Anda di halaman 1dari 26

Departemen Keperawatan Medikal Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Preseptor Institusi,

Ahmad Jamaluddin S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB.,WOC(ET)N

Disusun Oleh: Kelompok A

Ummu Alfatimah, S.Kep (70900119026)

Muh.Awaluddin, S.Kep (70900119027)

Reski Matte, S.Kep (70900119028)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2019/2020
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Menurut Sudoyo Aru, dkk (2009), Infeksi saluran kemih (ISK) adalah
infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih,
yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau
mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapatterjadi baik di pria maupun
wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih
sering menderita infeksi dari pada pria (Nurarif,Amin Huda dkk.2015)
Menurut Sepalanita (2012), Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi pada
wanita. Di karenakan uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri
kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang
berperan adalah kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang
uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan
kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih (Darsono, 2016).
Menurut WHO pada tahun 2011, infeksi saluran kemih termasuk kedalam
kumpulan infeksi paling sering didapatkan oleh pasien yang sedang mendapatkan
perawatan di pelayanan kesehatan (Health care associatedinfection). Bahkan
tercatat infeksi saluran kemih menempati posisi kedua tersering (23,9%) di
Negara berkembang setelah infeksi luka operasi (29,1%) sebagai infeksi yang
paling sering didapatkan oleh pasien di fasilitas kesehatan. (Darsono, 2016)
B. ETIOLOGI
Biasanya bakteri enteric, terutama Escherichia coli pada wanita. Gejala
bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di
rumah sakit, 30 – 40% disebabkan proteus, stapilokok, dan bahkan pseudomonas.
Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainan salauran kemih. Namun
harus diperhitungkan kemungkinan kontaminasi jika ditemukan lebih dari satu
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

organisme. Selain itu terdapat factor-faktor predisposisi yang mempermudah


terjadinya ISK yaitu :
1. Bendungan aliran urin : anomaly congenital, batu saluran kemih, oklusi ureter
(sebagian atau total).
2. Refluks Vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena hipertropi prostate
4. Penyakit metabolic (diabetes, gout, batu)
5. Peralatan kedokteran (terutama kateter tinggal)
6. Kehamilan
7. Jenis kelamin
8. Penyalahgunaan analgesic secara kronik
9. Penyakit ginjal
10. Personal Hygiene
(Darsono, 2016)
C. KLASIFIKASI
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012), jenis infeksi kandung
kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :
1. Kandung kemih (sistitis) yaitu organ yang bertanggug jawab mengeluarkan
air kemih. Gejala utamanya, meningkatnya frekuensi berkemih, nyeri saat
berkemih dan kadang-kadang darah dalam air kemih, intensitasnya bervariasi
dari satu orang ke orang yang lain. Sistitis lebih cennderung mengenai wanita.
Tanda pertama pada wanita adalah rasa panas, kadang-kadang nyeri seperti
disayat pisau saat berkemih, yang perlahan-lahan menjadi nyeri tajam di
bagian bawah perut. Saat peradangan menyambar, penderita merasakan sakit
punggung yang tidak jelas disertai tidak enak badan.
2. Uretra (uretritis) adalah peradangan atau infeksi uretra, saluran yang
mengangkut urine dari kandung kemih keluar dari tubuh.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


2
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

3. Prostat (prostatitis) adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada kelenjar


prostat, yaitu kelenjar yang memproduksi cairan mani yang berfungsi untuk
memberi makan dan membawa sperma. Prostatitis bisa terjadi pada semua
lakilaki dari segala usia.
4. Ginjal (pielonefritis) adalah penyakit infeksi pada ginjal disebabkan oleh
bakteri atau virus. Kandung kemih menyimpan urine sebelum di kelurkan
oleh tubuh.

(Darsono, 2016)

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Crown J (2009), Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak
disebabkan oleh mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia
Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan
pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit.
Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi
bila terjadi infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap
infeksi sehingga timbul demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare.
Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang dekat sehingga
memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara asenden. Masuknya
mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara
vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika
urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat
hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi
bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka mikroorganisme akan
berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan
sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


3
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan
dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat
menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika
urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake imun yang kurang,
menyebabka urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk
membawa sisa metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang
menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak dapat dibawa keluar.
Pada penyakit DM, kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine
mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan
Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung
glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah
berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme
ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan
infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan
suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini memungkinkan
terjadinya reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis
ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat dilawan oleh kandung
kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus
dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas
dari pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika
urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke
dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana
secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput
lendir urethra).
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


4
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematur
terutama pada keadaan trauma urethra. (Darsono, 2016).
E. MANIFESTASI KLINIS
1) Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
c. Hematuria
d. Nyeri punggung dapat terjadi
2) Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri panggul dan pinggang
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah
(Darsono, 2016)
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena
adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu
menyebabkan:
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


5
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara


akut dan kronik.
(Darsono, 2016)
G. PEERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
kriteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka pasien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
retritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes-tes tambahan :

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


6
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga


dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas
traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten. (Darsono, 2016)
H. PENCEGAHAN
1. Jaga kebersihan
2. Sering ganti celana dalam
3. Banyak minum air putih
4. Tidak sering menahan kencing
5. Setia pada satu pasangan dalam melakukan hubungan
(Darsono, 2016)
I. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
a. Istirahat
b. Diet; perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran
kemih
2. Farmakologi
a. Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belyum ada dapat diberikan
antibiotic antara lain cefotaxime, cetriaxon, kotrimoxsazole, trimetroprim,
fluoroquinolone, amoksisiklin, doksisiklin, aminoglikosid
b. Bila tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi
sefalosporin
(Nurarif,Amin Huda dkk, 2015)

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


7
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
a. Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b. Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?
c. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
d. Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
e. Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
f. Apakah terjadi inkontinensia urine?
3. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien?untuk mendeteksi factor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
a. Adakah disuria?
b. Adakah urgensi?
c. Adakah hesitancy?
d. Adakah bau urine yang menyengat?
e. Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
f. Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah ?
g. Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas ?
4. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


8
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

a. Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang


telah dilakukan?
b. Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya
(Darsono, 2016)

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menjadi panduan dalam
penegakan diagnosis keperawatan. Penegakan diagnosis ini disesuaikan dengan
therapeutic self care demand, yang merupakan uraian dari pengkajian universal
self care requisites, developmental self carerequisites, dan health deviation self
care requisites. Dalam proses penegakan diagnosis akan dianalisis tentang
adekuasi pemenuhan therapeutic self care demand, metode bantuan yang
diperlukan sesuai self care agency. Dari diagnosis ini kemudian akan dibuat
perencanaan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien, yaitu : wholly
compensatory system, partial compensatory system, dan supportif educative.
Adapun diagnose keperawatan yang kemungkinan muncul pada Infeksi Saluran
Kemih (ISK) Adalah:

1. Hipertermia
a. Definisi
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
b. Penyebab
1) Terpapar lingkungan panas
2) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
3) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu tubuh lingkungan
4) Peningkatan laju metabolism
5) Respon trauma
6) Aktivitas berlebihan
7) Penggunaan inkubator
c. Gejala dan Tanda Mayor

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


9
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1) Suhu tubuh diatas normal
d. Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
e. Kondisi klinis terkait
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas
2. Nyeri akut
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar dan
berintraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


10
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,


mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Mengeluh Nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
d. Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaphoresis
e. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom korener akut
5) Glaucoma

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


11
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

3. Gangguan eliminasi urine


a. Definisi
Disfungsi eliminasi urin
b. Penyebab
1) Penurunan kapasistas kandung kemih
2) Iritasi kandung kemih
3) Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kendung
kemih
4) Efek tindakan medis dan diagnostic
5) Kelemahan otot pelvis
6) Ketidakmampuan mengakses toilet
7) Hambatan lingkungan
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Desakan berkemih
2) Urin menetes
3) Sering buang air kecil
4) Nokturia
5) Enuresis
Objektif
1) Distensi kandung kemih
2) Berkemih tidak tuntas
3) Volume residu urin meningkat
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
(TidakTersedia)

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


12
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

e. Kondisi Klinis Terkait


1) Infeksi ginjal dan saluran kemih
2) Hiperglikemia
3) Trauma
4) Kanker
5) Cedera/tumor medulla spinalis
6) Stroke
4. Retensi urin
a. Definisi
Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
b. Penyebab
1) Peningkatan tekanan uretra
2) Kerusakan arkus refleks
3) Blok spingter
4) Disfungsi neurologis (mis. Trauma, penyakit saraf)
5) Efek agen farmakologis (mis. Atropine, belladonna, psikotropik,
antihistamin, opiate)
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Sensasi penuh pada kandung kemih
Objektif
1) Disuria/anuria
2) Distensi kandung kemih
d. Gejala dan tanda Minor
Subjektif
2) Dribling
Objektif
1) Inkontinensia berlebih

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


13
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

2) Residu urin 150 ml atau lebih


e. Kondisi klinis terkait
1) Benigna prostat hiperpasia
2) Pembengkakan perineal
3) Cedera medulla spinalis
4) Rektokel
5) Tumor di saluran kemih
5. Defisit Pengetahuan
a. Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan degan topik
tertentu
b. Penyebab
1) Keterbatasan kognitif
2) Gangguang fungsi kognitif
3) Kekeliruan mengikuti anjuran
4) Kurang terpapar informasi
5) Kurang minat belajar
6) Kurang mampu mengingat
7) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Menanyakan maslah yang dihadapi
Objektif
1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
2) Menunjukkan persepsi ynag keliru terhadap masalah
d. Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Tidak tersedia

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


14
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

Objektif
1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis.apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)
e. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi klinis yang baru dihadapi klien
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1 : Hipertermi
Luaran Utama : Termoregulasi
1. Tujuan dan kriteria hasil
Pengaturan suhu tubuh membaik dengan kriteria hasil:
a. Suhu tubuh membaik
b. Tekanan darah membaik
c. Takikardi menurun
d. Takipnea menurun
2. Intervensi keperawatan dan rasional
a. Manajemen Hipertermia
Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan incubator)
Rasional: Mengetahui penyebab hipertermia pada pasien
2) Monitor suhu tubuh
Rasional: Mengetahui suhu tubuh pasien
3) Monitor kadar elektrolit
Rasional: Mengetahui kadar elektrolit pasien
4) Monitor haluaran urine

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


15
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

Rasional: Mengetahui haluaran urine pasien


5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Rasional: Mengetahui adanya komplikasi akibat hipertermia pada pasien
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
Rasional : Memberikan rasa nyaman
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
Rasional : Agar tubuh terasa dingin
3) Basahi dan kipasi perrmukaan tubuh
Rasiona : Mengurangi hipertermia yang dirasakan
4) Berikan cairan oral
Rasional : Memenuhi cairan memberikan rasa dingin pada tubuh
5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
Rasional : Menjaga kebersihan dan memberikan rasa nyaman
6) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
Rasional : Menguragi rasa hipertermia dan memberikan rasa nyaman
7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Rasional : Mengurangi resiko lainnya seperti sindrom reye
8) Berikan Oksigen, jika perlu
Rasional : Menberikan rasa nyaman
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
Rasional: Memberikan rasa nyaman
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan elektrolit dan intravena, jika perlu
Rasional: Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan pasien

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


16
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

Diagnosa 2 : Nyeri Akut


Luaran Utama : Tingkat Nyeri
1. Tujuan dan kriteria hasil
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambar dan berintraksi ringan hingga berat dengan kriteria
hasil:
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis dapat menurun
c. Gelisah dapat menurun
d. Frekuensi nadi membaik
e. Pola napas membaik
f. Tekanan darah membaik
g. Fungsi berkemih membaik
2. Intervensi keperawatan dan rasional
a. Manajemen nyeri
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
Rasional : Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri dari pasien
2) Identifikasi skala nyeri
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien
3) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Rasional : Mengetahaui hal-hal yang dapat memperberat ataupun
memperingan nyeri yang dirasakan pasien
4) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


17
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

Rasional : Mengetahui seberapa besar rasa nyeri mempengarui kualitas


hidup pasien
Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi pijat, kompres hangat/dingin, hypnosis, relaksasi napas dalam)
Rasional : Mengurangi tingkat nyeri pasien/ mengalihkan pasien dari
rasa nyerinya
2) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Rasional : mengurangi resiko factor yang dapat memperberat
nyeri/menimbulkan nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
Rasional : mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istrahat pasien
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Rasional : memberikan informasi terkait nyeri yang dirasakan pasien
2) Jelaskan strategi mengatasi nyeri
Rasional : membantu pasien mengatasi saat rasa nyeri muncul
3) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
Rasional : pasien dapat mengetahui sendiri karakteristik, penyebak,
lokasi saat nyeri muncul
4) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional : memudahkan pasien untuk mengotrol nyeri dengan cara
sederhana
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Rasional : mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan pasien

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


18
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

Diagnosa 3 : Gangguan eliminasi urin

Luaran utama : Eliminasi Urine

1. Tujuan dan kriteria hasil


Pengosongan kandung kemih membaik, dengan kriteria hasil:
a. Distensi kandung kemih menurun
b. Dribbling menurun
c. Frekuensi BAK membaik
2. Intervensi keperawatan dan rasional
a. Manajemen eliminasi urin

Observasi
1) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
Rasional :mengetahui masalah yang terjadi pada pasien
2) Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau inkontinsia urine
Rasional :mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
retensi atau inkontinesia
3) Monitor Eliminasi Urine
Rasional :mengetahui karakteristik dari urin
Terapeutik
1) Catat sewaktu-waktu haluaran berkemih
Rasional :mengetahui jadwal atau waktu berkemih dari pasien
2) Batasi asupan cairan jika perlu
Rasional :mengurangi jumlah/ penyebab dari retensi urin atau
inkontinesia
3) Ambil sampel urin tengah
Rasional :mengetahui kandungan / zat yang terdapat dalam urin

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


19
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

Edukasi
1) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Rasional :memberikan informasi kepada pasien terhkait masalaah yang
dhadapi
2) Ajarakan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
Rasional :memberik informasi tentang keseimbangan dari intake dan
outtake cairan pasien
3) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu tepat berkemih
Rasional :memberikan informasi agar pasien dapat mengenali tanda
berkemih
4) Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul
Rasional :melatih kekuatan otot dan kemapuan berkemih pasien
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat supostoria, jika perlu
Rasional : memperlancar proses eliminasi pasien
Diagnosa 4 : Retensi Urin
Luaran Utama : Eliminasi Urin
1. Tujuan dan kriteria hasil
Pengosongan kandung kemih membaik dengan kriteria hasil :
a. Distensi kandung kemih menurun
b. Anuria/dysuria menurun
c. Karakteristik urine membaik
2. Intervensikeperawatan dan rasional
a. Edukasi kesehatan
Observasi
1) Periksa kondisi pasien (mis. kesadaran, tanda-tanda vital, daerah
perineal, distensi kandung kemih, inkontinensia, urine, refleks
berkemih)

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


20
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

Rasional : untuk mengetahui kondisi pasien


Terapeutik
1) Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan
Rasional : Mempersiapkan alat dan bahan serta ruangan yang akan
digunakan sesuai Tindakan yang akan dilakukan
2) Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal
rekumben (untuk wanita), dan supine (untuk laki-laki)
Rasional : Memudahkan perawat saat melakukan insersi selang kateter
dan mempertahankan rasa aman dan nyaman pasien
3) Pasang sarung tangan
Rasional : Menjaga kesterilan dan perlindungan diri perawat dari infeksi
nasokomial

4) Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan NaCl atau


aquades

Rasional: Mencegah terjadinya infeksi nasokomial

5) Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip aseptik

Rasional: Mencegah terjadinya infeksi nasokomial

6) Sambungkan kateter urine dengan urine bag

Rasional: Agar urine yang mengalir dapat tertampung

7)  Isi balon dengan NaCl 0,9% sesuai anjuran pabrik

Rasional: Agar selang kateter urine dapat tertahan di dalam vesika


urinaria

8) Fiksasi selang kateter di atas simfisis atau di paha

Rasional: Mengurangi penekanan pada daerah uretra

9) Pastikan kantong urine ditempatkan lebih rendah dari kandung kemih

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


21
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

Rasional: Agar urine lebih mudah mengalir ke dalam kantong urine

10) Berikan label waktu pemasangan

Rasional: Dokumentasi Tindakan keperawatan dan memudahkan


perawat untuk memonitor keadaan pasien

Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine

Rasional: Memberikan pemahaman terntang tindakan yang akan


dilakukan kepada pasien/keluarga

2) Anjurkan menarik nafas saat insersi selang kateter

Rasional: Mengurangi rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada saat


insersi selang kateter
Diagnosa 5 : Defisit pengetahuan
Luaran Utama : Tingkat pengetahuan
1. Tujuan dan kriteria hasil
Meningkatkan pengetahuan dengan kriteria hasil :
a. Perilaku sesuai anjuran verbalisasi minat dalam belajar meningkat
b. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
c. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
d. Pertanyaan tentang masalah yang di hadapi menurun
e. Persepsi masalah yang keliru terhadap masalah menurun
2. Intervensikeperawatan dan rasional
a. Edukasi kesehatan
Observasi
2) Indentifikasi kesiapan menerima informasi
Rasional : untuk mengetahui tingkat kesiapa pasien dalam menerima
informasi

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


22
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

3) Indentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan


motivasi prilaku hidup sehat dan bersih
Rasional :Mengetahui faktor yang dapat meningkatkan motivasi dan
menurunkan motivasi prilaku hidup sehat dan bersih
Terapeutik
1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Rasional : Sebagai bahan penyampaian informasi
2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Rasional : Pemberian pendidikan kesehatan terjadwal
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan klien mengenai
penyakitnya
Edukasi
1) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Rasional :memberikan informasi terkait penyakit yang di derita
2) Ajarkan perilaku bersih dan sehat
Rasional : Menberikan pendidikan kesehatan
3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Rasional : Memberikan informasi tentang cara hidup bersih dan sehat

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


23
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

D. PENYIMPANGAN KDM

Prostat hipertropi, Hambatan pd aliran urin,


Bakteri (E.Coli, hilangnya efek bakteriasid,
Pseudomonas, dll) neoplasma, penyempitan
uretra system imun turun

Kontaminasi fecal,
pemakaian kateter Obstruksi aliran
Distensi kantong kemih
kemih proksimal
yg berlebihan

Naiknya bakteri
ke VU Penimbunan cairan Penurunan resistensi
pelvis & ureter terhadap invasi bakteri

Atrofi hebat Menyebar ke


parenkim ginjal traktus urinaris

Kurang Terpapar Defisit


ISK Informasi Pengetahuan

Peningkatan tekanan Ureter Reaksi


Vesica Urinaria peradangan

Iritasi Ureteral Hipotalamus Peningkatan


Penebalan dinding Frekuansi/dorongan
Vesica Urinaria kontraksi uretral

Oliguria Menekan
Termoreguler
Penurunan kontraksi
otot VU Depresi Saraf
Gangguan Hipertermi Perifer
eleminasi urine
Kesulitan
Berkemih
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI Nyeri
24

Retensi Urin
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah

DAFTAR PUSTAKA

Darsono.2016. Asuhan Keperawatan pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK).


Banjarmasin :Jurnal Dinamika Kesehatan Vol. No 1 Juli 2016
Nurarif,Amin Huda dkk.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : Medication Publishing
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI


25

Anda mungkin juga menyukai