Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

DI WILAYAH PUSKESMAS RAWAJITU TIMUR

OLEH :
WIDI HASTUTI
2022207209027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKUTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

KASUS/MASALAH UTAMA : Isolasi Sosial

A. PENGERTIAN
1. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain dianggap menilai,menyatakan,serta memperlihstksn
sikap negatif dan mengancam bagi dirinya (Townsend, 2009).
2. Isolasi sosial adalah keadaan ketika seseorang klien mengalami penurunan
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Keliat,2010).
3. Isolasicam sosial sebagai sesuatu pengalaman menyendiri dari seseorang
dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau
keadaan yang mengancam (Herdman, 2012).
4. Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan
perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau
keadaan yang mengancam (SAK, FIK-UI, 2014).

Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa isolasi sosial adalah kegagalan
individu dalam melakukan interaksi dengan orang lain yang disebabkan oleh
pikiran negatif atau mengancam.
Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaftif Respon Maladaftif

1. Pikiran kadang 1. Gangguan


1. Pikiran logis menyimpang pikiran
2. Persepsi akurat 2. Ilusi waham
3. Emosi 3. Emosi 2. Halusinasi
konsisten berlebihan atau 3. Kesulitan
dengan kurang untuk
pengalaman 4. Perilaku ganjil memposes
4. Perilaku sesuai atau tak lazim emosi
5. Hubungan 5. Menarik diri 4. Ketidakteratu
sosial ran perilaku
5. Isolasi sosial

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

Proses terjadinya isolasi sosial dapat dijelaskan dengan menggunakan


pendekatan psikodinmika model stuart (2009)dimana pada model ini masalah
keperawatan Menurut Stuart (2009), masalah isolasi sosial dapat dijelaskan
dengan menggunakan psikodinamika masalah keperawatan jiwa seperti
skema dibawah ini:
1. Faktor predisposisi
Stuart (2009), mengatakan faktor predis posisi adalah faktor resiko
timbulnya stres yang akan mempengaruhi tipe dan sumber-sumber yang
dimiliki klien untuk menghadapi stres. Struart (2009), membagi faktor
predis posisi dalam tiga domain yaitu, biologis,psikososial dan sosial
kultural.
a. Biologis
Faktor biologis berhubungan dengan kondisi fisiologis yang
mempengaruhi gangguan jiwa.beberapa teori memperkaitkan faktor
predisposisi biologis dengan teori genetik dan teori biologi terhadap
timbulnya skizofrenia. Isolasi sosial merupakan gejala negatif dari
skizofrenia emnurut brbagai penelitian kejadian skizofrenia
disebabkan beberapa faktor seperti kerusakan pada area
otak,peningkatan aktifitas neurotransmiter serta faktor genetika.

1). Kerusakan Pada Area Otak

Kejadian skizofrenia sering dihubungkan dengan adanya


kerusakan pada bagian otak tertentu, namun hingga kini belum
diketahui dengan pasti area yang dapat mengakibatkan
skizofrenia. Menurut penelitian beberapa area dalam otak yang
berperan dalam timbulnya kejadian skizofrenia antara lain sistem
limbik, korteks frontal, cerebelum dan ganglia basalis. Keempat
area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu
areal akan mengakibatkan ngangguan pada area yang lain, (Arief,
2006).

2). Peningkatan Aktivitas Neurotransmitter

Selain kerusakan anatomis pada area di otak, skizofrenia juga


disebabkan karena peningkatan aktifitas neurotransmiter
dopaminergik. Peningkatan ini disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya adalah peningkatan pelepasan dopamine,terlalu
banyaknya reseptor dopamine,turunnya nilai
ambang,hipersentivitas reseptor dopamine,atau kombinasi dari
faktor-faktor tersebut. Vieback (2006) mengatakan bahwa ada
krterikatan antara neuanatomi dengan neurokimia otak, pada klien
szkizofrenia ditemukan adanya struktur abnormal pada otak
seperti atropi otak,perubahan ukuran serta bentuk sel pada sistem
limbik dan daerah frontal selain itu adanya faktor imonovirologi
dan respon tubuh terhadap paparan virus. Pendapat yang
dikemukakan Raine (2000) dalam miler (2001) tentang faktor
biologi sebagai salah satu penyebab skizofrenia mengatakan
bahwa seseorang dengan kepribadian antara sosial memiliki
penurunan volume prefrontal dibandingkan Rata-rata aktifitas
lobus frontal dalam otak.

3). Faktor genetika

Penelitian tentang faktor genetik telah membuktikan bahwa


skizofrenia diturunkan secara genetika. Menurut Saddock (2003)
prefalensi seorang menderita skizofrenia bila salah satu saudara
kandung menderita skizofrenia sebesar 8%, sedangkan bila salah
satu orang tua menderita skizofrenia sebesar 12% dan bila kedua
orang tua menderita skizofrenia sebesar 47%. Penelitian terhadap
anak kembar menunjukkan bahwa prefalenzi kejadian skizofrenia
pada kembar monozigot sebesar 12%
b. Psikologis
Teori psikonalitik, prilaku dan interpersonal menjadi dasar pola pikir
predisposisi psikologis.
1) Teori Psikonalitik
Sigmund freud melalui teori psiko analisa menjelaskan bahwa
skizofenia merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan
maslah dan konflik yang tidak disadari antara impuls agresif atau
kepuasan libido serta pengakuan terhadap ego. Contoh: konflik
yang tidak disadari pada masa kanak-kanak, seperti takut
kehilangan cinta atau perhatian orang tua menimbulkan perasaan
tidak nyaman pada masa kanak-kanak,remaja dan dewasa awal
(Reorig, 1999).
2) Teori Perilaku
Selain teori psikoanalisa,teori perilaku juga mendasari faktor
predisposisi psikologis.Teori perilaku berasumsi bahwa perilaku
merupakan hasil pengalaman yang dipelajari oleh klien sepanjang
daur hidupnya,dimana setiap pengalaman yang dialamin akan
mempengaruhi perilaku klien baik yg bersifat adaptif maupun
maladaptif.
3) Teori Interpersonal
Teori intrerpersonal berasumsi bahwa skizofrenia terjadi karena
klien mengalami ketakutan akan penolakan interpersonal atau
trauma dan kegagalan perkembangan yang dialami pada masa
pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang mengakibatkan
seseorang menjadi tidak berdaya, tidak percaya diri , tidak
mampu membina hubungan saling percaya pada orang lain,
timbulnya sikap ragu-ragu dan takut salah.selain itu klien akan
menanmpilkan perilaku mudah putus asa terhadap hubungan
dengan orang lain serta menghindar dari orang lain.perilaku
isolasi sosial merupakan hasil dari pengalaman yang tidak
menyenangkan atau menimbulkan trauma pada klien didalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar sehingga mengakibatkan
klien merasa ditolak, tidak diterima dan kesepian serta
ketidakmampuan membina hubungan sosial yang berarti dengan
lingkungan sekitar.
Selain itu sistem keluarga yang kurang harmonis seperti adanya
penolakan orang tua,harapan oran tua yang tidak realistis, kurang
mempnyai tanggung jawab personal juga menjadi faktor pencetus
timbulnya gangguan dalam hubungan interpersonal. Kemampuan
hubungan klien menjalankan peran dan fungsi.jika lingkungan
tidak memberi dukungan positif tetapi justru menyalahkan klien
secara terus menerus akan mengakibatkan klien mengalami harga
diri rendah yang pada akhirnya akan mengakibatkan isolasi sosial.
c. Sosial budaya
Faktor sosial budaya meyakini bahwa penyebab skizofrenia
adalah pengalaman seseorang yang mengalami kesulitan
beradaptasi terhadap tuntutan sosial budaya karena klien memiliki
harga diri rendah dan mekanisme koping mal adaptif.stresor ini
merupakan salah satu ancaman yang dapat mempengaruhi
berkembangnya gangguan dalam interaksi sosial terutama dalam
menjalin hubungan interpersonal.Hubungan interpersonal
berkembang sepanjang siklus kehidupan manusia.Perkembangan
hubungan interpersonal khusunya konsep diri dimulai sejak masa
bayi dimana pada masa ini tugas perkembangan yang harus
dicapai seorang bayi adalah menetapkan hubungan saling percaya
dan terus berkembang hingga tahan perkembangan dewasa akhir.
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal biasanya
mudah dikenali pada saat masa remaja atau pada masa yang lebih
awal dan berlanjut sepanjang tahap perkembangan masa dewasa
yang ditandai dengan adanya respon maladaptif yaitu
ketidakmampuan klien untuk beradaptasi dengan lingkungan
sekitar serta ketidakmampuan membina hubungan interpersonal
atau penyimpangan perilaku lain. Penelitian yang dilakukan di
Amerika menyimpulkan sekitar 10% sampai 18% penduduknya
mengalami ganggua kepribadian (Stuart , 2009).Gangguan dalam
membina hubungan interpersonal yang muncul pada saat remaja
(pubertas) , disebabkan karena pada masa ini remaja mengalami
berbagi perubahan fisik dan psikososial serta tuntutan masyarakat
yang mengharuskan remaja mampu mebuat keputusan
menyangkut dirinya ini mengakibatkan remaja harus mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut,ketidakmampuan
remaja mengatasi perubahan yang terjadi akan mengakibatkan
gangguan kepribadian yang dapat mengakibatkan gangguan
dalam hubungan sosial (Hawari, 2007). Agar masalah tersebut
tidak terjadi dibutuhkan dukungan diri dari orang tua dan
lingkungan seperti membantu remaja memunuhi tuntutan yang
harus dipenuhi, beradaptasi dengan perubahan dalam posisi peran,
membantu remaja meraih sukses serta membantu remaja untuk
meningkatkan kemampuan berpartisipasi atau penerimaan
dilingkungan masyarakat.
Papalia old dan feldman (2008) mengatakan selain akibat dari
perubahan yang sedang terjadi pada remaja, gangguan
perkembangan respon sosial juga disebabkan karena pola asuh
orang tua. Orang tua yang selalu memberikan penghargaan
terhadap anak akan menghasilkan anak dengan harga diri yang
tinggi hingga anak tersebut dewasa.anak yang memiliki harga diri
tinggi lebih sukses dalam pekerjaan maupun dalam menjalin
hubungan interpersonal.sebaliknya orang tua dengan pola
pengasuhan yang keras,tanpa kasih sayang akan menghasilkan
anak-anak dengan harga diri rendah yang akan mempengaruhi
anak dalam menjalin hubungan interpersonal dengan lingkingan
sekitar.penelitian Coopersmith (1967), menyimpulkan bahwa
anak dengan harga diri tinggi cenderung sangat ekspresif dan
aktif, sukses dalam akademik dan sosial serta menjalin hubungan
interpersonal serta memiliki kepercayaan diri yang
tinggi.sedangkan anak yang memiliki harga diri sedang paling
bisa manyesuaikan ndiri, dan anak-anak dengan harga diri rendah
berprestasi paling rendah dan cenderung merasa minder,juga
sensitif terhadap kritik dan secara sosial anak-anak tersebut paling
terisolasi dari anak dengan harga diri tinggi.
Townsend,Mc (2009) mengatakan pada umumnya isolasi sosial
disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri perasaan panik,
adanya gangguan dalam proses pikir, suka berinteraksi dimasa
lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi dari rasa
takut. Sedangkan menurut Stuart (2009) isolasi sosial disebabkan
oleh herga diri rendah bila tidak segera ditangani perilaku isolasi
sosial dapat beresiko terjadi halusinasi .

2. Faktor Presipitasi
Adalah stimulus internal atau eksternal yang mengancam klien antara
lain dikarenakan adanya ketegangan peran,konnflik peran,peran yang
tidak jelas ,peran berlebihan,perkembangan transisi,situasi transisi
peran dan transisi peran sehat sakit (Stuart ,2009) membagi faktor
presipitasi dalam psikososial dan sosial kultural.
a. Psikologis
Faktor presipitasi psikologis klien isolasi sosial berasal dari
internal dan eksternal.Stuart & Laraia (2005) yang menyatakan
bahwa isolasi sosial disebabkan karena adanya faktor yang berasal
dari dalam ataupun dari luar diri sendiri.
1). Internal
Stressor internal terdiri dari pengalaman yang tidak
menyenangkan,perasaan ditolak dan kehilangan orang yang
berarti.Stressor yang berasal dari dalam adalah kegagalan dan
perasaan bersalah yang dialami klien.penelitian yang
dilakukan oleh Canadian Assosiation Psychitric (2004),
menunjukkan bahwa prevalensi ketakutan yang berhubungan
sosial pada klien yang memiliki harga diri rendah 14.9%
lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang memiliki harga
diri tinggi besar 6.6%
2). Eksternal
Stressor eksternal adalah kurangnya dukungan dari
lingkungan atau keluarga. Stressor dari luar klien tersebut
dapat berupa ketegangan peran, konflik peran, peran yang
tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi ,situasi
transisi peran dan transisi peran sehat sakit. Pendapat Senada
diutarakan oleh Erikson(2000 dalam Keliat (2006), yang
menyatakan bahwa untuk mampu mengembangkan hubungan
yang positif setiap klien harus dapat melalui delapan tugas
perkembangan ( Developmentask) sesuai dengan proses
perkembangan usia .
kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan dapat
mengakibatkan klien tidak percaya diri,tidak percaya pada
orang lain ,ragu,takut salah,putus asa,menghindar dari orang
lain,tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan.pendapat Senanda dapat diutarakan oleh Stuart
(2000),Yang menyatakan bahwa seseorang dengan tipe
kepribadian intrever,tidak memiliki orang terdekat atau orang
yang berarti dalam hidupnya.
b. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan ancaman terhadap sistem diri.yaitu
ancaman terhadap identitas diri,harga diri, dan fungsi integritas
sosial.ancaman terdapat sistem diri berasal dari dua sumber yaitu
eksternal dan internal. Sumber eksternal dapat disebabkan karena
kehilangan orang yang sangat dicintai karena kematian, perceraian,
perubahan status pekerjaan, dilema etik, ataupun tekanan sosial dan
budaya sedangkan sumber internal disebabkan karena kesulitan
membangun hubungan interpersonal dilingkungan sekitar
dilingkungan rumah atau ditempat kerja,dan ketidakmampuan
menjalankan peran baru sebagai orang tua,pelajar atau
pekerja.penelitian tentang faktor lingkungan sebagai salah satu
penyebab isolasi sosial menyimulkan bahwa lingkunan memiliki
andil yang cukup besar terhadap timbulnya harga diri rendah
kepada klien seperti lingkungan yang tidak konduktif dan selalu
memojokkan klien yang pada akhirnya akan mempengaruhi
aktifitas klien termasuk hubugan dengan orang lain.

3. Penilaian stresor
Model stres adaptasi Stuart (2009) mengintegrasikan data dari
konsep psikoanalisis, interpersonal, perilaku, genetik dan
biologis.berbagai konsep tersebut akan menjelaskan tentang penilaiian
stressor seseorang terhadap respon yang ditimbulkan akibat mengalami
harga diri rendah salah satunya adalah isolasi sosial.
Penilaian terhadap stresor berada dalam suatu rentang dari adaptif
sampai maladaptif.Pada klien dengan skizofrenia penilaian stressor
yang adaptif merupakan faktor yang harus selalu diperkuat didalam
pemberian asuhan keperawatan sehingga kemampuan tersebut
membudaya dalam diri klien. Bila penilaian stressor klien maladaptif
maka penilaian tersebut akan menjadi dasar penggunaan terapi
keperawatan dalam melatih disfungsi keterampilan yang dialami klien.
Penilaian terhadap stressor yg dialami klien dengan isolasi sosial
meliputi kognitif, afektif, fisiologis,prilaku dan sosial.
a. Kognitif
Stuart (2009) yg menyatakan bahwa faktor kognitif bertugas
mencatat kejadian stress full dan reaksi yang ditimbulkan secara
emosional,sosiologis,serta perilaku dan reaksi sosial seseorang
yang ditampilkan akibat kejadian stress full dalam kehidupan
selain memilih pola koping yang digunakan.Berdasarkan penilaian
tersebut klien dapat menilai adanya suatu masalah sebagai
ancaman atau potensi. Kemampuan klien melakukan penilaian
kognitif ini dipengaruhi oleh persepsi klien,sikap terbuuka individu
terhadap adanya perubahan,dan kemampuan untuk melakukan
kontrol diri terhadap pengaruh lingkungan,serta kemampuan
menilai suatu masalah.Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan
kognitif klien sangat terbatas klien lebih berfokus pada masalah
bukan bagaimana mencari alternative pemecahan masalah yang
dihadapi.
b. Afektif
Menurut Stuart (2009) respon afektif terkait dengan ekspresi
emosi,mood dean sikap.Respon afektif yang ditampilkan
dipengaruhi oleh ketidakmampuan jangka panjang terhadap situasi
yang membahayakan sehingga mempengaruhi kecenderungan
respon terhadap ancaman terhadap harga diri klien.Respon afektif
pada klien isolasi sosial adalah adanya perasaan putus
asa,sedih,kecewa,merasa tidak berharga dan merasa tidak
diperhatikan menurut Stuart dan Laraia (2005) perasaan yang
dirasakan klien tersebut dapat mengakibatkan sikap menarik diri
dari lingkungan sekitar.
c. Fisiologi
Menurut Stuart (2009) Respon fisiologis terkait dengan bagaimana
sistem fisiologis tubuh berespon terhadap stressor,yang
mengakibatkan perubahan terhadap sistem neuroendokrin dan
hormonal.
Respon fisiologis merupakan respon neurobiologis yang bertujuaan
untuk menyiapkan klien dalam mengatasi bahaya.Perubahan yang
dialami oleh klien akan mempengaruhi neurobiologis untuk
mencegah stimulus yang mengancam.Setiap klien yang dilahirkan
memiliki sistem saraf pusat yang sensitif terhadap stimulus yang
membahayakan.Respon perilaku dan sosial yang ditampilkan klien
merupakan hasil belajar dari pengalaman sosial pada masa kanak
kanak dan dewasa khususnya dalam menghadapi berbagai stressor
yang mengancam harga diri klien.
d. Perilaku
Adalah hasil dari respon emosional dan fisiologis.Respon perilaku
isolasi sosial teridentifikasi tiga perilaku yang maladaptif yaitu
sering melamun,tidak mau bergaul dengan klien lain tidak mau
mengemukakan pendapat ,mudah menyerah dan ragu ragu dalam
mengambil keputusan atau dalam melakukan tindakan.
e. Sosial
Merupakan hasil perpaduan dari respon kognitif ,afektif, fisiologis
dan perilaku yang akan mempengaruhi hubungan atau interaksi
dengan orang lain.Respon perilaku dan sosial memprlihatkan
bahwa klien dengan isolasi sosial lebih banyak memberikan respon
menghindar terhadap stresor yang dialaminya.Respon negatif yang
ditampilkan merupakan akibat keterbatasan kemampuan klien
dalam menyelesaikan masalah dan keterbatasan klien dalam
melakukan penilaian terhadap stressor,sehingga klien memilih
yang harus dihadapi atau diselesaikan.

4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah pertahanan koping
dalam jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego.
Stuart (2009), mengatakan pertahanan jangka pendek yang biasa
dilakukan klien isolasi sosial adalah lari sementara dari krisis,misalnya
dengan bekerja keras,nonton televisi secara terus menerus ,melakukan
kegiatan untuk mengganti identitas sementara ,misalnya ikut kelompok
sosial keagamaan dan politik,kegiatan yang memberi dukungan
sementara,seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes
popularitas,kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas
sementara,seperti penyalahgunaan obat obatan. Jika mekanisme koping
jangka pendek tidak memberikan hasil yang diharapkan,individu akan
mengembangkan mekanisme jangka panjang antara lain menutup
identitas,dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang orang yang berarti tanpa mengindahkan
hasrat,aspirasi atau potensi diri sendiri mekanisme pertahanan ego
yang sering digunakan adalah proyeksi,merendahkan orang
lain,menghindar dari interaksi sosial dan reaksi formasi (Stuart,2009)

5. Sumber koping
Menurut Stuart (2009), sumber koping merupakan pilihan atau strategi
bantuan untuk memutuskan mengenai apa yang dapat dilakukan dalam
mengatasi masalah.Dalam menghadapi stressor klien dapat
menggunakan berbagai sumber koping yang dimilikinya baik internal
maupun eksternal.
a. Kemampuan personal
Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan personal yang harus
dimiliki meliputi kemampuan secara fisik dan mental. Secara fisik
teridentifikasi dari kondisi fisik yang sehat.Kemampuan mental
meliputi kemampuan kognitif ,afektif,perilaku dan
sosial.Kemampuan kognitif meliputi kemampuan yang sudah
ataupun yang belum dimiliki klien didalam mengidentifikasi
masalah,menilai dan menyelesaikan masalah,sedangkan
kemampuan afektif meliputi kemampuan untuk meningkatkan
konsep diri klien dan kemampuan perilaku terkait meningkatkan
konsep diri klien dan kemampuan melakukan tindakan yang
adekuat dalam menyelesaikan stressor yang dialami.Kurangnya
dukungan,penghargaan dan kesempatan untuk melatih kemampuan
yang dimiliki klien dari lingkungan sekitar klien akan
mengakibatkan rendahnya motivasi klien untuk menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi,timbulnya rasa rendah diri yang
pada akhirnya akan mengakibatkan gangguan dalanm berinteraksi
dengan lingkungan sekitar Temuan ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Maslim (2001), bahwa gejala negatif pada
klien dengan gangguan jiwa kronik adalah kurang atau tidak
adanya motivasi.

b. Dukungan sosial
Taylor,dkk (2003) menyatakan bahwa dukungan sosial akan
membantu klien untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor
dalam mencapai ketrampilan koping yang afektif.Pendapat lain
yang mendukung pernyataan diatas mengenai pentingnya dukugan
sosial didalam proses penyembuhan klien adalah pernyataan yang
diungkapkanoleh Sarafino(2002),yang menyatakan bahwa
dukungan sosial merupakan perasaan caring,penghargaan yang
akan membantu klien untuk dapat menerima orang lain yang
berasal dari keyakinan yang berbeda.Pendapat senada diungkapkan
oleh Tomaras,et.al.,(2001 dalam Keliat, 2003 ) yang mengatakan
bahwa dukungan anggota keluarga didalam membantu merawat
klien dengan skizofrenia akan mengurangi frekuensi kekambuhan
klien. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
dukungan sosial seorang klien akan merasakan adanya cinta,
penghargaan,membantu mencapai keterampilan sosial dan koping
yang adaptif serta yang terpenting adalah membantu proses
penyembuhan
Sumber dukungan sosial pada klien dengan isolasi sosial meliputi
dukungan yang dimiliki klien baik yang didapat dari keluarga ,
perawat maupun dari lingkungan sekitar klien.dukungan yang
diberikan dapat berupa dukungan fisik diperoleh melalui dukungan
dan psikologis. Dukungan fisik diperoleh melalui dukungan
keterlibatan aktif dari keluarga,perawat,dokter serta tenaga
kesehatan lainnya yang dapat membantu klien mengatasi masalah.
Menurut Stuart (2009), untuk mampu memberikan dukungan sosial
kepada klien dengan isolasi sosial keluarga harus memiliki
kemampuan seperti kemampuan mengenal masalah , menentukan
masalah dan menyelesaikan masalah. Kemampuan mengenal
masalah tampak dari pengetahuan keluarga tentang kondisi klien
dan potensi yang dimiliki keluarga, kemampuan menentukan
masalah teridentifikasi dari kemampuan untuk menentukan
prioritas masalah sedangkan kemapuan menyelesaikan masalah
teridentifikasi dari kemampuan melakukan perawatan baik
terhadap klien maupun anggota keluarga lainnya.Dukungan yang
dapat dilakukan keluarga meliputi pencegahan tersier yaitu
membantu memberikan perawatan dirumah sesuai dengan konsep
dan teori yang ada.
c. Aset material
Aset material yang dapat diperoleh meliputi dukungan finansial,
sistem pembiayaan layanan kesehatan seperti asuransi kesehatan
ataupun program layanan kesehatan bagi bmasyarakat
miskin,kemudahan mendapatkan fasilitas dan layanan kesehatan
serta keterjangkauan pembiayaan pelayanan kesehatan dan
ketersediaan sarana transportasi untuk mencapai layanan kesehatan
selama di rumah sakit maupun setelah pulang. Material asset
meliputi ketersediaan dana ketidakmampuan klien dalam
memenuhi asset material akan berpotensi menimbulkan masalah
akibat tidak optimalnya sumber koping yang akan dimiliki.
d. Keyakinan positif

Keyakinan positif adalah keyakinan diri yang menimbulkan


motifasi dalam menyelesaikan segala stressor yang
dihadapi.Keyakinan positif diperoleh dari keyakinan terhadap
kemampuan diri dalam mengatasi ketidakmampuan klien dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Adanya keyakinan positif
yang dimiliki klien akan memotifasi dan membantu klien untuk
menggunakan mekanisme koping yang adaptif,kegiatan sepiritual
seperti berdo’a,mengikuti kegiatan keagamaan yang ada
merupakan salah satu mekanisme koping adaptif yang dilakukan
oleh klien dalam menilai stressor yang dialami. Pemilihan kegiatan
spiritual dalam rangka menurunkan berbagai stressor tersebut
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Baldacchino (2001),
yang menyebutkan bahwa koping spiritual merupakan upaya untuk
menyelesaikan masalah antara stimulus stress dan hasil negatif
yang dapat menyebabkan timbulnya stres. Sebaliknya keyakinan
negatif semakin menimbulkan prilaku maladaptif pada klien.

6. Daftar masalah keperawatan dan data yg perlu dikaji


1.masalah keperawatan :
Diagnosa keperawatan primer untuk respon sosial maladaptif
(NANDA),Stuart (2009).
a. Coping ,defensive.
b. Self-Esteem,Chorme low.
c. Self-Mutilation , Risk for.
d. Social interaction ,Impaired.
e. Violence , Risk for self-directed or other-directed.
f. Anxiety.
g. Family processes ,interrupted.
h. Role performance, ineffective.
i. Social isolation.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Data subjektif
 Pasien mencaritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
 Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
 Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
 Pasien merasa bosan dan terlambat menghabiskan waktu .
 Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Pasie merasa tidak berguna
 Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
2. Data objektif
 Tidak memiliki teman dekat
 Menarik diri
 Tidak komunikatif
 Tindakan berulang dan tidak bermakna
 Asik dengan pikirannya sendiri
 Tak ada kontak mata
 Tampak sedih,efek tumpul (Yosep iyus, 2009)

D. POHON MASALAH

Resiko Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Tidak Efektifnya Koping Individu, Koping Defensi

E. DIAGNOSIS
1. Diagnosis keperawatan : Isolasi sosial
2. Diagnosis medis : Skizofernia

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No. Dignosa Tujuan Intervensi


keperawatan
1. Isolasi sosial 1. Membina Pertemuan 1
hubungan saling 1. Identifikasi
percaya penyebab isolasi
2. Dapat sosial: siapa yang
mengidentifikasi serumah, siapa
penyebab isolasi yang dekat, dan
sosial: siapa yang apa sebabnya
serumah, siapa 2. Jelaskan
yang dekat, dapn keuntungan punya
apa sebabnya. teman dan
3. Dapat bercakap-cakap
membaritahukan 3. Jelaskan kerugian
kepada klien tidak punya teman
keuntungan punya dan tidak
teman dan bercakap-cakap
bercakap-cakap 4. Latih cara
4. Dapat berkenalan dengan
memberitahukan pasien perawat dan
kepada klien tamu
kerugian tidak 5. Masukan pada
punya teman dan jadwal kegiatan
tidak bercakap- untuk latihan
cakap berkenalan
5. Klien dapat
berkenalan
dengan pasien,
perawat, dan tamu
1. Kien dapat Pertemuan 2
berbicara saat 1. Evaluasi kegiatan
melakukan berkenaln dengan
kegiatan harian beberapa orang
2. Klien dapat beri pujian
berkenalan 2. Latih cara
dengan dua-3 berbicara saat
orang pasien, melakukan kegatan
perawat, dan tamu harian (latihan
kegiatan)
3. Masukan pada
jawal kegiatan
untuk latihan
perkenalan dengan
2-3 orang pasien,
perawat dan tamu,
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian
1. Klien dapat Pertemuan 3
berbicara saat 1. Evaluasi kegiatan,
melakukan latihan berkenalan
kegiatan harian (berapa orang) dan
2. Klien dapat bicara saat
berkenalan melakukan dalam
dengan 4-5 orang, kegiatan harian,
berbicara saat beri pujian
melakukan 2 2. Latih cara
kegiatan harian berbicara saat
melakukan
kegiatan harian (2
kegiatan baru)
3. Masukan dalam
jadwal kegiatan
harian untuk
latihan berkenalan
4-5 orang,
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian

1. Klien dapat Pertemuan 4


berbicara sosial : 1. Evaluasi kegiatan
meminta sesuatu, berkenalan, bicara
menjawab saat melakukan 4
pertanyaan kegiatan harian,
2. Klien dapat beri pujian
berkenalan 2. Latih cara bicara
dengan > 5 orang, sosial: meminta
orang baru, sesuatu, menjawab
berbicara saat pertanyaan
melakukan 3. Masukan pada
kegiatan harian jadwal kegiatan
dan sosialisasi untuk latihan
berkenalan >5
orang, orang baru,
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian
dan sosialisasi
1. Klien dapat Pertemuan 5-12
mandiri dalam 1. Evaluasi kegiatan
berkenbalan, latihan berkenalan,
berbicara saat berbicara Saat
melakukan melakukan
kegiatan harian kegiatan harian
dan sosialisasi dan sosialisasi,
beri pujian
2. Latih kegiatan
harian
3. Nilai kemampuan
yang telah mandiri
4. Nilai apakah
isolasi sosial
teratasi
BAHAN BACAAN

Amir, N. (2005).Depresi : Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana,


Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Emery, R.E., & Oltsmanns, T.F. (2000).Essential of Abnormal Psychology. New


Jersey : Prentice-Hall,Inc.

Fausiah, F ., & Widury, J. (2005). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.Jakarta :


UI-Press.

FIK-UI, (2014). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Workshops Ke-7,


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia , Jakarta

Keliat, B,A, dkk. (1999). Pengaruh Model Terapi Aktivitas Kelompok Sosialasi
(TAKS) Terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal dan Non Verbal Pada Klien
Menarik Diri di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Keperawatan Indonesia, II (8), 277-283

Keliat, B.A., (2006). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B.A., dkk. (2005). Modul Basic Course Community Mental Health
Nursing.Kerjasama FIK UI dan WHO.

Keliat, B.A., & Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas


Kelompok.Jakarta : EGC

Keliat, B.A, & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional .Jakarta :
EGC

Sadock, B.J., & Sadock, V.A. (2007). Kaplan and Sadock’s Synopsis of
Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed.Lippincott Williams &
Wilkins

Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing, 8th ed. Missouri : Mosby, Inc.

Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 9th ed.
Missouri : Mosby, Inc.

Sullivan dkk. (2003).


http://www.health.gld.gov.au/rbwh/inbmhs/factsheets/cbtpdf. Februari 10, 2011

Townsend, M.C. (2005). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing. 3rd ed.
Philadelphia: F.A. Davis Company

Townseend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in


Evidence-Based Practice. 6th ed. Philadelphia : F.A. Daviz Company
Videbeck,S.L. (2006). Psychiatric-Mental Health Nursing. 4th ed. Philadelphia :
Lippincott Williams & Walkins

Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC.

Wardani, Keliat, dan Mustikari. (2003). Karakteristik Klien yg Dirawat di Ruang


Model Praktik Keperawatan Profesional Rumah Sakit Dr.H. Marzoeki Mahdi
Bogor. Makara,Kesehatan,7 (1).

Anda mungkin juga menyukai