Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS MDR

DISUSUN OLEH :

NURFADILAH RANGA

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS MDR

A. PENGERTIAN
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kumanMycobakterium
Tuberculosis. TB Paru merupakan penyakt infeksi yang menyerang
paru- paru yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis, namun tidak menutupkem
ungkinan penyakit ini bisa menyerang organ tubuh lain seperti otak, ginjal, tulang, dll (TB Ekstra Paru)
.MDR / Resistensi Ganda adalah: M. tucerkulosis yang resisten minimal terhadapRifampisin dan INH
secara bersamaan dengan atau tanpa OAT lainnya. Terdapat lima jeniskategori resistensi terhadap obat
TB :
1. Mono-resistance : kebal terhadap salah satu OAT
2. Poly-resistance : kebal terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi isoniazid danrifampisin.
3. Multidrug-resistance (MDR) : kebal terhadap sekurang-kurangnya isoniazid danrifampicin secara
bersamaan
4. Extensive drug-resistance (XDR) : TB- MDR ditambah kekebalan terhadap salah salahsatu obat
golongan fluorokuinolon, dan sedikitnya salah satu dari OAT injeksi linikedua (kapreomisin,
kanamisin, dan amikasin)
5. Total drug resisten ( Total DR ) : Kekebalan terhadap semua OAT ( lini pertama dankedua ) yang
sudah dipakai saat ini

B. ETIOLOGI
  Penyebab dari Multi drug resistant tuberculosis (TB MDR) ini sama dengan
etiologiinfeksi tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis. Pada TB MDR,kuman Mycobacteriu
m tuberculosis menjadi resisten terhadap paling tidak dua dari pengobatan tuberkulosis yaitu
isoniazid dan rifampicin.
Ada berbagai faktor yang bisa menyebabkan berkembangnya resistensi kuman penyebab
tuberkulosis menjadi TB MDR, seperti: 
1. Seorang penderita TB tidak menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.
2. Pemberian obat yang salah, meliputi jenis obat, dosis, dan lama  pengobatan TB.
3. Kualitas obat yang buruk.
4. Kurangnya ketersediaan obat TB.
5. konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas di bangsal TB MDRKuman
Mycobacterium TB yang resisten terhadap sekurang-kurangnya Isoniasid danRifampisin secara
bersamaan dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain, misalnyaresisten
HR,HRE,HRES.TB MDR juga lebih berisiko terjadi kembali pada seseorangyang sebelumnya
pernah terkena TB, memiliki kelemahan sistem kekebalan tubuh,kontak dengan penderita TB
MDR, dan seorang yang berasal dari daerah dengan kasusTB resisten obat yang tinggi.
Suspek TB MDR Pasien yang dicurigai TB-MDR adalah:
1) Kasus TB paru kronik: dibuktikan dengan rekam medis sebelumnya dan riwayat penyakit
dahulu.
2) Pasien TB paru yang gagal pada pengobatan kategori 2.
3) Pasien TB yang pernah diobati TB termasuk OAT lini kedua seperti Kuinolon
danKanamisin.
4) Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1.
5) Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipandengan kategori
1.
6) TB paru kasus kambuh.
7) Pasien TB yang kembali setelah lalai/pada pengobatan kategori 1dan atau kategori2
8) Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB MDR
9) Pasien koinfeksi TB dan HIV

C. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala Respiratorik :
1. Batuk kering yang berangsur-angsur menjadi produktif lebih dari 3 minggu,kadangkadang
bercampur dengan dahak
2. Sesak napas dan nyeri dada
 
b. Gejala Sistemik :
1. Demam terutama dimalam hari
2. Berkeringat dingin malam hari tanpa aktivitas atau sebab yang jelas
3. Penurunan napsu makan
4. Penurunan berat badan
D. PATOFISIOLOGI
  Multi drug resistant tuberculosis (TB MDR) paling banyak didahului oleh infeksituberkulosis
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan mengalami kekebalanobat akibat dua
faktor yaitu
1. Faktor MikroorganismeVirulensi kuman menjadi lebih tinggi dengan daya tahan yang tinggi.
Keadaan yang menimbulkan tingginya faktor virulensi ini adalah sifat kuman yang dapat
menginfeksitubuh pejamu walaupun dalam jumlah yang kecil dan kemampuankuman
Mycobacterium tuberculosis yang dapat bermutasi sehingga dapat menahan diriterhadap
reaksi peradangan oleh makrofag pada tubuh pejamu. Kuman Mycobacteriumtuberculosis
memiliki protein yang dapat menimbulkan apoptosis makrofag yangseharusnya memfagosit
kuman. Hal ini akan menimbulkan kerusakan jaringan yangsemakin luas. Kuman ini juga dapat
mensintesis protein dan menimbulkan perubahanstruktur kuman sehingga kuman menjadi lebih
resisten terhadap pemberian antibiotikyang sebelumnya sudah digunakan.
2. Faktor KlinisMekanisme terjadinya TB MDR terjadinya akibat faktor penyelenggara
kesehatan,faktor obat dan faktor pasien. Faktor penyelenggara kesehatan antara lain
disebabkanoleh keterlambatan diagnosis, petugas yang kurang terlatih, pemantauan
pengobatanyang tidak sesuai serta adanya fenomena addition syndrome  yaitu suatu obat
yangditambahkan pada satu paduan yang telah gagal, jika kegagalan ini terjadi akibatkuman
yang telah resisten pada paduan yang pertama maka penambahan obat ini akanmeningkatkan
resistensi. Faktor obat antara lain paduan,dosis dan lama pengobatanyang tidak sesuai, serta
toksisitas dan efek samping yang mungkin terjadi.
Faktor pasien yang berperan dalam TB MDR ini adalah ketidaktaatan pasien dalam
mengkonsumsi obat, ketiadaan PMO (Pengawas Minum Obat), kurangnya
pengetahuan pasien terhadap infeksi tuberkulosis dan adanya gangguan penyerapan 
obat. Pada beberapa keadaan TB MDR sering terjadi pada pasien yang terinfeksi
HIV-AIDS.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi : Gambaran thorax menunjukkan adanya lesi berupa infiltrat,fibroinfiltrat/
fibrosis, konsolidasi/ kalsivikasi, tuberkuloma, dan kavitas
2. Bronchografi : Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchusatau kerusakan
paru karena TB.
3. Laboratorium :
 Darah : leukositosis/ leukopenia, LED meningkat
 Sputum : BTA S/P/S, kultur sputum gram sensitivity, sputum media LJ,
DST,GeneXpert
 Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
Saat ini uji kepekaan M.tuberculosis secara tepat ( rapid test ) sudah direkomendasikan oleh
WHO untuk digunakan sebagai penampisan. Metode yang tersedia adalah:
a. Line probe assey ( LPA )
 Pemeriksaan molekuler yang di dasarkan pada PCA
 Dikenal dengan Hain test/ Genotiype MDRTB plus
 Hasil pemeriksaan dapat di peroleh dalam waktu kurang lebih 24 jam
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari M.tuberculosiss
yangresisten terhadap rifampisi ( R ) ternyata juga resisten terhadap isoniasis ( H )
sehingga tergolong MDR
b.  Gene Xpert Hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 1-2 jam

F. PENATALAKSANAAN
 Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB MDR mengacu kepada strategi DOTS.Dasar
pengobatan terutama untuk keperluan membuat regimen obat-obat anti TB, WHOguidelines membagi
obat MDR-TB menjadi 5 group berdasarkan potensi dan efikasinya,sebagai berikut (World Health
Organization, 2008) :
1. Grup pertama, pirazinamid dan ethambutol, karena paling efektif dan dapat ditoleransidengan
baik. Obat lini pertama yang terbukti sebaiknya digunakan dan digunakandalam dosis maksimal
2. Grup kedua, obat injeksi bersifat bakterisidal, kanamisin (amikasin), jika alergidigunakan
kapreomisin, viomisin. Semua pasien diberikan injeksi sampai jumlahkuman dibuktikan rendah
melalui hasil kultur negative
3. Grup ketiga, fluorokuinolon, obat bekterisidal tinggi, misal levofloksasin. Semua pasien yang
sensitif terhadap grup ini harus mendapat kuinolon dalam regimennya
4. Grup empat, obat bakteriostatik lini kedua, PAS (paraaminocallicilic acid),ethionamid, dan
sikloserin. Golongan obat ini mempunyai toleransi tidak sebaik obat-obat oral lini pertama dan
kuinolon.
5. Grup kelima, obat yang belum jelas efikasinya, amoksisilin, asam klavulanat, danmakrolid baru
(klaritromisin). Secara in vitro menunjukkan efikasinya, akan tetapidata melalui uji klinis pada
pasien MDR TB masih minimal
Ada tiga cara pendekatan pembuatan regimen di dasarkan atas riwayat obat TB
yang pernah dikonsumsi penderita, data drug resistance surveillance (DRS) di suatu area, danhasil
DST dari penderita itu sendiri. Berdasarkan data di atas mana yang dipakai, maka di kenal pengobatan dengan
regimen standar, pengobatan dengan regimen standar yang di ikuti dengan regimen yang sesuai dari hasil DST
individu penderita tersebut,
dan pengobatan secara empiris yang diikuti dengan regimen yang sesuai dari hasil DST individu
penderita tersebut .Menurut WHO guidelines 2008 membuat pentahapan tersebut sebagai berikut (WorldHealth
Organization, 2008):
Tahap 1 : gunakan obat dari lini pertama yang manapun yang masih menunjukkan efikasi
Tahap 2 : tambahan obat di atas dengan salah satu golongan obat injeksi berdasarkan hasiluji sensitivitas dan
riwayat pengobatan
Tahap 3 : tambahan obat-obat di atas dengan salah satu obat golongan fluorokuinolon
Tahap 4 : tambahkan obat-obat tersebut di atas dengan satu atau lebih dari obat golongan 4 sampai sekurang-
kurangnya sudah tersedia 4 obat yang mungkin efektif
Tahap 5 : pertimbangkan menambahkan sekurang-kurangnya 2 obat dari golongan 5(melalui proses
konsultasi dengan pakar TB MDR) apabila dirasakn belum ada 4 obat yangefektif dari golongan 1 sampai 4.

Selain itu, ada beberapa butir dalam pengobatan MDR TB yang dianjurkan olehWHO (2008) sebagai
prinsip dasar, antara lain (World Health Organization, 2008) :
1) Regimen harus didasarkan atas riwayat obat yang pernah diminum penderita.
2) Dalam pemilihan obat pertimbangkan prevalensi resistensi obat lini pertama dan obatlini kedua yang
berada di area / negara tersebut.
3) Regimen minimal terdiri 4 obat yang jelas diketahui efektifitasnya.
4) Dosis obat diberikan berdasarkan berat badan.
5) Obat diberikan sekurnag-kurangnya 6 hari dalam seminggu, apabila mungkinetambutol,pirazinamid, dan
fluoro kuinolon diberikan setiap hari oleh karenakonsentrasi dalam serum yang tinggi memberikan
efikasi.
6) Lama pengobatan minimal 18 bulan setelah terjadi konversi.
7) Apabila terdapat DST, maka harus digunakan sebagai pedoman terapi. DST tidakmemprediksi
efektivitas atau inefektivitas obat secara penuh.
8) Pirazinamid dapat digunakan dalam keseluruhan pengobatan apabila dipertimbangkanefektif. Sebagian
besar penderita MDR TB memiliki keradangan kronik di parunya,dimana secara teoritis menghasilkan
suasana asam dan pirazinamid bekerja aktif
Deteksi awal adalah faktor penting untuk mencapai keberhasilan Pengobatanmendapat Obat anti
tuberkulosis lini kedua minimal 4 jenis OAT yang masih sensitif,dimana salah satunya adalah obat injeksi. Pada
tahap lanjutan semua OAT lini kedua yangdipakai pada tahap awal.pasien MDR TB terdiri atas dua tahap, tahap
awal dan tahaplanjutan. Pengobatan MDR TB memerlukan waktu lebih lama daripada pengobatan TB bukan
MDR, yaitu sekitar 18-24 bulan..
1. Semua pasien yang sudah terbukti sebagai TB MDR dipastikan dapat mengakses pengobatan TB
MDR yang baku dan bermutu.
2. Paduan OAT untuk pasien TB MDR adalah paduan standar yang mengandung OAT linikedua.Paduan
OAT tersebut dapat disesuaikan bila terjadi perubahan hasil uji kepekaan M.tuberculosis dengan paduan
baru yang ditetapkan oleh TAK. Bila diagnosis TB MDR telah ditegakkan, sebelum pengobatan
dimulai, akan dlakukan persiapan awal,
termasuk pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk mengetahui dat
a awal berbagai fungsi organ (ginjal, hati, jantung) dan elekrolit. Jenis pemeriksaan penu
njangyang dilakukan adalah sama dengan jenis pemeriksaan untuk pemantauan efek samping obat.
Persiapan sebelum pengobatan dimulai adalah:

1. Pemeriksaan fisik:a.
a. Anamnesa ulang untuk memastikan kemungkinan adanya riwayat dankecenderungan alergi obat
tertentu, riwayat penyakit terdahulu seperti sakit kuning(hepatitis), diabetes mellitus, gangguan
ginjal, gangguan kejiwaan, kejang,kesemutan sebagai gejala kelainan saraf tepi (neuropati perifer).
dll..
b. Pemeriksaan fisik diagnostik termasuk berat badan, fungsi penglihatan, pendengaran,tanda-tanda
kehamilan. Bila perlu dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnyasaat pasien berstatus sebagai
suspek TB MDR.
2. Pemeriksaan kejiwaan. Pastikan kondisi kejiwaan pasien sebelum pengobatan TB MDRdimulai, hal ini
berguna untuk menetapkan strategi konseling yang harus dilaksanakansebelum, selama dan setelah
pengobatan pasien selesai
3. Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis, biakan dan uji kepekaan M.tuberculosis. 
b. Pemeriksaan darah tepi lengkap, termasuk kadar hemoglobin (Hb), jumlah lekosit.
c. Pemeriksaan kimia darah:
 Faal ginjal: ureum, kreatinin
 Faal hati: SGOT, SGPT.
 Serum kalium
 Asam Urat
 Gula Darahd.
d. Pemeriksaan hormon bila diperlukan: Tiroid stimulating hormon (TSH)
e. Tes kehamilan.
f. Foto dada/ toraks.
g. Tes pendengaran ( pemeriksanaan audiometri)
h. Pemeriksaan EKG i. Tes HIV (bila status HIV belum diketahui)
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2012 .Medikal Bedah Untuk mahasiswa. Yogyakarta : Diva Press

Marilyn, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta. Carpenito, Lynda Juall.

 Nurarif, Amin Hadi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC –
NOC.Mediaction : Jogjakarta

Setiadi (2012), Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu

https://www.academia.edu/5285934/LAPORAN_PENDAHULUAN_TUBERCULOSIS_MDR  
diakses pada tanggal 17 Juni 2019, pukul 18.30 wita

Anda mungkin juga menyukai