Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIFITAS SENAM KEGEL TERHADAP PENURUNAN INKONTINENSIA URIN

PADA PASIEN POST OPERASI BENIGNA PROSTAT HYPERPLASI TURP DI


RUANG DAHLIA 4 RSUD Dr.SOEGIRI LAMONGAN

Dwi Nandriani Istiqomah1, Virgianti NF.S.Kep.Ns.M.Kep 2, Dr.Hj. Mu’ah, MM.,M.Pd 3


1
Mahasiswa Fakultas kesehatan universitas muhammadiyah lamongan
2,3
Dosen Fakultas kesehatan universitas muhammadiyah lamongan

ABSTRAK
Komplikasi Benigna Prostat Hyperplasi Post Operasi TURP yaitu terjadinya inkontinensia urin.
Inkontinensia urin dapat terjadi karena maksimalisasi relaksasi sfingter urethra kurang dan
kelemahan otot dasar pelvis pasca operasi. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan senam kegel
pada pasien dengan masalah keperawatan inkontinensia urin pada kasus Benigna Prostat
Hyperplasi Post Op TURP.Tujuan penelitian ini untuk menganalisa efektifitas senam kegel
terhadap penurunan inkontinensia urin pada pasien post op BPH TURP di Ruang Dahlia 4 RSUD
Dr.Soegiri Lamongan.
Desain penelitian ini adalah adalah pre-eksperimental design dengan pendekatan one grup pre test-
post test. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 pasien dengan teknik sampling kuota sampling.
Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan chek lish, hasil pengumpulan data
selanjutnya di uji menggunakan Uji Wilcoxon sign Rank Test.
Hasil penelitian ini sebelum dilakukan latihan senam kegel dari 30 responden hampir seluruh
pasien mengalami penurunan inkontinensia urin yang signifikan sebagian besar yaitu 21 responden
(70,0 %) yang dapat menahan kemih sedangkan yang tidak mengalami penrunan inkontinensia urin
hampir sebagian responden yaitu 9 orang (30,0 %). Dengan hasil uji analisa diperoleh bahwa nilai
dengan signifikan sebesar p=0,001 (p<0,05) terbukti bahwa latihan senam kegel efektif dalam
penurunan inkontinensia urin. Saran dalam penelitian ini diharapkan agar rumah sakit dapat
melatih senam kegel untuk mencegah terjadinya inkontinensia urin pada pasien post operasi BPH
TURP.

Kata Kunci: Benigna Prostat Hyperplasi Post Operasi TURP, Inkontinensia urin, Senam Kegel.

ABSTRACT
Benign Prostate Hyperplasi Complications Post Operatif TURP is the occurrence of urinary
incontinence. Urinary incontinence can occur due to maximization of relaxation of the urethra
sphincter is less and the weakness of the postoperative pelvic floor muscle. The purpose of this
study was to apply Kegel exercises in patients with urinary incontinent nursing problems in the
case of prostate hyperplasia post operatif TURP. The purpose of this study was to analyze the
effectiveness of kegel exercise to decrease urinary incontinence in post op BPH TURP patients at
Dahlia 4 Hospital Dr. Soegiri Lamongan.
The design of this study is pre-eksperimental design, with the approach of one grup pre test-post
test. The population in this study were 30 patients with sampling quota sampling technique. The
research instrument uses an observation sheet, check, the results of data collection are then tested
using the Wilcoxon sign rank test.
The results of this study before Kegel exercises were conducted from 30 respondents, almost all
patients experienced a significant decrease in urinary incontinence, most of which were 21
respondents (70.0%) who were able to hold urine while those with no urinary incontinence were
almost 9 people (30 , 0%). With the results of the analysis test, it was found that with a significance
of p = 0.001 (p <0.05) which means that it is proven that Kegel exercises are effective in
decreasing urinary incontinence. Suggestions in this study are expected that hospitals can train
Kegel exercises to prevent the occurrence of urinary incontinence in post op BPH TURP patients.

Keywords: Benign Prostate Hyperplation Post Operatif TURP, Urinary Incontinence, Kegel
Exercise.
PENDAHULUAN pasien, dan seluruh pasien tersebut dilakukan
pembedahan secara TURP (Transurethral
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) Resection of The Prostate ). Dari data diatas
atau pembesaran prostat jinak merupakan didapatkan ada 129 pasien yang mengalami
suatu keadaan terjadinya proliferasi sel inkontinensia urine pasca operasi TUR
stroma prostat yang akan menyebabkan Prostate dan sisanya 32 pasien tidak
pembesaran dari kelenjar prostat. Meditor mengalami inkontinensia urine (dapat
utama dalam pertumbuhan kelenjar prostat menahan kencing). Pada pasien tersebut
yaitu dehidrosteron (DTH) yang merupakan terpasang kateter selama >72 jam sampai
metabolit testosterone yang dibentuk di >144 jam dan kemungkinan besar setelah
dalam sel prostat oleh breakdown prostat kateter dilepas pasien terjadi masalah
(Kapoor, 2012). inkontinensia karena mengalami penurunan
Salah satu tindakan dalam penanganan tonus otot kandung kemih sehingga pasien
BPH adalah dengan melakukan cara TURP tidak mampu mengontrol pengeluaran urin,
(Transurethral Resection of The Prostate), dan ada juga yang mengalami kesakitan saat
yaitu mordibitasnya yang lebih lama, tetapi berkemih. Dari data diatas maka masalah
dapat dikerjakan tanpa memerlukan alat penelitiannya adalah masih tingginya angka
endoskopi yang khusus, dengan alat bedah kejadian inkontinensia urin di RSUD Dr.
baku. Prostatektomi melalui sayatan perineal Soegiri Lamongan.
tidak lagi dikerjakan (Dermawan, 2010). Inkontinensia urin dapat menjadi faktor
TURP dapat mengakibatkan komplikasi resiko untuk terjadinya pertumbuhan bakteri
seperti perdarahan pasca operasi, striktur karena adanya stasis aliran urin (Setiati,
uretra, ejakulasi retrograde dan inkontinensia 2013). Tingginya angka kejadian
urine (Lee dkk., 2011). inkontinensia urine menyebabkan perlunya
Menurut World Health Organization penanganan yang sesuai, karena jika tidak
(WHO) , 200 juta penduduk di dunia yang ssegera ditangani inkontinensia urine ini
mengalami inkontinensia urine. Menurut dapat menyebabkan berbagai komplikasi
National Kidney and Urologyc Disease seperti infeksi saluran kemih, infeksi kulit
Advisory Board di Amerika Serikat, jumlah daerah genetalia, gangguan tidur, decubitus,
penderita inkontinensia yang mengarah pada dan gejala ruam. Selain itu masalah
BPH mencapai 14 juta. Jumlah ini psikososial seperti dijauhi orang lain karena
sebenarnya masih sangat sedikit dari kondisi berbau pesing, minder tidak percaya diri,
sebenarnya, sebab masih banyak kasus yang mudah marah juga sering terjadi dan hal ini
tidak dilaporkan (Samidah dan romadhon, berakibat pada depresi dan isolasi social
2015). (Stanley & Beare, 2006)
Di Indonesia jumlah penderita Terdapat tiga tipe inkontinensia yaitu
Inkontinensia urin sangat signifikan. Pada inkontinensia stress yang merupakan
tahun 2006 diperkirakan sekitar 5,8% dari kehilangan urin tanpa disadari yang terjadi
jumlah penduduk mengalami Inkontinensia secara tiba-tiba akibat beberapa aktivitas
urin pada pasien post op urology, tetapi seperti tertawa, bersin, batuk. Urge
penanganan masih sangat kurang. Hal ini di inkontinensia yaitu kehilangan urin tanpa
sebabkan karena masyarakat belum tahu disadari yang didahului keinginan yang kuat
tempat yang tepat untuk berobat disertai untuk berkemih yang tidak dapat dicegah.
kurangnya pemahaman tenaga kesehatan Mixed inkontinencia merupakan gabungan
tentang inkontinensia urin (Depkes, 2015). antara inkontinensia stress dan urge
inkontinensia (Parson, 2010). Masalah yang
Dari survei data awal yang dilakukan biasa terjadi adalah infeksi, trauma uretra,
di RSUD Dr. Soegiri lamongan di Ruang dan menurunnya rangsangan berkemih.
Dahlia 4 pada tahun 2017 terdapat 166 kasus Menurunnya rangsangan berkemih dalam
BPH TUR Prostate dan pada tahun 2018 waktu lama dapat mengakibatkan kandung
diperoleh data Kasus BPH sebanyak 161 kemih tidak meregang dan berkontraksi
secara teratur dan kehilangan tonusnya., dan pembedahan. Behavioral terapi
maka otot detrusor mungkin tidak dapat adalah pilihan pertama untuk mengurangi
berkontraksi dan pasien tidak dapat atau mengatasi inkontinensia urin. Dalam
mengontrol pengeluaran urinnya (Smeltzer & penggunaan cara-cara tersebut, perawat
Bare, 2013). Pada laki-laki patofisiologi professional membantu pasien
berubah biasanya karena BPH yang dapat
menghindar efek merugikan dari
menyebabkan retensi, overlow dan stress
inkontinensia. Detrusor overactivity (urge penggunaan obat-obatan atau tindakan
incontinence) dihubungkan dengan beberapa pembedahan. Latihan otot dasar panggul
perubahan patofisiologi dan dalam beberapa atau yang disebut Kegel exercise
kasus, patofisiologinya tidak diketahui. menggambarkan dasar behavioral terapi
Overflow urinary incontinence berakar dari untuk memusatkan pada keluhan dari
regangan yang berlebihan pada kandung stress, urge, dan mixed incontinencia
kemih dan volume urine yang berlebih (Smeltzer, S.C., 2009).
(Black, J.M & Hawks, 2005) Senam kegel adalah senam untuk
Penanganan inkontinensia urin menguatkan otot panggul atau senam yang
bergantung pada faktor penyebab yang bertujuan untuk memperkuat otot-otot dasar
mendasarinya. Namun demikian, sebelum panggul sehingga sesorang dapat
terapi yang tepat dimulai, munculnya memperkuat otot-otot saluran kemih. Senam
masalah ini harus diidentifikasi dahulu dan kegel juga dapat menyembuhkan
kemungkinan keberhasian terapi dapat ketidakmampuan menahan kencing
dicapai. Jika perawat dan petugas kesehatan (inkontinensia urine) dan dapat
lainnya menerima inkontinensia sebagai mengencangkan dan memulihkan otot di
bagian yang tidak terelakkan dari proses daerah genital dan anus (Yuliana,
penuaan dan perjalanan penyakitnya atau 2011).Latihan kegel sangat bermanfaat untuk
menganggap inkontinensia tidak dapat menguatkan otot rangka pada dasar panggul,
dipulihkan dan tidak dapat diterapi pada usia sehingga memperkuat sfringter eksternal
berapapun, maka keadaan tersebut tidak akan pada kandung kemih (Widiastuti, 2011).
dapat diterapi dengan hasil yang lebih baik. Aktivitas perilaku seperti senam kegel
Upaya yang bersifat interdispliner dan (latihan otot dasar panggul) yang
kolaboratif sangat penting dalam mengkaji dikemuka oleh Arnold Kegel,
dan mengatasi inkontinensia urin secara
melaporkan perbaikan/kesembuhan
efektif (Smeltzer, S.C., 2009).
Inkontinensia urine mempunyai sampai 84% dengan latihan otot dasar
kemungkinan besar untuk disembuhkan, panggul untuk wanita dan pria dengan
terutama pada pada penderita dengan berbagai macam tipe inkontinensia.
mobilitas dan status social mental yang Setelah 3-4 hari melakukan latihan ini
cukup baik. Bahkan bila dapat diobati dengan teratur setiap hari, maka akan
sempurna, inkontinensia urine selalu dapat terasa berkurangnya kebocoran
diupayakan lebih baik, sehingga kualitas urine/dapat menahan kencing, semua
hidup penderita meningkat dan meringankan latihan diatas akan memberikan control
beban yang merawat. Masyarakat tidak yang baik terhadap kandung kemih
menyadari bahwa ada pilihan lain dalam (Darmojo, 2011).
penanganan inkontinensia urine dengan
terapi non farmakologis, salah satunya yaitu METODE PENELITIAN
dengan teknik/latihan perilaku mengontrol
Desain penelitian ini adalah pre-
kandung kemih dan otot-otot dasar panggul
(Darmojo, 2011). eksperimental design dengan pendekatan
Penatalaksanaan inkontinensia urin itu one grup pre test-post test tanpa kontrol.
sendiri meliputi intervensi pelvic floor Mencari efektifitas senam kegel terhadap
exercise and behavior, terapi obat-obatan penurunan inkontinensia urin. Peneliti
melakukan intervensi dengan dua
pengamatan yaitu sebelum dan sesudah,
Dalam penelitian ini peneliti mencari
efektifitas senam kegel terhadap penurunan
inkontinensia urin. Peneliti melakukan
intervensi dengan dua pengamatan yaitu Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui
sebelum dan sesudah. bahwa karakteristik responden berdasarkan
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan usia hamper sebagaian besar pada rentang
Maret sampai April tahun 2019 tempat usia 61-70 tahun yang sebanyak 16 orang
pelaksanaan di Rumah Sakit Umum Daerah (53,3%). Karakteristik responden
Dr. Soegiri Lamongan. Populasi dalam berdasarkan pendidikan hamper sebagaian di
penelitian ini adalah seluruh pasien post temukan pada pendidikan SD sebanyak 17
operasi BPH TURP yang mengalami orang (56,7%). Karakteristik responden
inkontinensia urin di ruang dahlia 4 RSUD berdasarkan pekerjaan hamper sebagaian
Dr.Soegiri Lamongan. Sampel yang di mempunyai pekerjaan sebagai petani
gunakan adalah seluruh pasien yang sebanyak 13 orang (43,3%) dan karakteristik
mengalami inkontinensia urin di ruang dahlia responden berdasarkan riwayat operasi lain
4 RSUD Dr.Soegiri Lamongan sebanyak 30 hamper seluruhnya tidak memiliki riwayat
responden dengan metode quota sampling. operasi sebayak 24 orang (80%).
Teknik pengambilan data SOP dan
Lembar Observasi sebelum dan sesudah DATA KHUSUS
perlakuan, selanjutnya pengolahan data 1) Pre Senam Kegel.
menggunakan editing, coding, scoring dan Tabel 4.5 Distribusi Responden Pre Latihan
tabulating. Kemudian di analisa dengan Uji Senam Kegel Pada Pasien Post Operasi BPH
Wilcoxon sign Rank Test dengan TURP di Ruang Dahlia 4 RSUD Dr.Soegiri
menggunakan SPSS for windows dengan Lamongan.
tingkat kemaknaan p ≤ 0,005.
Total
Inkontinensia urin
F %
HASIL PENELITIAN
Dapat menahan kemih 10 33,3%
DATA UMUM Tidak dapat menahan 20 66,7%
kemih
No Karakteristik Responden F % Total 30 100%
1 Usia :
50-60 tahun 14 46,7% Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan
61-70 tahun 16 53,3% bahwa dari 30 responden sebagian besar
71-80 tahun 0 0,0% mengalami inkontinensia urin (tidak
2 Pendidikan : dapat menahan kemih) yaitu sejumlah 20
SD 17 56,7% responden (66,7 %) dan hampir
SMP 10 33,3% setengahnya dapat menahan kemih yaitu
SMA 3 10% 10 responden (33,3 %).
AkademikPT 0 0,0%
3 Pekerjaan : 2) Post Senam Kegel.
Tidak bekerja 6 20% Tabel 4.6 Distribusi responden Post Latihan
Wiraswasta 11 36,7% Senam Kegel Pada Pasien Post Operasi BPH
Petani 13 43,3% TURP di Ruang Dahlia 4 RSUD Dr.Soegiri
PNS/TNI/POLRI 0 0,0 % Lamongan.
4 Riwayat Operasi :
Tidak ada riwayat op 24 80%
Ada riwayat op 6 20%
Total (30,0%) dan 11 responden yang dapat
Inkontinensia urin menahan kemih (36,7%), kemudian setelah
F %
Dapat menahan kemih 21 70,0% diberikan latihan senam kegel dari 30
Tidak dapat menahan 9 30,0% responden sebagian kecil terdapat 9
kemih responden (30,0 %) yang tidak dapat
Total 30 100% menahan kemih sedangkan sebagian besar
responden dapat menahan kemih sebagian
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan besar yaitu 21 responden (70,0 %).
bahwa pada terdapat perubahan yang Berdasarkan hasil uji SPSS 18.0
signifikan yaitu sebagian besar responden menggunakan uji analisa statistic wilcoxon
yang dapat menahan kemih sejumlah 21 sign rank test diperoleh bahwa nilai sebesar
orang (70,0 %) dan hampir setengah 0,001 (p<0,005) maka H1 diterima, H0 ditolak
responden belum dapat menahan kemih yaitu artinya ada pengaruh senam kegel terhadap
sejumlah 9 orang (30,0 %). penurunan inkontinensia urin pada pasien
post op BPH TURP di ruang dahlia 4 RSUD
3) Efektifitas Senam Kegel Terhadap Dr.Soegiri Lamongan
Penurunan Inkontinensia Urin antara
Sesudah dan Sebelum diberi Perlakuan PEMBAHASAN
Pada Pasien Post Operasi BPH TURP di
Ruang Dahlia 4 RSUD Dr.Soegiri 1) Inkontinensia Urin Sebelum Dilakukan
Lamongan.. Latihan Senam Kegel pada Pasien Post
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Efektifitas Senam Op BPH TURP di Ruang Dahlia 4 RSUD
Kegel terhadap Penurunan Inkontinensia Dr.Soegiri Lamongan
Urin pada Pasien Post Operasi BPH TURP di Berdasarkan tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa
Ruang Dahlia 4 RSUD Dr.Soegiri sebagian besar pasien BPH TURP mengalami
Lamongan. inkontinensia urin (tidak dapat menahan
kemih) yaitu sejumlah 20 responden (66,7 %)
Post test
Dapat Tidak Total dan hampir setengahnya dapat menahan
menahan dapat kemih yaitu 10 orang (33,3 %).Menurut
kemih menahan Cherlene J.Reeves (2010) inkontinensia
kemih adalah pelepasan urin yang tidak terkontrol
Pre test
∑ % ∑ % ∑ % dalam jumlah yang cukup banyak dan sering
sehingga dapat dianggap masalah bagi
Dapat 10 33, 0 0,0 1 10
penderita, seringkali diaggap sebagai kondisi
menahan 3 % 0 0
yang disebabkan karena factor usia, tetapi ini
kemih % %
bukanlah masalah yang tidak dapat
Tidak dapat 11 36, 9 30, 2 10
ditanggulangi.
menahan 7 0 0 0
Inkontinensia urin yang terjadi pada klien
kemih % % %
post TURP disebabkan karena gejala iritasi
Total 21 70, 9 30, 3 10
yang diakibatkan oleh tindakan pengerokan
0 0 0 0%
pada prostat yang meninggalkan luka.
% %
Menurut Madjid (2011) inkontinensia awal
Asymp. Sig (2 tailed) p=0,001 biasanya terjadi yang dapat disebabkan
karena gejala iritasi seperti penyembuhan
fossa atau ketidakstabilan otot kandung
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa kemih akibat dari BPH yang lama.
sebelum dilakukan latihan senam kegel Menurut Continence foundation of
sebagian kecil terdapat 10 responden (100%) Australia (2017) sfingter kandung kemih
yang dapat menahan kemih dan dari 20 (eksternal) adalah bagian dari rangkaian otot
responden (100%) yang tidak dapat menahan lain yang berada dibawah prostat yang
kemih sebagian kecil terdapat 9 responden disebut otot dasar panggul. Otot ini juga
terlibat dalam pengendalian kandung kemih. urin adalah gerakan mengerutkan dan
Jika sfingter kandung kemih rusak saat mengendorkan otot dasar panggul membantu
operasi pengerukan prostat bisa mengurangi ketidaknyamanan pada daerah
menyebabkan inkontinensia urin dasar panggul dan dapat memperlancar
Selain disebabkan karena proses sirkulasi darah yang menuju ke prostatika
penyembuhan luka, inkontinensia urin sehingga akan mempercepat fase
pada klien post TURP kemungkinan juga penyembuhan luka yaitu fase proloferasi
disebabkan karena kandung kemih yang menuju ke fase maturasi, pernyataan ini
mengalami peregangan akibat BPH dan didukung oleh Bahiyatun (2009) dalam
bukunya dimana senam kegel diberikan
setelahnya klien akan terpasang selang
kepada ibu post partum menyatakan bahwa
kateter sehingga otot-otot kandung kemih senam kegel dapat mengakibatkan kontraksi
masih belum sepenuhnya berkontraksi dan relaksasi otot-otot panggul sehingga
dengan baik. membantu meredakan ketidaknyamanan
perineum serta meningkatkan sirkulasi lokal,
2) Penurunan Inkontinensia Urin Sesudah melancarkan perkemihan dan mengurangi
Dilakukan Latihan Senam Kegel pada edema.
Pasien Post Operasi BPH TURP di Ruang Bagian leher kandung kemih didukung
Dahlia 4 RSUD Dr.Soegiri Lamongan. oleh otot dasar panggul yang membatasi
Berdasarkan tabel 4.6 setelah dilakukan gerakan ke bawah uretra selama beraktivitas
senam kegel menunjukkan bahwa pada sehingga mencegah kebocoran urin. Pelatihan
terdapat perubahan yang signifikan yaitu intensif dari setiap otot lurik akan
sebagian besar pasien BPH TURP yang dapat membangun masa otot dan dengan demikian
menahan kemih sejumlah 21 orang (70,0 %) memberikan dukungan structural pada dasar
dan hampir setengah pasien BPH TURP panggul dengan mengangkat pelat otot
belum dapat menahan kemih yaitu sejumlah elevator secara permanen ke posisi yang
9 orang (30,0 %). Berdasarkan hasil peneltian lebih tinggi di panggul. Dukungan hipertrofi
tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa terdapat lebih ditingkatkan dan kekakuan fasia
penurunan inkontinensia urin yang sangat endopelvic. Mencegah dasar panggul turun
signifikan yaitu sebagian besar dari 20 orang selama tekanan intra.
(66,7 %) menjadi 9 orang responden (30,0%). Menurut Madjid (2011) mengatakan
Sedangkan pada responden yang dapat bahwa klien post TURP yang melakukan
menahan kemih sebagian besar terdapat 21 senam kegel mengalami penurunan dribbing
responden (70,0 %) yang sebelumnya hanya lebih cepat daripada klien yang tidak
10 orang (33,3 %) yang dapat menahan melakukan latihan. Hal ini kemungkinan
kemih. disebabkan karena membaiknya system
Dengan melakukan senam kegel otot-otot urinary mereka. Luka bekas pengerokan
panggul yang sebelumnya lemah dapat sudah menuju proses maturasi sehingga
menjadi kuat penuaan menyebabkan spingter kandung kemih sudah mulai bekerja
penurunan kekuatan otot diantaranya otot dengan maksimal serta semakin kuatnya otot
dasar panggul dan sfingter. Otot dasar PC.
panggul itu sendiri berfungsi menjaga Kebanyakan pasien yang mengalami
stabilitas organ panggul secara aktif, inkontinensia urin akan membaik setelah
berkontraksi mengencangkan dan dilakukan latihan senam kegel. Dari sini
mengendorkan organ genital, serta dapat disimpulkan bahwa tingkat
mengendalikan dan mengontrol defekasi dan pengetahuan pasien berpengaruh terhadap
berkemih. (Bruschini, 2011). motivasi dan tindakan untuk melakukan
Senam kegel adalah latihan untuk senam kegel post op BPH TURP sehingga
membantu memperkuat otot dasar panggul dapat diperlukan suatu informasi agar pasien
(Please 2017; Widianti, et al. 2010). Cara melakukan senam kegel untuk
kerja senam kegel terhadap inkontinensia mengembalikan fungsi berkemih, dan
disinilah peran perawat sangat penting untuk bahwa kelompok yang menerima pelatihan
memberikan pendidikan kesehatan pada secara signifikan lebih banyak menurunkan
pasien post Op BPH TURP karena dengan inkontinensia urin daripada yang tidak dapat
asupan gizi yang cukup juga dapat perlakuan apapun.
memulihkan kondisi pasien dan dapat Dan dari hasil penelitian ini dapat
melakukan senam kegel sesuai dengan disimpulkan bahwa pasien BPH TURP
kriteria setelah melakukan senam kegel pasien
merasa lebih baik dan rasa keinginan
3) Pengaruh Efektifitas Senam Kegel berkemih timbul kembali karena otot-otot
terhadap Penurunan Inkontinensia Urin sfingter terangsang kembali untuk
pada Pasien Post Operasi BPH TURP di berkontraksi, selain itu senam kegel juga
Ruang Dahlia 4 RSUD Dr.Soegiri membebaskan atau melatih otot-otot kelamin
Lamongan. untuk mengembalikan fungsi seksual pasca
Berdasarkan tabel 4.7 dijelaskan bahwa operasi BPH, karena selama ini banyak orang
setelah dilakukan latihan senam kegel beranggapan setelah melakukan operasi BPH
sebagian kecil terdapat 10 responden (100%) fungsi seksual mengalami penurunan dan
yang dapat menahan kemih dan dari 20 senam kegel ini ternyata efektif.
responden (100%) yang tidak dapat menahan
kemih sebagian kecil terdapat 9 responden SIMPULAN DAN SARAN
(30,0%) dan 11 responden yang dapat
menahan kemih (36,7%), kemudian setelah KESIMPULAN
diberikan latihan senam kegel dari 30 1. Sebelum dilakukan latihan senam kegel
responden sebagian kecil terdapat 9 diketahui bahwa sebagian besar responden
responden (30,0 %) yang tidak dapat mengalami masalah inkontinensia urin
menahan kemih sedangkan sebagian besar pada pasien post operasi BPH TURP di
responden dapat menahan kemih sebagian Ruang Dahlia 4 RSUD Dr.Soegiri
besar yaitu 21 responden (70,0 %). Lamongan.
Menurut Purnomo (2011) cara mengatasi 2. Setelah dilakukan latihan senam kegel
inkontinensia urin post operasi BPH TURP diketahui bahwa sebagian besar responden
adalah dengan melakukan senam kegel secara mengalami penurunan inkontinensia urin
rutin dan ini merupakan olahraga sederhana, pada pasien post operasi BPH TURP di
menyenangkan serta aman, tujuannya untuk RSUD Dr.Soegiri Lamongan.
melatih dan meningkatkan resistensi kandung 3. Terdapat efektifitas latihan senam kegel
kemih dan uretra dengan cara memperkuat terhadap tingkat penurunan inkontinensia
otot dasar panggul dengan melakukan senam urin antara sebelum dan sesudah diberikan
kegel secara teratur akan mempercepat latihan senam kegel pada pasien post
penyembuhan inkontinensia urin akibat pasca operasi BPH TURP di Ruang Dahlia 4
operasi dan dapat mempertahankan RSUD Dr.Soegiri Lamongan
pemenuhan kebutuhan eliminasi urin secara
normal. SARAN
Menurut penelitian Centemero, et al. 1. Bagi Profesi Keperawatan
(2010) senam kegel (Kegel exercise) dapat Untuk mengatasi masalah inkontinensia
menurunkan inkontinensia urin yang urin berat maka perlu penanggulangan
signifikan pada kelompok perlakuan pada yang tidak hanya dilakukan dari tenaga
klien post radical prostatectomy. Penelitian medis atau tim kesehatan saja tetapi dari
yang dilakukan oleh Ovegard, et al. (2008) seluruh individu itu sendiri.
yang membedakan apakah ada perbedaan 2. Bagi Instansi Kesehatan
efek PMFT atau Senam Kegel terhadap Dengan adanya perkembangan efektifitas
inkontinensia urin setelah operasi Radikal senam kegel terhadap penurunan
prostatectomy yang dipandu oleh fisioterapis inkontinensia urin, sehingga hasil
dengan dilakukan sendiri menunjukkan
penelitian dapat dijadikan pendukung Controlled Study. 57. pp. 1039-1044.
teori yang sudah ada.. doi:10.1016/j.eururo.2010.02.28.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Perlunya penelitian lebih lanjut dengan Continence Fundation of Australia. (2013)
menggunakan jumlah pasien yang Continence management following prostat
mengalami inkontinensia urin yang lebih surgery.Http://www.Continence.org.au/pa
besar dan respresentatif dengan metode ges/continence-management-following-
yang lebih akurat dan kombinasi serta prostatesurgery.
meneliti dari pengaruh lain diluar
pengaruh latihan senam kegel dalam Darmojo, B (2011) Buku Ajar Geriatri Ilmu
tingkat penurunan inkontinensia urin Kesehatan Usia Lanjut. (Edisi 3) Jakarta:
4. Bagi Penderita Balai Penerbit FKUI.
Untuk mengatasi masalah inkontinensia
urin, sebaiknya pasien melakukan latihan Dermawan, D (2010). Keperawatan Medikal
senam kegel sesuai dengan teori yang Bedah. Yogyakarta:Gosyen Publishing.
diterapkan dan dapat dilakukan setiap hari
Departemen Kesehatan RI 2015. Profil
dimanapun dan kapanpun untuk lebih
Kesehatan Indonesia. Jakarta:
memperkuat otot dasar panggul tetapi
Departemen Kesehatan Republik
tetap disertai dengan mengontrol
Indonesia.
berkemih serta menjaga pola kesehatan
dan kebiasaan sehari-sehari yang mengacu
Dharma, (2015). Metodologi penelitian
ternyadinya masalah tersebut
keperawatan. (pedoman melaksanakan
dan menerapkan hasil penelitian).
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: CV Trans Info Media.
Arikunto, S. (2016) Prosedur Penelitian,
edisi revisi v. Jakarta: Rineke Cipta.
Hidayat A.A., (2010). Metode Penelitian
Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Black, J.M & Hawks, J. H. (2014). Medical Jakarta: Health Books.
Surgical Nursing Clinical Managemen for
Positive Outcome (8th ed). St. Louis: Kapoor, Anil. (2012) Benigna Prostatic
Elseiver. Hyperplasia (BPH) Management In The
Primary Care Setting the Canadian
Brunner, & Suddarth. ( 2010). Buku Ajar Journal of Urologi.
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC. Lee Sangyeoup, dkk.(2011). Central Obesity
as a Risk Factor for Prostatic
Bruschini, H., Simonetti, R., Antunes, A. A., Hyperplasia
Srougi, M. (2011). Urinary incontinence
following surgery for BPH: The role of Madjid, A., Irawaty, D., Nuraini, T. (2011).
aging on the incidence of bladder Penurunan Keluhan Dribbling Pasien
dysfunction. International Braz J Urol. 37 Pasca Transurethral Resection of The
(3), pp. 380-386. Prostat Melalui Kegel Exercise. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume 14, No.
Centemero, A., Rigam, L., Giraido, D., 2, hal 121-126.
Lazzeri, M., Lughezzani, G., Zigna, D.,
Montorsi, F., Rigam, P., Guazzoni, G
(2010). Preoperative Pelvic Floor Muscle Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Pendidikan
Exercise for Early Continence After dan Perilaku kesehatan. Cetakan 2
Radical Prostatectomy: A Randomised Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Nugroho A. Pengaruh Faktor Usia dan
Pendiikan Terhadap International Smeltzer, Suzanna C dan Bare, Brende G.
Prostate Symptom Score (IPSS) Pada (2013) Buku Ajar Keperaatan Medikal
Penderita Prostate Hiperplasia . Bedah. Volume 3. Jakarta:EGC.
Semarang: Bagian Ilmu Bedah FK
Undip 2010. Solang, Manoarfa dan Tjandra. 2016. Profil
Penderita Kanker Prosrat di RSUP. Dr.
Nugroho, T. (2011). Buku Askep Maternitas, R.D. Kandau Manado Periode Tahun
Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Bantul: 2013-2015. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume
Nuha Medika. 4, No 2, Juli-Desember 2016.
Nursalam. (2015). Konsep dan Penerapan Stanley, M. & Beare, P. G (2006). Buku Ajar
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta:
Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika. EGC.
Overga, M., Angelsen, A., Lydersen, S., Wijaya, A.S & Putri, Y.M. 2013
Markued, S (2008). Does Physioherapis- Keperawatan Medikal Bedah 2,
Guided Pelvic Floor Muscle Training Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh
Reduce Urinary Incontinence After Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Radical Prostatectomy: A Randomised
Controlled Trial. 54, pp. 438-448. doi: Yuliana, D (2011) Pengaruh Senam Kegel
10.1016/j.eururo.2008.04.021. Terhadap Perubahan Inkontinensia Urin
Pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin.
Ketiga. Jakarta: CV Sagung Seto 2011.

Parson, J.K. ( 2010) Benign Prostatic


Hyperplasia Epidemiology and Risk
Factor, Springter. Journal Curr Bladder
Dysfunct.

Please, C. (2017) Kegel Exercise for Men


What Will I Learn By Reading This
Booklet

Samidah & Romadhon. 2015. Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Benigna Prostat Hyperplasi (BPH) Di Poli
Urologi RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu
tahun 2014. Jurnal Of Nursing And Public
Health, Volume 3, No 1, 61-68.

Setiati S. 2013. Patofisiologi dan Tata


Laksana Inkontinensia Urin Pada
Usia Lanjut. In: Seminar Perdosri.
Solo. Jawa tengah.
Smeltzer, Suzanna C dan Bare, Brende G.
2009. Buku Ajar Keperaatan Medikal
Bedah. Volume 1. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai