LAPORAN PENDAHULUAN
Preseptor Institusi,
2019/2020
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Menurut Sudoyo Aru, dkk (2009), Infeksi saluran kemih (ISK) adalah
infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih,
yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau
mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapatterjadi baik di pria maupun
wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih
sering menderita infeksi dari pada pria (Nurarif,Amin Huda dkk.2015)
Menurut Sepalanita (2012), Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi pada
wanita. Di karenakan uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri
kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang
berperan adalah kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang
uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan
kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih (Darsono, 2016).
Menurut WHO pada tahun 2011, infeksi saluran kemih termasuk kedalam
kumpulan infeksi paling sering didapatkan oleh pasien yang sedang mendapatkan
perawatan di pelayanan kesehatan (Health care associatedinfection). Bahkan
tercatat infeksi saluran kemih menempati posisi kedua tersering (23,9%) di
Negara berkembang setelah infeksi luka operasi (29,1%) sebagai infeksi yang
paling sering didapatkan oleh pasien di fasilitas kesehatan. (Darsono, 2016)
B. ETIOLOGI
Biasanya bakteri enteric, terutama Escherichia coli pada wanita. Gejala
bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di
rumah sakit, 30 – 40% disebabkan proteus, stapilokok, dan bahkan pseudomonas.
Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainan salauran kemih. Namun
harus diperhitungkan kemungkinan kontaminasi jika ditemukan lebih dari satu
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
(Darsono, 2016)
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Crown J (2009), Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak
disebabkan oleh mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia
Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan
pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit.
Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi
bila terjadi infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap
infeksi sehingga timbul demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare.
Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang dekat sehingga
memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara asenden. Masuknya
mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara
vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika
urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat
hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi
bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka mikroorganisme akan
berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan
sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat
membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan
dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat
menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika
urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake imun yang kurang,
menyebabka urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk
membawa sisa metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang
menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak dapat dibawa keluar.
Pada penyakit DM, kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine
mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan
Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung
glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah
berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme
ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan
infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan
suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini memungkinkan
terjadinya reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis
ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat dilawan oleh kandung
kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus
dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas
dari pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika
urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke
dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana
secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput
lendir urethra).
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila
saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematur
terutama pada keadaan trauma urethra. (Darsono, 2016).
E. MANIFESTASI KLINIS
1) Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
c. Hematuria
d. Nyeri punggung dapat terjadi
2) Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri panggul dan pinggang
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah
(Darsono, 2016)
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena
adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu
menyebabkan:
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
a. Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b. Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?
c. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
d. Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
e. Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
f. Apakah terjadi inkontinensia urine?
3. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien?untuk mendeteksi factor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
a. Adakah disuria?
b. Adakah urgensi?
c. Adakah hesitancy?
d. Adakah bau urine yang menyengat?
e. Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
f. Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah ?
g. Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas ?
4. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menjadi panduan dalam
penegakan diagnosis keperawatan. Penegakan diagnosis ini disesuaikan dengan
therapeutic self care demand, yang merupakan uraian dari pengkajian universal
self care requisites, developmental self carerequisites, dan health deviation self
care requisites. Dalam proses penegakan diagnosis akan dianalisis tentang
adekuasi pemenuhan therapeutic self care demand, metode bantuan yang
diperlukan sesuai self care agency. Dari diagnosis ini kemudian akan dibuat
perencanaan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien, yaitu : wholly
compensatory system, partial compensatory system, dan supportif educative.
Adapun diagnose keperawatan yang kemungkinan muncul pada Infeksi Saluran
Kemih (ISK) Adalah:
1. Hipertermia
a. Definisi
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
b. Penyebab
1) Terpapar lingkungan panas
2) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
3) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu tubuh lingkungan
4) Peningkatan laju metabolism
5) Respon trauma
6) Aktivitas berlebihan
7) Penggunaan inkubator
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1) Suhu tubuh diatas normal
d. Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
e. Kondisi klinis terkait
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas
2. Nyeri akut
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar dan
berintraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
Objektif
1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis.apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)
e. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi klinis yang baru dihadapi klien
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Hipertermi
Luaran Utama : Termoregulasi
1. Tujuan dan kriteria hasil
Pengaturan suhu tubuh membaik dengan kriteria hasil:
a. Suhu tubuh membaik
b. Tekanan darah membaik
c. Takikardi menurun
d. Takipnea menurun
2. Intervensi keperawatan dan rasional
a. Manajemen Hipertermia
Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan incubator)
Rasional: Mengetahui penyebab hipertermia pada pasien
2) Monitor suhu tubuh
Rasional: Mengetahui suhu tubuh pasien
3) Monitor kadar elektrolit
Rasional: Mengetahui kadar elektrolit pasien
4) Monitor haluaran urine
Observasi
1) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
Rasional :mengetahui masalah yang terjadi pada pasien
2) Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau inkontinsia urine
Rasional :mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
retensi atau inkontinesia
3) Monitor Eliminasi Urine
Rasional :mengetahui karakteristik dari urin
Terapeutik
1) Catat sewaktu-waktu haluaran berkemih
Rasional :mengetahui jadwal atau waktu berkemih dari pasien
2) Batasi asupan cairan jika perlu
Rasional :mengurangi jumlah/ penyebab dari retensi urin atau
inkontinesia
3) Ambil sampel urin tengah
Rasional :mengetahui kandungan / zat yang terdapat dalam urin
Edukasi
1) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Rasional :memberikan informasi kepada pasien terhkait masalaah yang
dhadapi
2) Ajarakan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
Rasional :memberik informasi tentang keseimbangan dari intake dan
outtake cairan pasien
3) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu tepat berkemih
Rasional :memberikan informasi agar pasien dapat mengenali tanda
berkemih
4) Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul
Rasional :melatih kekuatan otot dan kemapuan berkemih pasien
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat supostoria, jika perlu
Rasional : memperlancar proses eliminasi pasien
Diagnosa 4 : Retensi Urin
Luaran Utama : Eliminasi Urin
1. Tujuan dan kriteria hasil
Pengosongan kandung kemih membaik dengan kriteria hasil :
a. Distensi kandung kemih menurun
b. Anuria/dysuria menurun
c. Karakteristik urine membaik
2. Intervensikeperawatan dan rasional
a. Edukasi kesehatan
Observasi
1) Periksa kondisi pasien (mis. kesadaran, tanda-tanda vital, daerah
perineal, distensi kandung kemih, inkontinensia, urine, refleks
berkemih)
Edukasi
D. PENYIMPANGAN KDM
Kontaminasi fecal,
pemakaian kateter Obstruksi aliran
Distensi kantong kemih
kemih proksimal
yg berlebihan
Naiknya bakteri
ke VU Penimbunan cairan Penurunan resistensi
pelvis & ureter terhadap invasi bakteri
Oliguria Menekan
Termoreguler
Penurunan kontraksi
otot VU Depresi Saraf
Gangguan Hipertermi Perifer
eleminasi urine
Kesulitan
Berkemih
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVI Nyeri
24
Retensi Urin
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
DAFTAR PUSTAKA