OLEH :
(7090012000)
(.............................................) (...........................................)
Puji syukur kita panjatkan kahadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga laporan pendahuluan dapat diselesaikan. Tak
lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
Makalah ini dibuat untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Keperawatan luka. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah yang telah senantiasa memberikan bimbingan serta arahan kepada
kami. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang
ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah kami ini tidaklah sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Kami dari tim penyusun
mengharapkan kiritik, saran serta masukan yang membangun sehingga kami dapat
meminimalisir kesalahan baik itu dari segi penulisan, bahasa maupun dari segi penyusunan.
Kami dari tim penyusun berharap semoga apa yang dapat kami sajikan di makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Akhir kata sekian dan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL…………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR………………………………………………….............................
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....................
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...................
A. Latar Belakang…………………………………………………………..................
B. Tujuan………………………………………………………....................................
1. Definisi……………………………………………………......................................
2. Epidemiologi……………………………………………………………………..
3. Etiologi…………………………………………………………………..................
4. Patofisiologi……………………………………………………………………….
5. Klasifikasi………………………………………………………………………….
6. Manisfestasi……………………………………………………………………....
7. Pemeriksaan Fisik…………………………………………………………………
9. Kriteria Diagnosis………………………………………………………………..
10. Penatalaksanaan………………………………………………………………….
11. Komplikasi…..……………………………………………………………………
1. Pengkajian………………………………………………………………………..
2. Diagnosa……… ……………………………………………………..................
5. Evaluasi………………………………………………………………………….
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………….
1. Kesimpulan………………………………………………… ……........................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengupayakan untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi
menular yang di sebabkan oleh infeksi menular oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis.
Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas
Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat
tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta
orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China
merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%,
dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, 2015). Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat
peningkatan kasus tuberkulosis dibandingkan dengan tahun 2014. Pada tahun 2015 terjadi
330.910 kasus tuberkulosis lebih banyak dibandingkan tahun 2014 yang hanya 324.539
kasus. Jumlah kasus tertinggi terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa tengah (Kemenkes RI, 2016).
(Directly Observed Treatment Short-course). DOTS adalah salah satu strategi untuk
untuk penyakit tuberculosis tidak efektif dan terbatas. Petugas kesehatan baik dari pemerintah
atau swasta kurang dilatih dalam diagnosis danpengobatan tuberculosis serta kurangnya
tidak sehat. Hasil survey di Indonesia oleh Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan (P2MPL) salah satu penyebab tingginya anka kejadian TB Paru di
1. DEFINISI
termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. Agen infeksius utama adalah
Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan
lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet. M.bovis dan M.avium
pernah, pada kejadian yang jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis
Tuberculosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu:
kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru
Jadi dapat disimpulkan, tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang
9 juta kasus per tahun di seluruh dunia dan kasus kematian hampir mencapai 2 juta
tahun 2011 kasus TB baru terbanyak terjadi di Asia sekitar 60% dari kasus baru
yang terjadi disel uruh dunia. Akan tetapi Afrika Sub Sahara memiliki jumlah
terbanyak kasus baru perpopulasi dengan lebih dari 260 kasus per 100000 populasi
pada tahun 2011 (WHO,2013). Jumlah kasus TB terbanyak adalah region Asia
Tenggara (35%), Afrika (30%), dan region Pasifik barat (20%). Berdasarkan data
WHO pada tahun 2009, lima Negara dengan insiden kasus TB terbanyak yaitu, India
(1,6 -2,4 juta), China (1,1-1,5 juta), Afrika selatan (0.4-0.59 juta), Nigeria (0.37-0.55
adalah 505.614 kasus per tahun, 244 per 10.000 penduduk dan 1.550 per hari.
Insidensi penyakit TB 528.063 kasus per tahun, 228 kasus per 10.000 penduduk dan
1.447 per hari.Indisdensi kasus baru 236.029 per tahun, 102 kasus per 10.000
penduduk, dan 647 per hari. Insidensi kasus TB yang mengakibatkan kematian
91.369 per tahun, 30 kasus per 10.000 penduduk, dan 250 per hari (DepKes, 2010)
3. ETIOLOGI
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk
organisme ini terdiri atas asam lemak (lipid) yang membuat mikobakterium lebih
tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. M.
Mikobakterium ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada
bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.
a. M. tuberculosae
b. Varian Asian
c. Varian African I
d. Varian African II
e. M. Bovis
a. M. kansasi
b. M. avium
c. M. intra cellular
d. M. scrofulaceum
e. M.malmacerse
Paru merupakan port d’entrée kasus infeksi TB. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet
yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis dapat menetap dalam udara bebas selama
1-2 jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
masuk ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri. Basil
juga secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal,
makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit melisis (menghancurkan) basil dan jaringan
basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk
dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari
Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju ke kelenjar
Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, begitu sistem
mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan
sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap
selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.
Komplek primer dapat juga mengalai komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat
disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. Jika terjadi nekrosis
perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus
sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru atau kavitas. Obstruksi parsial pada
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi I
Tabel 1. Klasifikasi TB
Class 0 Tidak ada jangkitan atau terinfeksi, riwayat terpapar, reaksi test
Class 1 Terpapar TBC, tidak ada bukti infeksi, reaksi kulit tak bermakna
Class 2 Ada infeksi TBC, reaksi kulit bermakna, pemeriksaan bakteri (-), tidak
ada bukti.
Class 3 Sedang sakit, BTA (+), test mantoux bermakna, Rontgent Thorax (+).
peritoneum, dsb.
Class 4 Sedang sakit, ada riwayat mendapat pengobatan, Rontgent Thorax (+),
1. Tuberculosis Primer
a. Tuberculosis primer adalah bentuk penyakit yang terjadi pada orang yang belum
pernah terpajan (orang yang belum pernah mengalami TB) atau peradangan terjadi
Hal ini terjadi ada orang yang mengalami gangguan akibat suatu penyakit
(terutama penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh, seperti AIDS dan
biasanya terjadi pada pada anak yan mengalami malnutrisi atau usia lanjut).
Merupakan penyakit yang terjadi pada seseorang yang telah terpajan penyakit
tuberculosis atau peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang di
umumnya muncul karena reaktivasi lesi primer dorman beberapa dekade setelah
infeksi awal, terutama jika sistem pertahanan penjamu (seseorang yang pernah terkena
TB sebelumnya) melemah.
6. TANDA GEJALA
Menurut Jhon Crofton (2002), gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi paru.
Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini dirasakan dengan
kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat
kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi
produktif.
Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah
menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan menjadi kental
Batuk darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa
sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah akibat
peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh
darah.
Sesak napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan proses
Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada dinding
pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot pada saat
batuk.
Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh sekret,
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum dari
proses infeksi.
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan dan
Malaise
Ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit Tuberculosis paru.
Gejala khas TB, yaitu TRIAS TB yaitu batuk > 3 mggu yang tidak disebabkan
penyakit lain, kadang hemoptisis; berkeringat terutama di malam hari; dan nafsu makan ↓
diikuti penurunan BB. Penyakit tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu
suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik
(Sudoyo, 2006).
Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk mulai dari kering (non
sputum). Keadaan yang lebih lanjut adalah berupa batuk darah (hemoptoe) karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronchus.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul
berupa batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang pecah.kebanyakan batuk
darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus. Batuk darah berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Gejala ini sedikit jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang sudah
nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura
terkena.
e. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh sekret,
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari
mirip dengan demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
b. Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, serta
malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu sampai bulan,
akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak nafas walaupun jarang dapat
7. PENCEGAHAN
1. Makan makanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan tubuh meningkat.
5. Membuka jendela agar masuk sinar matahari di semua ruangan, karena kuman
6. Imunisasi BCG
b. Bagi penderita
pencegahan.
Saat ini vaksin BCG (Bacille Calmette Guerin) adalah vaksin yang sudah dikenal
sebagai cara untuk mencegah TBC, diberikan dengan suntikan di bawah kulit. Vaksin
ini efektif pada anak baru lahir untuk mencegah penyakit TB berat. Saat ini TBC
memang tidak memberi dampak yang signifikan untuk mengurangi kasus TB pada
orang dewasa.
Saat ini masih belum ditemukan vaksin yang efektif diberikan pada orang dewasa
untuk mencegah penyakit TBC. Akan tetapi, menurut studi literatur yang dilakukan
melita tahun 2013 menyatakan bahwa baru-baru ini ditemukan vaksin booster TBC
baru, MVA85A, dengan harapan dapat meningkatkan kekebalan pasien terhadap TBC.
Hasil dari studi literatur tersebut menyatakan bahwa Vaksin MVA85A aman dan sangat
imunogenik pada subjek yang pernah diberi vaksin BCG, subjek yang tinggal di daerah
endemis TBC, subjek dengan infeksi TBC laten di UK. Tiga penelitian
selama 1 tahun dengan keadaan baseline. Keadaan baseline yang dimaksud adalah
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat badan
menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam
b. Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat kavitas yang cukup
besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan timpani. Bila mengenai pleura,
c. Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas tambahan berupa
rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi ini diliputi oleh penebalan
pleura, suara napas menjadi vesikuler melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup
besar, auskultasi memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura, auskultasi
memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
d. Palpasi
Badan teraba hangat (demam), denyut nadi meningkat (>100x/menit), turgor kulit
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
alkohol. Untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimal diperlukan waktu antara
48 sampai 72 jam sesudah penyuntikan dan reaksi harus dibaca dalam peiode
- Orang dengan perubahan fibrotic pada radigrafi dada yang sesuai dengan
selama ≥1 bulan).
- Orang dengan keadaan klinis pada daerah mereka yang berisioko tinggi.
- Anak di bawa usia 4 tahun atau anak-anak dan remaja yang terpajan orang
Pemeriksaan dapat memperkirakan jumlah basil tahan asam ( AFB) yang terdapat
pada sediaan. Sediaan yang positif memberikan petunjuk awal utnuk menekakan
adanya infeksi penyakit. Pemeriksaan biakan harus dilakukan pada semua biakan.
Koloni matur akan berwarna krem atau kekuningan, seperti kulit dan bentuknya
seperti kembang kol. Jumlah sekecil 10 bakteri/ml media konsentrasi yang telah
diolah dapat dideteksi oleh media biakan ini (Price & Wilson, 2006).
c. Vaksinasi BCG
2. Pemeriksaan Radiologi
Rongten dada biasanya menunjukan lesi pada losus atas atau superior lobus bawah/
dapat juga terlihat adanya pembentukan kavitas dan gambaran penyakit yang
3. Pemeriksaan lain-lain
a. Ziehl Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
c. Biopsi jarum pada jaringan paru, positif untuk granula TB ; adanya sel
d. Elektrosit dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ; ex.
Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA
dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
e. Pemeriksaan fungsi pada paru, penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan
kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas) (Doegoes,
2000).
3. Foto thorax PA dan lateral. Gambaran foto thoraks yang menunjang diagnosis TB,
yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apical lobus bawah
e. Adanya kalsifikasi
g. Bayangan milier
4. Pemeriksaan sputum BTA
TB
6. Tes Mantoux/Tuberkulin
7. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap
Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga
menimbulkan masalah.
10. MYCODOT
alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila
terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.
(Mansjoer, 2001)
11. PENATALAKSANAAN
Pengobatan TBC
Tujuan pemberian obat pada penderita tuberculosis adalah: menyembuhkan,
2002).
Isoniazid (H)
dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian 5
Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat dibunuh
oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis sama untuk pengobatan harian
Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Dosis harian 25 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
Kategori 1 : 2RHZE/4RH3
Kategori 2 : 2 RHZES/RHZE/5RH3E3
Kategori 1
OAT Kategori 1 diberikan pada pasien baru, yaitu pasien TB paru terkonfirmasi
bakteriologis, TB paru terdiagnosis klinis, dan pasien TB ekstra paru. OAT kategori
bulan.
Kategori 2
OAT Kategori 2 diberikan pada pasien BTA positif yang sudah diberikan
tatalaksana sebelumnya, yaitu pada pasien kambuh, pasien gagal pengobatan dengan
Tahap Intensif
Tahap Lanjutan
Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit dalam jangka waktu yang lebih
Terapi MDR-TB
Gunakan sedikitnya 4-5 obat yang tidak pernah diberikan sebelumnya, dimana obat-
obat tersebut masih sensitif secara in vitro. Jangan gunakan obat yang sudah
penyakit paru.
Berikut ini adalah pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien dengan MDR-TB,
ofloksasin
Grup 5: obat-obat ini tidak dianjurkan oleh WHO untuk penggunaan rutin karena
Kehamilan
TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan,
kecuali streptomisin dan kanamisin yang bersifat ototoksik pada janin. Pemberian
Ibu Menyusui
pengobatan TB pada umumnya. Semua jenis OAT aman bagi ibu menyusui.
Tatalaksana OAT yang adekuat akan mencegah penularan TB ke bayi. Untuk bayi
yang menyusu dari ibu penderita TB, terapi profilaksis isoniazid dapat diberikan.
Rawat Inap
Umumnya pasien dengan tuberkulosis paru (TB Paru) tidak perlu dirawat inap.
Namun akan memerlukan rawat inap pada keadaan atau komplikasi berikut :
Pneumotoraks
Empiema
Seseorang pasien Tuberkulosis paru (TB Paru) dianggap sembuh apabila memenuhi
kriteria :
BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
Pada foto toraks, gambaran radiologik tetap sama atau menunjukkan perbaikan
Monitoring
Monitoring pada tuberkulosis paru (TB paru) dilakukan dengan dua tujuan, yaitu
c. Evaluasi Pengobatan
nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain ), berkurangnya kelainan
Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6.
Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan
ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir
masih positif setelah tahap intensif dan pada awal terapi pasien yang mendapat
Perawatan TBC
a) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat
yaitu keluarga.
e) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima dan
enam
masker) sewaktu batuk dan membuang dahak di tempat yang disediakan dan
d) Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur,
e) Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat.
Obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun dan
teratur, waktu yang lama ( 6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap
obat-obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.
12. KOMPLIKASI
Menurut Depkes RI (2002), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis
jalan napas.
retraksi bronchial.
BAB III
1. Pengkajian
memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi,
dan kondisi patologis.
Pulse rate
Respiratory rate
Suhu
minum obat-obatan.
2. Nutrisi / Metabolik
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, mual/muntah, nafsu makan
Tanda : turgor kulit buruk, kering / bersisik, massa otot berkurang / lemak subkutan
3. Eliminasi
Pada pasien dengan TBC kemungkinan mengalami gangguan pada system eliminasi
Pada pasien dengan TBC kemungkinan ditemukan gangguan aktivitas dan latihan
perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.Gejala: adanya kelelahan dan kelemahan,
kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau
berkeringat
Pasien mengalami gangguan berupa rasa nyeri di daerah dada. Perasaan takut.
Gejala : adanya faktor stres dalam waktu yang lama, adanya perasaan berduka
Pasien mengalami gangguan pada pola tidurnya karena sulit untuk tidur karena nyeri
7. Konsep Diri
Pasien mengalami gangguan pada harga diri , karena kondisi yang terkena TBC.
Gejala : adanya perasaan rendah diri karena mengidap penyakit menular, adanya
kegiatan agama, perubahan pola ibadah, merasa diabaikan dan diasingkan, menolak
ketidakmampuan membaik.
Pasien kemungkinan mengalami gangguan pada pola koping stress dan adaptasi,
kedalaman tak normal, bunyi napas tak normal (ronchi, mengi), stridor, dispneu.
edema bronkialditandai dengansesak, pucat, sianosis pada bibir, napas cepat dan
paru ditandai dengan adanya sesak, sesak semakin berat apabila stres dan sering
timbul pada malam hari, frekuensi napas >20 x/menit, napas cepat dan dangkal,
akibat infeksi TB, ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh (>37,5°C), kulit
seluler terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap ditandai dengan nyeri dada, sakit
kepala, nyeri sendi, melindungi area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
nafsu makan menurun/anoreksia, kelemahan ditandai dengan berat badan < 10%-
3. INTERVENSI
Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intervensi
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien
Bersihan Jalan Napas keperawatan dan jalan napas untuk memaksimalkan
berhubungan dengan pasien paten Ktriteria Hasil: ventilasi
retensi sekret, mukus 1. Batuk efektif 2. Buang sekret
berlebih. Definisi: 2. Mengeluarkan sekret dengan memotivasi
Ketidakefektifan secara efektif pasien untuk melakukan
bersihan jalan napas 3. Mempunyai jalan napas batuk atau menyedot
adalah ketidak mampuan yang paten lender
untuk membersihkan 4. Pada pemeriksaan 3. Memotivasi pasien
sekret atau obstruksi auskultasi memiliki suara untuk bernapas pelan,
saluran napas guna napas yang jernih dalam, berputar dan
mempertahankan jalan 5. Mempunyai irama dan batuk
napas yang bersih dan frekuensi pernapasan 4. Intruksikan
(Wilkinson, 2015) dalam rentang normal bagaimana agar bisa
6. Mempunyai fungsi paru melakukan batuk efektif
dalam batas normal 5. Posisikan pasien
7. Mampu mendeskripsikan untuk meringankan
rencana untuk perawatan sesak napas
di rumah Manajemen 6. Monitor status
Jalan Napas pernapasan dan
oksigenasi,
sebagaimana mestinya
Pengisapan Lendir pada
Jalan Napas
1.
suksion mulut atau
trachea
2.
sebelum dan setelah
tindakan suksion
3.
pasien dan keluarga
tentang pentingnya
tindakan suksion
4.
dengan kanul suksion
sesuai dengan
kebutuhan
5.
6.
suksion trachea buang
sekret dan (cek) respon
pasien terhadap suksion
Terapi Oksigen
1. Bersihkan mulut,
hidung, dan sekresi
trachea dengan tepat
2. Batasi (aktivitas)
merokok
3. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
4. Berikan oksigen
tambahan seperti yang
diperintahkan
5. Pantau adanya
tandatanda keracunan
oksigen dan kejadian
atelektasis
Pengaturan Posisi
1. Monitor status
oksigenasi (pasien sebelum
dan setelah perubahan
posisi)
2. Tempatkan pasien dalam
posisi terapeutik yang
sudah dirancang
3. Posisikan (pasien) untuk
mengurangi dypsnea
(misalnya., posisi semi
fowler)
3. Implementasi
oleh perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang
berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wibowo, 2016) ada beberapa cara
untuk menanggulangi sesak nafas dan mengeluarkan sekret. Metode yang paling
sederhana dan efektif untuk mengurangi resiko penurunan pengembangan dinding dada
yaitu dengan pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi pasien
dengan penyakit pulmonary adalah diberikannya posisi semi fowler dengan derajat
kemiringan 30-45º. Batuk efektif merupakan satu upaya untuk mengeluarkan dahak dan
menjaga paru – paru agar tetap bersih, disamping dengan memberikan tindakan nebulizer
dan postural drainage. Pada pasien tuberculosis ini diperlukan terapi tambahan berupa
oksigenasi, terapi ini dapat memberikan asupan oksigen ke dalam tubuh lebih tinggi
sehingga sel-sel di dalam tubuh bekerja secara optimal dan keadaan tubuh menjadi lebih
baik, dan untuk menunjang keberhasilan tindakan mandiri perawat tersebut harus
mengkolaborasikan dengan terapi medis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan dosis
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan (Rohma, 2013). Tujuan dari evaluasi itu sendiri adalah untuk melihat
kemampuan pasien dengan mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini dapat dilakukan
dengan melihat respon pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga
perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2008). Tipe pertanyaan tahapan evaluasi
dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
didapat dari pasien setelah tindakan diberikan. O (objektive) adalah informasi yang
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan masalah teratasi, teratasi
sebagian atau tidak teratasi. P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal,
tulang dan nodus limfe. Agen infeksius utama adalah Mycobacterium tuberculosis adalah
batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan
sinar ultraviolet. M.bovis dan M.avium pernah, pada kejadian yang jarang, berkaitan
dengan terjadinya infeksi tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati
kematian.
PENYIMPANGAN KDM
Daftar Pustaka
Bambang Ruswanto.2010. Analisis Spasial Sebaran Tuberkulosis paru ditinjau dari Faktor
Lingkungan Dalam dan Luar Rumah Di Kabupaten pekalongan.diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/23875/1/BAMBANG_RUSWANTO.pdf. tanggal : 24 November
2020
Bachtiar, A. (2015). Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen Pada Pasien Gangguan Sistem
Pernapasan. Jurnal Keperawatan Terapan , 12.
Crofton, John,2002.Tuberculosis klinis.Jakarta:Widya Medika, hal 93-104
Dermawan, D. (2013). Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Gleadle,Jonathan,2005.At a glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.Jakarta:EMS,hal 175
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Ni Putu Ari Widiastuti.2010.Asuhan Keperawatan TB Paru.diakses dari
http://nursingisbeautiful.wordpress.com/2010/10/09asuhan-keperawatan-tb-paru/ tanggal: 24
November 2020
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2002.Pedoman Diagnosa dan Penatalaksaan
Tuberkulosis di Indonesia.diakses dari http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf.tanggal :
24 November 2020
Price,Sylvia A,& Lorraine M Wilson,2005.Patofisiologi volume 2.Jakarta:EGC,hal 852-861
Sudoyo, Aru W dkk,2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III.Jakarta:Internal
Publishing,hal 2230-2238
Soemantri, I. (2012). Asuhan keperawatn pada klien dengan gangguan sistem pernapasan,
Edisi 2. Jakarta:: Salemba Medika
Utis Sutisna dan Trimar Handayani.2009.TBC Paru.diakses dari
http://arifwr.wordpress.com/2009/06/09/tbc-paru/.Tanggal : 24 November 2020
Kementerian Kesehatan RI, 2014 Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Dirjen
P3L Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.