Intrinsik
2. Ekstrinsik

1.
2.
3.
4.
5.

Ingin lepas dari rasa sakit


Belum mengembangkan
potensi
Masih ingin melihat cucu
Ingin menikmati prestasi
Banyak dukungan

Kesembuhan

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerang konseptual penelitian : Hubungan Motivasi Dengan Tingkat
Kesembuhan Pasien di Rumah Sakit Islam Jemursari
Keterangan gambar 3.1
Motivasi menurut hierarki Maslow terbagi atas 2 kelompok dimana pada
tingkat kebutuhan psikologis dan kebutuhan sosial berada pada tingkat motivasi
eksternal, kebutuhan rasa aman, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi
diri berada pada motivasi internal.

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 14

Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam membantu kasembuhan


seorang pasien, baik motivasi internal maupun eksternal, karena pada saat pasien
tidak mempunyai motivasi Internal untuk sembuh pasien tersebut tidak akan
mengikuti terapi pengobatan, dan sebaliknya apabila pasien tidak mempunyai
motivasi Eksternal untuk sembuh maka dia akan kesulitan untuk memenuhi
kebutuhannya pada saat dirinya masi lemah, maka dari itu baik motivasi internal
maupun eksternal merupakan 2 hal yang sangat penting dalam proses kesembuhan
pasien karenan keduanya saling berhubungan.
B. HIPOTESIS PENELITIAN
H1 : Ada hubungan antara motivasi dengan kesembuhan pasien di Rumah Sakit
Islam Jemursari Surabaya.
H0 : Tidak ada hubungan antara motivasi dengan kesembuhan pasien di Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya.

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 15

BAB IV
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain analitik karena bertujuan untuk menguji
hipotesis mengenai kemungkinan hubungan kausal antar variabel , pendekatan
yang digunakan dengan cross sectional karena dilakukan satu kali pengamatan
dalam waktu tertentu.
B. POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien di Rumah Sakit Islam Jemur Sari
Surabaya (Ruang Dahlia), Pasien Laki-Laki 20 orang dan Pasien Perempuan 25
Orang jadi jumlah pasien keseluruhan 45 Orang.
C. SAMPEL, BESAR SAMPEL DAN SAMPLING
1.

SAMPEL
Sampel dalam penelitian ini adalah Pasien di Rumah Sakit Islam Surabaya

(Ruang Dahlia), Pasien Perempuan 19 Orang, Laki-Laki 23 Orang.


2.

BESAR SAMPEL

a) Perhitungan besar sampel untuk pasien Perempuan


Besar sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan penghitungan
proporsi, hal ini dilakukan oleh karena populasi tiap prodi di Stikes tidak sama.
Penghitungannya sebagai berikut;

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 16

Keterangan :
n = Populasi
N= Besar Sampel
d = Kemungkinan kesalahan ( 0,05 )
Diketahui : N = 20 orang laki-laki
d = 0,05
Ditanya n laki-laki = ?

Diketahui : N = 25 orang perempuan


d = 0,05
Ditanya n perempuan : ?

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 17

= 23.5 = 23 Perempuan
Jadi dalam penelitian besar sampel Perempuan = 23, Laki-Laki = 19. Jadi
besar sampel keseluruhan sebesar 42 responden.
3.

SAMPLING
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan proporsional random

sampling.
4.

KERANGKA OPERASIONAL PENELITIAN


Populasi Yang Di Teliti
Sebanyak 45
Tehnik sampling:
Proporsional random
sampling
Sampel dan besar Sampel :
Pasien :
1. Laki-Laki =13
2. Perempuan =14
Pengumpulan Data :
Kuisioner
Pengumpulan Data :
Editing, Coding, Entry, Cleaning, tabulasi data
Analisis kuantitatif dengan uji pengaruh,
Regresi non linier
Hasil Penelitian
Simpulan dan Saran

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 18

D. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASI ONAL


1.

Variabel Penelitian

a)

Variabel Independent
Motivasi :

1) Intrinsik
2) Ekstrinsik
b) Variabel Dependent
2.

Definisi Operasional

NO
1.

Jenis Variabel

Definisi Operasional

Ukuran

Independent :

Dorongan baik dari dalam maupun Rasio

Motivasi

dari luar individu dalam melaksanakan


suatu

upaya.

Diukur

berdasarkan

komposit antara motivasi ekstrinsik


dan motivasi intrinsik , dengan nilai:
1. Tinggi : jika skor < 60
2. Rendah : jika skor > 50
a) Motivasi Ekstrinsik

Dorongan dari luar berupa, masi ingin Rasio


menikmati prestasi yang perna dia
capai, masi mempunyai tanggungan
anak yang masi kecil, ingin melihat
anaknya bahagia. Motifasi ekstrinsik
dihitung

berdasarkan

hasil

penjumlahan skor pertanyaan dengan

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 19

nilai :
a. Jawaban Ya <30 = rendah
b. Jawaban Ya > 40 = tinggi
Untuk 1 pertanyaan dengan jawaban
ya nilai 10
Untuk 1 pertanyaan dengan jawaban
tidak nilai 10
b) Motivasi Intrinsik

Dorongan dari dalam yang penghargaan,


pengakuan,

prestasi

yang

Rasio

didapatkan

seseorang sebagai hasil dari pekerjaan yang


dilakukan

Motivasi

berdasarkan

hasil

intrinsik

dihitung

penjumlahan

skor

pertanyaan dengan nilai:


a. Jawaban Ya < 30 = rendah
b. Jawaban Ya > 40 = tinggi
Untuk 1 pertanyaan dengan jawaban ya nilai
10
Untuk 1 pertanyaan dengan jawaban tidak
nilai 10

Dependent :

Kesembuhan merupakan keadaan yang Rasio

Kesembuhan

lebih baik dari keadaan sebelumnya


yang di tandai dengan bisa memenuhi

2.
kebutuhan dasarnya sendiri, adapun
kesembuhan

salah

satunya

di

pengaruhi oleh ke inginan untuk

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 20

sembuh (Motivasi). Kesembuhan dihitung


berdasarkan

hasil

penjumlahan

skor

pertanyaan dengan nilai:


a. Jawaban Ya < 30 = rendah
b. Jawaban Ya > 40 = tinggi
Untuk 1 pertanyaan dengan jawaban ya nilai
10
Untuk 1 pertanyaan dengan jawaban tidak
nilai 10

E. INSTRUMENT PENELITIAN DAN CARA PENGUMPULAN DATA


1.

Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuisioner tertutup yang

dibagikan pada pasien laki-laki dan perempuan ruang dahlia RSI Jemursari.
2.

Cara Pengumpulan Sampel, Pengumpulan Data dan Cara Penilaian


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subyek dan proses

pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian


(Nursalam, 2003). Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data setelah
mendapat rekomendasi dan sekaligus izin dari Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya untuk melaksanakan penelitian.
F. TEHNIK ANALISIS DATA
Berdasarkan variabel yang telah ditentukan. analisis statistik dilakukan
dengan menggunakan uji regresi non linier dengan bantuan software SPSS.

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 21

G.

ETIKA PENELITIAN

1.

Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent )


Lembar penelitian diberikan pada subyek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan, serta dampak
yang mungkin ditimbulkan. Jika responden setuju (bersedia) maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak maka peneliti tidak
akan memaksa dan tetap menghargai hak responden.
2.

Tanpa Nama ( Anonimity )


Untuk menjaga kerahasiaan dan privacy responden, peneliti tidak

mencantumkan nama terang pada lembar obeservasi, tetapi hanya memberi inisial
atau kode saja
3.

Kerahasiaan ( Confidentiality )
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data yang

diperlukan saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.


H. KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan adalah sesuatu yang mungkin mengurangi kesimpulan secara
umum dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003). Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah:
1.

Kuesioner belum pernah dilakukan validitas dan reliabilitas, sehingga hasil


yang diperoleh banyak ditemukan kelemahan.

2.

Populasi yang diambil hanya pada satu lokasi, sehingga hasil yang diperoleh
kurang akurat.

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 22

DAFTAR PUSTAKA
A Dale Timpe, 1999. Memotivasi Pegawai. Seri Manajemen Sumber Daya
Manusia. PT Gramedia Asri Media, Jakarta.
Elfiky, 2009. Terapi Berpikir Positif. PT. Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta
Gibson, 1987. Intrinsic Motivation. Pearson Prentice Hall Indeks.
Kuntoro, 2010. Metode Sampling Dan Penentuan Besar Sampel , Pustaka Melati.
Surabaya
Priyanto, Agus, 2009. Komunikasi dan Konseling, Salemba Medika, Medika
Robbins Stephen P, 2005. Organizational Behavior.Tweltth edition. Pearson
Education International
Robbinson & Larsen, 1990. Motivation employeer Pearson Prentice Hall Indeks

Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kesembuhan Pasien

Page 23

Anda mungkin juga menyukai