Disusun oleh :
Rima Firdaus Zahroh
2021200025
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial:
1)Respon adaptif
a.Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara
umum berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normalketika
menyelesaikan masalah.
Berikut ini adalah sikap termasuk respon adaptif.
b.Menyendiri, respon yang dibutuh kan seseorang untuk merenungkan apa yang terjadi di
lingkungannya.
c.Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan
perasaan dalam hubungan sosial.
d.Bekerja sama, kemmapuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
e.Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
2)Respon maladaptif
a.Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut
ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif.
b.Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara
trebuka dengan orang lain.
c.Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung
dengan orang lain.
d.Manipulasi seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak
dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
e.Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
5. AKIBAT
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori
halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah
(misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan
realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya
tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana
orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik,
gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi merupakan pengalaman
mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima
perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang
paling umum adalah halusinasi pendengaran.
6. PENATALAKSANAAN
1.Terapi Psikofarmaka
a.Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran
diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-
fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,
berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut
kering, kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom
parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik,
agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit
hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2019).
b.Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam fungsi
kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik,
defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey,
2019).
c.Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson
akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut
kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP),
glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2019).
2.Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi pertemuan
(SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda.
Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien
mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang
lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang
dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih
dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk.
2018)
3.Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2018), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi
secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang
meliputi:
1.Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.
2.Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah
laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3.Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan sesudah
mandi.
4.Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti pakaian.
5.Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan setelah
makan dan minum.
6.Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan kebersihan
diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7.Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga
keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan,
tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
8.Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur. Pada pasien
gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala
primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan
bermasyarakat yang meliputi:
1.Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial
dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan
sebagainya.
2.Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan
sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika
ada kesulitan dan sebagainya.
3.Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan orang lain
seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam
berkomunikasi.
4.Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan orang
lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5.Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban yang harus
dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6.Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan santun
terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat mengendalikan diri
untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak membuang
puntung rokok sembarangan dan sebagainya.
7. POHON MASALAH
8. ASUHAN KEPERAWATAN
8.ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1.Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS ,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2.Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau
tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan
kegiatan sehari – hari , dependen.
3.Factor predisposisi kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang
tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus
sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn,
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4.Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang
dialami oleh klien.
5.Aspek Psikososial
a.Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b.Konsep diri
1.Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan
tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh ,
persepsi negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang ,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
2.Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan .
3.Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah,
PHK.
4.Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu
tinggi
5.Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan
sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
a.Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social dengan orang
lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
b.Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
6.Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai
pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain ,
Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
7.Kebutuhan persiapan pulang
a.Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b.Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan
merapikan pakaian.
c.Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d.Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah
e.Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8.Mekanisme kopin
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang
lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).
9.Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping
individu : koping defensif.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari/Tgl Diagnosa
Perencanaan
keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi
3.
tidak berhubungan
berhubungan dengan orang lain
Diskusikan bersama
dengan
klien tentang manfaat
orang berhubungan dengan
orang lain
lain
4. Kaji pengetahuan klien
tentang kerugian bila
tidak berhubungan
dengan orang lain a.
Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcment positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
TUK 4 klien Klien dapat menyebutkan 1. Kaji kemampuan klien Mengetahui sejauh
dapat kerugian tidak berhubungan mana pengetahuan
membina hubungan denga
melaksanakan dengan orang lain misalnya klien tentang
hubungan sosial sendiri, tidak punya teman dan orang lain berhubungan
secara bertahap sepi dengan orang lain.
2. Dorong dan bantu klien untuk
berhubungan dengan orang lain
melalui:
3. Bantu klien mengevaluasi
manfaat berhubungan dengan
orang lain
4. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
5. Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
6. Beri reinforcement atas
kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
TUK 5 klien dapat Klien dapat 1. Dorong klien untuk Agar klien
mengungkapkan mendemonstrasikan hubungan mengungkapkan perasaannya lebih
bila berhubungan dengan orang percaya diri
perasaannya dengan orang lain a. klien- lain untuk
setelah perawat 2. Diskusikan dengan klien berhubunga
berhubungan b. klien-perawat-perawat lain manfaat berhubungan dengan n dengan
c. klien-perawat-perawat lain- orang lain orang lain.
dengan
klien lain 3. Beri reinforCment positif atas Mengetahui
orang d. klien-kelompok kecil kemampuan klien sejauh
lain mengungkapkan perasaan mana
manfaat berhubungan dengan pengetahua
orang lain
n klien
tentang
kerugian
bila tidak
berhubunga
n
dengan orang lain
TUK 6 Klien Klien dapat mengungkapkan 1. BHSP dengan keluarga Agar klien
dapat a. Salam, perkenalkan diri lebih
perasaan setelah berhubungan
memberda b. Sampaikan tujuan percaya diri
yakan dengan orang lain untuk: c. Membuat kontrak
dan tahu
sistem d. Explorasi perasaan keluarga
a. Diri sendiri akibat tidak
pendukun 2. Diskusikan dengan anggota
b. Orang lain berhubunga
g atahu keluarga tentang:
keluarga n dengan
Keluarga dapat: a. Perilaku menarik diri
atahu b. Penyebab perilaku menarik orang lain.
keluarga diri
mampu Mengetahui
sejauh
mana
pengetahua
n tentang
membina
hubungan
dengan