Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

“KASUS-KASUS KEPERAWATAN JIWA”

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Hj. Fatmawati, S.Kep, Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH

Reski Nurul Afifah, S.Kep


D2210030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
T.A 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

A. MASALAH UTAMA

Isolasi social : menarik diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Definisi

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu

mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu

berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Damaiyanti, 2016).

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang

terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang

menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang

dalam dalam hubungan sosial (Astuti, 2020).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh

seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan

mengancam. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari

interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

(Farida, 2017).

2. Penyebab

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif.

Menurut Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang

spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan

interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:

a. Faktor predisposisi

1
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:

1) Faktor perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus

dilalui individu dengan sukses. Keluarga adalah tempat

pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam

menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi,

kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh

pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat

menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat

mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun

lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat

penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan

sebagai objek.

2) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan

merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan

berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma

yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak

produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

3) Faktor biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang

menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.

Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah otak . Insiden

2
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota

keluarganya ada yang menderita skizofrenia.

Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam

hubungan sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti

atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak

serta perubahan struktur limbik.

b. Faktor presipitasi

Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh

faktor internal maupun eksternal meliputi:

1) Stresor sosial budaya

Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam

berhubungan seperti perceraian, berpisah dengan orang yang

dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit

atau dipenjara.

2) Stresor psikologi

Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan

menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan

orang lain (Damanik, Amidos Pardede and Warman Manalu,

2020).

3. Rentang Respon

Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan

bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan

dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang

3
positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang

merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian

dalam suatu hubungan.

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri kesepian manipulasi


Otonomi menarik diri impulsif
Bekerja sama ketergantungan narcisme
Interdependen

Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian

masalah yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan

budaya lingkungannya yang umum berlaku dan lazim dilakukan oleh

semua orang, respon ini meliputi:

a. Solitude (menyendiri)

Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk

merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya

juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-

langkah selanjutnya.

b. Otonomi

Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan

menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.

c. Mutualisme (bekerja sama)

Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana

individu mampu untuk saling memberi dan menerima.

4
d. Interdependen (saling ketergantungan)

Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu

dengan orang lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian

masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya

lingkungannya yang umum berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh

semua orang. Respon ini meliputi:

a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan

terasing dari lingkungannya, merasa takut dan cemas.

b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam

membina hubungan dengan orang lain.

c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal

mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada

gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan

sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian

orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri

sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.

d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai

objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang

lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.

e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu,

tidak mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat

diandalkan.

5
f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh,

selalu berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian

yang terus menerus, sikapnya egosentris, pencemburu, dan

marah jika orang lain tidak mendukungnya (Piana, 2022).

4. Proses Terjadinya Masalah

a. Faktor predisposisi

1) Faktor perkembangan

Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas

perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar

tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas

ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga

mempunyai masalah respon sosial maladaptif (Prabowo, 2018).

2) Faktor Biologis

Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.

3) Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan

berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak

mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak

menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti

lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis.

4) Faktor Komunikasi dalam Keluarga

Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan

seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya

6
menginformasikan hal-hal yang negative dan mendorong anak

mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota

keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam

waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga

yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan

diluar keluarga.

b. Stressor Presipitasi

1) Stressor Sosial Budaya

Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor

lain dan faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit

keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam

kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

2) Stressor Psikologis

Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi

bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk

mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat

atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi

(Prabowo, 2018).

5. Tanda dan Gejala

a. Gejala Subjektif

1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang

lain

7
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3) Klien merasa bosan

4) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

5) Klien merasa tidak berguna.

b. Gejala Objektif

1) Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak”

dengan pelan

2) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada

3) Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri

4) Menyendiri dalam ruangan, sering melamun

5) Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan

secara berulang-ulang

6) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)

7) Ekspresi wajah tidak berseri

8) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

9) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk

10) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

(Trimelia, 2016).

6. Akibat

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku

menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak

berharga yang bisa dialami pasien dengan latar belakang yang penuh

8
dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan

(Prabowo, 2018).

Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam

mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien

menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas

dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.

Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan

tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan

kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi (Astuti, 2020).

7. Mekanisme Koping

Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi

kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam

dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah

regresi, represi, isolasi (Damaiyanti, 2016).

a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.

b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak

dapat diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di

kesadaran.

c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan

timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku

dengan motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.

Mekanisme koping yang muncul yaitu:

1) Perilaku curiga : regresi, represi

9
2) Perilaku dependen: regresi

3) Perilaku manipulatif: regresi, represi

4) Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2018).

8. Penatalaksanaan

Menurut dalami, dkk (2016) isolasi sosial termasuk dalam

kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis

penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah:

a. Electro Convulsive Therapy (ECT)

Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik

digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang

ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan).

Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung

25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya

di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia

dalam otak.

b. Psikoterapi

Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan

bagian penting dalam proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi

ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan

lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa

adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan

perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada

pasien.

10
c. Terapi Okupasi

Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi

seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja

dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan

meningkatkan harga diri seseorang (Prabowo, 2018).

9. Pohon Masalah

Effect

10. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Konsep Diri


Harga Diri Rendah

Harga Diri Rendah


Causa

a. Isolasi social b.d ketidakmampuan menjalin hubungan yang

memuaskan, ketidaksesuaian perilaku social dengan norma,

perubahan status mental.

1) Definisi : Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang

erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain.

2) DS :

a) Merasa ingin sendirian

11
b) Merasa tidak aman di tempat umum

c) Merasa berbeda dengan orang lain

d) Merasa asyik dengan pikiran sendiri

e) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas

3) DO :

a. Menarik diri

b. Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain

atau lingkungan

c. Afek datar

d. Afek sedih

e. Tidak ada kontak mata

f. Tidak bergairah/lesu

4) Kondisi Klinis Terkait : Gangguan Psikiatrik (mis.depresi

mayor dan schizophrenia).

b. Gangguan Persepsi Sensori b.d halusinasi dan menarik diri

1) Definisi : Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal

maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang,

berlebihan atau terdistorsi.

2) DS :

a) Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan

b) Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman,

perabaan, atau pengecapan.

c) Menyatakan kesal

12
3) DO :

a) Respons tidak sesuai

b) Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba,

atau mencium sesuatu

c) Menyendiri

d) Melamun

e) Konsentrasi buruk

f) Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi

g) Curiga

h) Melihat ke satu arah

i) Mondar-mandir

j) Bicara sendiri

4) Kondisi Klinis Terkait: Gangguan Psikotik

c. Harga diri rendah situasional b.d perubahan peran social, perilaku

tidak konsisten dengan nilai.

1) Definisi : Evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri

atau kemampuan klien sebagai respond terhadap situasi saat

ini.

2) DS :

a) Menilai diri negative (mis. Tidak berguna, tidak tertolong)

b) Merasa malu/bersalah

c) Melebih-lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri

d) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

13
e) Sulit berkonsentrasi

3) DO :

a) Berbicara pelan dan lirih

b) Menolak berinteraksi dengan orang lain

c) Berjalan menunduk

d) Postur tubuh menunduk

e) Kontak mata kurang

f) Lesu dan tidak bergairah

g) Pasif

h) Tidak mampu membuat keputusan.

11. Intervensi dan Luaran Keperawatan

No Dx Keperawatan Tujuan/Luaran Intervensi

1. Isolasi social b.d Setelah dilakukan 1. Promosi Sosialisasi

ketidakmampuan intervensi selama ... a. Defenisi : meningkatkan

menjalin hubungan (waktunya,contoh 1x 24 kemampuan untuk

yang memuaskan, jam atau 8 jam), maka berinteraksi dengan orang

ketidaksesuaian keterlibatan sosial lain.

perilaku social dengan Meningkat, dengan b. Tindakan :

norma, perubahan kriteria hasil : Observasi

status mental. - Minat interaksi - Identifikasi kemampuan

meningkat (5) melakukan interaksi

- Minat terhadap dengan orang lain.

aktivitas - Identifikasi hambatan

14
meningkat (5) melakukan interaksi

- Verbalisasi dengan orang lain

isolasi menurun Terapeutik

(5) - Motivasi meningkatkan

- Verbalisasi keterlibatan dalam suatu

ketidakamanan hubungan

di tempat umum - Motivasi kesabaran dalam

menurun (5) mengembangkan suatu

- Perilaku hubungan

menarik diri - Motivasi berpartisipasi

menurun (5) dalam aktivitas baru dan

- Verbalisasi kegiatan kelompok

perasaan - Motivasi berinteraksi di

berbeda dengan luar lingkungan (mis.

orang lain Jalan-jalan, ke took buku)

- Afek - Diskusikan kekuatan dan

murung/sedih keterbatasan dalam

menurun (5) berkomunikasi dengan

- Perilaku sesuai orang lain.

dengan harapan - Diskusikan perencanaan

orang lain kegiatan di masa depan

membaik (5) - Berikan umpan balik

- Kontak mata positif dalam perawatan

15
membaik (5). diri

- Berikan umpan balik

positif pada setiap

peningkatan kemampuan

Edukasi

- Anjurkan berinteraksi

dengan orang lain secara

bertahap

- Anjurkan ikut serta

kegiatan social dan

kemasyarakatan

- Anjurkan berbagi

pengalaman dengan orang

lain

- Anjurkan meningkatkan

kejujuran diri dan

menghormati hak orang

lain

- Anjurkan penggunaan

alat bantu (mis. Kacamata

dan alat bantu dengar)

- Anjurkan membuat

perencanaan kelompok

16
kecil untuk kegiatan

khusus

- Latih bermain peran

untuk meningkatkan

keterampilan komunikasi

- Latih mengekspresikan

marah dengan tepat

2. Terapi Aktivitas

a. Defenisi : menggunakan

aktivitas fisik, kognitif, sosial

dan spiritual tertentu untuk

memulihkan keterlibatan,

frekuensi, atau durasi

aktivitas individu atau

kelompok

b. Tindakan :

Observasi

- Identifikasi defisit tingat

aktivitas

- Identifikasi kemampuan

berpartisipasi dalam

aktivitas tertentu

- Identifikasi sumber daya

17
untuk aktivitas yang

diinginkan

- Identifikasi strategi

meningkatkan partisipasi

dalam aktivitas

- Identifikasi makna

aktivitas rutin (mis.

Bekerja) dan waktu luang

- Monitor respons

emosional, fisik, social,

dan spiritual terhadap

aktivitas

Terapeutik

- Fasilitasi fokus pada

kemampuan, bukan

deficit yang dialami

- Sepakati komitmen untuk

meningkatkan frekuensi

dan rentang aktivitas

- Fasilitasi memilih

aktivitas dan tetapkan

tujuan aktivitas yang

konsisten sesuai

18
kemampuan fisik,

psikologis, dan social

- Koordinasikan pemilihan

aktivitas sesuai usia

- Fasilitasi makna aktivitas

yang dipilih

- Fasilitasi transportasi

untuk menghadiri

aktivitas, jika sesuai

- Fasilitasi pasien dan

keluarga dalam

menyesuaikan lingkungan

untuk mengakomodasi

aktivitas yang dipilih

- Fasilitasi aktivitas fisik

rutin (mis. Ambulasi,

mobilisasi, dan perawatan

diri), sesuai kebutuhan

- Fasilitasi aktivitas

pengganti saat mengalami

keterbatasan waktu,

energy, atau gerak

- Fasilitasi aktivitas

19
motoric kasar untuk

pasien hiperaktif

- Tingkatkan aktivitas fisik

untuk memelihara berat

badan, jika sesuai

- Fasilitasi aktivitas

motoric untuk

merelaksasi otot

- Fasilitasi aktivitas dengan

komponen memori

implisit dan emosional

(mis. Kegiatan

keagamaan khusus) untuk

pasien demensia, jika

sesuai

- Libatkan dalam

permainan kelompok

yang tidak kompetitif,

terstruktur, dan aktif

- Tingkatkan keterlibatan

dalam aktivitas rekreasi

dan diverifikasi, untuk

menurunkan kecemasan

20
(mis. Vocal group, bola

voli, tenis meja, jogging,

berenang, tugas

sederhana, permainan

sederhana, tugas rutin,

tugas rumah tangga,

perawatan diri, dan teka-

tekidan kartu)

- Libatkan keluarga dalam

aktivitas, jika perlu

- Fasiltasi mengembangkan

motivasi dan penguatan

diri

- Fasilitasi pasien dan

keluarga memantau

kemajuannya sendiri

untuk mencapai tujuan

- Jadwalkan aktivitas

dalam rutinitas sehari-hari

- Berikan penguatan positif

atas partisipasi dalam

aktivitas.

Edukasi

21
- Jelaskan metode aktivitas

fisik sehari-hari, jika

perlu

- Ajarkan cara melakukan

aktivitas yang dipilih

- Anjurkan melakukan

aktivitas fisik, social,

spiritual, dan kognitif

dalam menjaga fungsi dan

kesehatan

- Anjurkan terlibat dalam

aktivitas kelompok atau

terapi, jika sesuai

- Anjurkan keluarga untuk

memberikan penguatan

positif atas partisipasi

dalam aktivitas

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan terapis

okupasi dalam

merencanakan dan

memonitor program

aktivitas, jika perlu

22
- Rujuk pada pusat atau

program aktivitas

komunitas, jika perlu.

2. Gangguan Persepsi Setelah dilakukan 1. Manajemen Halusinasi

Sensori b.d halusinasi intervensi selama ... a. Defenisi : mengidentifikasi

dan menarik diri. (waktunya,contoh 1x 24 dan mengelola peningkatan

jam atau 8 jam), maka keamanan, kenyamanan dan

persepsi sensori orientasi realita

membaik, dengan b. Tindakan :

kriteria hasil : Observasi

- Verbalisasi - monitor perilaku yang

mendengar mengidentifikasi

bisikan menurun halusinasi

(5) - monitor dan sesuaikan

- Verbalisasi tingkat aktivitas dan

melihat stimulasi lingkungan

bayangan - monitor isi halusinasi

menurun (5) (mis. Kekerasan atau

- Perilaku membahayakan diri)

halusinasi terapeutik

menurun (5) - pertahankan lingkungan

- Menarik diri yang aman

menurun (5) - lakukan tindakan

23
- Melamun keselamatan ketika tidak

menurun (5) dapat mengontrol

- Mondar- mandir perilaku (mis. Limit

menurun (5) setting, pembatasan

- Respon sesuai wilayah, pengekangan

stimulus fisik, seklusi)

membaik (5) - diskusikan perasaan dan

- Konsentrasi respons terhadap

membaik (5). halusinasi

- hindari perdebatan

tentang validitasi

halusinasi

edukasi

- anjurkan memonitor

sendiri situasi terjadinya

halusinasi

- anjurkan bicara pada

orang yang dipercaya

untuk memberi dukungan

dan umpan balik korektif

terhadap halusinasi

- anjurkan melakukan

distraksi (mis.

24
Mendengarkan music,

melakukan aktivitas dan

tekhnik relaksasi)

- ajarkan pasien dan

keluarga cara mengontrol

halusinasi

kolaborasi

- kolaborasi pemberian

obat antipsikotik dan

antiansietas, jika perlu

2. Minimalisasi Rangsangan

a. Definisi : mengurangi

jumlah atau pola

rangsangan yang ada

(baik internal atau

eksternal)

b. Tindakan :

Observasi

- Periksa status mental,

status sensori, dan tingkat

kenyamanan (mis. Nyeri,

kelelahan)

Terapeutik

25
- Diskusikan tingkat

toleransi terhadap beban

sensori (mis. Bising,

terlalu terang)

- Batasi stimulus

lingkungan (mis. Cahaya,

suara, aktivitas)

- Jadwalkan aktivitas

harian dan waktu istirahat

- Kombinasikan

prosedur/tindakan dalam

satu waktu, sesuai

kebutuhan

Edukasi

- Ajarkan cara

meminimalisasi stimulus

(mis. Mengatur

pencahayaan ruangan,

mengurangi kebisingan,

membatasi kunjungan)

Kolaborasi

- Kolaborasi dalam

meminimalkan

26
prosedur/tindakan

- Kolaborasi pemberian

obat yang memengaruhi

persepsi stimulus.

3. Harga diri rendah Setelah dilakukan 1. Manajemen perilaku

situasional b.d intervensi selama ... Definisi:

perubahan peran social, (waktunya,contoh 1x 24 Mengidentifikasi dan

perilaku tidak konsisten jam atau 8 jam), maka mengelola perilaku negative.

dengan nilai. Harga Diri Meningkat, Tindakan

dengan kriteria hasil : Observasi

- Penilaian diri - Mengidentifikasi harapan

positif untuk mengendalikan

Meningkat (5) perilaku

- Minat mencoba Terapeutik

hal baru - Diskusikan tanggung jawab

meningkat (5) terhadap perilaku

- Berjalan - Jadwalkan kegiatan

menampakkan terstruktur

wajah - Ciptakan dan pertahankan

meningkat (5) lingkungan dan kegiatan

- Gairah aktivitas perawatan konsisten setiap

Meningkat (5) dinas

- Perasaan malu - Tingkatkan aktivitas fisik

27
Menurun (5). sesuai kemampuan

- Bayasi jumlah pengunjung

- Bicara dengan rendah dan

tenang

- Lakukan kegiatan pengalihan

terhadap sumber agitasi

- Cegah perilaku pasif dan

agresif

- Beri penguatan positif

tehadap keberhasilan

mengendalikan perilaku

- Lakukan pengekangan fisik

sesuai indikasi

- Hindari bersikap

menyudutkan dan

menghentikan pembicaraan

- Hindari sikap mengancam

dan berdebat

- Hindari berdebat atau

menawar batas perilaku yang

telah ditetapkan.

Edukasi

- Informasikan keluarga bahwa

28
keluarga sebagai dasar

pebentukan kognitif.

2. Promosi harga diri

Definisi

Meningkatkan penilaian

perasaan/persepsi terhadap

diri sendiri atau kemampuan

diri.

Tindakan

Observasi

- Identifikasi budaya, agama,

ras, jenis kelamin, dan usia

terhadap harga diri

- Monitor verbalisasi yang

merendahkan diri sendiri

- Monitor tingkat harga diri

setiap waktu, sesuai

kebutuhan

Terapeutik

- Motivasi terlibat dalam

verbalisasi positif untuk diri

sendiri

- Motivasi menerima tantangan

29
atau hal baru

- Diskusikan pernyataan

tentang harga diri

- Diskusikan kepercayaan

terhadap penilaian diri

- Diskusikan pengalaman yang

meningkatkan harga diri

- Diskusikan persepsi negative

diri

- Diskusikan aasan mengkritik

diri atau rasa bersalah

- Diskusikan penetapan tujuan

realistis untuk mencapai

harga diri yang lebih tinggi

- Diskusikan bersama keluarga

untuk menetapkan harapan

dan batasan yang jelas

- Berikan umpan balik positif

atas peningkatan mencapai

tujuan

- Fasilitasi lingkungan dan

aktivitas yang meningkatkan

harga diri

30
Edukasi

- Jelaskan kepada keluarga

pentingnya dukungan dalam

perkembangan konsep pisitif

diri pasien

- Anjurkan mengidentifikasi

kekuatan yang dimiliki

- Anjurkan mempertahankan

kontak mata saat

berkomunikasi dengan orang

lain

- Anjurkan membuka diri

terhadap kritik negative

- Anjurkan mengevaluasi

perilaku

- Ajarkan cara mengatasi

bullying

- Latih penningkatan tanggung

jawab untuk diri sendiri

- Latih pernyataan/kemampuan

positif diri

- Latih cara berfikir dan

berperilaku positif

31
- Latih peningkatan

kepercayaan pada

kemampuan dalam

menangani situasi.

3. Promosi koping

Definisi

Meningkatkan upaya

kognitif dan perilaku untuk

menilai dan merespon

stressor dan/atau kemampuan

menggunakan sumber-

sumber yang ada.

Tindakan

Observasi

- Identifikasi kegiatan jangka

pendek dan panjang sesuai

tujuan

- Identifikasi kemampuan yang

dimiliki

- Identifikasi sumber daya

yang tersedia untuk

memenuhi tujuan

- Identifikasi pemahaman

32
proses penyakit

- Identifikasi dampak situasi

terhadap peran dan hubungan

- Identifikasi metode

penyelesaian masalah

- Identifikasi kebutuhan dan

keinginan terhadap dukungan

social

Terapeutik

- Diskusikan perubahan peran

yang dialami

- Gunakan pendekatan yang

tenang dan peyakinkan

- Diskusikan alasan mengkritik

diri sendiri

- Diskusikan untuk

mengklarifikasi

kesalapahaman dan

mengevaluasi perilaku sendiri

- Diskusikan konsekuensi tidak

menggunakan rasa bersalah

dan rasa malu

- Diskusikan resiko yang

33
menimbulkan bahaya pada

diri sendiri

- Fasilitasi dalam memperoleh

informasi yang dibutuhkan

- Berikan pilihan realistis

mengenai aspek-aspek

tertentu dalam perawatan

- Motivasi untuk menentukan

harapan yang realistis

- Tinjau kembali kemampuan

dalam pengambilan

keputusan

- Hindari mengambil

keputusan saat pasien berada

di bawah tekanan

- Motivasi terlibat dalam

kegiatan social

- Motivasi mengidentifikasi

sistem pendukung yang

tersedia

- Damping saat berduka (mis.

Penyakit kronisi, kecacatan)

- Perkenalkan dengan orang

34
atau kelompok yang berhasil

mengalami pengalaman sama

- Dukung penggunaan

mekanisme pertahanan yang

tepat

- Kurangi rangsangan

lingkungan yang mengancam

Edukasi

- Anjurkan menjalin hubungan

yang memiliki kepentingan

dan tujuan sama

- Anjurkan menggunakan

sumber spiritual, jika perlu

- Anjurkan mengungkapkan

perasaan dan persepsi

- Anjurkan keluarga terlibat

- Anjurkan membuat tujuan

yang lebih spesifik

- Ajarkan cara memecahkan

masalah secara konstruktif

- Latih menggunakan teknik

relaksasi

- Latih keterampilasn social,

35
sesuai kebutuhan

- Latih mengembangkan

penilaian obyektif.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, L. (2020) ‘Studio Dokumentasi Isolasi Sosial Pada Pasien Dengan


Skizofrenia’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp.
1689–1699.

36
Damanik, R. K., Amidos Pardede, J. and Warman Manalu, L. (2020) ‘Terapi
Kognitif Terhadap Kemampuan Interaksi Pasien Skizofrenia Dengan
Isolasi Sosial’, Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 11(2), p. 226.
doi: 10.26751/jikk.v11i2.822.
Eko Prabowo. (2018). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2017). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa.Jakarta: Salemba Medika.
Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2016). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
PT Refika Aditama.
Piana, E. (2022) ‘Penerapan Cara Berkenalan pada Pasien Isolasi Sosial’, Jurnal
Cendikia Muda, 2, pp. 71–77
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II.
Jakarta Selatan : DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.
Trimeilia. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.

37

Anda mungkin juga menyukai