Anda di halaman 1dari 14

Rocky R.

Hutapea
50120110048

LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
1. Tinjauan Teoritis
a. Definisi Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang
terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan
perilaku maladaptif dan menggangu fungsi seseorang dalam hubungan
sosial (Depkes RI, 2000)
Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam
aktivitas bersama orang lain tetapi tidak mampu mewujudkannya. Isolasi
sosial merupakan kondisi yang subjektif seluruh kesimpulan yang dibuat
berkaitan dengan perasaan sunyi yang dirasakan individu harus divalidasi
karena penyebabnya bisa bermacam-macam dan cara individu
menunjukannya beragam (Carpenito, 2009).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan
negatif atau mengancam. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang
individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Nanda, 2012)
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang
lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Pasien mengalami
kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup berbagi pengalaman
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Trimelia, 2011). Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari

Rocky R. Hutapea
50120110048

interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain


(Kowlin, 1993)
b. Etiologi
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut
Stuart dan Sundeen (2007) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2012), belum
ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi isolasi sosial adalah faktor predisposisi dan faktor
presipitasi.
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial.
Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
didahului individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat
masa perkembangan selanjutnya. Pada masa dewasa akhir,
kehidupan seseorang akan mengalami banyak perubahan,
baik saat akibat penurunan kemampuan fisik, perubahan
status individu, kehilangan pasangan hidup, kehilangan
komunikasi dengan anak, sehingga menyebabkan

peningkatan ketergantungan dengan orang lain.


Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung untuk terjadinya gangguan hubungan sosial,
seperti adanya komunikasi yang tidak jelas (double bind)
yaitu suatu keadaan dimana individu menerima pesan yang
saling bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi

emosi yang tinggi di setiap berkomunikasi.


Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan
berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena normanorma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti

anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan social.


Faktor biologis

Rocky R. Hutapea
50120110048

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan


jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga
yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia.
Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila
salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%,
sedangkan bagi kembar dizigot perentasenya 8%.
2. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat
ditimbulkan oleh faktor internal maupun eksternal.
Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, dipenjara. Semua ini dapat

menimbulkan isolasi sosial.


Stressor biokimia
Teori dopamin: kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.
Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) di dalam darah
akan meningkatkan dopamine dalam otak. Karena salah satu
kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan
dopamine, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan

indikasi terjadinya skizofrenia.


Faktor endokrin: jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan
pada klien skizofrenia. Demikian pula prolactin mengalami
penurunan karena dihambat.

c. Tanda dan Gejala


Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang
dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang

lain
Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang
lain

Rocky R. Hutapea
50120110048

Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu


Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
Pasien merasa tidak berguna
Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Kontak mata kurang atau tidak mau mentap lawan bicara.
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya
rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang
lain. Bila tidak diberikan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan
perubahan persepsi sensori : halusinasi dan resiko tinggi menyederai diri
sendiri, orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang
lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa
berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara
mandiri. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan
oleh ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya,
sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal (koping individu tidak
aktif).
d. Patofisiologi
Menurut Stuart and Sundeen (1998). Salah satu gangguan berhubungan
sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi social yang disebabkan oleh
perasaan tidak berharga, yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang
Etiologikekecewaan
:
penuh dengan permasalahan, ketegangan,
dan kecemasan.
Faktor Predisposisi &
Perasaan tidak berharga
menyebabkan klien makin sulit dalam
Faktor Preptasi

mengembangan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi


atau mundur, mengalami penurunan
dalam
Gangguan
Tugas aktifitas dan kurangnya perhatian
Perkembangan:

terhadap penampilan dan kebersihan diri.

Tahap Dewasa akhir

Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu
serta tingkah laku primitive antara
lain
pembicaraan
yang autistic dan tingkah laku
Internal
stressor
&
external stressor :
yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi

(Dalami, 2009)
Patoflow :

Inefectieve coping (Koping


individu tidak efektif)

Perubahan Perilaku
Psikososial

Menarik diri dari Sosial

Gangguan
Sensori Presepsi

Isolasi
Sosial

Defisit Perawatan Diri

Rocky R. Hutapea
50120110048

e. Komplikasi
Komplikasi yang mugkin di timbulkan pada klien dengan isolasi social
1. Gangguan sensori presepsi: halusinasi
2. Defisit perawatan diri
2. Tinjauan Teoritis Keperawatan
a. Pengkajian
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial, kita dapat menggunakan
wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga
1. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor predisposisi terjadinya gangguan hubungan sosial,
adalah :
Faktor Perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak
terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak
terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial maladaktif.
System keluarga yang terganggu dapat menunjang
perkembangan respon social maladaktif. Norma keluarga yang
tidak mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain diluar
keluarga

Rocky R. Hutapea
50120110048

Faktor Biologis
Genetic merupakan salah satu faKtor pendukung gangguan
jiwa. Berdasarkan hasil penelitian, pada penderita skizofrenia 8%
kelainan pada struktur otak, seperti atrofi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur lmbik

diduga dapat menyebabkan skizofrenia.


Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan
berhubungan. Ini akibat dan norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat, dan

penyakit kronik.
Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Dalam teori ini termasuk masalah komunikasi yang tidak
jelas yaitu suatu keadaan dimana seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan,
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat

untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.


2. Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas. Stressor presipitasi dapat dikelompokkan dalam kategori
Stressor Sosial Budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor
lain dan faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit
keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam

kehidupannya, misalnya dirawat di rumah sakit.


Stressor Psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan
orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu mengatasi masalah
diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan

berhubungan (isolasi sosial)


3. Perilaku

Rocky R. Hutapea
50120110048

Adapun perilaku yang bisa mucul pada isolasi sosial berupa :


kurang spontan, apatis (kurang acuh terhadap lingkungan), ekspresi
wajah kurang berseri (ekspresi sedih), afek tumpul. Tidak merawat
dan memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau
tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat,
mengisolasi diri (menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dan
orang lain, tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.
Pemasukan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feses,
aktivitas menurun, kurang energi (tenaga), harga diri rendah, posisi
janin saat tidur, menolak hubungan dengan orang lain. Klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
4. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaktif
termasuk : keterlibatan dalam berhubungan yang luas di dalam
keluarga

maupun

teman,

menggunakan

kreativitas

untuk

mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, music, atau


tulisan.
5. Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah
regresi, represi, dan isolasi.

Regresi adalah mundur kemasa perkembangan yang telah lain

Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak


dapat diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di
kesadaran.

Isolasi

adalah

mengakibatkan

mekanisme

mental

timbulnya

kegagalan

tidak

sadar

defensif

yang
dalam

menghubungkan perilaku dengan motivasi atau pertentangan


antara sikap dan perilaku (Mukhripah Damaiyanti dan
Iskandar,2012).
6. Tanda dan Gejala

Rocky R. Hutapea
50120110048

Gejala Subjektif :
3. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang
lain.
4. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
5. Respons verbal kurang dan sangat singkat.
6. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang

lain.
7. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
8. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
9. Klien merasa tidak berguna
10. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
11. 9) Klien merasa ditolak.
Gejala Objektif :
Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
Tidak mengikuti kegiatan.
Banyak berdiam diri dikamar.
Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang

terdekat.
Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
Kontak mata kurang.
Kurang spontan.
Apatis (acuh terhadap lingkungan).
Ekspresi wajah kurang berseri.
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
Mengisolasi diri.
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
Masukan makan dan minuman terganggu.
Aktivitas menurun.
Kurang energy (tenaga).
Rendah diri.
Postur tubuh berubah, misalnya sikap fectus/janin (khususnya pada

posisi tidur) (Yosep,2011).


b. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Defisit perawatan diri
3. Gangguan Sensori Presepsi : Halusinasi

Rocky R. Hutapea
50120110048
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
NamaKlien

No CM

DX Medis

Ruangan

Perencanaan
T
gl

N
o
D
x

DiagnosaKepe
rawatan

Isolasisosial

Tujuan

KriteriaHasil

Intervensi

Rasional

TUM :
Kliendapatberinteraksidengan
orang lain

TUK :
1.

Kliendapatmembinahubungan
salingpercaya

2.

Klienmampumenyebutkanpen
yebabmenarikdiri

1. Setelah kali
interaksiklienmenunjukkantandatandapercayakepadaperawat :
o
Wajahcerah, tersenyum
o
Mau berkenalan
o
Ada kontakmata
o
Bersediamenceritakanperasa
an
o
Bersediamengungkapkanmas
alahnya

2.

Setelah kali
interaksikliendapatmenyebutka
n minimal
satupenyebabmenarikdiri :
o
Dirisendiri
o
Orang lain
o
Lingkungan

1.

Binahubungansalingpercayadengan :
Berisalamsetiapberinteraksi
Perkenalkannama,
namapanggilanperawatdantujuanperawatb
erkenalan
Tanyakandanpanggilannamakesukaanklie
n
Tunjukkansikapjujurdanmenepatijanjisetia
p kali berinteraksi
Tanyakanperasaankliendanmasalah yang
dihadapiklien
Buat kontrakinteraksi yang jelas
Dengarkandenganpenuhperhatianekspresi
perasaanklien
2. Tanyakanpadakliententang :

Orang yang tinggalserumah /


temansekamarklien
Orang yang paling dekatdenganklien di
rumah / di ruangperawatan
Apa yang membuatkliendekatdengan orang
tersebut
Orang yang tidakdekatdenganklien di
rumah / di ruangperawatan
Apa yang membuatklientidakdekatdengan
orang lain
Upaya yang sudahdilakukan agar
dekatdengan orang lain

Merupakan langkah pertama dalam


membantu klien belajar berinteraksi
dengan orang lain. Disamping itu
kepercayaan merupakan dasar
hubungan terapeutik dan kejujuran
mendorong klien untuk bisa terbuka

Mendapatkan data dasar mengenai


klien dan orang-orang yang
berpengaruh terhadap kondisi klien

Rocky R. Hutapea
50120110048
2.2. Diskusikandenganklienpenyebab
menarikdiriatautidakmaubergauldengan orang
lain.
2.3. Beripujianterhadapkemampuanklienmengungk
apkanperasaannya

3.

4.

5.

Klienmampumenyebutkankeu
ntunganberhubungan social
dankerugianmenarikdiri

Kliendapatmelaksanakanhub
ungan sosialsecarabertahap

Klienmampumenjelaskanpera
saannyasetelahberhubungan
sosial

3. Setelah kali
interaksidengankliendapatmenyeb
utkan
keuntunganberhubungan social,
misal :
o
Banyakteman
o
Bisadiskusi
o Salingmenolong,
dankerugianmenarikdiri,
misalnya :
o
Sendiri
o
Kesepian
o
Tidak bisadiskusi
4. Setelah kali
interaksikliendapatmelaksanak
anhubungan
sosialsecarabertahapdengan :
o
Perawat
o
Perawat lain
o
Klien lain
o
Kelompok

5. Setelah kali
interaksikliendapatmenjelaskanpe
rasaanyasetelahberhubungan
sosialdengan :
o
Orang lain

3.1. Tanyakanpadakliententang :
Manfaatberhubungan sosial
Kerugianmenarikdiri
3.2. Diskusikanbersamakliententangmanfaatberhub
ungan sosialdankerugianmenarikdiri
3.3. Beripujianterhadapkemampuanklienmengungka
pkanperasaannya

4.1. Observasiperilakukliensaat berhubungan


4.2. Berimotivasidan bantu klienuntukberkenalan /
berkomunikasidengan :
Perawat lain
Klien lain
Kelompok
4.3. LibatkankliendenganTerapiAktifitasKelompokSo
sialisasi

4.4. Diskusikanjadwalharian yang


dapatdilakukanuntukmeningkatkankemampuan
klienbersosialisasi.
4.5. Berimotivasiklienuntukmelakukankegiatansesu
aidenganjadwal yang telahdibuat
4.6. Beripujianterhadapkemampuanklienmemperlua
spergaulannyamelaluiaktifitas yang
dilaksanakan.
5.1. Diskusikandengankliententangperasaannyaset
elahberhubungan sosialdengan :
Orang lain
Kelompok
5.2. Beripujianterhadapkemampuanklienmengungka

Mengidentifikasi penyebab kondisi


klien saat ini dan sebagai data dasar
untuk melakukan perencanaan
Pujian merupakan hal yang positif
untuk meningkatkan harga diri dan
mendorong pengulangan perilaku
yang diharapkan
Untuk mengidentifikasi pengetahuan
klien mengenai masalah yang
dihadapi
Memberikan informasi ke klien dan
mendorong klien untuk mampu
mengetahui masalah yang dihadapi
sekarang
Pujian merupakan hal yang positif
untuk meningkatkan harga diri dan
mendorong pengulangan perilaku
yang diharapkan
Mengidentifikasi interaksi klien
dengan lingkungan yang tidak efektif
Mendorong klien untuk memulai
membentuk suatu hubungan
Memberi kesempatan untuk belajar
keterampilan sosial, meningkatkan
perasaan harga diri, dan
meningkatkan keterlibatan sosial
yang sesuai
Mempermudah klien dalam
strukturisasi rencana
Mengembangkan perasaan tanggung
jawab dan perilaku yang positif
Pujian merupakan hal yang positif
untuk meningkatkan harga diri dan
mendorong pengulangan perilaku
yang diharapkan
Mengidentifikasi tingkat emosi klien
Pujian merupakan hal yang positif
untuk meningkatkan harga diri dan
mendorong pengulangan perilaku

Rocky R. Hutapea
50120110048
o
6.

Klienmendapatdukungankelu
argadalammemperluashubun
gansosisal

Kelompok

6.1. Setelah kali


pertemuankeluargadapatmenjel
askantentang :
o
Pengertianmenarikdiri
o
Tandadangejalamenarikdi
ri
o
Penyebabdanakibatmena
rikdiri
o
Cara
merawatklienmenarikdiri
6.2. Setelah ..kali
pertemuankeluargadapatmemp
raktekkancaramerawatklienme
narikdiri

pkanperasaannya.
6.1.Diskusikan pentingnyaperan
sertakeluargasebagai

yang diharapkan
Mengajak keluarga untuk terlibat
dalam perilaku

pendukunguntukmengatasi
perilakumenarikdiri.
6.2.Diskusikan potensikeluarga

Mengidentifikasi potensi keluarga


untuk perubahan perilaku klien

untukmembantuklien
mengatasiperilakumenarik
diri.
6.3.Jelaskan padakeluarga

Memberikan informasi ke keluarga


mengenai hal-hal yang terkait
dengan masalah klien dan membantu
keluarga mempelajari cara-cara
menghadapi klien

tentang :
Pengertianmenarikdiri
Tanda dan gejalamenarik diri
Penyebabdanakibatmenarikdiri
Cara merawatklienmenarikdiri
6.4.Latihkeluargacaramerawatklien menarikdiri.
6.5.Tanyakan perasaankeluarga
setelahmencobacara yang
dilatihkan.
6.6.Beri motivasikeluargauntuk

Mendayagunakan orang dekat klien


untuk mendukung perubahan
perilaku klien
Memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk mengungkapkan
perasaannya
Dukungan dari orang dekat dapat
meningkatkan keinginan klien untuk
melakukan interaksi sosial
Pujian merupakan hal yang positif
yang dapat mendorong keluarga
melakukan pengulangan perilaku
yang diharapkan

membantuklienuntuk
bersosialisasi.
6.7.Beri pujiankepadakeluarga
atasketerlibatannyamerawat
klien di rumahsakit.
7.

Kliendapatmemanfaatkanobat
denganbaik

7.1.Setelah kali interaksiklien


menyebutkan :

7.1. Diskusikandengankliententangmanfaatdankeru
giantidakminumobat, nama, warna, dosis,
cara,efekterapidanefeksampingpenggunaanoba
t.

Mengidentifikasi pemahaman klien


mengenai obat yang diberikan. Obatobatan antipsikosis menolong untuk
menurunkan gejala-gejala psikosis

Rocky R. Hutapea
50120110048
Manfaatminumobat
Kerugiantidakminumobat
Nama, warna, dosis,
efekterapidanefeksamping
obat
7.2.Setelah kali interaksi
o
o
o

klienmendemonstrasikan
penggunaanobatdengan
benar
7.3.Setelah kali interaksi
klienmenyebutkanakibat
berhentiminumobat
tanpakonsultasidokter

7.2. Pantaukliensaatmenggunakanobat
7.3. Beripujianjikaklienmenggunakanobatdenganbe
nar.
7.4. Diskusikanakibatberhentiminumobattanpakons
ultasidengandokter
7.5. Ajurkanklienuntukkonsultasikepada
dokter/perawatjikaterjadihal-hal yang tidak di
inginkan.

pada seseorang dengan demikian


memudahkan interaksi dengan orang
lain
Meyakinkan bahwa klien
menggunakan obat dengan benar
Pujian merupakan hal yang positif
yang mendorong klien melakukan
pengulangan perilaku yang
diharapkan
Memberikan informasi ke klien
Konsultasi merupakan salah satu
bentuk interaksi sehingga melatih
klien berinteraksi disamping memberi
kesempatan klien untuk
mengungkapkan ketidaknyamanan
akibat minum obat yang diberikan

Rocky R. Hutapea
50120110048

Rocky R. Hutapea
50120110048

Daftar Pustaka
Carpenito, L.J.2009. Diagnosis Keperawatan (Aplikasi pada Praktik Klinis Edisi 9).
Jakarta: EGC.
Damaiyanti, M., & Iskandar.2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.
Depkes RI.2007. Riset Kesehatan Dasar. http://www.depkes.go.id

Maryam, R.S. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial
dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press
S, Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial.Jakarta ; Trans Info
Media.

Anda mungkin juga menyukai