OLEH
SENTRIANA SENA
2020
I. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba,
dkk. 2018).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk.
2019).
II. Etiologi
A. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang menyebabkan isolasi social adalah
1) Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga
adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu
dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih
sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapatmenghambat terbentuknya rasa
percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
mersaa diperlakukan sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2018) tahap-tahap perkembangan individu
dalam berhubungan terdiri dari:
a) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak,
akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat
penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di
kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa
percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan
orang lain pada masaberikutnya.
b) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai
mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan
teman- temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu
dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus,
aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua
harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada
saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar caraberhubungan,
berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
c) Masa Praremaja dan remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan
teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk
mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan
kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang
tua. Konflik akan terjadi apabila remajatidak dapat mempertahankan
keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan
tertekan maupun tergantung pada remaja.
d) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan
interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai
dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan
menerima perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain.
Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan
mempunyai pekerjaan.Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa
muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality).
e) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak
terhadap dirinya menurun.Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk
mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri.
Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan
yang interdependen antara orang tua dengan anak.
f) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik,
kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran.
Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan
meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat
dipertahankan.
Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
Sikap bermusuhan/hostilitas
Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang
tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan
masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
Ekspresi emosi yang tinggi
Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan
yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
2) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan.Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti
anggotatidakproduktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3) Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot
apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi
kembardizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel,penurunan berat dan volume otak serta perubahan
struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi:
a) Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinyapenurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan
orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena
ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat
menimbulkan isolasi sosial.
b) Stressor Biokimia
Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbic
serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
Faktor endokrin :Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan
maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan
tingkah laku psikotik.
Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala
psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel
otak.
c) Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
d) Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut Purba, dkk. (2018) strategi koping digunakan pasien sebagai
usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-
masing tingkah laku adalah sebagai berikut:
Tingkah laku curiga: proyeksi
Dependency: reaksi formasi
Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi,
represi dan regrasi.
III. POHON MASALAH
Resiko gangguan sensori persepsi halusinasi
Isolasi sosial
defisi defisit perawatan diri
Menurut Purba, dkk. (2018) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara, adalah:
1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
3) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
4) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
5) Pasien merasa tidak berguna
6) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
V. Penatalaksanaan
A. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdayaberat dalam fungsi-fungsi mental: faham,
halusinasi. Gangguan perasaan danperilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin.Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung.
2) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental
serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti
gangguan miksi danparasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur ,
tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi
terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung
(Andrey, 2019).
3) Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,bingung, agitasi, konstipasi,
takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap
hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit,
psikosisberat psikoneurosis (Andrey, 2019).
B. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing
strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat
mengidentifikasi penyebab isolasi social,berdiskusi dengan pasien
mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak
berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke
dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan
cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan
menganjurkanpasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
(Purba, dkk. 2018)
C. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2018), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuanbersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu:
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi:
a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien
sewaktu bangun tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua
bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB
dan BAK.
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam
kegiatan mandi dan sesudah mandi.
d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada
waktu,
f) sedang dan setelah makan dan minum.
g) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan
dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan
dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
h) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan
dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajamsembarangan, tidak merokok
sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan
yang positif.
i) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien
untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi
tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala
primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang
dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana
pasien mau mengawali tidurnya.
2) Tingkah laku social
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor, suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
A. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.
B. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain,tidakn melakukan kegiatan sehari – hari ,
dependen.
C. Factor predisposisi
kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok
sebaya; perubahan struktur sosial.Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya
harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah,PHK, perasaan
malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, dituduh kkn,
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai
klien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
D. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
E. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang
akan terjadi. Menolakpenjelasan perubahan tubuh , persepsi
negatip tentang tubuh . Preokupasi denganbagian tubuh yang
hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat ,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan
hubunga social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah
( spritual)
f) Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka
menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain ,
Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam
hidup.
g) Kebutuhan persiapan pulang
Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.
Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
h) Mekanisme kopin
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
i) Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
II. Diagnosa
1) Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu : koping defensive
III. Rencana Asuhan Keperawatan
A. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
1) Tujuan umum
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
2) Tujuan khusus
a) TUK 1
Dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil:b
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran perawat.
Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini
secara verbal:
a) Mau menjawab salam
b) Ada kontak mata
c) Mau berjabat tangan
d) Mau berkenalan
e) Mau menjawab pertanyaan
f) Mau duduk berdampingan dengan perawat
g) Mau mengungkapkan perasaannya
Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapetik
1) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Buat kontrak interaksi yang jelas
6) Jujur dan menepati janji
7) Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
8) Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat
9) Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau tidak
menjawab
10) Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan
buru- buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
pasien
11) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
b) TUK 2
Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan minimal satu
penyebab menarik diri yang berasal dari:
a) Diri sendiri
b) Orang lain
c) Lingkungan
Intervensi
1) Tanyakan pada pasien tentang
a) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
b) Orang terdekat pasien dirumah/ diruang perawatan
c) Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut
d) Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut
e) Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan orang
lain
2) Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
3) Beri kesemapatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri tidak mau bergaul
4) Diskusikan pada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda serta
penyebab yang muncul
5) Berikan reinforcement (penguatan) positif terhadap kemampuan pasien
dalam mengungkapkan perasaannya.
c) TUK 3
Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain, misal:
a) Banyak teman
b) Tidak kesepian
c) Bisa diskusi
d) Saling menolong
a) Sendiri
b) Tidak punya teman, kesepian
c) Tidak ada teman ngobrol
Intervensi
1) Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan dengan
orang lain
2) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
berhubungan dengan orang lain
3) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
4) Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
5) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
d) TUK 4
Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria hasil
Intervensi
a) Diri sendiri
b) Orang lain
c) Kel0mpok
Intervensi
Intervensi
1) Diskusikan dengan pasien tentang kerugian dan keuntungan tidak minum,
serta karakteristik obat yang diminum (nama, dosis, frekuensi, efek
samping minum obat)
2) Bantu dalam menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien,
obat, dosis, cara, waktu)
3) Anjurkan pasien minta sendiri obatnya kepada perawat agar pasien dapat
merasakan manfaatnya
4) Beri reinforcement positif bila pasien menggunakan obat dengan benar
5) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
6) Anjurkan pasien untuk konsultasi dengan dokter/perawat apabila terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan(Prabowo, 2014:215)
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati dan Hartono .2013 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta : Salemba
Medika Stuart dan Sundeen . 2015 . Buku Keperawatan Jiwa .Jakarta : EGC .
Keliat Budi Ana. 2017. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Anna Budi Keliat, SKp. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Nita Fitria. 2018. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat. Jakarta: Salemba Medika.
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien merasa tidak berguna sebagai seorang anak karena klien selalu di
tolak saat melamar pekerjaan. klien suka menyendiri di kamar dan
klien tidak berinteraksi dengan orang sekitarnyai dan kontak mata
kurang
2. Diagnosa keperawatan
a) Isolasi sosial menarik diri
b) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Tujuan khusus
1) membina hubungan saling percaya,
2) membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial menarik diri
3) membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan klien
berkenalan.
4. Tindakan keperawatan
a) membina hubungan saling percaya
b) Identifikasi penyebab isolasi penyebab pasien
c) Diskusi dengan pasien tentang keuntungan dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
B. Proses pelaksanaan tindakan
1) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
P : selamat siang pak, perkenalkan nama saya santriana sena,
biasa di panggil santri, saya mahasiswa poltekkes kupang, saya
berdinas disini selama 1 minggu. Hari ini saya berdinas disini
dari jam 8 sampai jam 01.00. Dan selama disini saya akan
membanatu dan merawat bapak . nama bapak siapa dan biasa
dipanggil siapa?
A : hanya diam
P : siapa nama bapak?
A : bapak A
P : senang di panggil siapa
A : hanya diam
b) Evaluasi/ validasi
P : bagaiimana perasaan bapak hari ini?
A : merasa bosan dan tidak berguna
c) Kontrak
Topik : senang bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana
kalau kita Berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal
sekaligus agar bapak dapat mengetahui keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain.
Waktu: Berapa lama pak bagaimana kalau 10 menit saja?
Tempat : Di mana Bapak mau berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau di ruangan tamu saja kita berbincang-bincang
2) Fase kerja
- Bapak A apa saja cara kita membina hubungan saling percaya?
Bagus apa lagi?s apa saja yang yang bapak lakukan selain itu yang
biasa bapak lakukan? Bagaimana dengan berjabat tangan?
Menayakan nama, alamat, wah bagus sekali ada banyak cara untuk
membina hubungan saling percaya yang bapak lakukan?
- Bapak A dari banyak cara, yang mana bapak bisa lakukan lakuakan
di rumah sakit? Coba kita lihat yang pertama bisakah, yang kedua
yang bisa bapak lakukan? Bagus sekali masih ada dua cara yang
bapak lakukan di rumah sakit ini. Ok baiklah bagaimana kita
masukan dalam jadwal harian.? Coba sekarang bapak A pilih salah
satu cara yang bisa di lakukan di rumah sakit ini, oh ya nomor satu
berjabat tangan ?
- Kalau begitu bagaimana kita berlatih berjabat tangan.mari kita
lakukan bersama dengan saya bapak A, coba sudah bisa kan
berjabat tangan dan memperkenalkan diri? Nah kalau begitu mari
kita berjabat tangan , mari kita dekati orang yang ingin bapak A
ingin berjabat tangan dan memperkenalkan diri. Bagus sekarang
duduk berdampingan. Ya bagus, nah sekarang kita ucap salam,
bagus , sekarang kita sebut nama dan alamat ya? Bagus,
- Bapak A sudah berjabat tangan dan memperkenalkan diri dengan
baik sekali.
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi subyektif
P : Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan berkenalan dan
berjabat tangan dengan satu orang tadi?
K : legah
C. Proses keperawatan
1) Kondisi klien
Klien merasa tidak berguna sebagai seorang anak karena klien selalu di
tolak saat melamar pekerjaan. klien suka menyendiri di kamar dan
klien tidak berinteraksi dengan orang sekitarnyai dan kontak mata
kurang
2) Diagnosa keperawatan
c) Isolasi sosial menarik diri
d) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3) Tujuan khusus
1) membina hubungan saling percaya,
2) membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial menarik diri
3) membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan klien
berkenalan.
4) Tindakan keperawatan
a) membina hubungan saling percaya
b) Identifikasi penyebab isolasi penyebab pasien
c) Diskusi dengan pasien tentang keuntungan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
1. Fase orientasi (perkenalan)
a) Salam terapeutik
5) Waktu:
Bapak A mau jam berapa ? bagaiamana kalau jam 10.00
6) Tempat :
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien merasa tidak berguna sebagai seorang anak karena klien
selalu di tolak saat melamar pekerjaan. klien suka menyendiri di
kamar dan klien tidak berinteraksi dengan orang sekitarnyai dan
kontak mata kurang
2. Diagnosa keperawatan
a. Isolasi sosial menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Tujuan khusus
a) membina hubungan saling percaya,
b) membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial menarik diri
c) membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan
mengajarkan klien berkenalan.
4. Tindakan keperawatan
a) membina hubungan saling percaya
b) Identifikasi penyebab isolasi penyebab pasien
c) Diskusi dengan pasien tentang keuntungan dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
A. Proses pelaksanaan
1) Fase Orientasi :
a) Salam terapeutik :
P : syalom selamat pagi pak, Sesuai dengan janji kita kemarin sekaran
saya datang lagi? masih ingat dengan saya?
A : perawat santri
P : wah bagus,
Evaluasi/ Validasi :
P : bagaimana perasan bapak hari ini? Apakah masih ingat tentang apa
yang kita lakukan kemarin? Bagus coba di ulangi lagi?Siapa saja yang
sudah bapak A mempraktekan ya? Coba sebutkan namanya? Bagus
sekali. Bagaimna perasaan bapak A setelah berkenalan dengan orang
kedua tadi?
b) Kontrak
Topik :
S : Baik sekarang kita berlatih lagi bekenalan dengan dua orang ya
pak? Yaitu perawat lain dan teman bapak dalam ruangan ini.
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selmat pagi pak sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya
datang lagi. Bapak A masih ingatkah dengan saya ? coba siapa ?
iya bagus, tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara
berkenalan dengan 2 orang atau lebih teman bapak A yang ada
diruangan ini “
b. Evaluasi
Baik sekarang kita akan berlatih lagi berkenalan dengan 2 orang atau
lebih ya bu, yaitu teman-teman ibu yang ada di ruangan ini
Waktu :
Tempat ;
Dimana tempatnya ? Disini saja ya. Tapi nanti kita temui teman-
teman ibu yang belum dikenal bapak A diruangan ini ya bu ”
2. Fase kerja
a. Evaluasi respon
1) Subyektif
2) Obyektif
1) Topik
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
Direktorat : Jln. Piet A. Tallo – Kupang, Telp : (0380) 881880 ; 880880
Fax (0380) 8553418 ; email : poltekkeskupang@yahoo.com
I. IDENTITAS KLIEN
Nama initial : Tn.A No. RM :530324
III.FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
( ) Ya ( ) Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
( ) Berhasil (√) Kurang berhasil ( ) Tidak berhasil
Trauma usia pelaku korban saksi
Masalah keperawatan :
Aniaya fisik …… ……. ……. …..
Perubahan pertumbuhan &
Aniaya seksual …… ……. …… …… perkembangan
Penolakan …… …… ……
…… Sindroma trauma perkosaan
Berduka antisipatif
Kekerasan dalam keluarga …… …… ……. ..…..
Resiko tinggi kekerasan
Berduka disfungsional
Tindakan kriminal …… ……. …… …...
Respon pasca trauma
Jelaskan :tidak ada
Masalah: ……
I. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
Masalah keperawatan :
3. Hubungan sosial
Masalah keperawatan :
a. Orang yang berarti : orangtua dan adiknya
Kerusakan komunikasi
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Kerusakan komunikasi
Klien mengatakan sebelum sakit klien sering mengik verbal
Kerusakan interaksi
Uti kegiatan kerja bakti di desanya social
Isolasi sosial
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : ……………………
Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : baik
Masalah keperawatan :
b. Kegiatan ibadah : klien selalu aktif dalam gereja
Distress spiritual
II. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi
Masalah keperawatan :
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Sindroma deficit perawatan diri
(makan, mandi, berpakaian,
toileting, instrumentasi )
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : …………………………………..........
2. Pembicaraan
Cepat Masalah keperawatan :
Masalah keperawatan :
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Risiko tinggi cidera
Intoleransi aktivitas
……………………………………
Defsisit aktifitas
deversional/hiburan
3. Aktivitas Motorik Kerusakan fisik mobilitas
Lesu
Tegang
Gelisah
Agitasi Masalah keperawatan :
4. Alam perasaan
Sedih
Ketakutan
Putus asa
Kuatir
Gembira berlebihan
Jelaskan :
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………….
Masalah keperawatan :
Afek
Risiko tinggi cidera
Datar Kerusakan komunikasi
Kerusakan komunikasi verbal
Tumpul
Kerusakan interaksi sosial
Labil
Tidak sesuai
Jelaskan :
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………….
Persepsi
Masalah keperawatan :
Halusinasi :
Perubahan sensori perceptual
Pendengaran ( pendengaran, penglihatan,
perabaan, pengecapan,
Penglihatan penghidu )
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Jelaskan :
Isi pikir
Obsesi
Masalah keperawatan :
Phobia
Perubahan proses pikir
Hipokondria
Depersonalisasi
Ide yang terkait
Pikiran magis
Arus pikir
Sirkumstansial
Masalah keperawatan:
Tangensial
Perubahan proses pikir
Kehilangan asoaiasi
Flight idea
Blocking
Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan :
……………………………………………………………………………
Tingkat Kesadaran
Bingung
Sedasi Masalah keperawatan :
Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Masalah keperawatan :
Gangguan daya ingat jangka pendek
Perubahan proses
Gangguan daya ingat saat ini pikir
Konfabulasi
Jelaskan : ……………………………………….
……………………………………Tingkat konsentrasi dan berhitung
……………………………………………………..
Nutrisi
(√) Ya () Tidak
Apakah anda memisahkan diri ? Masalah keperawatan :
Perubahan
Ya, jelaskan : .......................................... nutrisi : < dari
(√) Tidak kebutuhan tubuh
Perubahan
Frekuensi makan sehari: 3X nutrisi : > kebutuhan
tubuh
Frekuensi kudapan sehari : ..............X Perubahan
nutrisi : potensial lebih
Nafsu makan :
Meningkat
Menurun
Berlebihan
Sedikit – sedikit
Berat Badan :
Meningkat
Menurun
BB terendah : .......................kg, BB tertinggi : ....................kg
Jelaskan : .............................................................................................
b. Tidur
Apakah ada masalah tidur ? tidak ada masalah dalam tidur
() Ya : Tidak............
Masalah keperawatan :
Sulit untuk tidur
Bangun terlalu pagi Gangguan pola tidur
somnabulisme
terbangun saat tidur
gelisah saat tidur
Berbicara saat tidur
Jelaskan :.........................................................
Ya ( )Tidak
Mengatur penggunaan obat
Ya ( ) Tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan
Ya ( ) tidak
Jelaskan : ...............................
Jelaskan : .............................................................
28 april 2020
Mahasiswa,
( SENTRIANA SENA )
Analisa Data
Intervensi keperawatan
Selasa, 28/4/2020
SP 2 : S:
1) mengevaluasi SP 1 1) klien mengatakan
2) mengajarkan klien kabarnya baik
berinteraksi secara 2) klien mengatakan
bertahap bekenal masih mengingat
3) memasukan ke yang di ajarkan
jadwal harian klien perawat kemarin
yaitu cara tentang
berkenalan
3) klien
mengatakan mau
berkenalan dengan
perawat
O:
1) Klien tampak
lebih semangat
2) kontak mata
mulai ada
3) klien sudah bisa
tersenyum sedikit
4) klien tampak
lebih kooperatif
sebelumnya
A : SP 2 tercapai
1) Klien mampu
mengulang cara
berkenalan cara
berkenalan (SP 1)
2) klien mampu
berkenalan dengan
perawat lain lain
( SP 2)
P:
Klien:
1) Motivasi klien
untuk berkenalan dan
berinteraksi dengan
perawat lain
2) anjurkan klien
untuk memsukan
jadwal harian
Perawat :
1) evaluasi SP 1 dan
SP 2
2) ajarkan klien
untuk berkenalan
dengan orang lain
SP 3 : S:
1) mengevaluasi SP 1 1) klien mengatakan
dan SP 2 perasaanya lebih
2) melatih klien baik dari hari
berinteraksi secara kemarin
bertahap dengan orang 2) klien mengatakan
kedua atau kelompok masih mengingat SP
3) memasukan ke 1 yaitu cara
jadwal harian klien berkenalan dengan
1) perawat yang lain
3) klien mengatakan
mau berkenalan
dengan klien yang
lain
O:
1) Klien lebih
kooperatif dari
sebelumnya
2) kontak mata ada
3) klien tidak bisa
fokus dengan klien
lain karena lebih
terbiasa dengan
perawat
A:
1) klien mampu
mengulang SP 1
yaitu cara berkenalan
dan SP 2 yaitu
berkenalan dengan
perawat lain
2) klien belum
mampu melakukan
sp 3 yaitu berkenalan
dengan klien lain
P:
Klien:
1) Motivasi klien
untuk berkenalan
dengan klien lain
2) ajarkan klien
untuk memasukan ke
jadawal harian
Perawat :
1) evaluasi SP 1 dan
SP 2
2) ulangi tindakan
SP 3 karena belum
optiamal
1)
FORMAT RESUME ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
1. Identitas:
Nama Pasien : Tn.A No. Register :
3. Pengkajian :
Diagnose keperawatan
Intervensi keperawatan
Selasa, 27/4/2020
SP 2 : S:
1) mengevaluasi SP 1 1) klien mengatakan
2) mengajarkan klien kabarnya baik
berinteraksi secara 2) klien mengatakan
bertahap bekenal masih mengingat
3) memasukan ke yang di ajarkan
jadwal harian klien perawat kemarin
yaitu cara tentang
berkenalan
3) klien
mengatakan mau
berkenalan dengan
perawat
O:
1) Klien tampak
lebih semangat
2) kontak mata
mulai ada
3) klien sudah bisa
tersenyum sedikit
4) klien tampak
lebih kooperatif
sebelumnya
A : SP 2 tercapai
1) Klien mampu
mengulang cara
berkenalan cara
berkenalan (SP 1)
2) klien mampu
berkenalan dengan
perawat lain lain
( SP 2)
P:
Klien:
1) Motivasi klien
untuk berkenalan dan
berinteraksi dengan
perawat lain
2) anjurkan klien
untuk memsukan
jadwal harian
Perawat :
1) evaluasi SP 1 dan
SP 2
2) ajarkan klien
untuk berkenalan
dengan orang lain
SP 2 : S:
1) mengevaluasi SP 1 1) klien mengatakan
2) mengajarkan klien kabarnya baik
berinteraksi secara 2) klien mengatakan
bertahap bekenal masih mengingat
3) memasukan ke yang di ajarkan
jadwal harian klien perawat kemarin
yaitu cara tentang
berkenalan
3) klien
mengatakan mau
berkenalan dengan
perawat
O:
1) Klien tampak
lebih semangat
2) kontak mata
mulai ada
3) klien sudah bisa
tersenyum sedikit
4) klien tampak
lebih kooperatif
sebelumnya
A : SP 2 tercapai
1) Klien mampu
mengulang cara
berkenalan cara
berkenalan (SP 1)
2) klien mampu
berkenalan dengan
perawat lain lain
( SP 2)
P:
Klien:
1) Motivasi klien
untuk berkenalan dan
berinteraksi dengan
perawat lain
2) anjurkan klien
untuk memsukan
jadwal harian
Perawat :
1) evaluasi SP 1 dan
SP 2
2) ajarkan klien
untuk berkenalan
dengan orang lain
SP 2 : S:
1) mengevaluasi SP 1 1) klien mengatakan
2) mengajarkan klien kabarnya baik
berinteraksi secara 2) klien mengatakan
bertahap bekenal masih mengingat
3) memasukan ke yang di ajarkan
jadwal harian klien perawat kemarin
yaitu cara tentang
berkenalan
3) klien
mengatakan mau
berkenalan dengan
perawat
O:
1) Klien tampak
lebih semangat
2) kontak mata
mulai ada
3) klien sudah bisa
tersenyum sedikit
4) klien tampak
lebih kooperatif
sebelumnya
A : SP 2 tercapai
1) Klien mampu
mengulang cara
berkenalan cara
berkenalan (SP 1)
2) klien mampu
berkenalan dengan
perawat lain lain
( SP 2)
P:
Klien:
1) Motivasi klien
untuk berkenalan dan
berinteraksi dengan
perawat lain
2) anjurkan klien
untuk memsukan
jadwal harian
Perawat :
1) evaluasi SP 1 dan
SP 2
2) ajarkan klien
untuk berkenalan
dengan orang lain
Kupang ,27-04-2020
Mahasiswa,
( SENTRIANA SENA )
Mengetahui:
( ) ( )