Anda di halaman 1dari 48

Asuhan Keperawatan

Juvenile Diabetes
Pada Anak

By kelompok 3
Pengantar

Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan


yang cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu.
Pertumbuhan ini juga diikuti dengan perubahan dalam masyarakat,
baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan
sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari
efek negatif. Salah satu efek negatif yang timbul dari perubahan gaya
hidup masyakarat modern di Indonesia antara lain adalah semakin
meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang lebih
dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.
Pengantar

Data dari sebuah penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi anak di seluruh wilayah Indonesia pada awal Maret
tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita Diabetes Mellitus usia anak-anak juga usia remaja dibawah 20 tahun
terdata sebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah
anak yang terkena Diabetes Mellitus cenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2011 tercatat 65 anak
menderita Diabetes Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga puluh dua anak diantaranya terkena Diabetes
Mellitus tipe 2 (Pulungan, 2010).

Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian
seiring dengan meningkatnya risiko anak terkena Diabetes Mellitus. Deteksi dini pada Diabetes Mellitus merupakan hal
penting yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang dapat mengakibatkan
kematian. Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak terdiagnosis oleh dokter karena gejala
awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri
perut, sesak nafas, bahkan koma. Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin terhadap
penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko kecacatan dan kematian(Pulungan, 2010).
PEMBAHASAN
Definisi

Diabetes melitus secara definisi adalah


keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh
beberapa keadaan, di antaranya adalah
gangguan sekresi hormon insulin,
gangguan aksi/kerja dari hormon insulin
atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer
SA, Magge S. 2005).
Perbedaan DM Tipe 1 dan DM
Tipe 2
DM tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena
kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang terjadi
dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun
idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang
atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat
resistensi insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin
dalam jumlah normal atau bahkan meningkat. DM
tipe 2 biasanya dikaitkan dengan sindrom
resistensi insulin lainnya seperti obesitas,
hiperlipidemia, kantosis nigrikans, hipertensi
ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama
DS, dkk. 2010).
Klasifikasi

Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).


DM Tipe-1 (destruksi DM Tipe lain :
sel-β) - Defek genetik fungsi
- Immune mediated pankreas sel
- Idiopatik - Defek genetik pada
kerja insulin Diabetes mellitus
- Kelainan eksokrin kehamilan
pankreas
- Gangguan endokrin
DM tipe-2 - Terinduksi obat dan
kimia
Etiologi

Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes
tipe- 1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan
melalui faktor genetik.

Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Etiologi

Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
Patofisiologi
Manifestasi Klinik

Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak


(diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya
datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas
penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:

Hiperglikemia (Kadar glukosa


darah plasma >200mg/dl ).
Manifestasi Klinik

Poliuria

Poliphagia

Polidipsia
Manifestasi Klinik

Penurunan berat badan ,


Malaise atau kelemahan
Manifestasi Klinik

Glikosuria (kehilangan glukosa


Mata kabur
dalam urine)

Gejala-gejala lainnya dapat


Ketonemia dan ketonuria berupa muntah-muntah, nafas
berbau aseton, nyeri atau
kekakuan abdomen dan
gangguan kesadaran (koma).
Perjalanan klinis DM tipe 1

– Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase ini sering didahului
oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.
– Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit ini telah teratasi dan
sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin. 
– Fase Remisi (Honeymoon period)
Pada fase ini perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk memantau
keadaan penyakitnya. Diperlukan penyuluhan pada penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini
bukan berarti penyembuhan penyakitnya.
– Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini terjadi kekurangan insulin
endogen.
Komplikasi

Komplikasi ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart, 2006):


– Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :
– Hipoglikemia
– Koma Diabetik
– Komplikasi- komplikasi vasku­lar jangka panjang (biasanya terjadi setelah tahun ke-5) berupa :
– Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM
tipe-1.
– Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
– Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988 ) :
– Gangguan pertumbuhan dan pubertas
– Katarak
– Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
– Hepatomegali.
Pemeriksaan Penunjang

– Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa


Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)4.
Pemeriksaan Penunjang

– Aseton plasma (keton)


– Asam lemak bebas
– Osmolalitas serum
– Elektrolit
– Gas Darah Arteri
– Trombosit darah
– Ureum / kreatinin
– Insulin darah
– Pemeriksaan fungsi tiroid
– Urine : gula dan aseton positif
Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :


– Fase akut/ketoasidosis
Koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki keseimbangan asam basa,
elektrolit dan pemakaian insulin.
– Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll, stabilisasi penyakit  dengan
insulin, menyusun pola diet, dan penyuluhan kepada penyandang DM / keluarga mengenai
pentignya pemantauan penyakitnya secara teratur dengan pemantauan glukosa darah, urin,
pemakaian insulin dan komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan jasmani.
– Fase pemeliharaan
Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status metabolik dalam batas
normal serta mencegah terjadinya komplikasi.
Penatalaksanaan Medis

Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan
sebagai berikut:
– Pemberian insulin
– Perencanaan Makanan.
– Latihan Jasmani
– Edukasi
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian

– Identitas

Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian
dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu
dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
– Keluhan utama  

Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.


– Keadaan Umum

Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran


kualitatif atau GCS dan respon verbal klien. dan respon verbal klien.
Pengkajian

– Tanda-tanda Vital

Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
nadi, dan Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung
memiliki TD yang meningkat/tinggi/ hipertensi.
Pengkajian

– Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
– Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi
otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak
adanya retinopati, nopati, kekaburan pandangan.
– Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru. Palpasi : kulit teraba kering,
tonus otot menurun.
– Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah. Auskultasi : adanya
peningkatan tekanan darah.
Pengkajian

Pemeriksaan penunjang :
– Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL.
– Gas Darah Arteri : Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan biasanya menunjukkan pH
rendah dan penurunan pada penurunan pada HCO3 (asidosis metabolic) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik.
– Insulin darah: mungkin menurun/ atau bahkan sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang, sekunder terhadap pembentukan antibody ( autoantibody).
– Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
– Dll.
Pengkajian

Riwayat kesehatan
– Riwayat kesehatan keluarga :
Adakah keluarga yang menderita seperti penyakit klien
– Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya :
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya, apakah teratur atau tidak,
apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Pengkajian

Hal-hal yangbiasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes mellitus:
– aktivitas/istirahat
Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun
– sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
– Integritas ego
stress, ansietas
– Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria), diare Perubahan pola berkemih
( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Pengkajian

– Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
– Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
– Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat).
– Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / Batuk dengan/tanpa sputum
purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) tidak)
– Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Diagnosis

– Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah.


– Definisi : Risiko terhadap variasi kadar glukosa darah dari rentang normal.
– Faktor risiko :
– Kurang terpapar informasi tentang manajemen diabetes
– Ketidaktepatan pemantauan glukosa darah
– Kurang patuh pada rencana manajemen diabetes
– Kurang dapat menerima diagnosis.
– Kondisi klinis terkait :
– Diabetes mellitus
– Ketoasidosis diabetic
Diagnosis

– Defisit Nutrisi
– Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
– Penyebab :
– Kurangnya asupan makanan
– Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
– Peningkatan kebutuhan metabolism
– Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan).
Diagnosis

– Hipovolemia
– Definisi : Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau intraseluler.
– Penyebab :
– Kehilangan cairan aktif
– Kegagalan mekanisme regulasi
– Peningkatan permeabilitas kapiler
– Kekurangan intake cairan
Diagnosis

– Keletihan
– Definisi : Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan
istirahat.
– Penyebab :
– Kondisi fisiologis
Diagnosis

– Risiko Infeksi
– Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
– Faktor risiko :
– Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)
– Peningkatan paparan organism pathogen lingkungan.
– Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : kerusakan integritas kulit.
– Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : vaksinasi tidak adekuat.
– Kondisi klinis terkait : diabetes mellitus.
Diagnosis

– Risiko gangguan integritas kulit/jaringan


– Definisi:
Beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligament).
– Faktor Risiko
– Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
– Kekurangan/kelebihan volume cairan
– Perubahan pigmentasi
– Kurang terpapar informasi tentang upaya memepertahankan/melindungi integritas jaringan

– Kondisi klinis terkait: Diabetes mellitus.


Intervensi
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Implementasi Keperawatan

– Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan


sesuai dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah
membantu klien dalam mencapai peningkatan kesehatan baik
yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi dan rujukan.
Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
atau intervensi keperawatan ditetapkan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
– Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
– Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-
tanda malnutrisi.
– Infeksi tidak terjadi
– Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
– Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

– https://www.academia.edu/15996339/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_DENGAN
_DM_JUVENILE (di akses pada tanggal 06 mei 2020)
– PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.
– PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.
– PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.
– Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010). Diabetes
Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman B. Pulungan, editor. Buku
Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung Seto 2010, h 124-161.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai