Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu memiliki kemampuan menjalin hubungan sosial, mulai dari
hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan, hubungan sosial
tersebut diperlukan individu dalam rangka menghadapi dan mengatasi berbagai
kebutuhan hidup. Maka dari itu seorang manusia perlu membina hubungan
interpersonal yang memuaskan.
Kepuasan hubungan akan tercapai bila individu terlibat aktif dalam melakukan
interaksi peran serta yang tinggi, disertai respon lingkungan yang positif akan
meningkatkan rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang harmonis (Stuart
and Sundeen,1995)
Pemutusan hubungan akan terjadi apabila terdapat ketidakpuasan individu
dalam menjalin interaksi, juga adanya respon lingkungannya yang negatif. Kondisi ini
akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain dan
keinginan untuk menghindar dari orang lain atau isolasi sosial.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan diskusi dan seminar diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
Asuhan Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan diskusi dan seminar asuhan keperawatan jiwa isolasi sosial
mahasiswa dapat mengerti:
Mengetahui pengertian isolasi sosial
Mengerti konsep gangguan isolasi sosial
Dapat melakukan pengkajian serta pembuatan asuhan keperawatan dengan
gangguan isolasi sosial

1.3 Sistematika Penulisan


Adapun untuk sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab yang saling
berkaitan,yaitu:
BAB I,

PENDAHULUAN
Pada bab ini menerangkan tentang latar belakang penulisan makalah ini,
maksud dan tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
1

BAB II,

PEMBAHASAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai apa yang menjadi judul makalah ini.
BAB III,

PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang menerangkan kesimpulan dari makalah ini
dan disertai dengan saran-saran yang berguna.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan adalah :
a. Studi Dokumentasi
Yaitu suatu metode yang dilakukan dengan mempelajari naskah-naskah
dan dokumen-dokumen lainnya baik berbentuk buku sumber ataupun dari
internet.
b. Studi Kepustakaan
Yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan mempelajari teori-teori
dalam buku atau literature lainnya yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima
sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam
(Wilkinson, 2007).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998
dikutip Nita Fitria, 2009).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat,
2011).

2.2 Proses Terjadinya Masalah


Pattern of

Inefective coping

Lack of

Stressor internal

parenting (pola

(koping individu

development task

and external (stres

asuh keluarga)

tidak efektif)

(gangguan tugas

internal dan

Misal: pada anak

Misal: saat

perkembangan)
Misal: kegagalan

exsternal)
Misal: stres terjadi

yang

individu

menjalin hubungan

akibat ansietas yang

kelahirannya

menghadapi

intim dengan sesama berkepanjangan dan

tidak dikehendaki

kegagalan

jenis atau lawan

terjadi bersamaan

(unwanted child)

menyalahkan

jenis, tidak mampu

dengan

akibat kegagalan

orang lain,

mandiri dan

keterbatasan

KB, hamil diluar

ketidakberdayaan

menyelesaikan

kemampuan

nikah, jenis

, menyangkal

tugas, bekerja,

individu untuk

kelamin yang

tidak mampu

bergaul, sekolah,

mengatasinya.
3

tidak diinginkan,

menghadapi

menyebabkan

Ansietas terjadi

bentuk fisik

kenyataan dan

ketergantungan pada

akibat berpisah

kurang menawan

menarik diri dari

orang tua, rendahnya dengan orang

menyebabkan

lingkungan,

ketahanan terhadap

terdekat, hilangnya

keluarga keluarga

terlalu tingginya

berbagai kegagalan

pekerjaan atau

mengeluarkan

self ideal dan

komentar-

tidak mampu

komentar negatif,

menerima realitas

merendahkan,

dengan rasa

menyalahkan

syukur

orang yang dicintai

anak

Harga diri rendah


kronis

Isolasi Sosial
2.3 Etiologi
1.

Faktor Predisposisi
a.

Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang
sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa
lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan
setiap tahap perkembangan dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang
terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif.

b.

Faktor Biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptif.

c.

Faktor Sosiokultural

Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif seperti
lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang
dimiliki budaya mayoritas.
d.

Faktor dalam Keluarga


Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal- hal yang negative
dan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan
yang bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan
anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain.

2.

Faktor Presipitasi
a.

Stress sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

b.

Stress psikologi
Ansietas berat yang berekepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantu7ngan
dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi. (Ernawati, dkk, 2009)

2.4 Tanda dan Gejala


a. Menyendiri di ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
c. Sedih, efek datar
d. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
e. Berpikir menurut pikirannyasendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna
f. Mengekspresikan penolakan atau kesepian kepada orang lain
g. Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya
h. Menggunakan kata- kata simbolik
i. Menggunakan kata yang tidak berarti
5

j. Kontak mata kurang/ tidak mau menatap lawan bicara


k. Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam
diri (Farida, Yudi Hartono, 2010)
2.5 Rentan Respon
Respon Adaptif

Respon Maladatif

Solitade

Menarik diri

Manipulasi

Otonomi

Ketergantungan

Impulsi

Kebersamaan

Narkisisme

Salin Ketergantungan
Keterangan rentang respon :
1. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan cultural
dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.
Adapun respon adaptif tersebut:
a.

Solitude
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan
dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan
menentukan langkah berikutnya.

b.

Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide- ide
pikiran.

c.

Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk meberi dan menerima.

d.

Saling ketergantungan
Saling ketergsntungan antara individu dengan orang lain dalam hubungann
interpersonal.

2. Respon Maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan


masalah yang menyimpang dari norma- norma dan kebudayaan suatu tempat.
Karakteristik perilaku maladaptif tersebut adalah:
a.

Menarik diri

Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak


berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu.
b.

Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang
lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan
berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan sosial
secara mendalam.

c.

Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang
dimiliki

d.

Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan
cenderung memaksakan kehendak.

e.

Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah
jika orang lain tidak mendukung. (Ernawati, dkk, 2009)

2.6 Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine

Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai


realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial
dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi
(hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson).
Gangguan

endoktrin

(amenorhe).

Metabolic

(Soundiee).

Hematologik,

agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap


penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).

b. Haloperidol (HLP)

Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra
meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)

Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,


sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,
muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut
sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu

Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab
isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan,
dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam
kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu
orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua
orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya (Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok

Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan


bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)

Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan seharihari yang meliputi:

Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun


tidur.

Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.

Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.

Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan


berganti pakaian.

Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang
dan setelah makan dan minum.

Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan


kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.

Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat


menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat
ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.

Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi
tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.

b. Tingkah laku sosial

Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam
kehidupan bermasyarakat yang meliputi:

Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.

Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk


melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab
pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.

Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara


dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai
tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.

Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan


bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).

Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan


ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.

Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama
atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.

Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat


mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan
sebagainya.

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian keperawatan

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,


penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian
,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien

Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,


tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat
klien.
2. Keluhan utama

10

Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi


kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang
lain ,tidak melakukan kegiatan sehari hari , dependen.
3. Factor predisposisi

kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu
karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri

Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.

Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan.

Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua ,putus sekolah, PHK.

Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi

Harga diri
11

Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri,
dan kurang percaya diri.
6. Status mental

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang
dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,

membersikan dan merapikan pakaian.


c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan

diluar rumah
e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8. Mekanisme koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
9. Aspek medik

Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

12

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Keperawatan
Isolasi Sosial

Setelah dilakukan tindakan

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK

keperawatan selama 3 x 24

jam Klien dapat berinteraksi

SP 1

dengan

orang

secara

individu

secara

lain

baik

maupun

berkelompok

dengan kriteria hasil :

2. Identifikasi penyebab isolasi sosial


SP 2

tidak berinteraksi dengan orang lain

saling

2. Ajarkan kepada Klien cara berkenalan dengan

Dapat

menyebutkan

Dapat

satu orang
3. Anjurkan kepada Klien untuk memasukan
kegiatan berkenalan dengan orang lain dalam

menyebutkan

jadwal kegiatan harian dirumah


dengan

Dapat

SP 3
1. Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan

orang lain.

harian Klien

menyebutkan

kerugian

tidak

berhubungan

2. Beri kesempatan pada Klien mempraktekan


cara berkenalan dengan dua orang

dengan

3. Ajarkan Klien berbincang-bincang dengan dua

orang lain.

orang tetang topik tertentu

Dapat berkenalan dan


bercakap-cakap dengan
orang

lain

4. Anjurkan kepada Klien untuk memasukan


kegiatan berbincang-bincang dengan orang

secara

lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah

bertahap.

keuntungan

hubungan

berhubungan

Klien

berinteraksi dengan orang lain dan kerugian

keuntungan

bersama

Klien dapat membina

penyebab isolasi sosial.

1. Bina hubungan saling percaya

1. Diskusikan

percaya.

Klien

Terlibat dalam aktivitas


sehari-hari

SP 4
1. Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan
harian Klien
2. Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis,
dosis, waktu, manfaat dan efek samping obat)
3. Anjurkan

Klien

memasukan

kegiatan

bersosialisasi dalam jadwal kegiatan harian


dirumah
4. Anjurkan Klien untuk bersosialisasi dengan
orang lain

13

Keluraga

1. Diskusikan masalah yang dirasakan kelura


dalam merawat Klien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi
sosial

yang

dialami

Klien

dan

proses

terjadinya
3. Jelaskan

dan

latih

keluarga

cara-cara

merawat Klien
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
1. Beri obat-obatan sesuai program
2. Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang
diminum
3. Ukur vital sign secara periodik
TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN
1. Libatkan dalam makan bersama
2. Perlihatkan sikap menerima dengan cara
melakukan kontak singkat tapi sering
3. Berikan reinforcement positif

setiap Klien

berhasil melakukan suatu tindakan


4. Orientasikan Klien pada waktu, tempat, dan
orang sesuai kebutuhannya
Setelah dilakukan tindakan

Gangguan
konsep

diri: asuhan

harga

diri

rendah

keperawatan

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK

Pasien:

selama 3 x pertemuan klien

1. Bina hubungan saling percaya

mempunyai

diri

2. Identifikasi kemampuan dan aspek positif

yang positif dengan criteria

yang dimiliki klien (individu, keluarga, dan

hasil:

masyarakat)

konsep

Dapat

membina

hubungan

saling

percaya

dapat digunakan
4. Bantu klien memilih kegiatan dan melatih

Dapat mengidentifikasi
aspek

positif

dimiliki

3. Bantu klien menilai kemampuan klien yang

yang

sesuai dengan kemampuan klien


5. Melatih kemampuan kedua
6. Anjurkan klien memasukan dalam jadwal
kegiatan harian

Dapat
mengembangkan

Keluarga:

14

kemampuan

yang

telah diajarkan

Dapat terlibat dalam

yang

dirasakan

2. Jelaskan pengertian, tanda, dan gejala harga

terapi

aktivitas

diri rendah yang dialami klien beserta proses

kelompok

orientasi

terjadinya

Dapat

mengikuti

dengan
minimal

minum

4. Latih

keluarga

melakukan

cara

merawat

langsung kepada klien harga diri rendah

aktivitas di rumah
Dapat

3. Jelaskan cara-cara merawat klien harga diri


rendah

persepsi

masalah

keluargadalam merawat klien

realita dan stimulasi

1. Diskusikan

obat

bantuan

dirumah
5. Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di
rumah termasuk minum obat
6. Jelaskan follow up klien
TINDAKAN PSIKOFARMAKA
1. Berikan

obat-obatan

sesuai

program

pengobatan klien
2. Pantau keefektifan dan efek samping obat
yang diminum
3. Ukur Vital Sign secara periodic
TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN
1. Bersikap menerima klien dan negativismenya
2. Libatkan klien dalam setiap aktivitas dirumah
dan di lingkungan
3. Beri

kesempatan

pada

klien

untuk

mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya


sendiri misalnya merapikan tempat tidur,
membersihkan alat makan, dan minum obat
4. Berikan umpan balik positif untuk tugas-tugas
yang dilakukan secara mandiri

15

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam. Salah satu penyebab dari
menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Kalusinasi ini merupakan salah satu orientasi
realitas yang maladaptif, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan
tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus atau rangsangan eksternal.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis memberikan saran, bahwa kita sebagai
calon perawat profesional harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik pada
pasien, terutama pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.

16

Anda mungkin juga menyukai