TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Medis.
1. Pengertian.
Isolasi sosial adalah keadaaan dimana individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Damayanti, 2012).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
(Firdaus, 2016)
Isolasi social adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari
interaksi dengan orang lain. individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran,
prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi
pengamatan dengan orang lain (Balitbang,2007 dalam Kusumawati dan
Hartono, 2015).
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya. Pasien isolasi sosial mengalami gangguan
dalam berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain disekitarnya, lebih menyukai berdiam diri, mengurung
diri dan menghindar dari orang lain (Yosep, Sutini,2014).
Psikodinamika.
Psikodinamika atau psikopatologi tentunya dimulai dengan etiologi
atau dasar penyebab dari suatu masalah. Pada setiap tumbuh kembang
kembang individu terdapat tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tidak terjadi gangguan hubungan sosial, setiap individu harus melewati
masa bayi yang sangat tergantung dengan orang yang terpercaya, masa
sekolah anak dimulai dengan mengenal hubungan yang lebih luasa, masa
remaja yang dekat dengan teman dan mengembangkan keinginan orang tua,,
masa dewasa muda adalah independet dengan teman atau orang tua individu
belajar menerima dan sudah matang serta mempunyai rasa percaya diri.
Sistem perkembangan dan keluarga yang terganggu akan menunjang
berkembangnya respon maladaptif. (Kusumawati & Hartono, 2015).
Salah satu gangguan berhubungan sosial adalah menarik diri yang bisa
dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan. Perasaan tidak berharga dapat
menyebabkan individu makin sulit dalam mengembangkan hubungan
dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi mundur, mengalami penurunan
dalam aktiftas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan
keberhasilan diri. Sehingga individu semakin tenggelam dalam perjalanan
dan ingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga berakibat lanjut menjadi
halusinasi yang dapat melatarbelakangi adanya komplikasi (Linka, 2015).
2. Etiologi
1. Faktor Predisposisi.
a. Factor tumbuh kembang.
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan social. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak
terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan social yang
nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
b. Factor komunikasi dalam keluarga.
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan social. Dalam teori ini yang
termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan
ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan di mana seseorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
c. Factor social budaya.
Isolasi social atau mengasingkan diri dari lingkungan social
merupakan suatu factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan
social. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh
keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia
lanjut, berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari
lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis.
Factor biologis juga merupakan salah satu factor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan social adalah otak, misalnya pada klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan social memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi : otak serta perubahan
ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal. (Linka, 2015).
2. Faktor Presipitasi.
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh
factor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Factor eksternal
Contohnya adalah stressor social budaya, yaitu stress yang ditimbulkan
oleh factor social budaya seperti keluaga.
b. Factor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas
yang berkepanjagan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat
tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya
kebutuhan individu. (Kusumawati & Hartono, 2015).
3. Tanda dan Gejala.
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi social :
a. Kurang spontan.
b. Apatis (acuh terhadap lingkungan).
c. Ekspresi wajah kurang berseri.
d. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
e. Mengisolasi diri.
f. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
g. Asupan makanan dan minuman terganggu.
h. Retensi urine dan feses.
i. Aktivitas menurun.
j. Kurang energi (tenaga).
k. Rendah diri.
l. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada
posisi tidur).
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya
rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang
lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut maka akan menyebabkan
perubahan persepsi sensorik : halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain
juga bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan
perawatan secara mandiri. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah
awalnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyelasaikan masalah
dalam hidupnya, sehingga orang tersebut beperilaku tidak normal (koping
individu tidak efektif) peranan keluarga cukup besar dalam mendorong
klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila system
pendukungnya tidak baik (koping keluarga tidak efektif) maka akan
mendukung seseorang memiliki harga diri rendah. (Kusumawati &
Hartono, 2015).
4. Patofisiologi
5. Rentang Respon.
6. Mekanisme Koping.
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif, menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut
berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, 2006
dalam Firdaus, 2016). Koping yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian anti sosial antara lain; proyeksi, merendahkan orang lain. Koping
ini berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang; formasi reaksi,
isolasi, idealisasi orang lain dan merendahkan orang lain. Sumber koping
yang berhubungan dengan respon soial maladaptif meliputi keterlibatan
dalam hubungan keluarga yang luas dan teman (Kusumawati & Hartono,
2015).
2. Dampak yang Ditimbulkan.
a. Defisit perawatan diri.
b. Halusinasi (Firdaus, 2016)
B. Tinjauan Keperawatan.
1. Pengkajian.
Subjektif:
a. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain
b. Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk
sendirian.
c. Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain
d. Tidak mau berkomunikasi
e. Data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui
keterbatasan klien(suami, istri, anak, ibu, ayah atau teman dekat.
Objektif:
a. Kurang spontan
b. Apatis(acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri
d. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
e. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
f. Mengisolasi diri
g. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
h. Asupan makanan dan minuman terganggu
i. Retensi urin dan feses
j. Aktivitas menurun
k. Kurang berenergi atau bertenaga
l. Rendah diri
m. Postur tubuh berubah misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada
posisi tidur). (Linka, 2015)
2. Diagnosa Keperawatan.
Isolasi Sosial.
Berikut adalah Pohon masalah dari isolasi soial.
Daftar Pustaka
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Kusumawati dan Hartono, 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. TIM; Yogyakarta.
Yosep, H.Iyus.m Titin Sutini. Buku Ajar keperawatan Jiwa. Bandung: PT Reflika
Aditama: 2016