DISUSUN OLEH :
QATRUN NADA
P00220218016
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU
PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN POSO
TAHUN 2019/2020
A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya
(Damayanti, 2008)
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat
didorong olehkeberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam
(Nanda-I, 2012)
B. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus
membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling
tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam suatu hubungan
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum berlaku dan
lazim dilakukan oleh semua orang.. respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk
saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku dan
tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan
rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini
orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau
tujuan, bukan pada orang lain.
d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri.
e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu berusaha
untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus, sikapnya
egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukungnya. (Trimelia,
2011: 9)
C. Etiologi
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi
adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang
anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia.
Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat
kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat volume otak serta perubahan struktur limbik.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal
jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. (Damaiyanti, 2012: 79)
D. Proses terjadinya masalah
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang
sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif. (Damaiyanti, 2012)
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia,
orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang
negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
b. Stressor presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang
yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi
E. Tanda dan Gejala
Menurut Mustika Sari (2002), tanda dan gejalaklien dengan isolasi sosial, yaitu:
a. Kurang spontan
b. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri (eskpresi sedih)
d. Afek tumpul
e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada, klien tidak bercakap-cakap dengan
klien lain atau perawat
g. Mengisomasi (menyendiri)
h. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain
i. Tidaak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
j. Pemasukkan makanan dan minuman terganggu
k. Retensi urine dan feses
l. Aktivitas menurun kurang energi (tenaga)
m. Harga diri rendah
n. Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
F. Akibat
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien dengan
latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan
kecemasan.(Prabowo, 2014: 112)
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur,
mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan
dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan
dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sudden dalam Dalami, dkk 2009)
G. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering
digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat diterima
secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya
kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1) Perilaku curiga : regresi, represi
2) Perilaku dependen: regresi
3) Perilaku manipulatif: regresi, represi
4) Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi
H. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda-I, (2012), dibahagi
menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif
a. Objektif
1. Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
2. Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
3. Afek tumpul
4. Bukti kecacatan
5. Ada di dalam subkultur
6. Sakit
7. Tindakan tidak berarti
8. Tidak ada kontak mata
9. Dipenuhi dengan pikiran sendiri
10. Menunjukan permusuhan
11. Tindakan berulang
12. Afek sedih
13. Ingin sendirian
14. Tidak komunikatif
15. Menarik diri
b. Subjektif
1. Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan
2. Mengalami perasaan berbeda dari orang lain
3. Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain
4. Tidak percaya diri saat berhadapan dengan publik
5. Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain
6. Mengungkapkan perasaan penolakan
7. Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
8. Mengungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang
dominan
I. Penatalaksanaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia
tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah:
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan
menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri
dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30
detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan
terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam
proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman
dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima
pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya
secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri seseorang. (Prabowo,
2014: 113)
J. Pohon Masalah
K. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko gangguan presepsi sensosi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
L. Rencana keperawatan
I. IDENTITAS KLIEN
MRS Ke :1
Nama / Inisial : Tn. U TanggalPengkajian : 27 oktober 2020
Umur : 35 Tahun RM No : 11-22-33
Informan : Ny.M Hub. DenganKlien : Adik kandung
pasien
IV. FISIK
1 TTV : TD : 120/80 N : 80x/ mnt S : 36o C RR :
mmHg 20x/mnt
2 Ukur : TB : 158 cm BB : 57 Kg
3 Keluhan Ya Tidak
fisik
Jelsakan : nilai TTV pasien dalam rentang normal
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: kakek dengan gangguan jiwa
: Perempuan
: Pasien
: meninggal
Jelaskan :Dalam keluarga Tn. U kakek sebelah ayah mengalami gangguan
jiwa. Pengalaman masa lalu pasien, Pasien pernah di bully semasa duduk di
bangku SMP. Hal itu membuat pasien susah untuk bersosialisasi dan lebih
sering menyendiri
2. Konsepdiri
A Gambaran diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya terlalu jelek,
badannya pendek, mukanya berjerawat,
badannya bau, dan tidak memiliki kelebihan
apapun.
B Identitas : Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit
pasien adalah seorang pria yang bekerja
sebagai nelayan dan merupakan anak pertama
dari 2 bersaudara. Pasien mengatakan
menerima dirinya sebagai pria.
C Peran : Sebelum sakit pasien berperan membantu
mencari nafkah untuk keluarganya. Sedangkan
di rumah sakit pasien berperan sebagai pasien.
D Ideal diri : Pasien berharap agar dapat diperlakukan baik
oleh teman-teman serta lingkungannya, pasien
juga ingin tinggi, tampan dan cepat sembuh,
pasien juga mengatakan jika dapat mengulang
waktu pasien ingin memperbaiki masa SMA
menjadi lebih baik
E Harga diri : Pasien merasa sedih karna merasa tidak
berguna sejak dirinya masuk rumah sakit jiwa
Masalah : Harga Diri Rendah
keperawatan
3. Hubungan sosial
A Orang yang berarti : Dalam kehidupan pasien orang
yang paling berarti adalah keluarga
B Peran serta dalam kegiatan : Pasien tidak aktif dalam kegiatan
kelompok / masyarakat apapun
C Hambatan dalam berhubungan : Pasien mengalami kesulitan dalam
dengan orang lain membangun hubungan dengan
orang lain, pasien malas berbicara
dan lebih sering diam
4. Spiritual
A Nilai dan keyakinan : Pasien menganut agama islam
B Kegiatan ibadah : Pasien juga mengetahui jika beribadah membuat
pasien jauh lebih tenang, pasien jarang
melkukan sholat
Masalah : tidak ada masalah keperawatan
Keperawatan
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan :
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak
tidak sesuai seperti biasanya
Pertemuan ke-2
a. Kondisi pasien
Ds: - Pasien mengatakan sudah mau berinteraksi
- Pasien mengatakan malas bicara
Do: - Pasien lebih banyak berdiam diri
- Kontak mata kurang
- Pasien sering menyendiri
- Pasien mau memulai pembicaraan
b. Diagnosa keperawatan :
Isolasi sosial
c. Tindakan keperawatan
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien Sp. 1
2. Memberikan kesempatan pada pasien mempraktekan cara berkenalan
dengan satu orang
3. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien, latihan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah-satu kegiatan harian
d. Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
Pasien mampu :
1. berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-
ORIENTASI :
“Selamat pagi bapak! ”
“Bapak masih ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus. Tujuan saya
sekarang ini akan mengajarkan cara berkenalan dengan suster lain.”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?
« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi
sambil bersalaman dengan perawat ! »
« Bagus sekali, bapak masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak
bapak mencoba berkenalan dengan teman saya suster C. Tidak lama kok,
sekitar 10 menit »
« Ayo kita temui suster C disana »
KERJA :
( Bersama-sama klien saudara mendekati suster C)
« Selamat pagi suster C, bapak ini ingin berkenalan »
« Baiklah bapak, bapak bisa berkenalan dengan perawat bapak seperti yang
kita praktekkan kemarin «
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan suster C : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
« Ada lagi yang bapak ingin tanyakan kepada suster C . coba tanyakan tentang
keluarga suster C »
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak bisa sudahi perkenalan ini.
Lalu bapak bisa buat janji bertemu lagi dengan suster C, misalnya jam 1 siang
nanti »
« Baiklah suster C, karena bapak sudah selesai berkenalan, saya
dan bapak akan kembali ke ruangan bapak. Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan suster C untuk melakukan
terminasi dengan klien di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan dengan suster C”
” bapak tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah bapak lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan pasien lain. Mari
kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali.
Baik nanti bapak coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa?
Jam 10 dan jam 14.00? Sampai besok.”
EVALUASI
Hari/ Diagnose Implementasi Evaluasi
tanggal/ keperawatan
jam
Isolasi sosial Melakukan SP2P S:
isolasi sosial : “pagi suster”
1. Mengevaluasi “baik”
jadwal kegiatan “iya masih, suster grace”
harian klien “Sudah suster, tadi jam
2. Memberikan 07.00 saya sudah latihan
kesempatan berkenalan”
kepada klien “assalamualaikum
mempraktikan perkenalkan nama saya U,
cara hobi memancing, asal dari
berkenalan parigi. Nama suster siapa?
3. Mengajarkan Asal suster dari mana?”
klien “saya senang sekali, tapi
berkenalan gugup”
dengan orang “masukkan jam 10.00 dan
pertama 14.00 saja suster”
(seorang O:
perawat) Klien menyebutkan cara
4. Menganjurkan berkenalan
klien Klien mempraktekkan
memasukkan berkenalan dengan
kedalam jadwal seorang perawat
kegiatan harian Kontak mata kurang
Afek tumpul
Bicara lambat
Klien dapat memasukkan
latihan berkenalan
dengan satu orang
kedalam jadwal
hariannya yaitu pada
pukul 10.00 dan 11.00
A : SP2P tercapai
P:
Perawat :
lanjutkan SP3P isolasi
sosial pada pertemuan ke-3
pada hari selasa 30 oktober
2019 pukul 10.00 di ruang
perawatan pasien
Klien :
Memotivasi klien latihan
berkenalan dengan sesuai
jadwal yang dibuat
Pertemuan ke-3
a. Kondisi pasien
Ds: - Pasien mengatakan sudah mau berinteraksi
Do: - Kontak mata sudah ada
- Pasien kadang-kadang menyendiri
- Pasien mau memulai pembicaraan
b. Diagnosa keperawatan :
Isolasi sosial
c. Tindakan keperawatan
1. Evaluasi kegiatan yang lalu Sp.1 dan Sp.2
2. Memberikan kesempatan kepad pasien mempraktekan cara berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian pasien
d. Strategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
Pasien mampu :
1. Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang kedua-seorang
pasien)
ORIENTASI:
“ Selamat pagi bapak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang
lagi. Bapakmasih ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus ”
“ Apakah bapak sudah hapal cara berkenalan dengan orang lain ? Apakah bapak
sudah mempraktikkanya dengan pasien lain ? siapa saja yang yang sudah bapak
ajak berkenalan ? coba sebutkan namanya ? iya bagus sekali bapak sudah
mempraktikanya ya. Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan tersebut ”
“ Baik sekarang kita akan berlatih lagi berkenalan dengan 2 orang ya pak, yaitu
perawat lain dan klien lain teman bapak yang ada di ruangan ini ”
“ Mau berapa lama berlatihnya pak ? bagaimana kalau 10 menit “
FASE KERJA
“ Sekarang kita keruangnya suster Y ya.”
(Bersama-sama mendekati suster Y)
“ Selamat pagi suster Y, ini bapak U ingin berkenalan dengan suster Y “
“ Baiklah bapak , sekarang bapak bisa berkenalan dengan suster Y seperti yang
sudah kita praktikkan. Ya bagus bapak. ”
“ Ada lagi yang ingin bapak tanyakan kepada suster Y. Coba tanyakan tentang
keluarganya “
“ Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak bisa sudahi
perkenalan ini. lalu bapak bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan suster Y,
misalnya jam 1 siang nanti ”
“ Baiklah suster Y, karena bapak sudah selesai berkenalan, saya dan bapak
akan kembali ke ruangan. Selamat pagi (bersama-sama pasien meninggalkan
ruangan suster Y) ”
“Sekarang kita keruangnya bapak F ya.”
(Bersama-sama mendekati bapak F)
“ Selamat pagi bapak F, ini bapak U ingin berkenalan dengan bapak F “
“ Baiklah bapak , sekarang bapak bisa berkenalan dengan bapak F seperti yang
sudah kita praktikkan. Ya bagus bapak. ”
“ Ada lagi yang ingin bapak tanyakan kepada bapak F. Coba tanyakan tentang
keluarganya “
“ Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak bisa sudahi
perkenalan ini. lalu bapak bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan bapak F,
misalnya jam 1 siang nanti ”
“ Baiklah bapak F, karena bapak sudah selesai berkenalan, saya dan bapak
akan kembali ke ruangan. Selamat pagi (bersama-sama pasien meninggalkan
ruangan bapak F) ”
TERMINASI
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita berkenalan dengan suster Y dan
bapak F “
“jadi sekarang teman bapak sudah berapa ? namanya siapa saja ? iya bagus
sekali bapak”
“ Besok pagi pagi kita ketemu lagi ya, kita akan berkenalan dengan dua orang
atau lebih “
“ Mari sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam
berapa bapak berkenalan lagi ? Bagaimana kalau tiga kali sehari ? Baik jadi jam
08.00 pagi, jam 10.00 dan jam 15.00 sore. Jangan lupa dipraktikkan terus ya
bapak. Dan pertahankan terus apa yang sudah bapak lakukan tadi. “Jangan lupa
untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan hobby, keluarga dan sebagainya.
EVALUSI
Hari/ Diagnose Implementasi Evaluasi
tanggal/ keperawatan
jam
Isolasi sosial Melakukan SP3P S:
isolasi sosial : “selamat pagi suster”
1. Mengevaluasi “Masih, suster gracei”
jadwal kegiatan “sudah suter”
harian klien “belum suster”
2. Memberikan “iya”
kesempata “assalamualaikum
kepada klien perkenalkan nama saya U,
mempraktikan hobi memancing, asal dari
cara parigi. Nama suster siapa?
berkenalan Asal suster dari mana?”
dengan orang “suster tinggal dimana?”
pertama “assalamualaikum
3. Melatih klien perkenalkan nama saya U,
berinteraksi hobi memancing, asal dari
secara parigi. Nama bapak siapa?
bertahap Asal bapak dari mana?”
(Berkenalan “tidak ada”
dengan orang O :
kedua, seorang Klien mempraktekan
klien) berkenalan dengan
4. Menganjurkan seorang perawat dan
klien klien lain
memasukkan A : SP1P tercapai
ke jadwal P :
kegiatan harian Perawat :
lanjutkan SP budaya isolasi
sosial pada hari rabu 30
oktober 2019 pukul 10.00 di
ruang perawatan pasien
Klien :
Memotivasi klien latihan
berkenalan dengan sesuai
jadwal yang dibuat