Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KASUS ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH :
QATRUN NADA
P00220218016

        

                                                                

                         
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU
PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN POSO
TAHUN 2019/2020
A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya
(Damayanti, 2008)
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat
didorong olehkeberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam
(Nanda-I, 2012)
B. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus
membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling
tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam suatu hubungan

Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum berlaku dan
lazim dilakukan oleh semua orang.. respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk
saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku dan
tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan
rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini
orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau
tujuan, bukan pada orang lain.
d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri.
e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu berusaha
untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus, sikapnya
egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukungnya. (Trimelia,
2011: 9)
C. Etiologi
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi
adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang
anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia.
Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat
kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat volume otak serta perubahan struktur limbik.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal
jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. (Damaiyanti, 2012: 79)
D. Proses terjadinya masalah
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang
sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif. (Damaiyanti, 2012)
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia,
orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang
negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
b. Stressor presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang
yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi
E. Tanda dan Gejala
Menurut Mustika Sari (2002), tanda dan gejalaklien dengan isolasi sosial, yaitu:
a. Kurang spontan
b. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri (eskpresi sedih)
d. Afek tumpul
e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada, klien tidak bercakap-cakap dengan
klien lain atau perawat
g. Mengisomasi (menyendiri)
h. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain
i. Tidaak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
j. Pemasukkan makanan dan minuman terganggu
k. Retensi urine dan feses
l. Aktivitas menurun kurang energi (tenaga)
m. Harga diri rendah
n. Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
F. Akibat
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien dengan
latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan
kecemasan.(Prabowo, 2014: 112)
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur,
mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan
dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan
dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sudden dalam Dalami, dkk 2009)
G. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering
digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat diterima
secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya
kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1) Perilaku curiga : regresi, represi
2) Perilaku dependen: regresi
3) Perilaku manipulatif: regresi, represi
4) Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi
H. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda-I, (2012), dibahagi
menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif
a. Objektif
1. Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
2. Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
3. Afek tumpul
4. Bukti kecacatan
5. Ada di dalam subkultur
6. Sakit
7. Tindakan tidak berarti
8. Tidak ada kontak mata
9. Dipenuhi dengan pikiran sendiri
10. Menunjukan permusuhan
11. Tindakan berulang
12. Afek sedih
13. Ingin sendirian
14. Tidak komunikatif
15. Menarik diri
b. Subjektif
1. Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan
2. Mengalami perasaan berbeda dari orang lain
3. Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain
4. Tidak percaya diri saat berhadapan dengan publik
5. Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain
6. Mengungkapkan perasaan penolakan
7. Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
8. Mengungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang
dominan
I. Penatalaksanaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia
tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah:
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan
menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri
dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30
detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan
terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam
proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman
dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima
pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya
secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri seseorang. (Prabowo,
2014: 113)
J. Pohon Masalah

K. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko gangguan presepsi sensosi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
L. Rencana keperawatan

Tgl Diagnosa Perencanaan intervensi


Tujuan Kriteria evaluasi
keperawata
n
Isolasi 1. Klien Ekspresi wajah Bina hubungan saling
sosial dapat `bersahabat percaya dengan
membina menunjukan rasa mengungkupkan prinsip
hubungan senang,. Ada komunikasi terapiutik
saling kontak mata, mau 1. Sapa klien dengan
percaya berjabat tangan ramah baik vebral
mau menjawab maupun non verbal
salam, klien mau 2. Perkenalkan diri
duduk dengan sopan
berdampingan 3. Tanyakan nama
dengan perawat, lengkap klien dan nama
maumengutaraka panggilan yang disukai
n masalah yang klien
dihadapi. 4. Jelaskan tujuan
pertemuan
5. Jujur dan menempati
janji
6. Tunjukan sifak empati
dari menerima klien
apa adanya
7. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
2. Klien Klien dapat 1. Kaji pengetahuan klien
dapat menyebutkan tentang perilaku
menyebut penyebab menarik diri dan tanda-
kan menarik diri yang tanda
penyebab berasal dari : 2. Beri kesempatan
menarik - Diri sendiri kepada klien untuk
diri - Orang lain mengungkapkan
- lingkungan perasaan
penyebabmenarik diri
atau tidak mau bergaul
3. Diskusi bersama klien
tentang perilaku
menarik diri tanda-
tanda serta penyebab
yang muncul
4. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
dalam menggunakan
perasaannya
3. Klien 1. Klien dapat 1. Kaji pengetahuan klien
dapat menyebutkan tentang manfaat dan
menyebut keuntungan keuntungan
kan berhubungan berhubungan dengan
keuntung dengan orang orang lain
an lain 2. Beri kesempatan
berhubun dengan klien untuk
gan mengungkapkan
dengan perasaan tentang
orang lain keuntungan
dan berhubungan dengan
kerugian orang lain
tidak 3. Diskusikan bersama
berhubun klien tentang
gan keuntungan
dengan berhubungan dengan
orang lain orang lain
4. Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
pengungkapan
perasaan tentang
2. Klien dapat keuntungan
menyebutkan berhubungan dengan
kerugian tidak orang lain
berhubungan
dengan orang 1. Kaji pengetahuan klien
lain tentang manfaat dan
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
2. Beri kesempatan
dengan klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
3. Diskusikan bersama
klien tentang kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain
4. Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
pengungkapan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
4. Klien Klien dapat 1. Kaji kemempuuan klien
dapat mendemonstrasik membina hubungan
melaksan an hubungan dengan orang lain
akan sosial secara 2. Dorong dan bantu klien
hubungan bertahap,antara: untuk berhubungan
sosial K-P dengan orang lain
secara K-P-K melalui tahap :
bertahap K-P-Kel K-P
K-P-Klp K-P-P lain
K-P-P lain-K lain
K-P-Kel/klp/masy
3. Beri reinforcement
terhadap keberhasilan
yang telah dicapai
4. Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan
5. Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan bersama
klien dapat mengisi
waktu
6. Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
ruangan
7. Beri reinforcement atas
kegiatanklien dalam
ruangan
5. Klien Klien dapat 1. Dorong klien untuk
dapat mengunbgkapkan mengungkapkan
mengung perasaannya perasaannya bila
kapkan setelah berhubungan dengan
perasaan berhubungan orang lain
nya dengqan orang 2. Diskusikan dengan
setelah lain : klien tentang perasaan
berhubun 1. Diri sendiri manfaat berhubungan
gn 2. Orang lain dengan orang lain
dengan 3. Beri reinforcement
orang lain positif atas kemempuan
klien mengungkapkan
klien manfaat
berhubungan dengan
orang lain
6. Klien 1. Keluarga 1. Bisa berhubungan
dapat dapat : saling percaya dengan
memberd 2. Menjelaskan keluarga :
ayakan perasaannya - Salam,
sistem 3. Menjelaskan perkenalkan diri
pendukun cara merawat - Sampaikan tujuan
g ataun klien menarik - Buat konbtrak
keluqarga diri - Eksplorasi
mampu 4. Mendemonst perasaan keluarga
mengemb rasikan cara 2. Diskusikan dengan
angkan perawatan anggota keluarga
kemempu klien menarik tentang :
an klien diri - Perilaku menarik
untuk 5. Endemonstra diri
berhubun sikan cara - Penyebab perilku
gan perawatan menarik diri
dengan klien menarik - Akibat yang akan
orang lain diri terjadi jika prerilaku
6. Berpartisipasi menriki diri tidak
dalam ditanggapi
perawatan - Cara keluarga
klien menarik menghadapi klien
diri menarik diri
3. Dorong anggota
keluarga untuk
memberikan dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan
oreang lain
4. Anjurkan anggota
keluarga secara rutin
dan bergantian
menjenguk klien
minimal satu minggu
sendiri
5. Beri reinforcement atas
hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga

Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)


Sebelum melakukan pengkajian pada pasien untuk mendapatkan data, terlebih
dahulu kita melakukan tindakan Bina Hubungan Saling Percaya ( BHSP ), dengan
strategi pelaksanaan sebagai berikut :
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, Selamat Pagi bapak?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak pagi ini?”
c. Kontrak
“Perkenalkan nama saya Nurwidya Ahmad biasa dipanggil widya, mahasiswa
dari Poltekkes Palu Prodi Poso. Saya bertugas di ruangan ini selama 1 minggu
kedepan. Kalau boleh tau nama bapak siapa? “
“Senang dipanggil siapa ?, Boleh saya berbincang-bincang dengan bapak disini,
agar kita lebih saling mengenal, selama 15 menit. Bagaimanabapak Boleh?”
2. Fase Kerja
“Baiklah pak Kalau boleh tau bapak sudah berapa hari disini? “
“Apa yang bapak rasakan saat ini ? bapak tinggalnya dimana?, Apakah bapak sudah
menikah?”
“Apakah bapak tau mengapa berada disini? Selamabapak dirawat disini apakah ada
keluarga yang datang menjenguk bapak?“
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1. Evaluasi Subyektif
“Ohh iya bapak, bagaimana perasaan bapak setelah kita berkenalan dan
berbincang-bincang tadi ?”
2. Evaluasi objektif
“Nah, tadi kan kita sudah berkenalan, apa bapak masih ingat nama saya? “,Ya
betul sekali Bu.”
b. Rencana tindak lanjut
“apabila ada hal yang ingin bapak bicarakan atau sampaikan, bapak boleh
sampaikan kepada saya agar kita bisa memecahkan masalah bapak bersama-
sama.”
c. Kontrak yang akan datang
“pak , sekitar jam 10.00 WIB, saya akan datang lagi untuk berbincang-bincang
dengan bapak, bagaimana apakah bapak mau? “
Tempatnya disini lagi ya bapak boleh? Kalau begitu saya permisi dulu bapak.
Assalamu’alaikum.
4. Implementasi Dan Evaluasi
Implementasi Evaluasi
Melakukan Bina Hubungan Saling S :
Percaya - “Wa’alaikumsalam suster, baik
suster”
- “boleh, Nama saya moh. amir, saya
senangnya dipanggil amir”
- “Boleh suster”
- “Sekitar 3 hari”
- “Saya merasa sedih dan kesepian,
saya ingin pulang kerumah”
- “Saya tinggal di pulau seram”
- “Belum suster”
- “Saya diantar adik saya kesini
karena saya lebih senang
menyendiri dirumah”
- “Iya ada kemarin adik saya habis
menjenguk saya”
- “ Alhamdulillah baik suster”
- “iya masih suster widya kan”
- “Iya suster”
- “Iya saya mau suster”
- “Wa’alaikumsalam suster”
O:
- Klien menjawab salam
- Klien mau menyebutkan nama
- Klien mau mengatakan mengapa
klien berada di Rumah sakit
- Klien masih mengingat nama
perawat
- Kontak mata berkurang
A : SP Bina Hubungan Saling Percaya
tercapai.
P: Lanjutkan pengkajian 3 SP
ASHUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

RUANG RAWAT : Manggis TANGGAL DIRAWAT : 24 OKTOBER 2019

I. IDENTITAS KLIEN
MRS Ke :1
Nama / Inisial : Tn. U TanggalPengkajian : 27 oktober 2020
Umur : 35 Tahun RM No : 11-22-33
Informan : Ny.M Hub. DenganKlien : Adik kandung
pasien

II. ALASAN MASUK


a. Keluhan saat : pasien masuk rumah sakit jiwa pada tanggal 06 januari
MRS 2019 dengan keluhan sering menyendiri dirumah, sulit
diajak berinteraksi, dan tidak mau bersosialisasi dengan
orang lain
b. Keluhan saat : pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan
dikaji malas bicara dan tidak mau menjalin hubungan dengan
orang lain, pasien hanya terlihat terbaring ditempat tidur
dengan posisi miring kekiri dan kaki ditekuk, pasien
malas bicara, kontak mata kurang dan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1 Pernahmengalamiganggu Ya tidak
anjiwa di masalalu ?
2 Pengobatan sebelumnya ? Berhasil Kurang Tidak
Berhasil Berhasil
3 Aniaya Pelaku/usia korban/usia saksi/usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual 17
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga 22
Tindakan kriminal
Jelaskan No.1,2,3 : pasien tidak pernah mengalami
26 gangguan jiwa
sebelumnya, pasien pernah mengalami
penganiayaan fisik oleh teman-temannya pada
usia 17 tahun dengan alasan ia terlalu jelek dan
bau, pasien mulai dijauhi, dikatai gila dan ditolak
oleh lingkungan sekitarnya pada usia 22 tahun,
pasien juga pernah mencoba melakukan tindakan
bunuh diri pada usia 26 tahun
MasalahKeperawatan : Harga diri rendah
4 Adakahanggotakeluarga Ya Tidak
yang
mengalamigangguanjiwa ?
5 Pengalamanmasalalu Ya tidak
yang tidakmenyenangkan
6 Jelaskan no 4 & 5 : dalam keluarga pasien, kakeknya pernah
mengalami gangguan jiwa, pasien mengatakan
sewaktu SMA pernah mengalami pembulian yang
dilakukan oleh teman-temannya, pasien dikatai
jelek dan bau sehingga tidak mau bersosialisasi
dengan orang lain, dan pernah sekali mencoba
tindakan bunuh diri
7 Tindakanbunuhdiri Ya Tidak

IV. FISIK
1 TTV : TD : 120/80 N : 80x/ mnt S : 36o C RR :
mmHg 20x/mnt
2 Ukur : TB : 158 cm BB : 57 Kg
3 Keluhan Ya Tidak
fisik
Jelsakan : nilai TTV pasien dalam rentang normal
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
 

Keterangan :
: kakek dengan gangguan jiwa

: Perempuan

: Pasien

-------- : tinggal serumah

: meninggal
Jelaskan :Dalam keluarga Tn. U kakek sebelah ayah mengalami gangguan
jiwa. Pengalaman masa lalu pasien, Pasien pernah di bully semasa duduk di
bangku SMP. Hal itu membuat pasien susah untuk bersosialisasi dan lebih
sering menyendiri
2. Konsepdiri
A Gambaran diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya terlalu jelek,
badannya pendek, mukanya berjerawat,
badannya bau, dan tidak memiliki kelebihan
apapun.
B Identitas : Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit
pasien adalah seorang pria yang bekerja
sebagai nelayan dan merupakan anak pertama
dari 2 bersaudara. Pasien mengatakan
menerima dirinya sebagai pria.
C Peran : Sebelum sakit pasien berperan membantu
mencari nafkah untuk keluarganya. Sedangkan
di rumah sakit pasien berperan sebagai pasien.
D Ideal diri : Pasien berharap agar dapat diperlakukan baik
oleh teman-teman serta lingkungannya, pasien
juga ingin tinggi, tampan dan cepat sembuh,
pasien juga mengatakan jika dapat mengulang
waktu pasien ingin memperbaiki masa SMA
menjadi lebih baik
E Harga diri : Pasien merasa sedih karna merasa tidak
berguna sejak dirinya masuk rumah sakit jiwa
Masalah : Harga Diri Rendah
keperawatan

3. Hubungan sosial
A Orang yang berarti : Dalam kehidupan pasien orang
yang paling berarti adalah keluarga
B Peran serta dalam kegiatan : Pasien tidak aktif dalam kegiatan
kelompok / masyarakat apapun
C Hambatan dalam berhubungan : Pasien mengalami kesulitan dalam
dengan orang lain membangun hubungan dengan
orang lain, pasien malas berbicara
dan lebih sering diam

Masalah Keperawatan : isolasi sosial

4. Spiritual
A Nilai dan keyakinan : Pasien menganut agama islam
B Kegiatan ibadah : Pasien juga mengetahui jika beribadah membuat
pasien jauh lebih tenang, pasien jarang
melkukan sholat
Masalah : tidak ada masalah keperawatan
Keperawatan
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan :
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak
tidak sesuai seperti biasanya

Jelaskan : pasien terlihat kurang rapi, tampak kusam, terlihat acak-acakan


2. Pembicaraan :
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu
memulai
pembicaraan
Jelaskan : pasien tidak pernah memulai pembicaraan lebih dulu, pasien lebih
banyak diam, jika diajak beicara pasien nampak apatis, lambat merespon
pembicaraan, dan terkadang tidak nyambung (inkoheren), pasien kadang
berbicara sendiri
3. Aktivitas Motorik :
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan : beraktifitas maupun tidak pasien terlihat selalu lesu
4. Alam Perasaan :
Sedi Ketakuta Putus Khawat Gembira
h n asa ir berlebihan
Jelaskan : pasien mengatakan bahwa ia sedih karna merasa keluarganya tidak
perduli lagi dengannya sejak masuk ke rumah sakit jiwa, pasien juga
mengatakan putus asa dengan keadaannya saat ini
5. Afek :
Datar Tumpul Labil Tak sesuai
Jelaskan : saat berinteraksi pasien terlihat datar, dan tumpul
6. Interaksi selama wawancara :
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah
tersinggung
Kontak mata (-) Defensive Curiga
Jelaskan : ketika berinteraksi kotak mata pasien kurang
7. Persepsi :
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : pasien mengatakan sering mendengar bahwa ada orang yang
mengejek-ejek dirinya
Masalah Keperawatan : halusinasi pendengaran
8. Proses Pikir :
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of idea Blocking Pengulangan
pembicaraan/persevarsi
Jelaskan : ketika diajak berbicara pasien lambat merespon
9. Isi Pikir :
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisa Ide yang Pikiran magis
si terkait
Jelaskan : pasien mengatakan ia takut dan selalu terbayang-bayang tentang
ejekan, yang ia terima
Waham :
Agama Somatic Kebesara Curiga
n
Nihilistic Sisip piker Siar piker Control piker
Jelaskan : pasien tidak waham
10. Tingkat Kesadaran :
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi waktu Disorientasi tempat Disorientasi orang
Jelaskan : kesadaran pasien baik
11. Memori :
Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : memori pasien baik
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung :
Mudah beralih Tidak mampu Tidak mampu
konsentrasi berhitung
Jelaskan : ketika diajak berinteraksi pasien sulit untuk berkonsentrasi
13. Kemampuan Penilaian :
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : gangguan ringan, karna pasien masih bias membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk
14. Daya Tilik Diri :
Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
Jelaskan : pasien selalu mengatakan ia tidak sakit dan ia baik-baik saja
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berdandan/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
5. Istirahat tidur
Tidur siang lama Sd
Tidur siang lama Sd
Tidur siang lama Sd
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak
Perawatan pendukung Ya Tidak
8. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan Ya Tidak
Menjaga kerapian rumah Ya Tidak
Mencuci pakaian Ya Tidak
Pengaturan keuangan Ya Tidak
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak
Jelaskan
Masalah Keperawatan
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alcohol
Mempu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olehraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Jelaskan
Masalah keperawatan
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kolompok, spesifik
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Masalah dengan pendidikan, spesifik
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Masalah dengan perumahan, spesifik
Masalah dengan ekonomi, spesifik
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Masalah lainnya, spesifik
Jelaskan
Masalah Keperawatan
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG :
Penyakit jiwa System pendukung
Faktor predisposisi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya
Jelaskan
Masalah Keperawatan
XI. ASPEK MEDIK :
DiagnosaMedik :
TerapiMedik :
XII. ANALISA DATA
Data Masalah
Ds: Isolasi sosial
1. Pasien mengatakan tidak mau berinteraksi
2. Pasien mengatakan malas bicara
Do :
1. Pasien lebih banyak berdiam diri
2. Kontak mata kurang
3. Pasien sering menyendiri
4. Pasien tidak mau bicara
5. Pasien tidak pernah memulai pembicaraan
6. Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, dengan
posisi miring ke kiri dan kaki di tekuk.
7. Pasien tampak apatis
Ds : Harga diri rendah
1. Pasien mengeluh hidup tidak bermakna
2. Tidak memiliki kelebihan apapun
3. Pasien mengatakan dirinya jelek
4. Pasien mengatakan tidak menyukai tubuhnya
karena terllihat pendek dan berjerawat
5. Pasien mengatakan dirinya tidak berguna
Do :
1. Kontak mata kurang
2. Menghindar dari orang lain
3. Menarik diri
Ds : Risiko Halusinasi
1. Pasien mengatakan mendengar suara orang-
orang yang pernah mengejek-ejek dirinya
2. Pasien mengatakan saat suara itu datang
dirinya merasa kesal
Do :
1. Pasien lebih sering menyendiri
2. Pasien sering melamun

XIII. POHON MASALAH :

XIV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. isolasi sosial : menarik diri
2. gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. resiko perubahan presepsi sensori : halusinasi
XV. Rencana keperawatan
DIAGNOS PERENCANAAN
A TUJUAN INTERVENSI
Isolasi Setelah 1 kali pertemuan SP.1.P (tgl)
Sosial pasien mampu : 1. Identifikasi penyebab isolasi
1. Pasien dapat membina sosial pasien
hubungan saling percaya 2. Berdiskusi dengan pasien
2. Pasien mengetahui tentang keuntungan
keuntungan berhubungan berinteraksi dengan orang
dengan orang lain dan lain
kerugian tidak 3. Berdiskusi dengan pasien
berhubungan dengan tentang kerugian berinteraksi
orang lain dengan orang lain
3. Pasien dapat 4. Mengajarkan pasien cara
mempraktekan cara berkenalan dengan satu
berkenalan dengan orang orang
lain 5. Menganjurkan pasien
4. Pasien memasukan memasukan kegiatan latihan
kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
berbincang-bincang ke orang lain dalam kegiatan
dalam kegiatan harian harian
Setelah 2 kali pertemuan SP.2 P (tgl )
pasien mampu : 1. Evaluasi jadwal kegiatan
1. Pasien mampu berkenalan harian pasien Sp. 1
dengan satu orang 2. Memberikan kesempatan
2. Pasien memasukan pada pasienmempraktekan
kegiatan latihan cara berkenalan dengan satu
berbincang-bincang ke orang
dalam kegiatan harian 3. Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien, latihan
berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah-satu
kegiatan harian
Setelah 4 kali pertemuan SP.3P (tgl )
pasien mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu
1. Pasien mampu berkenalan Sp.1 dan Sp.2
dengan 2 orang atau lebih 2. Memberikan kesempatan
2. Pasien memasukan kepad pasien mempraktekan
kegiatan latihan cara berkenalan dengan 2
berbincang-bincang ke orang atau lebih
dalam kegiatan harian 3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian pasien

XVI. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Strategi Pelaksanaan
SP1P SP1K
1. Mengientifikasi penyebab isolasi 1. Mendiskusikan maslah yang
sosial pasien dirasakan keluarga dalam merawat
2. Berdiskusi dengan klien tentang pasin
keuntungan berinteraksi dengan 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
orang lain gejala isolasi sosial yang dialami
3. Berdiskusi dengan klien tentang klien beserta proses terjadinya
kerugian berinteraksi dengan oang 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien
lain dengan isolasi sosial
4. Mengajarkan klien cara berkenalan
dengan satu orang
5. Menganjurkan klien memasukkan
kegiatan latihan berbincang-bincang
engaan orang lain dalam kegiatan
latihan
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktikan cara
harian pasien merawat klien dengan isolasi sosial
2. Memberikan kesempatan kepada 2. Melatih keluarga mempraktikan cara
klien mempraktikan cara berkenalan merawat langsung kepada klien
dengan satu orang isolasi sosial
3. Membantu klien memasukkan
kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan latihan
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal harian pasien 1. Membantu keluarga membuat jadwal
2. Memberikan kesempatan kepada aktivitas dirumah termasuk minum
klien mempraktikan cara berkenalah obat (discharge planning)
dengan dua orang atau lebih 2. Menjelaskan follow up klien setelah
3. Membantu klien memasukkan pulang
kedalam jadwal kegiatan harian
Pertemuan ke 1
a. Kondisi pasien
Ds:
1. Pasien mengatakan tidak mau berinteraksi
2. Pasien mengatakan malas bicara
Do :
1. Pasien lebih banyak berdiam diri
2. Kontak mata kurang
3. Pasien sering menyendiri
4. Pasien tidak mau bicara
5. Pasien tidak pernah memulai pembicaraan
6. Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, dengan posisi miring ke kiri dan kaki
di tekuk.
7. Pasien tampak apatis
b. Diagnosa keperawatan :
Isolasi sosial
c. Tindakan keperawatan
1. Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
d. Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
Pasien mampu :
1. Mengenal penyebab isolasi sosial,
2. Mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain,
3. Berkenalan dengan orang lain   
ORIENTASI :
”Selamat pagi Tn. Udin, masih ingat dengan saya? Bagus!
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-
teman bapak? Bagaimana? Mau? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 15 menit”
KERJA:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan bapak?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan bapak? Apa yang membuat bapak
jarang bercakap-cakap dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang bapak rasakan selama ibu dirawat disini? O.. bapak merasa
sendirian? Siapa saja yang bapak kenal di ruangan ini”
 “Apa saja kegiatan yang biasa bapaklakukan dengan teman yang bapak kenal?”
 “Apa yang menghambat bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang  lain?”
 ”Menurut bapak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya
bapak ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu bapak mau belajar bergaul dengan orang lain ?
«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang  kita belajar berkenalan dengan orang
lain”
 “Begini lho bapak ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu
nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama
Saya grace bandjolu, senang dipanggil grace. Asal saya dari poso, hobi
membaca”
“Selanjutnya bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari
mana/ Hobinya apa?”
“Ayo bapak dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak. Coba berkenalan
dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut bapak bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan bapak bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan bapak setelah kita  latihan berkenalan?”
” bapak tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak ada. Sehingga bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. 
mau praktekkan ke pasien lain? Mau jam berapa mencobanya? Mari kita
masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini  untuk mengajak bapak berkenalan
dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, bapak mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
Evaluasi
Hari/ Diagnose Implementasi Evaluasi
tanggal/ keperawatan
jam
Isolasi sosial Melakukan SP1P S:
isolasi sosial : “selamat pagi”
1. Mengidentifika “saya udin”
si penyebab “biasa saja”
isolasi sosial “baik. Setuju”
2. berdiskusi “biasa saja”
dengan klien “saya senang saja sendiri,”
tentang “teman-teman saya, A, B,
keuntungan C”
bila “Tidak ada, saya jarang
berhubungan berbicara dengan mereka”
dengan orang “karna lebih enak sendiri”
lain “keuntungannya anak
3. brdiskusi teman, ada teman ngobrol”
dengan klien “kerugiannya tidak ada
tentang teman dan sepi”
kerugian bila “iya”
tidak “Nama Saya udin,. Asal
berhubungan saya dari parigi, hobi
dengan orang memancing”
lain “saya yenang sekali”
4. mengajarkan “mau”
klien cara “masukkan djadwalnya jam
berkenalan 10.00 ya suster”
5. menganjurkan O:
klien  Klien mempu
memasukkan menyebutkan apa yang
kegiatan dia alami
latihan  Klien mampu
berkenalan menyebutkan keuntungan
kedalam dan kerugiannya
kegiatan harian  Klien menyebutkan cara
berkenalan
 Kontak mata kurang
 Afek tumpul
 Bicara lambat
 Klien dapat memasukkan
latihan berkenalan
kedalam jadwal heriannya
yaitu pada pukul 10.00
A : SP1P tercapai
P:
Perawat :
lanjutkan SP2P isolasi
sosial pada pertemuan ke-2
pada hari selasa 29 oktober
2019 pukul 10.00 di ruang
perawatan pasien.
Klien :
Memotivasi klien latihan
berkenalan dengan sesuai
jadwal yang dibuat

Pertemuan ke-2
a. Kondisi pasien
Ds: - Pasien mengatakan sudah mau berinteraksi
- Pasien mengatakan malas bicara
Do: - Pasien lebih banyak berdiam diri
- Kontak mata kurang
- Pasien sering menyendiri
- Pasien mau memulai pembicaraan
b. Diagnosa keperawatan :
Isolasi sosial
c. Tindakan keperawatan
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien Sp. 1
2. Memberikan kesempatan pada pasien mempraktekan cara berkenalan
dengan satu orang
3. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien, latihan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah-satu kegiatan harian
d. Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
Pasien mampu :
1. berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-
ORIENTASI :
“Selamat pagi bapak! ”
“Bapak masih ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus. Tujuan saya
sekarang ini akan mengajarkan cara berkenalan dengan suster lain.”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?
« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi
sambil bersalaman dengan perawat ! »
« Bagus sekali, bapak masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajak
bapak mencoba berkenalan  dengan teman saya suster C. Tidak lama kok,
sekitar 10 menit »
« Ayo kita temui suster C disana »
KERJA :
( Bersama-sama klien saudara mendekati suster C)
« Selamat pagi suster C, bapak ini  ingin berkenalan »
« Baiklah bapak, bapak bisa berkenalan dengan perawat bapak seperti yang
kita praktekkan kemarin « 
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan suster C : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
« Ada lagi yang bapak ingin tanyakan kepada suster C . coba tanyakan tentang
keluarga suster C »
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak bisa sudahi perkenalan ini.
Lalu bapak bisa buat janji bertemu lagi dengan suster C, misalnya  jam 1 siang
nanti »
« Baiklah suster C, karena bapak sudah selesai berkenalan, saya 
dan bapak akan kembali ke ruangan bapak. Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan suster C untuk melakukan
terminasi dengan klien di tempat lain)
TERMINASI:
 “Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan dengan suster C”
” bapak tampak bagus  sekali saat berkenalan tadi” 
”Pertahankan terus  apa yang sudah  bapak  lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan pasien lain. Mari
kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali.
Baik nanti  bapak  coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa?
Jam 10 dan jam 14.00? Sampai besok.”
EVALUASI
Hari/ Diagnose Implementasi Evaluasi
tanggal/ keperawatan
jam
Isolasi sosial Melakukan SP2P S:
isolasi sosial : “pagi suster”
1. Mengevaluasi “baik”
jadwal kegiatan “iya masih, suster grace”
harian klien “Sudah suster, tadi jam
2. Memberikan 07.00 saya sudah latihan
kesempatan berkenalan”
kepada klien “assalamualaikum
mempraktikan perkenalkan nama saya U,
cara hobi memancing, asal dari
berkenalan parigi. Nama suster siapa?
3. Mengajarkan Asal suster dari mana?”
klien “saya senang sekali, tapi
berkenalan gugup”
dengan orang “masukkan jam 10.00 dan
pertama 14.00 saja suster”
(seorang O:
perawat)  Klien menyebutkan cara
4. Menganjurkan berkenalan
klien  Klien mempraktekkan
memasukkan berkenalan dengan
kedalam jadwal seorang perawat
kegiatan harian  Kontak mata kurang
 Afek tumpul
 Bicara lambat
 Klien dapat memasukkan
latihan berkenalan
dengan satu orang
kedalam jadwal
hariannya yaitu pada
pukul 10.00 dan 11.00
A : SP2P tercapai
P:
Perawat :
lanjutkan SP3P isolasi
sosial pada pertemuan ke-3
pada hari selasa 30 oktober
2019 pukul 10.00 di ruang
perawatan pasien
Klien :
Memotivasi klien latihan
berkenalan dengan sesuai
jadwal yang dibuat

Pertemuan ke-3
a. Kondisi pasien
Ds: - Pasien mengatakan sudah mau berinteraksi
Do: - Kontak mata sudah ada
- Pasien kadang-kadang menyendiri
- Pasien mau memulai pembicaraan
b. Diagnosa keperawatan :
Isolasi sosial
c. Tindakan keperawatan
1. Evaluasi kegiatan yang lalu Sp.1 dan Sp.2
2. Memberikan kesempatan kepad pasien mempraktekan cara berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian pasien
d. Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
Pasien mampu :
1. Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang kedua-seorang
pasien)
ORIENTASI:
“ Selamat pagi bapak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang
lagi. Bapakmasih ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus ”
“ Apakah bapak sudah hapal cara berkenalan dengan orang lain ? Apakah bapak
sudah mempraktikkanya dengan pasien lain ? siapa saja yang yang sudah bapak
ajak berkenalan ? coba sebutkan namanya ? iya bagus sekali bapak sudah
mempraktikanya ya. Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan tersebut ”
“ Baik sekarang kita akan berlatih lagi berkenalan dengan 2 orang ya pak, yaitu
perawat lain dan klien lain teman bapak yang ada di ruangan ini ”
“ Mau berapa lama berlatihnya pak ? bagaimana kalau 10 menit “
FASE KERJA
“ Sekarang kita keruangnya suster Y ya.”
(Bersama-sama mendekati suster Y)
“ Selamat pagi suster Y, ini bapak U ingin berkenalan dengan suster Y “
“ Baiklah bapak , sekarang bapak bisa berkenalan dengan suster Y seperti yang
sudah kita praktikkan. Ya bagus bapak. ”
“ Ada lagi yang ingin bapak tanyakan kepada suster Y. Coba tanyakan tentang
keluarganya “
“ Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak bisa sudahi
perkenalan ini. lalu bapak bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan suster Y,
misalnya jam 1 siang nanti ”
“ Baiklah suster Y, karena bapak sudah selesai berkenalan, saya dan bapak
akan kembali ke ruangan. Selamat pagi (bersama-sama pasien meninggalkan
ruangan suster Y) ”
“Sekarang kita keruangnya bapak F ya.”
(Bersama-sama mendekati bapak F)
“ Selamat pagi bapak F, ini bapak U ingin berkenalan dengan bapak F “
“ Baiklah bapak , sekarang bapak bisa berkenalan dengan bapak F seperti yang
sudah kita praktikkan. Ya bagus bapak. ”
“ Ada lagi yang ingin bapak tanyakan kepada bapak F. Coba tanyakan tentang
keluarganya “
“ Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak bisa sudahi
perkenalan ini. lalu bapak bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan bapak F,
misalnya jam 1 siang nanti ”
“ Baiklah bapak F, karena bapak sudah selesai berkenalan, saya dan bapak
akan kembali ke ruangan. Selamat pagi (bersama-sama pasien meninggalkan
ruangan bapak F) ”
TERMINASI
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita berkenalan dengan suster Y dan
bapak F “
“jadi sekarang teman bapak sudah berapa ? namanya siapa saja ? iya bagus
sekali bapak”
“ Besok pagi pagi kita ketemu lagi ya, kita akan berkenalan dengan dua orang
atau lebih “
“ Mari sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam
berapa bapak berkenalan lagi ? Bagaimana kalau tiga kali sehari ? Baik jadi jam
08.00 pagi, jam 10.00 dan jam 15.00 sore. Jangan lupa dipraktikkan terus ya
bapak. Dan pertahankan terus apa yang sudah bapak lakukan tadi. “Jangan lupa
untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan hobby, keluarga dan sebagainya.
EVALUSI
Hari/ Diagnose Implementasi Evaluasi
tanggal/ keperawatan
jam
Isolasi sosial Melakukan SP3P S:
isolasi sosial : “selamat pagi suster”
1. Mengevaluasi “Masih, suster gracei”
jadwal kegiatan “sudah suter”
harian klien “belum suster”
2. Memberikan “iya”
kesempata “assalamualaikum
kepada klien perkenalkan nama saya U,
mempraktikan hobi memancing, asal dari
cara parigi. Nama suster siapa?
berkenalan Asal suster dari mana?”
dengan orang “suster tinggal dimana?”
pertama “assalamualaikum
3. Melatih klien perkenalkan nama saya U,
berinteraksi hobi memancing, asal dari
secara parigi. Nama bapak siapa?
bertahap Asal bapak dari mana?”
(Berkenalan “tidak ada”
dengan orang O :
kedua, seorang  Klien mempraktekan
klien) berkenalan dengan
4. Menganjurkan seorang perawat dan
klien klien lain
memasukkan A : SP1P tercapai
ke jadwal P :
kegiatan harian Perawat :
lanjutkan SP budaya isolasi
sosial pada hari rabu 30
oktober 2019 pukul 10.00 di
ruang perawatan pasien
Klien :
Memotivasi klien latihan
berkenalan dengan sesuai
jadwal yang dibuat

Anda mungkin juga menyukai