1
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
2
b. Stressor biokimia
1) Teori Dopamine
Kelebihan dopamine pada mesokortikal dan mesolimbik serta
tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
2) Menurunnya MAO ( Mono Amino Oksidasi ) didalam darah akan
meningkatkan dopamine dalam otak.
3) Faktor endokrin
Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena
dihambat oleh dopamin.
4) Viral hipotesis
Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah struktur sel-sel
otak.
c. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia
sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun
biologis.
d. Stressor Psikologis
Kesemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
4. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
3
individu dalam menjalani hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi-bayi akan memberikan rasa tidak aman yang akan
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang
hangat sangat penting pada masa ini, agar anak tidak merasa
diperlakukan sebagai objek. Menurut Purba, dkk (2008) tahap-tahap
perkembangan individu dalam berhubungan terdiri dari :
1) Masa bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhna biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan
antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan percaya
yang mendasar hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi
hubungannya dengan lingkungan dikemudian hari. Bayi yang
mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada
masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan
orang lain pada masa berikutnya.
2) Masa kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang
mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai
membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi
apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat
membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang
konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen,
orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah
laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus
diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk
sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi
dan berkompromi dengan orang lain.
4
3) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang
intim dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan
mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari
perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya
hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi
hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan
individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada
hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila
remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan
tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.
4) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta
mempertahankan hubungan interdependen antara teman sebaya
maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan
mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan
orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap
untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan
mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada
dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality).
5) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya,
ketergantungan anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan
ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru
yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan
dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang
interdependen antara orang tua dengan anak.
6) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik
kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup,
5
teman maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan
tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun
kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku antara lain :
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak.
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapatnya.
4) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaraan anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga,
kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka engan
musyawarah.
5) Ekspresi emosi yang tinggi.
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat
bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu
keluarga seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan
sosial.
d. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarganya menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada
kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia
adalah 58 %, sedangkan bagi kembar dizigot presentasenya 8%.
Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
6
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik,
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Purba, dkk (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara, adalah :
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain.
d. Pasien merasa bosam dan lambat menghabiskan waktu.
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
f. Pasien merasa tidak berguna.
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat
normal sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-
fungsi mental : faham halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial
dan melakukan kegiatan rutin.
Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia
akut, akathsia sindrom pasrkinson). Gangguan endokrin
(amenotrhe). Metabolik (soundiee). Hematologik, agranulosis,
biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi
terhadap penyakit hati, penyakut darah, epilepsi, kelainan jantung
(Andrey, 2010).
7
2) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki
efek samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan infra meninggi, gangguan
irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit
darah, epilepsi, kelainan jantung (Andrey, 2010).
3) Trihexyphenidil (THP)
4) Segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, takikardi, dilatasi ginjal, retensi urine. Kontrainsikasi
terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut
sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari 3 SP dengan
masing-masing pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat
mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, berdiskusi dengan pasien
mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak
berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain ke
dalam kegiatan harian.
Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua
8
orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukan ke dalam
jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk, 2008).
c. Terapi Kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedaka
menjadi :
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang meliputi :
Bangun tidur, buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK).
Waktu mandi yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam
kegiatan mandi dan sesudah mandi, ganti pakaian, makan dan
minum, menjaga kebersihan diri, menjaga keselamatan diri, pergi
tidur.
2) Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan
sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi :
kontak sosial terhadap teman, kontak sosial terhadap petugas,
kontak mata waktu berbicara, bergaul, mematuhi tata tertib, sopan
santun, menjaga kebersihan lingkungan.
7. Psikopatologi
a. Rentang Respon Sosial
9
Keterangan dari rentang respon sosial :
1) Solitut (menyendiri) : solitut atau menyendiri merupakan respon
yang dibutuhkan seseorang untuk merenungi apa yang telah
dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara untuk
menentukan langkahnya.
2) Otonomi : kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Kebersamaan (Mutualisme) : perilaku saling ketergantungan dalam
membina hubungan interpesonal.
4) Saling ketergantungan (Interdependen) : suatu kondisi dalam
hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk
saling memberi dan menerima.
5) Kesepian : kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak
adanya perhatian dengan orang lain atau lingkungannya.
6) Menarik diri : kondisi dimana seseorng tidak dapat
mempertahankan hubungan dengan orang lain atau lingkungannya.
7) Ketergantungan (Dependent) : suatu keadaan individu yang tidak
menyendiri, tergantung pada orang lain.
8) Manipulasi : individu berinteraksi dengan diri sendiri atau pada
tujuan bukan beriorientasi pada orang lain/tidak dapat dekat
dengan orang lain.
9) Impulsive : keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan
sesuatu, mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat
diandalkan.
10) Narkisme : secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian. Individu akan marah jika orang lain tidak
mendukungnya.
10
b. Pohon Masalah
Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
Defisit
Isolasi Sosial
Perawatan Diri
8. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
b. Isolasi Sosial : menarik diri
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
9. Intervensi Keperawatan
a. Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
Tujuan : klien mampu mengontrol halusinasi
Kriteria hasil :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenal halusinasi : jenis, isi, waktu, dan frekuensi
halusinasi, respon terhadap halusinasi, dan tindakan yang sudah
dilakukan.
3) Klien dapat menyebutkan dan mempraktekan cara mengontrol
halusinasi yaitu dengan menghardik, bercakap-cakap dengan orang
lain, terlibat atau melakukan kegiatan, dan minum obat.
4) Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
5) Klien dapat ,inum obat dengan bantuan minimal.
6) Mengungkapkan halusinasi sudah hilang atau terkontrol.
11
Intervensi Keperawatan :
SP 1
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
3) Identifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi yang menimbulkan
halusinasi, respon klien terhadap halusinasi.
4) Ajarkan klien menghardik halusinasi.
5) Anjurkan klien memasukan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian.
SP 2
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Latih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
3) Anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
SP 3
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Latih klien mengendalikan halusinasi denhan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan klien dirumah).
3) Anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
SP 4
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur.
3) Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4) Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
5) Anjurkan klien mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi
yang sudah diajarkan.
6) Anjurkan klien memilih salah satu cara mengontrol halusinasi yang
sesuai.
12
b. Isolasi sosial : menarik diri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x pertemuan klien
dapat berinteraksi dengan orang lain baik secara individu maupun
berkelompok.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
3) Dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4) Dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan sengan orang lain.
5) Terlibat dalam aktivitas sehari-hari
Intervensi Keperawatan :
Psikoterapeutik klien
SP 1
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Identifikasi penyebab isolasi sosial.
3) Diskusikan bersama klien tentang keuntungan dan kerugian dalam
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain.
4) Ajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang.
5) Anjurkan pada pasien untuk memasukan kegiatan berkenalan
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah.
SP 2
1) Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian klien.
2) Beri kesempatan pada klien mempraktekan cara berkenalan dengan
dua orang.
3) Ajarkan klien berbincang-bincang dengan dua orang tentang topik
tertentu.
4) Anjuran pada klien untuk memasukan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian klien.
SP 3
1) Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian klien.
13
2) Beri kesemapatan pada klien mempraktekan cara berkenalan
dengan 4 orang.
3) Berikan reinforcement positif.
SP 4
1) Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian klien.
2) Jelaskan tentang obat yang diberikan (jenis, dosis, waktu, manfaat,
dan efek samping obat).
3) Anjurkan pada klien untuk bersosialisasi dengan individu atau
kelompok.
4) Anjurkan klien memasukan kegiatan besosialisasi dalam jadwal
kegiatan harian klien.
5) Berikan reinforcement positif.
14
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
NIM : 1240212018088
Nama : Tn.B
Alamat : latuhalat
Pendidikan SMA
B. Riwayat Keluarga
Genogram
Genogram :
15
Perempuan
Laki-laki
pasien
meninggal
tinggal serumah
garis keturunan
garis perkawinann
Riwayat Pekerjaan
16
- Klien mengatakan jika ada masalah selalu diam.
G. Tijauan Sistem
INTEGUMEN :
Pruritus : □ Ya □ Tidak
17
Perubahan Rambut : □ Ya □ Tidak
HEMOPEATIK
Anemia : □ Ya □ Tidak
KEPALA
Pusing : □ Ya □ Tidak
MATA
Nyeri : □ Ya □ Tidak
Kabur : □ Ya □ Tidak
Konjungtiva : □ Ya □ Tidak
TELINGA
Vertigo : □ Ya □ Tidak
18
Sakit tenggorokan : □ Ya □ Tidak
Karies : □ Ya □ Tidak
LEHER
Kekakuan : □ Ya □ Tidak
PERNAFASAN
Batuk : □ Ya □ Tidak
Sputum : □ Ya □ Tidak
KARDIOVASKULER
GASTROINTESTINAL
Hematemesis : □ Ya □ Tidak
19
Diare : □ Ya □ Tidak
Konstipasi : □ Ya □ Tidak
PERKEMIHAN
MUSKUSKELETAL
Kekakuan : □ Ya □ Tidak
Kram : □ Ya □ Tidak
STATUS FUNGSIONAL
Mandiri Tergant
Nilai ung
No Aktivitas
(1) Nilai
(0)
1. Mandi di kamar mandi ( Menggosok, membersihkan dan 1
mengeringkan badan
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan menggunakannya 0
3. Memakan makanan yang disiapkan 1
4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri ( Menyisir 1
rambut, mencuci rambaut, menggosok gigi, mencukur kumis )
5. BAB di WC ( memberikan dan mengeringkan daerah bokong ) 1
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses 1
7. Membuang air kecil di kamar mandi ( Membersihakan dan 1
mengeringkan daerah kemaluan )
8. Dapat mengontrol pengeluaran kemih 1
9. Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluar rauangan 1
20
tanpa alat bantu, seperti tongkat
10. Menjalankan agama sesuai agama dan kepercayaan yang di 1
anut
11. Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur, 0
mencuci pakaian, memasak dan membersihakn ruangan
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga 1
13. Mengelola keuangan ( menyimpan dan mengunakan uang 0
sendiri )
14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk berpergian 0
15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan 0
( takaran obat dan waktu minum obat tepat )
16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan 1
keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas sosialnyg
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan
17. Melakukan aktivitas di waktu luang ( kegiatan keagamaan, 1
sosial, rekreasi, olah raga dan menyalurkan hoi.
Jumlah
Analisis Hasil :
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan
21
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
22
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang
terdiri dari 3 langkah
Ambil bolpoin ditangan anda, ambil kertas, menulis
saya mau tidur
1. Ambil bolpoin
2. Ambil ketas
3. ................
4. Perintah klien untuk melakukan hal tersebut
5. Perintahkan pada klien untuk menulis atau
kalimat dan menyalin.
Total 30
Analis hasil :
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : probbable gangguan kognitif
Nilai 0 – 16 : Difinitif gangguan
Inventaris Depresi Beck ( IDB )
:......................................................................
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
23
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
F. TIdak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya dan
in membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
24
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Analis Hasil
0-6 Depresi tidak ada atau minimal
7-13 Depresi ringan
14-21 Depresi sedang
22-39 Depresi berat
25
FORMAT ANALISA MASALAH
No Data Masalah
DS :
Isolasi Sosial : Menarik Diri
- Klien mengatakan sejak SD kelas
3 lebih nyaman menyendiri.
- Klien mengatakan jika ada
masalah selalu diam.
- Klien mengatakan tidak
mempunyai banyak teman.
DO :
- Klien tampak menyendiri
- Frekuensi suara lambat dan pelan.
- Bicara sedikit dan singkat
- Menjawab pertanyaan seadanya
saja
- Tidak ada kontak mata
Tampak tidak mau bergabung
dengan teman-temannya.
26
INTERVENSI
Diagnosa Tujuan
No Intervensi
Keperawatan
Isolasi Sosial : Setelah dilakukan a. Membina hubungan
Menarik Diri
tindakan keperawatan saling percaya
selama 2x pertemuan dengan
diharapkan klien dapat menggunakan
berinteraksi dengan komunikasi
orang lain baik secara terapeutik.
individu maupun b. Mengidentifikasi
berkelompok dengan penyebab isolasi
kriteria hasil : sosial.
1) Klien dapat membina c. Mendiskusikan
hubungan saling bersama klien
percaya. tentang keuntungan
2) Dapat menyebutkan dan kerugian dalam
penyebab isolasi berinteraksi dan
sosial. tidak berinteraksi
3) Dapat menyebutkan dengan orang lain.
keuntungan d. Mengajarkan klien
berhubungan dengan cara berkenalan
orang lain. dengan satu orang.
4) Dapat menyebutkan e. Memasukan dalam
kerugian tidak jadwal latihan
berhubungan sengan harian.
orang lain. f. Mengevaluasi
5) Terlibat dalam pelaksanaan dari
aktivitas sehari-hari jadwal kegiatan
harian klien.
g. Memberi
27
kesempatan pada
klien mempraktekan
cara berkenalan
dengan dua orang.
h. Mengajarkan klien
berbincang-bincang
dengan dua orang
tentang topik
tertentu.
i. Menganjurkan pada
klien untuk
memasukan dalam
jadwal kegiatan
harian.
28
dari jadwal kegiatan harian mengatakan
klien.
tidak
7. Memberi kesempatan pada
klien mempraktekan cara mempunyai
berkenalan dengan dua
banyak teman.
orang.
8. Mengajarkan klien O :
berbincang-bincang dengan
-Klien tampak
dua orang tentang topik
tertentu. menyendiri
9. Menganjurkan pada klien
-Frekuensi suara
untuk memasukan dalam
jadwal kegiatan harian. lambat dan
pelan.
-Bicara sedikit
dan singkat
-Menjawab
pertanyaan
seadanya saja
A:
masalah belum
tercapai. Pasien
masih Isolasi
Sosial : Menarik
Diri diam belum
mampu
berkenalan dengan
teman-temannya.
P:
Perawat :
-Ulangi intervensi
-Edukasi cara
berkenalan
dengan 1 orang.
Klien :
29
Motivasi klien
untuk berkenalan
dengan 1 orang.
24 Isolasi Sosial : 1. Membina hubungan saling S:
novembe Menarik Diri percaya dengan
Klien
r 2020 menggunakan komunikasi
Pukul terapeutik. mengatakan
1116 : 00 2. Mengidentifikasi penyebab
sudah berkenalan
wit isolasi sosial.
3. Mendiskusikan bersama dengan 2 orang
klien tentang keuntungan
namun tidak
dan kerugian dalam
berinteraksi dan tidak menceritakan
berinteraksi dengan orang
tentang topik
lain.
4. Mengajarkan klien cara tertentu.
berkenalan dengan satu
O:
orang.
5. Memasukan dalam jadwal -Pasien tampak
latihan harian.
lebih senang.
6. Mengevaluasi pelaksanaan
dari jadwal kegiatan harian -Pasien tampak
klien.
gabung dengan
7. Memberi kesempatan pada
klien mempraktekan cara teman-
berkenalan dengan dua
temannya
orang.
8. Mengajarkan klien A:
berbincang-bincang dengan
Masalah teratasi.
dua orang tentang topik
tertentu. Pasien mampu
9. Menganjurkan pada klien
berkenalan
untuk memasukan dalam
jadwal kegiatan harian. dengan 2 orang
P : intervensi
dihentikan
30