Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

7 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Oleh:
Ummi Kulsum
NIM. 123456789

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk.
2018).Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2019). 
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang
diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif
atau mengancam (Wilkinson, 2017). Isolasi sosial adalah suatu keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap
yang negatif dan mengancam (Twondsend, 2016). Suatu keadaan dimana
seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi
Anna Kelliat, 2017).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 2013 dikutip
Budi Kelliat, 2014). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial (Budi Anna Kelliat, 2011).

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat
penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek.
Menurut Purba, dkk. (2018) tahap-tahap perkembangan individu
dalam berhubungan terdiri dari:
a) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan
antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa
percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan
mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari.
Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa
percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk
berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.
b) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang
mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai
membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi
apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini
dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan
yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga
dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang
interdependen, Orang tua harus dapat memberikan pengarahan
terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem
nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak
mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan,
berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
c) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang
intim dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan
mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari
perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya
hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan
individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada
hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila
remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan
tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.
d) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan
hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua.
Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan
perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta
peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk
membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan
mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada
dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality). 
e) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan
anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat
digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang
dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat
diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang
interdependen antara orang tua dengan anak.
f) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik
kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup,
teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan
tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun
kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.
2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi
untuk mengembangkan gangguan tingkah laku.
a) Sikap bermusuhan/hostilitas
b) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
c) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapatnya.
d) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga,
kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah.
e) Ekspresi emosi yang tinggi
f) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat
bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
3. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
4. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian
pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita
skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya
8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik,
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
5. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal, meliputi:
a) Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat
dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi
sosial.
b) Stressor Biokimia
1) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.
2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan
MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka
menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
3) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan
pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami
penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme,
adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical
seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
4) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-
gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat
merubah stuktur sel-sel otak.
c) Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering
terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun
biologis.
d) Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe
psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan
karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id
maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik
mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini
berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan
anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis
individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2018) strategi koping digunakan pasien
sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu
kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang
sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai
berikut:
1) Tingkah laku curiga: proyeksi
2) Dependency: reaksi formasi
3) Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
4) Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
5) Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
6) Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi,
isolasi, represi dan regrasi.

III. A. POHON MASALAH

Pathway Isolasi Sosial

Sumber: (Keliat, 2016)

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah Keperawatan
a. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik
diri.
b. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan
tidak efektifnya koping individu : koping defensif.
2. Data Yang Perlu Dikaji :
a. Data Subyektif : Pasien mengungkapkan tentang
1) Perasaan sepi
2) Perasaan tidak aman
3) Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
4) Ketidakmampuan berkonsentrasi
5) Perasaan ditolak
b. Data Obyektif :
1) Banyak diam
2) Tidak mau bicara
3) Menyendiri
4) Tidak mau berinteraksi
5) Tampak sedih
6) Ekspresi datar dan dangkal
7) Kontak mata kurang

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
b. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu : koping defensif.
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN
Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan keperawatan TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
selama 3 x 24 jam Klien dapat berinteraksi Klien
dengan orang lain baik secara individu SP 1                                             
maupun secara berkelompok dengan 1. Bina hubungan saling percaya
kriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab isolasi sosial
1. Klien dapat membina hubungan saling SP 2            
percaya. 1. Diskusikan bersama Klien
2. Dapat menyebutkan penyebab isolasi keuntungan berinteraksi dengan
sosial. orang lain dan kerugian tidak
3. Dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
berhubungan dengan orang lain. 2. Ajarkan kepada Klien cara
4. Dapat menyebutkan kerugian tidak berkenalan dengan satu orang
berhubungan dengan orang lain. 3. Anjurkan kepada Klien untuk
5. Dapat berkenalan dan bercakap-cakap memasukan kegiatan berkenalan
dengan orang lain secara bertahap. dengan orang lain
6. Terlibat dalam aktivitas sehari-hari. dalam jadwal kegiatan harian
dirumah
SP 3
1. Evaluasi pelaksanaan dari jadwal
kegiatan harian Klien
2. Beri kesempatan pada Klien
mempraktekan cara berkenalan
dengan dua orang
3. Ajarkan Klien berbincang-bincang
dengan dua orang tetang topik
tertentu
4. Anjurkan kepada Klien untuk
memasukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan harian
dirumah
SP 4
1. Evaluasi pelaksanaan dari jadwal
kegiatan harian Klien
2. Jelaskan tentang obat yang diberikan
(Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek
samping obat)
3. Anjurkan Klien memasukan kegiatan
bersosialisasi dalam  jadwal  kegiatan
harian dirumah
4. Anjurkan Klien untuk bersosialisasi
dengan orang lain
Keluraga
1. Diskusikan masalah yang dirasakan
kelura dalam merawat Klien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
isolasi sosial yang dialami Klien dan
proses terjadinya
3. Jelaskan dan latih keluarga cara-cara
merawat Klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA
1. Beri obat-obatan  sesuai program
2. Pantau keefektifan dan efek sampig
obat yang diminum
3. Ukur vital sign secara periodik

TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN
1. Libatkan dalam makan bersama
2. Perlihatkan sikap menerima dengan
cara melakukan kontak singkat tapi
sering
3. Berikan reinforcement positif  setiap
Klien berhasil melakukan suatu
tindakan
4. Orientasikan Klien pada waktu,
tempat, dan orang sesuai
kebutuhannya

Gangguan konsep diri: Setelah dilakukan tindakan asuhan TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK


harga diri rendah keperawatan selama 3 x pertemuan klien Pasien:
berhubungan dengan mempunyai konsep diri yang positif 1. Bina hubungan saling percaya
tidak efektifnya koping dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kemampuan dan aspek
individu: koping defensif. 1. Dapat membina hubungan saling positif yang dimiliki klien (individu,
percaya keluarga, dan masyarakat)
2. Dapat mengidentifikasi aspek positif 3. Antu klien menilai kemampuan klien
yang dimiliki yang dapat digunakan
3. Dapat mengembangkan kemampuan 4. Bantu klien memilih kegiatan dan
yang telah diajarkan melatih sesuai dengan kemampuan
4. Dapat terlibat dalam terapi aktivitas klien
kelompok orientasi realita dan 5. Melatih kemampuan kedua
stimulasi persepsi 6. Anjurkan klien memasukan dalam
5. Dapat mengikuti aktivitas di rumah jadwal kegiatan harian
6. Dapat minum obat dengan bantuan Keluarga:
minimal 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
keluargadalam merawat klien
2. Jelaskan pengertian, tanda, dan gejala
harga diri rendah yang dialami klien
beserta proses terjadinya
3. Jelaskan cara-cara merawat klien
harga diri rendah
4. Latih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada klien harga
diri rendah dirumah
5. Bantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum
obat
6. Jelaskan follow up klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA
1. Berikan obat-obatan sesuai program
pengobatan klien
2. Pantau keefektifan dan efek samping
obat yang diminum
3. Ukur VS secara periodic

TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN
1. Bersikap menerima klien dan
negativismenya
2. Libatkan klien dalam setiap aktivitas
dirumah dan di lingkungan
3. Beri kesempatan pada klien untuk
mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya sendiri misalnya merapikan
tempat tidur, membersihkan alat
makan, dan minum obat
4. Berikan umpan balik positif untuk
tugas-tugas yang dilakukan secara
mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Anna Budi Keliat, SKp. 2016. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Anonim. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada
tanggal 10 Mei 2022 pada 
http://nurse87.wordpress.com/2020/06/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-isolasi-sosial/

Keliat Budi Ana. 2017. Proses  Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta :


EGC

Kusumawati dan Hartono. 2013. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:Salemba


Medika

Nita Fitria. 2018. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun. 2014. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi
(API). Jakarta:Fajar Interpratama.

Stuart dan Sundeen. 2015. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta :EGC .

Anda mungkin juga menyukai