OLEH :
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
iv
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Jawa/Tolaki
v
MOTTO
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
Aditya Trias Permana. NIM P0032001800 “Nursing Care for An. A with Tonsillitis
in Fulfilling Comfort Needs in the Jasmine Room of the Kendari City Hospital in
2021”. Supervisor Mr. Samsudin, S. Kep., Ns., M. Kep and Mrs. Dwi Yanthi, S.
Kep., Ns., M. Sc. Tonsillitis is an inflammation of the tonsils caused by a bacterial or
viral infection. In addition to viruses and bacteria, this disease can also be caused by
failure or incompatibility of giving antibiotics at the time of first suffering (acute
tonsillitis) so that this disease becomes more inflamed if it occurs a second time and
becomes chronic tonsillitis. This disease can affect all ages but generally affects
children. Objectives : to conduct assessments, formulate nursing diagnoses, perform
nursing interventions, implement nursing and evaluate nursing on An. A With
Tonsillitis In Fulfilling Comfort Needs In The Jasmine Room, Kendari City Regional
Hospital. Method : The method used is descriptive method with a case study
approach. Result : An. A said pain in the throat, difficulty swallowing, pain scale 6,
the client complained of discomfort, the nursing diagnosis was enforced in case An. A
with tonsillitis is acute pain related to inflammation and discomfort, the intervention
based on the two nursing diagnoses is pain management and comfort care, the
implementation is carried out for 3 days. Conclusion : the evaluation was obtained
on the nursing diagnoses of acute pain related to inflammation, the acute pain
nursing problem has not been resolved because the client with a diagnosis of
tonsillitis needs further treatment, namely by surgery and in the second nursing
diagnosis, comfort disorders are related to the disease process, nursing problems,
comfort disorders resolved.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan
Melati Rumah Sakit Daerah Kota Kendari Tahun 2021 sebagai salah satu syarat yang
Pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, terutama kepada pembimbing saya Bapak Samsudin, S. Kep., Ns., M.
Kep sebagai pembimbing I dan Ibu Dwi Yanthi, S. Kep., Ns., M. Sc sebagai
arahan selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Terima kasih yang mendalam
Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S. Kep., NS., M. Kes selaku Ketua Jurusan keperawatan
3. Ibu DR. Lilin Rosyanti, S. Kep., Ns., M. Kep, ibu Asminarsih ZP, M. Kep., Sp.
Kep. Kom dan ibu Dewi Sartiya R, M. Kep., Sp. Kep MBsebagai penguji karya
tulis ilmiah.
viii
4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
5. Ayahanda Budi Hadi Joko dan Ibunda Hartini atas doa, cinta kasih dan dukungan
angkatan 2018 tercinta lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas
dukungan dan kerja sama kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan
kekurangan, untuk itu diharapkan saran dan kritik dari pembaca. Untuk
bagi pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
KEASLIAN PENULISAN ................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. v
MOTTO ................................................................................................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I. PEDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................................... 3
D. Manfaat .................................................................................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tonsilitis ................................................................................................ 5
B. Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan ................................................... 13
C. Asuhan Keperawatan Tonsilitis Dengan Pemenuhan Kebutuhan
Kenyamanan ......................................................................................... 33
BAB III. METODE STUDI KASUS
A. Jenis Penelitian Studi Kasus ................................................................. 24
B. Subjek Studi Kasus ............................................................................... 24
C. Fokus Studi Kasus ................................................................................ 24
D. Definisi Operasional Studi Kasus ......................................................... 25
E. Pengumpulan Data ............................................................................... 27
F. Lokasi Dan Waktu ............................................................................... 27
G. Penyajian Data ..................................................................................... 27
BAB IV. HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ........................................................................................ 28
B. Pembahasan .................................................................................................. 48
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 56
B. Saran.............................................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Patway Tonsilitis ............................................................................................. 12
1.1 Genogram ....................................................................................................... 30
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Halaman Judul
2. Halaman Persetujuan
3. Halaman Pengesahan
4. Keaslian Penelitian
5. Riwayat Hidup
6. Motto
7. Kata Pengantar
8. Daftar Isi
9. Daftar Gambar
10. Daftar Tabel
11. Daftar Lampiran
12. Lembar Bimbingan KTI
13. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
14. Informed consent
15. Surat permohonan menjadi responden
16. Standar Operasional Prosedur
xiii
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth:
Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari.
Nama : Adhitya Trias Permana
NIM : P00320018001
Jurusan : Keperawatan
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
An. A Dengan Tonsilitis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Di
Ruang Melati Rumah Sakit Daerah Kota Kendari Tahun 2021”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak akan menimbulkan
akibat buruk bagi Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai responden. Kerahasiaan informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian.
Apabila Bapak/Ibu/Sdr/i menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan
responden untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan
- pertanyaan yang saya ajukan dalam lembaran kuesioner.
Atas perhatian Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai responden, saya ucapkan terima
kasih.
Hormat saya
Peneliti,
(Adhitya Trias
Permana)
xiv
INFORMED CONSENT
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam
rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial),
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding
faring / Gerlach’s tonsil) (Soepardi, 2017). tonsil merupakan salah satu
pertahanan tubuh terdepan. antigen yang berasal dari inhalan maupun ingestan
dengan mudah masuk ke dalam tonsil hingga terjadi perlawanan tubuh dan bisa
menyebabkan peradangan oleh virus yang tumbuh di membran mukosa
kemudian terbentuk fokus infeksi. keadaan ini akan semakin berat jika daya
tahan tubuh penderita menurun akibat peradangan virus sebelumnya. tonsilitis
akut yang disebabkan oleh bakteri disebut peradangan lokal primer. Setelah
terjadi serangan tonsilitis akut, tonsil akan sembuh atau bahkan tidak dapat
kembali sehat seperti semula (Fakh, et al., 2016).
Tonsilitis merupakan peradangan yang terjadi pada tonsil yang
disebabkan oleh virus atau bakteri sehingga tonsil menjadi bengkak, merah,
melunak, dan memiliki bintik-bintik putih di permukaannya (G. Z. Prasetya,
Kusumastuti, & Kurniawati, 2018). Tonsilitis dibagi menjadi 2 tipe yaitu
tonsilitis akut dan tonsilitis kronis. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual
maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut
(Bahrudin, 2018). Secara neurofisiologis, nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
2 jenis utama yakni nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik (Fallis, 2018).
Tonsilitis dapat menyebabkan nyeri jika mengalami peradangan akibat
penyembuhan yang tidak sempurna. Jika tonsilitis tidak teratasi, nyeri akan
bertambah dan menyebabkan keluhan yang tidak nyaman pada penderita
(Maulana Fakh et al., 2016). Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang
praktis dan aman untuk pengobatan tonsilitis kroni. Penanganan nyeri akut
pascaoperasi yang tidak baik akan menyebabkan komplikasi kesehatan seperti
1
2
pneumonia, deep vein thrombosis, infeksi, nyeri kronik, dan depresi. Jika
penyakit dasar ditangani secara efektif, maka juga dapat menghilangkan atau
mengurangi nyeri. Jika mengalami infeksi dan mengkonsumsi antibiotik,
antibiotik itu dapat membasmi infeksi, juga dapat menghilangkan nyeri akibat
infeksi itu. Walaupun, penyakit dasarnya dapat diobati, seringkali analgesik
masih diperlukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri (Fallis,
2018).
Tonsil dikenal di masyarakat sebagai penyakit amandel, merupakan
penyakit yang sering di jumpai di masyarakat sebagian besar terjadi pada anak-
anak. Masalah kekambuhan pada pasien tonsillitis perlu diperhatikan. Apabila
tonsilitis diderita oleh anak tidak sembuh maka akan berdampak terjadinya
penurunan nafsu makan, demam, berat badan menurun, menangis terus-menerus,
nyeri waktu menelan dan terjadi komplikasi seperti sinusitis, laringtrakeitis, otitis
media, gagal nafas, serta osteomielitis akut.. tonsilitis akut paling sering terjadi
pada anak-anak usia kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada usia 10
tahun (Irianto, 2014). hal ini sesuai dengan anatomi tonsil yang mana akan
berukuran penuh pada sekitar umur 4-6 tahun dan berperan paling aktif
disekitar umur 10-12 tahun (Masters dan Lasrado, 2019).
Sebagian besar penderita mengalami tonsillitis karena kebiasaan mereka
mengkonsumsi makanan seperti goreng-gorengan, makanan pedas dan juga
minuman yang dingin seperti es. faktor pencetus yang dapat mengakibatkan
anak mengalami tonsillitis harus dihindari. oleh karena itu anak-anak dengan
riwayat pernah menderita tonsillitis diusahakan untuk menghindari faktor
pencetus dengan cara minum banyak air atau cairan seperti sari buah, terutama
selama demam, menghidari minum minuman dingin, sirup, es krim, gorengan,
makanan awetan yang diasinkan, manisan dan makanan yang pedas. anak
dengan tonsillitis yang tidak segera ditangani, akan berakibat mengalami
penyakit jantung.
Tonsilitis dapat terjadi sepanjang tahun di daerah beriklim subtropis
dengan puncak kejadian pada musim dingin dan musim semi (Carter dan
Marshall, 2014). penyebab tonsilitis adalah infeksi bakteri streptococcus atau
infeksi virus. tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan
mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil
3
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimanakah penerapan
asuhan keperawatan pada An. A dengan tonsilitis dalam pemenuhan kebutuhan
kenyamanan di ruang melati Rumah Sakit Daerah Kota Kendari?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan penerapan asuhan keperawatan pada An. A dengan
tonsilitis dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan di ruang melati Rumah
Sakit Daerah Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian keperawatan pada An. A dengan tonsilitis
dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan di ruang melati Rumah Sakit
Daerah Kota Kendari.
b. Menggambarkan diagnosis keperawatan pada An. A dengan tonsilitis
dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan di ruang melati Rumah Sakit
Daerah Kota Kendari.
c. Menggambarkan rencana keperawatan pada An. A dengan tonsilitis
dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan di ruang melati Rumah Sakit
Daerah Kota Kendari.
d. Menggambarkan implementasi keperawatan pada An. A dengan tonsilitis
dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan di ruang melati Rumah Sakit
Daerah Kota Kendari.
e. Menggambarkan Evaluasi keperawatan pada An. A dengan tonsilitis
dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan di ruang melati Rumah Sakit
Daerah Kota Kendari.
5
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat/Klien
Sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang tonsillitis sehingga
masyarakat mengerti tentang bahaya tonsillitis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi tambahan guna meningkatkan informasi/Pengetahuan
sebagai referensi bidang keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
kenyamanan pada pasien Tonsilitis di perpustakaan Poltekkes Kemenkes
Kendari yang bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan bacaan dan
dasar untuk studi kasus selanjutnya.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,
khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan
kenyamanan pada pasien Tonsilitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tonsilitis
1. Pengertian
Penyakit tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan
oleh infeksi bakteri atau virus. Selain virus dan bakteri, penyakit ini juga
bisa disebabkan karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotik
pada saat pertama kali menderita (tonsilitis akut) sehingga penyakit ini
semakin meradang jika timbul untuk kedua kalinya dan menjadi tonsilitis
kronis. Penyakit ini dapat mengenai semua umur namun umumnya
menyerang pada anak-anak (Ramadhan et al., 2017).
Tonsilitis diartikan sebagai peradangan pada tonsil palatina yang
ditandai dengan peradangan tonsil, sakit tenggorok, gangguan menelan, dan
pembesaran ringan kelenjar limfe di leher. Peradangan biasanya meluas
hingga ke adenoid maupun tonsil lingual (melibatkan cincin Waldeyer) dan
seringkali bersamaan dengan faringitis yang dinamakan faringotonsilitis.
Penyebaran infeksi ini ditransmisikan melalui udara (air borne droplet),
tangan, dan ciuman (Klarisa dan Fardizza F, 2014).
Berdasarkan pengertian di atas kesimpulan dari penulis adalah
tonsilitis merupakan suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh
bakteri ataupun virus, prosesnya bisa akut atau kronis.
2. Anatomi
Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal (adenoid) dan tonsil
palatina. Tonsil palatine merupakan sepasang massa jaringan lunak dibagian
belakang faring. Terdapat satu buah tonsil palatine pada tiap sisi.Tiap tonsil
merupakan jaringan limfoid yang dilapisi epitel respirasi yang berinvaginasi
dan membentuk kripta / kriptus (Klarisa C & Fardizza F, 2014).
Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa
tonsil.Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang
merupakan sisa kantong faring yang kedua.Kutub bawah tonsil biasanya
melekat pada dasar lidah.Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka
6
7
3. Etiologi
Gejala umum tonsilitis kronis yaitu sakit tenggorok, disfagia, dan
demam. Penyakit tonsil mempengaruhi struktur terkait anatomi lainnya
seperti celah telinga tengah, sinus paranasal, dan gabungan saluran
pernafasan dengan bagian atas saluran pencernaan. Anak-anak yang
mengalami tonsilitis kronis memiliki pembesaran tonsil dan pembuluh darah
membesar pada permukaan tonsil (Triola, Zuhdi, & Vani, 2020).
Tanda-tanda maupun gejala tonsilitis yang sering ditemukan
diantaranya perasaan mudah lelah dan lesu, sulit berkonsentrasi, rasa tidak
enak pada tenggorokan, sulit menelan hingga rasa sakit saat menelan, nafas
atau mulut berbau serta terkadang muncul juga gangguan pada telinga dan
siklus tidur seseorang. Pengaruh non mikroba juga menjadi penyebab dari
penyakit ini seperti refluks esofagus, imunomodulator dan radikal bebas.
Radikal bebas sendiri merupakan molekul tidak stabil dan sangat reaktif
sehingga bisa menyebabkan kerusakan jaringan terutama di membrane sel
(Liwikasari, 2018).
8
4. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,
amandel berperan sebagai filter atau penyaring yang menyelimuti organisme
berbahaya, sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada
amandel. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibodi terhadap
infeksi yang akan datang, akan tetapi kadang-kadang amandel sudah
kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari virus inilah yang
menyebabkan tonsilitis. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses
ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang
disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel
yang terlepas, suatu tonsilitis akut dengan detritus disebut tonsilitis
falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi
tonsilitis lakunaris.
Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga
menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya
sehingga nafsu makan berkurang. Radang pada tonsil dapat menyebabkan
kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening melemah di
dalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh
9
tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang
berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan
akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya
berakhir setelah 72 jam. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga
terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis
kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan
jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan
limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang
antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini
meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan
dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe submandibula.
6. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang muncul akan berbeda-beda pada setiap
kategori tonsilitis sebagai berikut. (Rusmarjono & Soepardi, 2016).
a. Tonsilitis akut
1) Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai
rasa nyeri tenggorok dan beberapa derajat disfagia. Dan pada kasus
berat dapat meolak untuk minum atau makan melalui mulut. Penderita
mengalami malaise, suhu tinggi, dan nafasnya bau.
2) Tonsilitis bacterial
Gejala dan tanda Masa inkubasi 2 – 4 hari. Gejala dan tanda yang
sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan,
demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-
sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga karena nyeri alih
(referred pain) melalui saraf N. glosofaringeus (N. IX). Pada
pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat
detritus berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu.
Kelenjar sub-mandibula membengkak dan nyeri tekan. (otalgia).
b. Tonsilitis Membranosa
1) Tonsilitis difteri
Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu
tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan
lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri menelan. Gejala lokal yang
tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran semu.
Membran ini dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, lanng,
trakea dan bronkus dan dapat menyumbat saluran napas. Membran
semu ini melekat erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah. Pada perkembangan penyakit ini bila infeksinya
berjalan terus, kelenjar limfa leher akan membengkak sedemikian
besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck) atau disebut
juga Burgemeester's.
12
7. Penatalaksanaan
Tonsilitis kronis kebanyakan berasal dari bakteri yang terdapat di
parenkim tonsil dibanding permukaan tonsil, sehingga swab dari permukaan
tonsil saja dapat menjadi keliru. Penatalaksanaan medis termasuk pemberian
antibiotik sesuai kultur. Pemberian antibiotik yang bermanfaat pada
penderita tonsilitis kronis cefalosporin ditambah metronidazole,
klindamisin, amoksisilin dengan asam klavulanat jika bukan disebabkan
mononucleosis. Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling
sering dilakukan pada penderita tonsilitis kronis, yaitu berupa tindakan
pengangkatan jaringan tonsil palatina dari fosa tonsil (Jeyakumar, dkk.,
2013).
Kaedah tonsilektomi sangat efektif dilakukan pada anak yang
menderita tonsilitis kronis dan berulang dan indikasi absolut karena adanya
sumbatan jalan napas akibat hipertrofi tonsil, tetapi tonsilektomi dapat
menimbulkan berbagai masalah dan berisiko menimbulkan komplikasi
seperti perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi.
Tonsilitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik.
Obat kumur, analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala
yang timbul biasanya akan hilang sendiri. Efektivitas penggunaan obat
kumur masih dipertanyakan, karena bisa saja saat berkumur tidak mengenai
tonsil tetapi lebih banyak mengenai dinding faring.
13
8. Pathway
1. Pengertian
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera
atau nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat, Windarwati,
Pawirowiyono, & Subu, 2015). Gangguan rasa nyaman menurut SDKI
adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial (SDKI, 2017). Kenyamanan menurut
(Keliat dkk., 2015) dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Kenyamanan fisik merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman
yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya
c. Kenyamanan sosial merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman
dengan situasi sosialnya.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual atau potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Perawat di harapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik pada klien
sakit maupun sehat. Respon – respon tersebut merupakan reaksi terhadap
masalah kesehatan dan proses kehidupan yang di alami klien (SDKI, 2017).
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada berdasarkan (Standar
diagnosis keperawatan indonesia (SDKI). Masalah keperawatan utama yang
mungkin muncul pada kasus An. A dengan tonsilitis dalam pemenuhan
kebutuhan kenyamanan adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(SDKI, 2017)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : 1. Mengeluh nyeri
Objektif : 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (Mis, waspada, posisi menghindari
nyeri)
3. Gelisah
17
3. Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa di lanjutkan dengan intervensi dan
aktivitas keperawatan untuk mengurangi menghilangkan serta mencegah
masalah keperawatan klien. Tahapan ini di sebut perencanaan keperawatan
yang meliputi penentuan prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan
sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi serta merumuskan
intervensi serta aktivitas keperawatan (Nurarif & Kusuma, 2015). Intervensi
keperawatan berdasarkan 3 diagnosa keperawatan adalah :
Tabel 2.1 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
No. Diagnosa Standar Intervensi Keperawatan
Keperawatan Indonesia (SIKI)
1. Nyeri Akut Manajeman Nyeri
berhubungan dengan Observasi
inflamasi 1) Indentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat
atau memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
19
respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah di berikan
9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
10) Berikan teknik nonfarmakologis
umtuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapy
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres air
hangat/dingin, terapy bermain)
11) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
12) Fasilitasi istirahat dan tidur
13) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri Edukasi
14) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
15) Jelaskan strategi meredakan nyeri
16) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
17) Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
18) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
19) Kolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
2. Gangguan rasa Perawatan Kenyamanan
nyaman berhubungan Observasi
dengan proses 1) Identifikasi gejala yang tidak
penyakit menyenangkan (Mis, mual, nyeri, gatal,
sesak)
2) Identifikasi pemahaman tentang
kondisi, situasi dan perasaannya
3) Identifikasi masalah emosional dan
spiritual
Terapeutik
4) Berikan posisi yang nyaman
5) Berikan kompres air dingin atau hangat
6) Ciptakan lingkungan yang nyaman
7) Berikan pemijatan
8) Berikan terapyi akupresur
20
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah di rencanakan oleh perawat untuk di kerjakan dalam membantu
pasien mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon
yang di timbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan, pelaksanaan
tindakan keperawatan. Implementasi dilakukan tindakan keperawatan
berdasarkan standar luaran keperawatan indonesia (SLKI) :
a. Tingkat Nyeri
Tabel 2.2 Tingkat Nyeri
No Kriteria Kriteria Hasil
Hasil
Menurun Cukum Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
1. Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaskan
aktifitas
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
2. Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri
3. Meringis 1 2 3 4 5
4. Sikap 1 2 3 4 5
protektif
5. Gelisah 1 2 3 4 5
6. Kesulitan 1 2 3 4 5
tidur
7. Menarik diri
8. Berfokus
pada diri
sendiri
9. Diaforesis
10. Perasaan
depresi
(Tertekan)
11. Perasaan
22
takut
mengalami
cedera
berulang
12. anoreksia
13. Perineum
terasa
tertekan
14. Uterus teraba
membulat
15. Ketegangan
otot
16. Pupil dilatasi
17. Muntah
18. Mual
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k Memburu Membaik
k
19. Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi
20. Pola napas 1 2 3 4 5
21. Tekanan
darah
22. Proses
berfikir
23. Fokus
24. Fungsi
berkemih
25. Perilaku
26. Nafsu makan
27. Pola tidur
b. Kontrol Nyeri
Tabel 2.2 Kontrol Nyeri
No Kriteria Kriteria Hasil
Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
1. Melaporkan 1 2 3 4 5
nyeri
terkontrol
2. Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali
onset nyeri
3. Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali
penyebab
23
nyeri
4. Kemampuan 1 2 3 4 5
menggunaka
n teknik non
–
farmakologis
5. Dukungan 1 2 3 4 5
orang
terdekat
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
6. Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri
7. Penggunaan 1 2 3 4 5
analgesik
c. Status kenyamanan
nyaman
10. Gelisah 1 2 3 4 5
11. Kebisingan 1 2 3 4 5
12. Keluhan sulit 1 2 3 4 5
tidur
13. Keluhan 1 2 3 4 5
kedinginan
14. Keluhan 1 2 3 4 5
kepanasan
15. Gatal 1 2 3 4 5
16. Mual 1 2 3 4 5
17. Lelah 1 2 3 4 5
18. Merintih 1 2 3 4 5
19. Menangis 1 2 3 4 5
20. Iritabilitas 1 2 3 4 5
21. Menyalahkan 1 2 3 4 5
diri sendiri
22. Konfusi 1 2 3 4 5
23. Konsumsi 1 2 3 4 5
alkohol
24. Penggunaan 1 2 3 4 5
zat
25. Percobaan 1 2 3 4 5
bunuh diri
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk membaik
26. Memori 1 2 3 4 5
masalalu
27. Suhu ruangan 1 2 3 4 5
28. Pola 1 2 3 4 5
eliminasi
29. Postur tubuh 1 2 3 4 5
30. Kewaspadaan 1 2 3 4 5
31. Pola hidup 1 2 3 4 5
32. Pola tidur 1 2 3 4 5
c. Pola tidur
3. Keluhan 1 2 3 4 5
tidak puas
tidur
4. Keluhan pola 1 2 3 4 5
tidur berubah
5. Keluhan 1 2 3 4 5
istirahat tidak
cukup
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
6. Kemampuan 1 2 3 4 5
beraktifitas
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif
dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011)
BAB III
METODE STUDI KASUS
26
27
d. Implementasi
Tabel 3.2 Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
No Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Keperawatan (SLKI)
1. Nyeri Akut Kontrol nyeri
berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan
dengan inflamasi keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri
akut dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Melaporjkan nyeri yang terkontrol
- Kemampuan menggunakan teknik non-
farmakologis
- Pengguanaan analgesik
2. Gangguan rasa Status Kenyamanan
nyaman Setelah dilakukan tindakan asuhan
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
dengan proses status kenyamanan dapat teratasi dengan
penyakit kriteria hasil :
- Gelisah
- Menangis
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien. Evaluasi adalah
tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi keperawatan
adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan
(Manurung, 2011)
29
E. Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pasien atau keluarga dengan
permohonan dan persetujuan menjadi responden yang melalui proses
wawancara, observasi dengan menggunakan format asuhan keperawatan
mulai dari pengkajian – evaluasi dan didokumentasikan.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh oleh peneliti dari hasil survey awal
melalui pusat informasi rekam medik dan status pasien di Ruang Rawat Inap
Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
G. Penyajian Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif menggunakan prinsip
manajeman asuhan keperawatan. Proses analisis data dimulai dari berbagai
sumber yaitu wawancara. Pengamatan/observasi, dan rekam medik. Sedangkan
data dalam bentuk asuhan keperawatan menggunakan 5 langkah yaitu
pengkajian – evaluasi SOAP.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien An. A usia 9
tahun dengan diagnosa medis Tonsilitis Diruang Rawat Inap Melati Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari dimulai sejak tanggal 23 februari 2021 sampai
tanggal 26 februari 2021. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan secara
bertahap diawali dengan pengkajian, perumusan masalah keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang disebut sebagai proses keperawatan,
selanjutnya dijabarkan sebagaimana uraian – uraian di bawah ini :
A. Hasil Studi Kasus
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Klien
Nama Lengkap : An. A
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur/Tanggal Lahir : 9 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Tolaki
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Konda
Tanggal MRS : 23 Februari 2021
No. RM : 24 89 72
30
31
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri di tenggorokan, klien
mengatakan sulit menelan, skala nyeri 6, klien mengeluh tidak
nyaman.
2) Riwayat Keluhan
a) Penyebab/Faktor pencetus : Inflamasi pada tonsil
b) Sifat keluhan : Nyeri
c) Lokasi dan penyebaran : Tenggorokan
d) Skala keluhan :6
e) Mulai dan lamanya : Setiap 20 menit dengan durasi 5-10 menit
f) Hal hal yang meringkan : Pemberian obat analgesik
3) Riwayat kesehatan sekarang : An. A masuk Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari sekitar jam 08.00 Wita. Sebelum di bawah ke
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari, An. A mengeluh nyeri di
tenggorokan dan sulit pada saat menelan disertai dengan keluhan tidak
nyaman kemudian An. A dibawah orang tuanya memeriksa
kesehatannya ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Saat
dilakukan pengkajian oleh perawat IGD di dapatkan data Klien
tampak meringis dan menagis, tonsil klien nampak membesar dan
kemerahan, klien tampak gelisah, suara klien terdengar serak, Obs.
TTV : N : 128 x/menit, P : 28x/menit, S : 36,8oC.
3) Riwayat kesehatan dahulu : An. A mengatakan tidak pernah di rawat
di rumah sakit dengan keluhan nyeri di tenggorokan dan sulit pada
saat menelan.
4) Riwayat imunisasi
Hubungan Status Imunisasi
Pendidika
Nama L/P Umur dengan Penyakit
n BCG Polio DPT Campak
KK
9
An. A L Anak SD ✓ ✓ ✓ ✓ Tonsilitis
Tahun
c. Riwayat Keluarga/Genogram
1) Genogram
An. A
An. A
9 Thn
Keterangan :
Laki – Laki :
Perempuan :
Meninggal dunia :
Klien :
Garis Perkawinan :
Garis Keturunan :
Garis Serumah :
d. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda tanda vital
a) Tekanan darah : -
b) Pernapasan : 28 x/menit
c) Nadi : 128 x/menit
d) Suhu badan : 36,8°c
2) Berat badan dan tinggi badan
a) Berat badan : 30 kg
b) Tinggi badan :134 cm
c) IMT : 16 kg/m²
3) Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat :
a) Berguling : 4 Bulan
b) Duduk : 7 bulan
c) merangkak : 9 Bulan
d) Berdiri : 11 Bulan
e) Berjalan : 13 Bulan
f) Senyum pertama kali kepada orang lain pada umur 4 bulan
g) Bicara pertama kali : Lupa
h) Berpakaian tanpa bantuan : Lupa
4) Riwayat Nutrisi
a) Pemberian Asi
Pertama kali disusui : Sejak dilahirkan
Cara Pemberian : Menetek/Disusui langsung
Lama pemberian : Sampai anak usia 2 Tahun
b) Pemberian Susu Formula
Alasan pemberian : Pemberian asi sudah cukupo selama 2
tahun dan setelah itu dilanjutkan dengan susu formula
Jumlah pemberian : 2 gelas / hari atau kira-kira 400 ml
c) Pemberian makanan tambahan
Pertama kali diberikan usia : 6 bulan
Jenis : Bubur lunak dan pisang
5) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai pada nutrisi saat ini :
34
b) Koordinasi : Baik
c) Memori : Dapat mengingat dengan baik
d) Orientasi : Baik, pasien respon terhadap pertanyaan
e) Konfusi : Tidak ada konfusi
f) Keseimbangan : Baik
g) Kelumpuhan : Tidak ada
h) Gangguan sensasi : Tidak ada
i) Kejang kejang : Tidak ada
18) Reflex tendon
a) Biseps : Fleksi lengan pada sendi siku
b) Triseps : Ekstensi lengan bawah pada sendi siku
c) Lutut : Ekstensi tungkai bawah
d) Achiles : Plantar fleksi
19) Refleks Patologis
a) Babinski : Fleksi ibu jari dan pemekaran pada jari-jari
b) Tanda Meningeal : Tidak ada
c) Kaku Kuduk/Kernig sign : Tidak ada kaku kuduk
d) Brudzinski I : Fleksi ke dua tungkai
e) Brudzinski II : Tidak ada kelumpuhan
20) Anus dan Perianal
a) Hemorrhoid : Tidak ada
b) Lesi Perianal : Tidak ada
c) Nyeri : Tidak ada
21) Ekstremitas
a) Warna kulit : Sawo Matang
b) Purpura/ekimosis : Tidak ada
c) Atropi : Tidak ada pengecilan otot
d) Hipertropi : Tidak ada
e) Lesi : Tidak ada
f) Pigmentasi : Tidak ada
g) Luka : Tidak ada
h) Deformitas Sendi : Tidak ada
i) Deformitas Tulang : Tidak ada
38
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium :
Tabel 4.1 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Nilai rujukan Satuan
WBC : 11.76 4.0 – 10.00 103/uL
HGB :11.05 g/dl 11.0 – 13.0 g/dl
2) Studi diagnostic
Radiologi : Tidak ada
g. Tindakan medik/pengobatan
1) Pemasangan Infus RL 500 ml 24 Tpm (Mikro)
2) Paracetamol 15 mg 3x1 / Oral
3) Injeksi Cefotaxime 500 mg /12 Jam/IV
B. Klasifikasi data
Ds : - Klien mengatakan nyeri di tenggorokan
- Klien mengatakan sulit menelan
- Skala nyeri 6
- Klien mengeluh tidak nyaman
Do : - Klien tampak meringis dan menagis
- Tonsil klien nampak membesar dan kemerahan
40
C. Analisa Data
DO: Merangsang
- Klien tampak meringis pengeluaran zat kimia
dan menagis (histamin, bradikinin,
- Tonsil klien nampak serotinin)
membesar dan
kemerahan Merangsang imflus
- Suara klien terdengar saraf sekitar
serak
Rangsangan di
hantarkan ke
hipotalamus, cortex
cerebri
Nyeri dipersepsikan
2 Gangguan rasa Infeksi primer Gangguan rasa
nyaman di tandai nyaman
dengan : Inflamasi berhubungan
DS : dengan proses
- Klien mengatakan Pirogen endogen penyakit
nyeri di tenggorokan
- Klien mengatakan Stimulasi di hipotalamus
sulit menelan
- Klien klien mengeluh Gangguan rasa nyaman
tidak nyaman
DO :
- Klien tampak gelisah
41
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada berdasarkan (Standar diagnosis
keperawatan indonesia (SDKI). Masalah keperawatan utama pada kasus An. A
dengan tonsilitis dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit
42
berdasarkan
kenyamanan klien,
pencahayaan
diatur sesuai
dengan
kenyamanan klien,
jumlah
pengunjung di
batasi.
5) Mengkolaborasi
09.30 pemberian
analgesik, jika
perlu
Hasil : Pemberian
paracetamol 15 mg
3x1/oral
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres air
hangat/dingin,
terapy bermain)
Hasil : Klien
dapat melakukan
terapi nafas dalam
09.20 secara mandiri
4) Mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Hasil : Pengaturan
suhu,
pencahayaan, dan
pembatasan
09.30 pengujung tetap di
pertahankan
5) Menkolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
Hasil : Pemberian
paracetamol 15 mg
3x1 / oral tetap di
pertahankan
2. Gangguan 24 09.35 1) Mengidentifikasi S : klien masih
rasa nyaman Februari gejala yang tidak mengeluhkan nyeri
berhubungan 2021 menyenangkan O : klien masih tampak
dengan proses (Mis, mual, nyeri, gelisah
penyakit di gatal, sesak) A : masalah keperawatan
tandai dengan Hasil : Klien gangguan rasa
: masih nyaman belum
DS : mengeluhkan teratasi
- Klien nyeri pada P : Intervensi dilanjut
mengatakan 09.40 tenggorokan dengan:
48
pengujung tetap di
09.30 pertahankan.
5) Mengkolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
Hasil : Pemberian
paracetamol 15 mg
/ oral hanya ketika
nyeri timbul
2. Gangguan 25 09.35 1) Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
rasa nyaman Februari gejala yang tidak nyerinya sudah
berhubungan 2021 menyenangkan berkurang
dengan proses (Mis, mual, nyeri, O : Klien tidak lagi
penyakit di gatal, sesak) gelisah
tandai dengan Hasil : Klien A : Masalah keperawatan
: mengatakan gangguan rasa
DS : nyerinya sudah nyaman teratasi
- Klien berkurang P : Intervensi dilanjut
mengatakan 09.40 2) Memberikan dengan:
nyeri di posisi yang - Pemberian posisi
tenggorokan nyaman semi-fowler
- Klien Hasil : Klien - Pembatasan
mengatakan sudah dapat di interaksi dengan
sulit berikan posisi pengujung di
menelan 09.45 semi – fowler pertahankan
- Klien klien 3) Menciptakan
mengeluh lingkungan yang
tidak nyaman
nyaman Hasil :
DO : Pembatasan
- Klien jumlah interaksi
tampak dengan pengujung
gelisah tetap di
09.50 pertahankan
4) Mengajarkan
terapi relaksasi
Hasil : Terapi
nafas dalam tetap
di lakukan ketika
nyeri timbul.
51
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan penulisan studi kasus ini, maka penulis
akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan hasil studi kasus penatalaksanaan
asuhan keperawatan pada An. A dengan Tonsilitis dalam pemenuhan kebutuhan
kenyamanan di ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari, yang dilakukan
pada tanggal 23 februari 2021 sampai tanggal 26 februari 2021 yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien Tahap pengkajian merupakan dasar utama
dalam meberikan asuhan keperawatan sesai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh
karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat
penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan
dalam standar praktik keperawatan dari American Nursing Association (ANA).
Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas penulis melakukan pengkajian pada
An. A dengan menggunakan format pengkajian keperawatan medikal bedah (KMB),
metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang
diperlukan. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 23 Februari 2021 An. A
mengatakan nyeri di tenggorokan,sulit menelan, skala nyeri 6, klien klien mengeluh
tidak nyaman. Pada saat dilakukan pemeriksaan klien tampak meringis dan menagis,
tonsil klien nampak membesar dan kemerahan, klien tampak gelisah, suara klien
terdengar serak, Obs. TTV : TD : - mmHg, N : 128 x/menit, P : 28x/menit, S : 36,8oC.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan Rusmarjono & Soepardi, Salah satu tanda
dan gejala tonsilitis adalah Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri
tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu,
rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan Peradangan. Peradangan dapat
menyebabkan keluhan tidak nyaman kepada penderita berupa rasa nyeri saat menelan
karena sesuatu yang ditelan menyentuh daerah yang mengalami peradangan
(Rusmarjono & Soepardi, 2016). Namun tidak semua gejala muncul dalam An. A
adalah tanda dan gejala Tonsilitis.
52
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. Perawat di harapkan memiliki rentang perhatian yang luas,
baik pada klien sakit maupun sehat. Respon – respon tersebut merupakan reaksi
terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan yang di alami klien (SDKI, 2017).
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada berdasarkan (Standar diagnosis
keperawatan indonesia (SDKI). Masalah keperawatan utama pada kasus An. A dengan
tonsilitis dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI,
2017). Diagnosa keperawatan ini diangkat oleh penulis sebab berdasarkan hasil
pengkajian diperoleh data secara subjektif klien mengatakan nyeri di tenggorokan,
klien mengatakan sulit menelan, skala nyeri 6.
Berdasarkan data tersebut maka penulis mengangkat masalah keperawatan
nyeri akut sebab berdasarkan teori SDKI (2017), menyatakan bahwa gejala dan
tanda mayor dan minor untuk mengangkat masalah keperawatan nyeri akut yaitu
terdapat salah satu tanda atau data seperti Mengeluh nyeri.
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial (SDKI, 2017). Diagnosa keperawatan ini
diangkat oleh penulis sebab berdasarkan hasil pengkajian diperoleh data secara
subjektif klien mengeluh tidak nyaman.
Berdasarkan data tersebut maka penulis mengangkat masalah keperawatan
gangguan rasa nyaman sebab berdasarkan teori SDKI (2017), menyatakan bahwa
gejala dan tanda mayor dan minor untuk mengangkat masalah keperawatan
gangguan rasa nyaman yaitu terdapat salah satu tanda atau data seperti Mengeluh
tidak nyaman.
53
3. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk therapy yang dikerjakan oleh
perawat yang di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan
komunitas (SIKI, 2018). Intervensi keperawatan berdasarkan 2 diagnosa keperawatan
adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan inflamasi terhadap
diagnosa penyakit tonsilitis, intervensi yang diberikan yaitu Manajeman nyeri
dimana tindakan yang dilakukan yaitu Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi faktor yang memperberat atau
memperingan nyeri, Berikan teknik nonfarmakologis umtuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapy music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres air hangat/dingin, terapy
bermain), Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan), Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu.
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit
Pada diagnosa keperawatan Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
proses penyakit terhadap diagnosa penyakit tonsilitis, intervensi yang diberikan yaitu
Perawatan kenyamanan dimana tindakan yang dilakukan yaitu Identifikasi gejala
yang tidak menyenangkan (Mis, mual, nyeri, gatal, sesak), Berikan posisi yang
nyaman, Ciptakan lingkungan yang nyaman, Ajarkan terapi relaksasi.
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah di
rencanakan oleh perawat untuk di kerjakan dalam membantu pasien mencegah,
mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon yang di timbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan, pelaksanaan tindakan keperawatan. Implementasi
dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan standar luaran keperawatan indonesia
(SLKI, 2019)
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
Implementasi dilapangan pada diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan
dengan inflamasi pada An. A diagnosa penyakit Tonsilitis. Implementasi dilakukan
selama 3 x 24 jam :
54
1) Hari pertama
Implementasi hari pertama pada An. A yang dilakukan tanggal 23 Februari
2021 adalah Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri dengan hasil P: inflamasi pada tonsil, Q: nyeri tertusuk – tusuk,
R: tenggorokan, S: 6, T: hilang timbul, Identifikasi faktor yang memperberat atau
memperingan nyeri dengan hasilMenelan dapat meningkatkan nyeri, Berikan
teknik nonfarmakologis umtuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapy music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres air hangat/dingin, terapy bermain) dengan hasilklien di
ajarkan terapi nafas dalam untuk mengurangi nyeri ketika nyeri timbul, Kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan) dengan hasilsuhu ruang perawatan di atur berdasarkan kenyamanan
klien, pencahayaan diatur sesuai dengan kenyamanan klien, jumlah pengunjung
di batasi, Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu dengan hasil Pemberian
paracetamol 15 mg 3x1/oral
2) Hari ke 2
Implementasi hari kedua pada An. A yang dilakukan tanggal 24 Februari
2021 adalah Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri dengan hasil P: inflamasi pada tonsil, Q: nyeri tertusuk – tusuk,
R: tenggorokan, S : 4, T : hilang timbul, Identifikasi faktor yang memperberat
atau memperingan nyeri dengan hasil nyeri meningkat hanya ketika menelan
makanan, Berikan teknik nonfarmakologis umtuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapy music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres air hangat/dingin, terapy bermain) dengan
hasil klien dapat melakukan terapi nafas dalam secara mandiri, Kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan) dengan hasilpengaturan suhu, pencahayaan, dan pembatasan
pengujung tetap di pertahankan, Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
dengan hasil pemberian paracetamol 15 mg 3x1/oral tetap di pertahankan
3) Hari ke 3
Implementasi hari ketiga pada An. A yang dilakukan tanggal 25 Februari
2021 adalah Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri dengan hasil P: inflamasi pada tonsil, Q: nyeri tertusuk – tusuk,
R: tenggorokan, S: 2, T: hilang timbul, Identifikasi faktor yang memperberat atau
55
memperingan nyeri dengan hasil nyeri hanya ketika menelan makanan, Berikan
teknik nonfarmakologis umtuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapy music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres air hangat/dingin, terapy bermain) dengan hasil terapi nafas
dalam di lakukan secara mandiri, Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) dengan hasilpengaturan suhu
dan pencahayaan tetap di pertahankan, pembatasan pengujung tetap di
pertahankan, Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu dengan hasil :pemberian
paracetamol 15 mg /oral hanya ketika nyeri timbul
posisi yang nyamandengan hasil klien sudah dapat di berikan posisi semi-fowler,
Ciptakan lingkungan yang nyamandengan hasil pembatasan jumlah interaksi
dengan pengujung tetap di pertahankan, Ajarkan terapi relaksasidengan hasil
terapi nafas dalam tetap di lakukan ketika nyeri timbul.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi
klien. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan
atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi keperawatan adalah
kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan
efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
Pada diangnosa keperawatan nyeri akut pada An. A diagnosa penyakit
Tonsilitis, setelah diberikan Asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di dapatkan
hasil An. A mengatakan nyeri pada tenggorokannya berkurang, Skala nyeri 2. Pada
diagnosa keperawatan nyeri akut masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
dikarenakan pada klien dengan diangosa penyakit tonsilitis butuh penanganan lebih
lanjut yaitu dengan operasi.
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit
Pada diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
proses penyakit pada An. A dengan diagnosa penyakit tonsilitis, setelah diberikan
Asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di dapatkan hasil An. A mengatakan
nyerinya sudah berkurang. Pada diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman
masalah keperawatan gangguan rasa nyaman teratasi.
penetapan diagnosa keperawatan dari klien secara subjektif yang tidak bisa di berikan
oleh keluarga klien, serta memberikan intervensi – intervensi keperawatan dari literatur
yang di gunakan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan medikal bedah Pada An. A dengan
Tonsilitis dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan di ruang Melati Rumah Sakit Daerah
Kota Kendari maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 23 Februari 2021 An. A mengatakan
nyeri di tenggorokan,sulit menelan, skala nyeri 6, klien klien mengeluh tidak nyaman.
Pada saat dilakukan pemeriksaan klien tampak meringis dan menagis, tonsil klien
nampak membesar dan kemerahan, klien tampak gelisah, suara klien terdengar serak,
Obs. TTV : TD : - mmHg, N : 128 x/menit, P : 28x/menit, S : 36,8oC.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada berdasarkan (Standar diagnosis
keperawatan indonesia (SDKI). Masalah keperawatan utama pada kasus An. A dengan
tonsilitis dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
b. Gangguan rasa nyaman
3. Intervensi
Intervensi keperawatan berdasarkan 2 diagnosa keperawatan adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi, Pada diagnosa keperawatan nyeri akut
terhadap diagnosa penyakit tonsilitis, intervensi yang diberikan yaitu Manajeman
nyeri.
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit, Pada diagnosa
keperawatan Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit terhadap
diagnosa penyakit tonsilitis, intervensi yang diberikan yaitu Perawatan kenyamanan.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan pada tanggal 23, 24, 25 februari 2021.
5. Evaluasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan inflamasi masalah
keperawatan nyeri akut belum teratasi dikarenakan pada klien dengan diangosa
penyakit tonsilitis butuh penanganan lebih lanjut yaitu dengan operasi.
58
59
B. Saran
1. Tonsilitis biasanya menyerang pada anak usia sekolah. Tonsilitis bisa menyebabkan
terjadinya penurunan produktifitas aktivitas. Kebiasaan hidup sehat perlu diterapkan
mulai dari sekarang, seperti menjaga kebersihan tubuh terutama kebersihan mulut,
mencuci tngan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, dan menghindari
mengkonsumsi makanan instan atau makanan cepat saji, hindari mengkonsumsi
makanan berbahan pengawet.
2. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan tonsilitis perlu
memperhatikan terjadinya komplikasi, abses pertonsil, otitismediaakut, mastoditis akut,
larifaringitis, sinusitis, rhinitis pada pasien post tonsilektomi diminimalkan dengan
memberikan penyuluhan / pendidikan kesehatan tentang perawatan tonsilektomi
terutama pada keluarga saat nanti pasien pulang sehingga dapat dilakukan secara
mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Allotoibi, A. D., 2017. Tonsillitis in Children Diagnosis and Treatment Measures. Saudi
Journal of Medicine (SJM) , 2(8), p. 208.
Carter, E. R. & Marshall, S. G. 2014, ‘Sistem Respiratori’ in Nelson : Ilmu Kesehatan Anak
Esensial. 6th edn. Elsevier, Singapore.
Fakh, I. M., Novialdi & Elmatris, 2016. Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis pada Anak di
Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Andalas,
5(2), pp. 436-437
Fallis, A. . (2018). Nyeri Akut. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Haswita., dan Reni Sulistyowati. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta Timur : CV.Trans
Info Media.
Irianto, Koes. 2014. Memahami Berbagai Penyakit Penyebab, Gejala, Penularan, Pengobatan,
Pemulihan, dan Pencegah. Bandung : Alfabeta
Keliat, B. A., Dwi Windarwati, H., Pawirowiyono, A., & Subu, A. 2015. Nanda International
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. (T. H. Herdman
& S. Kamitsuru, Eds.) (edisi 10). Jakarta: EGC.
Klarisa C & Fardizza F . Kapita Selekta Ed. 4 : Tonsilitis. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:
1067
Kraft, K., C, C., Gerogalas, Tolley, N. & Narula, A. 2014. ‘Tonsillitis’, MMWFortschritte der
Medizin, 153(32–34), p. 18. doi: 10.1007/BF03368657.
Mardella, E. A., Ester, M., Riskiyah, S. Y., & Mulyaningrum, M. 2013. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Maulana Fakh, I., Novialdi, & Elmatris. 2016. Artikel Penelitian Karakteristik Pasien
Tonsilitis Kronis Pada Anak Di Bagian Tht-Kl Rsup Dr.M.Djamil Padang. Kesehatan
Andalas, 5(2), 436– 442. Retrieved From Http://Jurnal.Fk.Unand.Ac.I. Diakses tgl 1
mei 2021
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Ramadhan, F. S. I. K., 2017. Analisa Faktor Risiko Kejadian Tonsilitis Kronik Pada Anak
Usia 5 - 11 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan, Volume 2.
Rusmarjono, Hermani B. Nyeri Tenggorok. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
& Leher. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2012. hlm. 192
Rusmarjono, Soepardi EA. 2016. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid. Dalam :
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Ed 6. Jakarta: FK UI; 2016. h.221-5.
Susanto. 2015. Buku Ajar Keperawatan Dasar. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.
Triola, Zuhdi, & Vani. 2020. Faktor pencetus tonsillitis pada anak usia 5-6 tahun di wilayah
kerja puskesmas bayat kabupaten klanten. Naskah publikasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta