Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Disusun oleh :
Rima Firdaus Zahroh
2021200025

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU ESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2023
1. PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Purba, dkk. 2018).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang
lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2019).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai
perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson,
2017).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 2016). Atau suatu keadaan
dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2017)
2. PENYEBAB
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a.Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman
bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih
sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa
tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
mersaa diperlakukan sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2018) tahap-tahap perkembangan individu dalam berhubungan terdiri
dari:
b.Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis maupun
psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan
rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi hubungannya
dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam
mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan
dengan orang lain pada masa berikutnya.
2.Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal
lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan temantemannya. Konflik
terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak
frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka
dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang
tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya,
maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk
sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan
orang lain.
3.Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman sejenis, yang
mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan
nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan
berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu
dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang tua.
Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan
tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja.

4.Masa Dewasa Muda


Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan interdependen
antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan
mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka
terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan
menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda
adalah saling memberi dan menerima (mutuality).
5.Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya
menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru
yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap
mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan anak.
6.Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik, kehilangan
orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan
tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun kemandirian yang masih
dimiliki harus dapat dipertahankan. a. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan
gangguan tingkah laku.
1.Sikap bermusuhan/hostilitas
2.Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
3.Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pendapatnya.
4.Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak, hubungan
yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama
dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
5.Ekspresi emosi yang tinggi
6.Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat
bingung dan kecemasannya meningkat)
b.Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang
dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
c.Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia
ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan
hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia
adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan
struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
d.Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun
eksternal, meliputi:
1.Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan
stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara.
Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
2.Stressor Biokimia
a.Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf
dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b.Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan dopamin
dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan
dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c.Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia.
Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin.
Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali
dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
d.Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya
adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
3.Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara
individu, lingkungan maupun biologis.
4.Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai
masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan
tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik
mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya
masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan
psikologis individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2018) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping
yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai berikut:
a.Tingkah laku curiga: proyeksi
b.Dependency: reaksi formasi
c.Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
d.Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
e.Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan regras
3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Purba, dkk. (2018) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan
wawancara, adalah:
1.Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2.Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3.Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4.Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5.Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6.Pasien merasa tidak berguna
7.Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
4. RENTANG RESPON

Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial:
1)Respon adaptif
a.Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara
umum berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normalketika
menyelesaikan masalah.
Berikut ini adalah sikap termasuk respon adaptif.
b.Menyendiri, respon yang dibutuh kan seseorang untuk merenungkan apa yang terjadi di
lingkungannya.
c.Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan
perasaan dalam hubungan sosial.
d.Bekerja sama, kemmapuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
e.Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
2)Respon maladaptif
a.Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut
ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif.
b.Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara
trebuka dengan orang lain.
c.Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung
dengan orang lain.
d.Manipulasi seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak
dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
e.Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
5. AKIBAT
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori
halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah
(misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan
realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya
tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana
orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik,
gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi merupakan pengalaman
mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima
perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang
paling umum adalah halusinasi pendengaran.

6. PENATALAKSANAAN

1.Terapi Psikofarmaka
a.Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran
diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-
fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,
berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut
kering, kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom
parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik,
agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit
hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2019).
b.Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam fungsi
kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik,
defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey,
2019).
c.Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson
akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut
kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP),
glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2019).

2.Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi pertemuan
(SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda.
Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien
mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang
lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang
dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih
dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk.
2018)

3.Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2018), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi
secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang
meliputi:
1.Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.
2.Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah
laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3.Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan sesudah
mandi.
4.Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti pakaian.
5.Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan setelah
makan dan minum.
6.Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan kebersihan
diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7.Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga
keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan,
tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
8.Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur. Pada pasien
gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala
primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan
bermasyarakat yang meliputi:
1.Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial
dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan
sebagainya.
2.Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan
sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika
ada kesulitan dan sebagainya.
3.Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan orang lain
seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam
berkomunikasi.
4.Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan orang
lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5.Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban yang harus
dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6.Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan santun
terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat mengendalikan diri
untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak membuang
puntung rokok sembarangan dan sebagainya.

7. POHON MASALAH

8. ASUHAN KEPERAWATAN

8.ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1.Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS ,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2.Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau
tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan
kegiatan sehari – hari , dependen.
3.Factor predisposisi kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang
tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus
sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn,
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4.Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang
dialami oleh klien.
5.Aspek Psikososial
a.Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b.Konsep diri
1.Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan
tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh ,
persepsi negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang ,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.

2.Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan .
3.Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah,
PHK.
4.Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu
tinggi
5.Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan
sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
a.Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social dengan orang
lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
b.Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
6.Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai
pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain ,
Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
7.Kebutuhan persiapan pulang
a.Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b.Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan
merapikan pakaian.
c.Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d.Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah
e.Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8.Mekanisme kopin
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang
lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).

9.Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping
individu : koping defensif.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tgl Diagnosa
Perencanaan
keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi

Isolasi sosial TUM: Setelah 4 x Setelah 2 x 1 menit pertemuan


Intervensi Rasional
15 menit klien klien mampu
1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
dapat berinteraksi membina hubungan percaya merupakan
dengan menggunakan prinsip
dengan orang saling percaya dengan langkah awal untuk
komunikasi terapeutik menentukan
lain perawat keberhasilan
TUK 1: klien a. Sapa klien dengan ramah, baik
1. Klien dapat rencana selanjutnya
dapat membina verbal maupun norverbal
hubungan saling mengungkapkan perasaan
percaya (BHSP) b. Perkenalkan diri dengan
dan keberadaannya secara
sopan
verbal
c. Tanyakan nama lengkap dan
a. Klien mau menjawab
nama panggilan yang disukai
salam
pasien
b. Klien mau berjabat
d. Jelaskan tujuan pertemuan
tangan e. Jujur dan tepati janji
c. Mau menjawab
pertanyaan f. Tunjukan sikap empati dan
d. Ada kontak mata
menerima klien apa adanya
e. Klien mau duduk
berdampingan dengan g. Beri perhatian pada klien dan
perawat perhatikan kebutuhan klien

TUK 2 Klien dapat menyebutkan 1. Berikan kesempatan kepada Dengan


Klien dapat 2.
penyebab isolasi sosial yang klien untuk mengungkapkan mengungkapkan
menyebutkan 3.
penyebab isolasi berasal dari: perasaan penyebab isolasi sosial perasaan, bisa
sosial
a. Diri sendiri atahu tidak mau bergaul. mengetahui
b. Orang lain
Diskusikan bersama klien penyebab isolasi
c. Lingkungan
tentang perilaku menarik diri, sosial
tanda dan gejala.
Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
TUK 3 klien dapat Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien tentang Reinforment dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan 2. meningkatkan
keuntungan dan manfaat
keuntungan dengan orang lain, misalnya harga diri
berhubungan banyak teman, tidak sendiri dan bergaul dengan orang lain
dengan bisa diskusi Beri kesempatan kepada klien
orang untuk mengungkapkan

lain dan kerugian perasaannya tentang keuntungan

3.
tidak berhubungan
berhubungan dengan orang lain
Diskusikan bersama
dengan
klien tentang manfaat
orang berhubungan dengan
orang lain
lain
4. Kaji pengetahuan klien
tentang kerugian bila
tidak berhubungan
dengan orang lain a.
Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcment positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
TUK 4 klien Klien dapat menyebutkan 1. Kaji kemampuan klien Mengetahui sejauh
dapat kerugian tidak berhubungan mana pengetahuan
membina hubungan denga
melaksanakan dengan orang lain misalnya klien tentang
hubungan sosial sendiri, tidak punya teman dan orang lain berhubungan
secara bertahap sepi dengan orang lain.
2. Dorong dan bantu klien untuk
berhubungan dengan orang lain
melalui:
3. Bantu klien mengevaluasi
manfaat berhubungan dengan
orang lain
4. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
5. Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
6. Beri reinforcement atas
kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
TUK 5 klien dapat Klien dapat 1. Dorong klien untuk Agar klien
mengungkapkan mendemonstrasikan hubungan mengungkapkan perasaannya lebih
bila berhubungan dengan orang percaya diri
perasaannya dengan orang lain a. klien- lain untuk
setelah perawat 2. Diskusikan dengan klien berhubunga
berhubungan b. klien-perawat-perawat lain manfaat berhubungan dengan n dengan
c. klien-perawat-perawat lain- orang lain orang lain.
dengan
klien lain 3. Beri reinforCment positif atas Mengetahui
orang d. klien-kelompok kecil kemampuan klien sejauh
lain mengungkapkan perasaan mana
manfaat berhubungan dengan pengetahua
orang lain
n klien
tentang
kerugian
bila tidak
berhubunga
n
dengan orang lain

TUK 6 Klien Klien dapat mengungkapkan 1. BHSP dengan keluarga Agar klien
dapat a. Salam, perkenalkan diri lebih
perasaan setelah berhubungan
memberda b. Sampaikan tujuan percaya diri
yakan dengan orang lain untuk: c. Membuat kontrak
dan tahu
sistem d. Explorasi perasaan keluarga
a. Diri sendiri akibat tidak
pendukun 2. Diskusikan dengan anggota
b. Orang lain berhubunga
g atahu keluarga tentang:
keluarga n dengan
Keluarga dapat: a. Perilaku menarik diri
atahu b. Penyebab perilaku menarik orang lain.
keluarga diri
mampu Mengetahui
sejauh
mana
pengetahua
n tentang
membina
hubungan
dengan

mengembangkan a. Menjelaskan c. Cara keluarga menghadapi orang lain.


kemampuan klien klien yang sedang menarik
perasaannya
untuk diri. Klien mungkin
berhubungan b. Menjelaskan cara dapat mengoobati
3. Dorong anggota keluarga untuk
dengan perasaan tidak
merawat klien menarik memberikan dukungan kepada
orang lain. nyaman, bimbang
diri klien berkomunikasi dengan
klien berkomunikasi dengan karena memulai
c. Mendemonstrasikan hubungan dengan
orang lain.
cara perawatan klien 4. Anjurkan anggota keluarga orang lain.
untuk secara rutin dan bergantian Reinforceiment
menarik diri
mengunjungi klien secara dapat meningkatkan
d. Berpartisipasi dalam kepercayaan diri
perawatan klien menarik bergantian minimal 1x
seminggu. klien.
diri.
5. Beri reinforceiment atas hal-hal
yang telah dicapai oleh keluarga. Dengan dukungan
keluarga, klien
akan merasa
diperhatikan.
Isolasi sosial Pasien Keluarga
SP Ip SP Ik
1. Mengidentifikasi penyebab isos 1. Mendiskusikan
pasien (siapa yang serumah, masalah yang
siapa yang dekat, yang tidak dirasakan keluarga
dekat, dan apa sebabnya) dalam merawat pasien
2. Mengidentifikasi keuntungan 2. Menjelaskan
mempunyai teman dan pengertian, tanda
berinteraksi dengan orang lain gejala yang dialami
3. Mengidentifikasi kerugian tidak pasien beserta proses
mempunyai teman dan tidak terjadinya
berinteraksi dengan orang lain 3. Menjelaskan cara
4. Melatih pasien berkenalan merawat pasien isos
dengan satu orang (pasien, SP II k
perawat atau tamu) 1. Melatih keluarga
5. Membimbing pasien mempraktekkan cara
memasukkan dalam jadwal merawat pasien
kegiatan harian dengan isos
SP IIp 2. Melatih keluarga
1. Menvalidasi masalah dan latihan melakukan cara
berkenalan sebelumnya (berapa merawat langsung
orang dan beri pujian) kepada pasien isos
2. Melatih berkenalan saat SP III k
melakukan kegiatan harian 1. Membantu keluarga
dengan dua orang atau lebih membuat jadwal
(latih 2 kegiatan) aktivitas dirumah
3. Membimbing pasien termasuk minum obat
memasukkan dalam jadwal (discharge planing)
kegiatan harian (berkenalan 2. Menjelaskan follow
dengan 2-3 orang bisa pasien, up pasien setelah
perawat atau tamu pada saat pulang
melakukan kegiatan harian)
SP IIIp
1. Menvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
4. Melatih berkenalan saat
melakukan kegiatan harian
dengan dua orang atau lebih
(latih 2 kegiatan baru)
5. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian (berkenalan
dengan 4-5 orang bisa pasien,
perawat atau tamu pada saat
melakukan kegiatan harian)
SP Ivp
1. Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan, bicara saat
melakukan 4 kegiatan harian,
beri pujian
2. Latih cara bicara sosial ;
meminta sesuatu, menjawab
pertanyaan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan
harian untuk latihan kenalan > 5
orang, orang baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian dan
sosialisasi
SP Vp
1. Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan, bicara saat
melakukan kegiatan harian dan
sosialisasi, beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah
mandiri
4. Nilai apakah isolasi sosial
teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC


Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CHMN (Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Munith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi.

Anda mungkin juga menyukai