KEPERAWATAN JIWA
ISOLASI SOSIAL
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
A. MASALAH UTAMA
Gangguan masalah Isolasi Sosial
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba,
dkk. 2018).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2019).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang
diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif
atau mengancam (Wilkinson, 2017).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (
Twondsend, 2016).
2. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,
akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat
pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian
dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa
tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa
ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada
orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat
sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek.
Menurut Purba, dkk. (2018) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari:
b. Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara
ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang
mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi
hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi yang
mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini
akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada
masa berikutnya.
2. Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai
mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan
teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu
dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan
yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua
harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat
ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan,
berkompetensi dan berkompromi dengan
dengan orang lain.
3. Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan
teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk
mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan
kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang
tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan
keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan
tertekan maupun tergantung pada remaja.
Interdependen
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian
masalah yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya lingkungannya yang umum berlaku dan lazim dilakukan oleh
a. Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
b. Stressor presipitasi
1. Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan
faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya
karena dirawat di rumah sakit.
2. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan
untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan
tingkat tinggi.
(Prabowo, 2014: 111)
7. Mekanisme koping
8. Penatalaksanaan
Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham,
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang
yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN
keperawatan selama 3 x 24 PSIKOTERAPEUTIK
jam Klien dapat berinteraksi dengan § Klien
orang lain baik secara individu SP 1
maupun secara berkelompok o Bina hubungan saling percaya
dengan kriteria hasil : o Identifikasi penyebab isolasi
§ Klien dapat membina hubungan sosial
saling percaya. SP 2
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
§ Beri obat-obatan sesuai
program
§ Pantau keefektifan dan efek
sampig obat yang diminum
§ Ukur vital sign secara periodik
TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN
§ Libatkan dalam makan bersama
§ Perlihatkan sikap menerima
dengan cara melakukan kontak
singkat tapi sering
§ Berikan reinforcement positif
setiap Klien berhasil melakukan
suatu tindakan
§ Orientasikan Klien pada waktu,
tempat, dan orang sesuai
kebutuhannya
Gangguan konsep diri: Setelah dilakukan tindakan asuhan TINDAKAN
harga diri rendah keperawatan selama 3 x pertemuan PSIKOTERAPEUTIK
berhubungan dengan klien mempunyai konsep diri yang Pasien:
tidak efektifnya koping positif dengan criteria hasil: § Bina hubungan saling percaya
individu : koping § Dapat membina hubungan saling § Identifikasi kemampuan dan
defensif. percaya aspek positif yang dimiliki klien
§ Dapat mengidentifikasi aspek (individu, keluarga, dan
positif yang dimiliki masyarakat)
§ Dapat mengembangkan § Antu klien menilai kemampuan
kemampuan yang telah diajarkan klien yang dapat digunakan
§ Dapat terlibat dalam terapi § Bantu klien memilih kegiatan
aktivitas kelompok orientasi realita dan melatih sesuai dengan
dan stimulasi persepsi kemampuan klien
§ Dapat mengikuti aktivitas di § Melatih kemampuan kedua
rumah § Anjurkan klien memasukan
§ Dapat minum obat dengan dalam jadwal kegiatan harian
bantuan minimal Keluarga:
§ Diskusikan masalah yang
dirasakan keluargadalam merawat
klien
§ Jelaskan pengertian, tanda, dan
gejala harga diri rendah yang
dialami klien beserta proses
terjadinya
§ Jelaskan cara-cara merawat
klien harga diri rendah
§ Latih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada klien
harga diri rendah dirumah
§ Bantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat
§ Jelaskan follow up klien
klien
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
§ Berikan obat-obatan sesuai
program pengobatan klien
§ Pantau keefektifan dan efek
samping obat yang diminum
§ Ukur VS secara periodic
TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN
§ Bersikap menerima klien dan
negativismenya
§ Libatkan klien dalam setiap
aktivitas dirumah dan di
lingkungan
§ Beri kesempatan pada klien
untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya sendiri
misalnya merapikan tempat tidur,
membersihkan alat makan, dan
minum obat
§ Berikan umpan balik positif
untuk tugas-tugas yang dilakukan
secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati dan Hartono . 2013 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Stuart dan Sundeen . 2015 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Keliat Budi Ana. 2017. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Anna Budi Keliat, SKp. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Anonim. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada
tanggal 24 Juli 2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-isolasi-sosial/
Nita Fitria. 2018. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat. Jakarta: Salemba Medika.
Rasmun, (2014). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API).
Jakarta : fajar Interpratama.