Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH :
SINTIA RAHMAWATI
2007080

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2022/2023

A. PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah seseorang individu yang mengalami keadaan penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
selalu merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (khusna, 2017) .
Isolasi social adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi
dengan orang lain. Indvidu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia
mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Fachrudin, 2020).
Isolasi social merupakan salah satu diagnose keperawatan yang dapat ditegakkan pada
pasien yang bergejala menarik diri, menarik diri dari aktivitas social dan tidak mau
berinteraaksi dengan orang lain bahkan dengan perawat. Gejala negative seperti
isolasi social yang tidak dapat diatasi dapat menyebabkan klien mengalami gejala
positif dan memperburuk kondisinya (Ayu, 2018).
Jadi dapat disimpulkan bahwa isolasi social merupakan keadaan seseorang yang
mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian, dan tidak mampu menjalin hubungan
dengan baik.
B. JENIS – JENIS
Dalam isolasi social, dibagi menjadi beberapa jenis (Fachrudin, 2020) , yaitu :
1. Solitut (menyendiri)
Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenung apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara untuk
menentukan langkahnya.
2. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan
perasaan dalam hubungan social.
3. Kebersamaan (Mutualisme)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan (Interdependent)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut mampu
untuk saling memberi dan menerima.
5. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak adanya perhatian dengan
oorang lain atau lingkungannya.
2
6. Menarik diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan orang
lain atau lingkungannya.
7. Ketergantungan (Dependent)
Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergaantung pada orang lain.
8. Manipulasi
Individu berinteraksi dengann pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain, dan tidak dapat dekat dengan orang lain.
9. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu, dan mempunyai
penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
10. Narkisme
Suatu kondisi pada saat seseorang merasa harus secara terus menrus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, individu akan marah jika orang lain tidak
mendukungnya.
C. RENTANG RESPON
Rentang respon seseorang yang mengalami gangguan social ditinjau dari interaksinya
dengan lingkungan social merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon
adaptif dengan maladaptive sebagai berikut (Arizka, 2020) :

Adaptif Maladaptif

Menyendiri, Kesepian, Menarik Manipulasi,


Otonomi, diri, Impulsive,
Kebersamaan, Saling Ketergantungan Narsisme
Ketergantungan

1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosia
dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut

3
masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap
yang termasuk respon adaptif :
a. Solitut (menyendiri)
Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenung apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
untuk menentukan langkahnya.
b. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan
perasaan dalam hubungan social.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.
d. Saling ketergantungan (Interdependent)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut
mampu untuk saling member dan menerima
2. Respon maladaptive adalah respon yang menyimpang dari norma social dan
kehiduan di suatu tempat. Berikut adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptive:
a. Manipulasi
Individu berinteraksi dengann pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain, dan tidak dapat dekat dengan orang lain.
b. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu, dan
mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
c. Narkisme
Suatu kondisi pada saat seseorang merasa harus secara terus menrus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, individu akan marah jika orang lain
tidak mendukungnya.
D. PROSES TERJADINYA
Salah satu gangguan yang berhubungan dengan social diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi social yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa
dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,
kekecewan, dan kecemasan,
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien semakin ssulit dalam mengembangkan
hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur,
4
mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan
dan kebersihan diri (Arizka, 2020).

E. PATHWAYS
Risiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi (effect)

ISOLASI (problem)
SOSIAL

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah (causa)


(Arizka, 2020)

F. PENYEBAB
Menurut (khusna, 2017) faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami
gangguan pada hubungan social antara lain:
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,
akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat
pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian
dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa

5
ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada
orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat
sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai
objek.
Tahap-tahap perkembangan individu dalam berhubungan terdiri dari:
1) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan
anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal
ini sangat penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan
lingkungan di kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam
mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan
untuk berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.
2) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai
mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan
dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi
atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang
yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam
keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang
interdependen, Orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap
tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus
diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk sekolah
dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi dan
berkompromi dengan orang lain.
3) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan
teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu
untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan
berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini
hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada
hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak

6
dapat mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali
menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja.
4) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan
interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan
ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain
dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang
lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan
menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal
pada dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality).
5) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak
terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk
mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan
diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan
hubungan yang interdependen antara orang tua dengan anak.
6) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan
fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan
atau peran. Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang
lain akan meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat
dipertahankan
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak

3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk


mengungkapkan pendapatnya.

4) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada


pembicaan anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang

7
tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan
masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.

5) Ekspresi emosi yang tinggi

6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan


yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)

c. Faktor Sosial Budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Factor Biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden


tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot
apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi
kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan
struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:
a. Faktor eksternal
Pada faktor ini contohnya adalah stressor social budaya, yaitu stress yang di
timbulkan oleh faktor social budaya, seperti keluarga.
b. Faktor internal
Pada faktor ini contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat
ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individ untuk mengatasi hal tersebut.
3. Tanda dan gejala
Menurut (Argianti, 2020) observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi
social akan di temukan data subjektif dan objektif meliputi:
a. Gejala subjektif
8
1) Klien menceritakan perasaan kesepian/ ditolak orang lain
2) Respon verbal klien sangat singkat
3) Klien mengatakan hubungannyang tidak berarti dengan orang lain
4) Klien tidak aman derada dengan orang lain
5) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Klien merasa tidak berguna
b. Gejala obyektif
1) Apatis
2) Klien diam dan tidak mau bicara
3) Kurang/ tidak adanya kontak mata
4) Klien tidak melakukan kegiatan sehari-hari
5) Klien lebih sering menunduk
6) Klien menolak berhuungan dengan orang lain
7) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
G. PENATALAKSANAAN
Menurut (khusna, 2017) penatalaksanaan yang diberikan pada klien dengan gangguan
hubungan social yaitu:
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan
otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam
miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan
irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom
parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee).
Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)

9
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra
meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,
muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma
sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi
pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan
yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi
social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara
berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang
lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga,
perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk
berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan hariannya.
3. Terapi kelompok
Aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari yang
meliputi:

10
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu
bangun tidur.
2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.
4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,
sedang dan setelah makan dan minum.
6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok
sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang
positif.
8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk
pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini
perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.

b. Tingkah laku sosial


Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam
kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur
kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa,

11
menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan
sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara
dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai
tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan
bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama
atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan
dan sebagainya.

4. Terapi okupasi
Terapi okupasi yaitu suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat, meningkatkan harga diri seseorang, dan penyesuaian
diri dengan lingkungan. Contoh teraapi okupasi yang dapat dilakukan dirumah
sakit adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi, dan teraapi membuat kerajinan
tangan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam ketermpilan
dan bersosialisasi.
5. Terapi psikoreligius
Terapi keagamaan pada kasus-kasus gangguan jiwa ternyata banyak manfaat.
Berikut penerapan psikoreligius terapi di rumah sakit jiwa:
a. Perawat jiwa harus dibekali pengetahuan yang cukup tentang agamanya,
kolaborasi dengan agamawan atau rohanian.
b. Psikoreligius tidak diarahkan untuk mengubah agama kliennya, tetapi menggali
sumber koping.
c. Dalam terapi aktifitas diajarkan kembali cara-cara beribadah terutama untuk
pasien rehabilitasi.

12
d. Terapi kelompok dengan tema membahas akhlak, etika, hakikat hidup, dan
sebagainya.
Untuk klien dengan isolasi social terapi psikoreligius dapat bermanfaat dari aspek
auto-sugesti yang dimana dalam setiap kegiatan religious seperti sholat, dzikir, dan
berdoa berisi ucapan-ucapan baik yang dapat memberi sugesti positif kepada diri
klien sehingga muncul rasa tenang dan yakin terhadap diri sendiri.

H. FOKUS PENGKAJIAN
Menurut (Arizka, 2020) pengkajian yang dilakukan untuk pasien dengan gangguan
hubungan social yaitu :
a. Identitas
Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, status mental, suku bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosis medis. Identitas
penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
hubungan dengan klien, alamat.
b. Alasan masuk
1) Apa penyebab dating ke RSJ?
2) Apa yang sudah dilakukan keluarga?
3) Bagaimana hasilnya?
c. Faktor presipitasi
Masalah khusus yang disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan
seorng tersebut tidak mampu untuk melewati/ menyelesaikan dengan baik.
d. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orng tua, harapan orang yang tidak realistis,
kegagalan/ frustasi berulang, tekaan dari kelompok sebaya, perubahan struktur
social.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicerai
suami/istri, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
(korban pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain

13
yang tidak menghargai klien/ perasaan negative terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
e. Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup semua ssistem yang ada hubungannya engan klien
depresi berat didapatkan pada system integument klien tampak kotor, kulit lengket
dikarenakan kurang perhatian terhadap perawatan dirinya bahkan gangguan aspek
dan kondisi klien.
f. Psikososial
Konsep diri:
1) Gambaran diri : menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima oerubhan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negative tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.
2) Ideal diri : mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya,
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
3) Harga diri: perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan social, merendahkan martabat, mencederai diri,
dan kurang percaya diri.
4) Penampiln peran : berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
5) Identitas personal : ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
g. Hubungan social
Klien mempunyai gangguan/ hambatan dalam melakukan hubungan social dengan
orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
h. Spiritual
Nilai dan keyakinan klien, pandangan dan keyakinan klien terhadap gangguan
jiwa sesuai dengan norma dan agama yang dianut pandangan masyarakat setempat
tentang gangguan jiwa.
i. Status mental
Kontak mata klien kurang/ tidak dapat mempertahankan, kurang dapat memulai
pembicaraan, klien suka menyendiri, dan kurang mampu berhubungan dengan
orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
14
1) Penampilan
Biasanya pada klien menarik diri, klien tidak terlalu rapid an memperhatikan
penampilannya.
2) Pembicaraan
Cara berbicara biasnaya digambarkan dalam frekuensi, volume, dan
karakteristik. Frkuensi merujuk pada kecepatan klien bebricara dan volume
diukur dengan berapa keras klien berbicara. Observasi frekuensi dapat
dilakukan dengan mengamati cepat atau lambatnya gaya berbicara klien.
3) Aktivitas motorik
Berkenaan dengan gerakan fisik klien. Gerakan tubuh yang berlebihan
mungkin ada hubungannya dengan ansietas, mania, atau penyalahgunaan
stimulant.
4) Alam perasaan
Alam perasaan merupakan laporan diri klien tentang status emosional dan
cerminan situasi kehiduoan klien. Alam perasaan dapat dievaluasi dengan
menanyakan pertanyaan yang sederhana dan tidak mengarah seperti
“bagaimana perasaan anda hari ini”.
5) Afek
Afek adalah nada emosi yang kuat pada klien yang dapat diobservasi oleh
perawat selama wawancara. Afek dapat di gambarkn dalam istilah sebagai
berikut: batasan durasi, intensitas, dan ketepatan.
6) Persepsi
Ada dua jenis utama masalah persepsitual: halusinasi dan ilusi. Halusinasi
didefinisikan sebagai kesan atau pengalaman sensori yang salah. Ilusi adalah
persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori. Halusinasi perintah
adalah yang menyuruh klien melakukan sesuatu seperti membunuh dirinya
sendiri, dan melukai dirinya sendiri.
7) Interaksi selama wawancara
Interaksi menguraikan bagaimana klien berhubungan dengan perwat. Apakah
klien bersikap bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, berhati-hati,
apatis, defensive, curiga, atau sedative.
8) Proses pikir
Proses pikir merujuk “bagaimana” ekspresi diri klien, proses diri klien
diobservasi melalui kemampuan berbicaranya.
15
- Koheren : pembicara dapat dipahami dengan baik
- Inkoheren : kalimat tidak berbentuk kata-kata, sulit dipahami
- Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada
tujuan
- Fight of ideas : pembicaraan yang melompat dari satu topic ke topic
lainnya masih ada hubunan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan
- Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba kemudian dilanjutkan
kembali
- Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh
umum
- Sosiasi bunyi : mengucapkan kata-kata yang mempunyai persamaan
bunyi
9) Isi pikir
Isi pikir mengacu pada arti spesifik yang diekspresikan dalam komunikasi
klien. Merujuk pada apa yang dipikirkan klien walaupun klien mungkin
berbicara mengenai berbagai subjek selama wawancara, beberapa area isi
harus dicatat dalam pemeriksaan status mental. Mungkin bersifat kompleks
dan sering disembunyikan oleh klien.
- Obsesi : pikiran yang selalu muncul meskipun klien berusaha
menghilangkannya
- Phobia : ketakutan yang tidak logis terhadap situasi tertentu
- Ekstansi : rasa gembira yang luar biasa
- Fantasi : isi pikiran tentang sesuatu keadaan atau kejadian yang
diinginkan
- Bunuh diri : rasa ingin bunuh diri
- Pikiran magis : pikiran klien yang menuj hal-hal yang tidak logis
- Rendah diri : merendahkan atau menghina diri sendiri
- Pesimisme : mempunyai pandangan yang negative mengenai
kehidupannya
- Waham
10) Arus pikir
- Realistic : cara berfikir sesuai kenyataan yang ada
- Non realistic : cara berfikir yang tidak sesuai dengaan kenyataan
- Autistic : cara berfikir berdasarkan halusinasi
16
- Dereistik : cara berfikir dimana proses mentalnya tidak ada
sangkut pautnya dengan kenyataan, lohika atau pengalaman
11) Tingkat kesadaran
Pemeriksaan status mental secara rutin mengkaji orientasi klien terhadap
situasi terakhir. berbagai istilah dapat digunakan untuk menguraikan tingkat
kesadaraan klien, seperti bingung, tersedasi, atau stupor.
- Composmentis : sadarkan diri
- Apatis : mulai mengantuk dan acuh tak acuh terhadap
rangsangan yang masuk
- Somnolensia : jelas sudah mengantuk, diperlukan rangsangan
yang kuat lagi untuk menarik perhatian
- Sopor : ingatan, orientasi, dan pertimbangan sudah
hilang
- Subkoma dan koma : tidak ada respon terhadap rangsangan yang
keras
12) Memori
Pemeriksaan status mental dapat memberikan saringan yang cepat terhadap
masalah-massalah memori yang potensial tetapi bukan merupakan jawaban
definitive apakah terdapat merusakan yang spesifik. Pengkajian neurologis
diperlukan untuk menguraikan sifat dan keparahan kerusakan memori.
Memori didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengingat pengalaman lalu.
13) Tingkat konsentrasi dan kalkulasi
Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk memperhatikan selama jalannya
wawancara. Kalkulasi adalah kemampuan klien untuk mengerjakan hitungan
sederhana.
14) Penilaian
Penilaian melibatkan perbuatan keputusan yang konstruktif dan adaptif
termasuk kemampuan untuk mengerti fakta dan menarik kesimpulan dari
hubungan.
15) Daya titik diri
Penting bagi perawat untuk menetapkan apakah menerima atau menghindari
penyakitnya

17
I. DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA
Menurut (Arizka, 2020) diagnose yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan
hubungan social berdasarkan dengan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) yaitu:
1. Isolasi sosial
2. Risiko Gangguan Persepsi Sensori
3. Gangguan Konsep Diri

J. FOKUS INTERVENSI
1. Isolasi Sosial
a. Tujuan umum : klien dapat bernteraksi dengan orng lain
b. Tujuan khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berhubungan dengan
orang lain
3) Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi social
4) Klien dapat berkenalan dengan orang lain
5) Klien dapat menentukan topic pembicaraan
6) Klien dapat berinteraksi dengaan orang lain secara bertahap
c. Intervensi
1) Beri salam terapeutik dan panggil nama klien
2) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan
3) Jelaskan tujuan interaksi
4) Jelaskan kontrak yang akan dibuat
5) Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati
6) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
7) Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa kerumahsakit
8) Utamakan memberikan pujian realistic kepada klien
9) Beri kesempatan klien mengungkapkan keuntungan berinteraksi dengan
orang lain
10) Beri kesempatan klien mengungkapkan kerugian berinteraksi dengan
orang lain
11) Beri kesempatan klien mencontohkan teknik berkenalan dengan orang lain
2. Harga Diri Rendah
a. Tujuan umum :
18
Klien dapat meningkatkan harga dirinya dengan melatih berpikir positif dan
kemampuan bersyukur untuk mengenali dirinya sendiri.
b. Tujuan khusus :
1) Klien mampu membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan positif yang digunakan
4) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan bersyukur dengan latihan
berfikir positif untuk mengenali dirinya sendiri
5) Klien mengidentifikasi penerimaan dirinya
6) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
7) Klien melakukan kegiatan
c. Intervensi
1) Bina hubungan terapeutik antara klien dan perawat
2) Beri salam terpeutik dan panggil nama klien
3) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan
4) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien
5) Beri kesempatan klien untuk mencoba positif dan kemampuan bersyukur
mengenai dirinya sendiri
6) Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif dan negative
7) Utamakan pemberian pujian realistic kepada klien
3. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
a. Tujuan umum :
Klien dapat mengontrol halusinasi
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenal halusinasi
3) Klien dapat mengontrol halusinasi
4) Klien memilih cara mengatasi seperti yang telah didiskusikan
5) Klien dapat dukungan dari keluarg
6) Klien dapat mengontrol halusinasi
7) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
c. Intervensi

19
1) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik
2) Sapa klien dengan panggilan nama klien dengan ramah
3) Tanya nama lengkap klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan interaksi
5) Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati pada klien
6) Beri perhatian kepada klien
7) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasi
8) Bantu klien mengenal halusinasi yang muncul
9) Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi
10) Mengidentifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi
11) Beri reinforcement positif atas usaha klien
12) Bantu klien melatih cara memutus halusinasi
13) Beri kesempatan klien untuk melakukan cara yang sudah diajarkan

20
DAFTAR PUSTAKA
Argianti, Y. D. (2020). BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

Arizka, S. P. (2020). BAB 2 TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Konsep Isolasi Sosial 2.1.1
Pengertian Isolasi. http://repository.pkr.ac.id/474/7/BAB 2.pdf

Ayu, S. (2018). GAMBARAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI


SOSIAL SETELAH PEMBERIAN SOCIAL SKILLS THERAPY DI RUMAH SAKIT
JIWA. Journal of Health Sciences, 11(1). https://doi.org/10.33086/JHS.V11I1.122

Fachrudin, H. M. (2020). Isolasi Sosial | PDF.


https://id.scribd.com/document/391557145/isolasi-sosial

khusna, asmaul. (2017). LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL. LAPORAN


PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1 ed.). DPP
PPNI.

21
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.R DENGAN ISOLASI SOSIAL DI RT 03 RW
04 KELURAHAN BAMBANKEREP KOTA SEMARANG

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Psikososial

Disusun oleh :

Sintia Rahmawati (2007080)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

22
FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI

UNIVERITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN 2023/2024

23
PENGKAJIAN
Hari/tanggal pengkajian : Selasa, 14 November 2023
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn.R
Umur : 19 tahun
Informan : nenek klien
Alamat : Rt/Rw 03/04 kelurahan bambankerep
II. ALASAN MASUK
Nenek klien mengatakan klien kesehariannya hanya di kamar dan menyendiri. Klien
jarang sekali bermain bersama teman temannya klien hanya diam menyendiri di
kamar. Klien juga malas berkomunikasi dengan orang lain.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Apakah memiliki penyakit fisik?
Klien mengatakan keadaan saat ini baik-baik saja
2. Bagaimana Riwayat penyakit yang diderita?
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
3. Pengobatan sebelumnya?
Klien mengatakan tidak pernah menjalani pengobatan
4. Apakah pernah memiliki pengalaman menjadi korban kekerasan?
Klien mengatakan tidak pernah menjadi pelaku, korban ataupun secara langsung
perilaku kekerasan.
5. Adakah anggota yang mengalami penyakit tersebut?
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami penyakit
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan? Klien mengatakan pernah
dibully teman nya karena penampilan nya lusuh.

IV. FAKTOR PRESIPITASI


Dalam jangka waktu 6 bulan
1. Apakah klien mengalami penyakit fisik yang belum sembuh?
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit fisik.
2. Apakah klien putus obat?
Klien mengatakan pernah putus obat selama 2 bulan tidak minum obat karena
putus asa, pasrah, dan bosan.
3. Apakah klien mengonsumsi NAPZA?
Klien mengatakan tidak pernah mengonsumsi NAPZA.
4. Apakah klien mengalami peristiwa atau kejadian tidak menyenangkan dalam 6
(enam) bulan terakhir?
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan dalam 6
bulan terakhir.

V. FISIK
Tanda vital
TD : 113/80 mmHg
N : 67 x/menit
S : 36,30C
RR : 20 x/menit
Ukur
TB : 159 cm
BB : 48 kg
Keluhan fisik
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah keperawatan fisik : -

VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (tiga generasi)

Jelaskan :

: Laki-laki

: Perempuan
: Klien

X : Meninggal
: Tinggal serumah
2. Konsep diri
Gambaran diri : Saat pengkajian klien mengatakan tidak membenci ataupun
tidak menyukai anggota tubuhnya dan klien mengatakan
biasa saja.
Identitas diri : Klien mengatakan kurang nyaman dengan keadaan saat ini
karena penyakitnya tetapi mensyukuri akan keadaannya karena masih diberikan
hidup oleh tuhannya. Klien berharap setelah menjalani pengobatan yang Panjang
ini agar diberikan kesembuhan.
Peran : Klien berperan sebagai anak perempuan dikeluarganya dan
anak ke-1 dari 2 bersaudara.
Ideal diri : Klien mengatakan yang diinginkan tidak didapatkan akan
tetapi klien mensyukurinya dan tujuan hidup klien yaitu ingin sembuh dari
penyakitnya.

25
Harga diri : Klien mengatakan malu jika bertemu dengan teman temannya
karena penampilannya yang kurang rapi
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti : klien mengatakan tidak mempunyai orang terdekat
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ Masyarakat : Keluarga klien
mengatakan klien tidak mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat,
klien lebih suka diam dirumah . klien mengatakan jarang berinteraksi dengan
masyarakat sekitar.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : Klien tampak tidak mau
bergaul. Di rumah klien suka tidur dan menyendiri di kamar
d. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan keyakinannya adalah agama islam
e. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan melaksanakan ibadah shalat 5
waktu
Masalah keperawatan :-
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Saat dilakukan wawancara, Klien berpenampilan tampak kurang bersih dengan
memakai celana pendek dan baju kaos, rambut klien acak-acakan
2. Pembicaraan
Saat klien dikaji, klien berbicara tidak sesuai dengan yang ditanyakan dan klien
tampak pasif. Klien mau berbicara bila ditanya dan menjawab seperlunya saja.
3. Aktivitas motorik
Saat diajak berkomunikasi, klien cenderung menghindari kontak mata.
4. Alam perasaan
Saat dilakukan wawancara klien terlihat sedih karena dia hanya tinggal bersama
kakek nenek nya karena kedua orang tua nya sudah meninggal
5. Afek
Saat klien ditanya tentang hal yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan
ekspresi klien tampak datar.
6. Interaksi selama wawancara
Saat diajak wawancara klien tampak bingung dalam menjawab pertanyaan
7. Persepsi
Dalam interaksi tidak ada masalah
8. Proses pikir
Dalam interaksi tidak ada masalah
9. Isi pikir
Dalam interaksi tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran
Klien memiliki kesadaran yang baik, klien dapat menjawab pertanyaan yang
ditanyakan oleh perawat meskipun kadang bingung.
11. Memori
Jangka Panjang : Baik, klien dapat menceritakan pengalaman dahulu yang kurang
mengenakan yaitu ditinggal oleh kedua orang tua nya karena meninggal dunia

26
Jangka pendek : Baik, klien dapat menyebutkan beberapa nama teman-teman yang
ada diruangan.
Saat ini : Baik, klien dapat mengingat apa saja yang ditanyakan oleh perawat.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Jelaskan : Klien mampu berhitung seperti pengurangan dan perkalian. Ketika
berikan pertanyaan klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.
13. Kemampuan penilaian
Klien sulit untuk mengambl keputusan sendiri
14. Daya tilik diri
Sekarang klien menyadari bahwa dirinya mengalami isolasi diri karena jarang
bergabung dan ikut aktivitas dengan masyarakat dan menyendiri di kamar

VIII. MEKANISME KOPING


Klien mengatakan setiap ada masalah jarang menceritakan masalahnya kepada
keluarga maupun ke orang lain. Klien mengatakan hanya memendam masalahnya
sendiri. Saat mengalami masalahnya, klien mengatakan lebih memendam masalahnya
sendiri dan lebih suka menghindar dari masalah. Klien memiliki koping maladaptif
yaitu sering menyendiri dan tidak mau berbicara dengan orang yang tidak dikenal.
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Keluarga mengatakan klien jarang bergaul dengan teman-teman dilingkungan
rumahnya
X. PENGETAHUAN
Klien mengatakan mengetahui jika klien susah berinteraksi dengan orang lain
MASALAH KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial bd ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan( D.0121 )
2. Harga diri rendah situasional bd riwayat kehilangan( D.0087 )

ANALISA DATA
Data Masalah
DS : Isolasi Sosial
Nenek klien mengatakan klien sering
menyendiri di kamar. Klien jarang
bergaul bersama teman temannya. Klien
juga jarang berkumpul melakukan
aktivitas dengan masyarakat sekitar.
Klien mengatakan lebih suka menyendiri
di kamar.

DO :
Klien mau berbicara bila ditanya dan
menjawab seperlunya saja. Klien tampak
pasif.
DS : Koping individu tidak efektif
Klien mengatakan malu untuk
menceritakan masalahnya dengan
keluarga nya. Nenek klien mengatakan
klien orang yang sering memendam
27
masalahnya sendirian
DO :
Klien tampak menunduk dan
menghindari kontak mata. Klien lebih
banyak diam.

POHON MASALAH
Effect

Isolasi sosial Care Problem

Koping tidak efektif Cause

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi Sosial b.d ketidakmampuan menjalin hbungan yang memuaskan ( D.0121 )
2. Koping tidak efektif b.d ketidakadekuatan strategi koping( D.0096 )

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

dx. kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Isolasi Sosial Keterlibatan sosial ( L.13116 ) Promosi Sosialisasi (I.13498)
( D.0121 ) Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3 x 24 jam diharapkan keterlibatan Observasi
sosial meningkat dengan kriteria hasil :
1. Minat inteaksi meningkat
2. Verbalisasi isolasi menurun
 Identifikasi kemampuan
3. Verbalisasi ketidakamanan di melakukan interaksi dengan
tempat umm menurun orang lain
4. Perilaku menraik diri menurun  Identifikasi hambatan
5. Kontak mata membaik melakukan interaksi dengan
orang lain

Terapeutik

 Motivasi meningkatkan
keterlibatan dalam suatu
hubungan
 Motivasi kesabaran dalam
mengembangkan suatu
hubungan
 Motivasi berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan kegiatan
kelompok
 Motivasi berinteraksi di luar
lingkungan (mis: jalan-jalan,
ke toko buku)

28
 Diskusikan kekuatan dan
keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan orang
lain
 Diskusikan perencanaan
kegiatan di masa depan
 Berikan umpan balik positif
dalam perawatan diri
 Berikan umpan balik positif
pada setiap peningkatan
kemampuan

Edukasi

 Anjurkan berinteraksi dengan


orang lain secara bertahap
 Anjurkan ikut serta kegiatan
sosial dan kemasyarakatan
 Anjurkan berbagi pengalaman
dengan orang lain
 Anjurkan meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak orang lain
 Anjurkan penggunaan alat
bantu (mis: kacamata dan alat
bantu dengar)
 Anjurkan membuat
perencanaan kelompok kecil
untuk kegiatan khusus
 Latih bermain peran untuk
meningkatkan keterampilan
komunikasi
 Latih mengekspresikan marah
dengan tepat

Koping tidak Status Koping ( L.09086 ) Promosi Koping (I.09312)


efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
( D.0096 ) 3 x 24 jam diharapkan status koping
membaik dengan kriteria hasil :  Identifikasi kegiatan jangka
1. Verbalisasi kemampuan pendek dan Panjang sesuai tujuan
mengatasi masalah meningkat  Identifikasi kemampuan yang
2. Verbalisasi pengakuan masalah dimiliki
meningkat  Identifikasi sumber daya yang
3. Kemampuan membina tersedia untuk memenuhi tujuan
hubungan meningkat  Identifikasi pemahaman proses
4. Partisipasi sosial meningkat penyakit
5. Kemampuan memenuhi peran  Identifikasi dampak situasi
sesuai usia meningkat terhadap peran dan hubungan
 Identifikasi metode penyelesaian
masalah

29
 Identifikasi kebutuhan dan
keinginan terhadap dukungan
sosial

Terapeutik

 Diskusikan perubahan peran yang


dialami
 Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
 Diskusikan alasan mengkritik diri
sendiri
 Diskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
 Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan
rasa malu
 Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada diri
sendiri
 Fasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan
 Berikan pilihan realistis mengenai
aspek-aspek tertentu dalam
perawatan
 Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
 Tinjau Kembali kemampuan
dalam pengambilan keputusan
 Hindari mengambil keputusan
saat pasien berada dibawah
tekanan
 Motivasi terlibat dalam kegiatan
sosial
 Motivasi mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
 Damping saat berduka (mis:
penyakit kronis, kecacatan)
 Perkenalkan dengan orang atau
kelompok yang berhasil
mengalami pengalaman sama
 Dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
 Kurangi rangsangan lingkungan
yang mengancam

Edukasi

 Anjurkan menjalin hubungan


yang memiliki kepentingan dan
tujuan sama
 Anjurkan penggunaan sumber

30
spiritual, jika perlu
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Anjurkan keluarga terlibat
 Anjurkan membuat tujuan yang
lebih spesifik
 Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
 Latih penggunaan Teknik
relaksasi
 Latih keterampilan sosial, sesuai
kebutuhan
 Latih mengembangkan penilaian
obyektif

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari / Dx.kep Implementasi Evaluasi TTD


Tanggal
Selasa,14 Isolasi a) Membina hubungan S: Sintia
November Sosial saling percaya Klien mengatakan lebih suka
2023 b) Identifikasi penyebab dan nyaman menyendiri di
isolasi sosial kamar
c) Melatih cara Klien mengatakan malu ikut
berkenalan dengan dalam kegiatan masyarakat
orang lain secara Keluarga klien mengatakan
bertahap setuju dilakukan pendidikan
d) Mengontrak waktu kesehatan
untuk melakukan O:
pendidikan kesehatan Klien tampak menghindari
tentang isolasi sosial kontak mata
Klien menunduk
Klien gugup saat diajak
berbicara
A:
Masalah belm teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Selasa, 14 Koping a) Mendukung S: Sintia
November Tidak pengungkapan secara Klien menyebutkan
2023 efektif verbal tentang namanya
perasaan, persepsi, dan Klien mengatakan tinggal
ketakutan dengan kakek dan neneknya
b) Melakukan pendekatan saja karena kedua orang tua
tenang dan meyakinkan klien sudah meninggal
c) Mengevaluasi Klien mengatakan jika ada
kemampuan klien maasalah klien hanya diam
dalam membuat dan memendam masalahnya
keputusan sendirian
Klien mengatakan lebih baik
menghindari masalah
O:
Klien hanya menjawab jika

31
ditanya dan lebih banyak
diam
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Rabu , 15 Isolasi a) Evaluasi penyebab S: Sintia
November Sosial isolasi sosial Klien mengatakan mau
2023 b) Validasi kemampuan berkenalan dengan 2 orang
klien dalam O:
berkenalan, beri pujian Klien tampak ma berjabat
c) Latih berbicara saat tangan dan berkenalan
melakukan kegiatan dengan 2 orang
harian (2-3 oranga Klien nampak malu malu
tetangga atau tamu ) saat kontak mata
Klien mau mempraktikan
cara berkenalan
A:
Masalah sebagian teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
Rabu , 15 Koping a) Memberikan S: Sintia
November tidak kesempatan kepada Klien mengatakan senang
2023 efektif klien untuk berbincang bincang dengan
mengungkapkan perawat
metode yang Klien mengatakan mau
digunakan pada masa berubah jika ada masalah dia
seblumnya dalam akan berbagi masalah nya
menghadapi masalah dengan orang yang paling
dipercaya
O:
Klien nampak tersenyum
ketika diajak berbicara
Klien mau diajak merbah
cara dalam menghadapi
masalah hidup
A :
Masalah sebagian teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Kamis, 16 Isolasi a) Mengevaluasi tanda S: Sintia
November sosial dan gejala isoslasi Klien mengatakan mau
2023 sosial bergaul dengan teman teman
b) Validasi kemampan yang dikenalinya
klien dalam berkenalan Klien mengatakan mau ikut
dan bicara melakukan kegiatan sosial
c) Tanyakan perasaan seperti berkumpul dan
klien saat melakukan berbincang dengan warga
kegiatan sekitar
d) Latih cara berbicara Keluarga klien mengatakan
saat melakukan paham tentang apa isolasi
kegiatan sosial sosial
e) Melakukan pendidikan O:
kesehatan mengenai Klien tampak mau

32
isolasi sosial berbincang dan nyaman saat
berbicara dengan orang lain
Klien mau menatap mata
lawan bicara nya
Klien tidak gugup
Keluarga klien tampak
mengerti tentang isolasi
sosial
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Kamis, 16 Koping a) Memberikan S: Sintia
November tidak kesempatan kepada Klien bisa mengatakan
2023 efektif klien untuk mengenali sudah paham dan telah
dampak situasi mengetahui dampak dari
kehidpan klien situasi kehidupan klien
terhadap peran dan terhadap peran dan
hubngan hubungan
O:
Klien bisa menghadapi
masalah dengan cara
menyelesaikannya dan tidak
menghindari masalah nya
lagi
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

33
MAKALAH KELOMPOK
PRAKTIK KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL DENGAN KEPUTUSASAAN PADA
TN.M YANG MENGALAMI PENYAKIT JANTUNG DI RT 03 RW 04 KELURAHAN
BAMBANKEREP KOTA SEMARANG

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Psikososial

Disusun oleh : Kelompok 5


1. Sintia Rahmawati (2007080)
2. Sita Monica Canserina (2007081)
3. Siti Fariatun Isma (2007082)

Dosen Pembimbing:
Ns. Rahayu Winarti, M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI

UNIVERITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN 2023/2024

34
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufik
serta hidayahh-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata
kuliah praktik keperawatan psikososial dengan dosen pembimbing Ns Rahayu Winarti,
M.Kep. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok praktik keperawatan
psikososial. Makalah ini berisi tentang asuhan keperawatan dengan keputusasaan.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah,
khususnya kepada dosen pembimbing kami yang telah memberi arahan dalam pembuatan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang membangun sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat dan berguna, baik penulis maupun pembaca.

Semarang, 16 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
B. TUJUAN.........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................3
A. DEFINISI........................................................................................................................3
B. FAKTOR PREDISPOSISI..............................................................................................3
C. TANDA DAN GEJALA..................................................................................................3
D. POHON MASALAH......................................................................................................4
E. PENGKAJIAN................................................................................................................4
F. MASALAH KEPERAWATAN.......................................................................................6
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................................6
H. RENCANA KEPERAWATAN........................................................................................6
BAB III GAMBARAN KASUS................................................................................................8
A. PENGKAJIAN................................................................................................................8
B. MASALAH KEPERAWATAN.....................................................................................12
C. ANALISA DATA..........................................................................................................13
D. POHON MASALAH....................................................................................................13
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................................13
F. IMPLEMENTASI.........................................................................................................13
G. EVALUASI...................................................................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................17
BAB V PENUTUP...................................................................................................................18
A. KESIMPULAN.............................................................................................................18
B. SARAN.........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Klien dalam perspektif keperawatan marupakan individu, keluarga atau
masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk dapat
memelihara, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya dalam kondisi
optimal. Sebagai soerang manusia, klien memiliki beberapa peran dan fungsi seperti
sebagai makhluk individu, makhluk social, dan makhluk tuhan. Berdasarkan hakikat
tersebut, maka keperawatan memandang manusia sebagai makhluk yang holistic yang
terdiri atas aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual. Pentingnya
bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan
bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan
seutuhnya. Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantaranya
dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat.
Keutuhan spiritual sama pentingnya dengan kebutuhan lainnya pada saat seseorang
sakit, spiritual dapat menimbulkan perasaan nyaman dan aman ketika klien sakit
tersebut berserah diri kepada keadaannya. Tetapi berserah diri ini berbeda dengan
putus asa. Dimana keputusasaan adalah suatu kondisi dimana biasanya klien
mengalami penyakit terminal dan ia sudah tidak mengharapkan dan mengusahakan
kesembuhannya (Salman et al., 2021).
Keputusasaan diartikan sebagai keadaan seseorang yang melihat adanya
keterbatasan atau tidak tersedianya alternative untuk masalah yang di alami. akibat
dari keputusasaan bisa berdampak depresi dan melakukan bunuh diri. penyebab yang
saling berkaitan dengan keputusasaan antara lain perasaan tertinggal, kehilangan
kepercayaan pada nilai pembatasan aktivitas yang menyebabkan isolasi dan stres
berkelanjutan. Depresi adalah salah satu sikap sedih serta berduka yang berkelanjutan
atau abnormal. kunci dari gejala depresi ditandai beberapa perilaku yaitu keinginan
yang turun dan hilangnya ketertarikan atau kebahagiaan. Penderita merasakan
perasaan sedih, tidak adanya keinginan, bersusah hati atau tidak berguna. Tanda-tanda
depresi yaitu merasa lelah, tidak sanggup konsentrasi/membuat keputusan, perasaan
sedih, tidak berharga/bersalah. Menurut WHO, depresi adalah masalah mental yang
sering disertai perasaan sedih, hilangnya keinginan atau kebahagiaan, turunnya energi,
perasaan bersalah , masalah pola tidur atau nafsu makan menurun serta konsentrasi
menurun. Satu perilaku keperawatan yang digunakan untuk menangani keputusasaan
dengan cara logostherapy (Istiqomah, 2021).
Maka dari itu kami akan membahas asuhan keperawatan untuk klien yang
mengalami keputusasaan sehingga semangat hidupnya Kembali bangkit dan Kembali
berusaha untuk hidup dan sembuh.

3
TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini dibedakan menjadi 2 tujuan yaitu, tujuan umum dan
tujuan khusus:
1. Tujuan umum
Menjelaskan asuhan keperawatan psikososial dengan keputusaan
2. Tujuan khusus
b. Menjelaskan konsep teori tentang keputusasaan
c. Menjelaskan askep pada Tn. M dengan keputusasaan yang mengalami penyakit
jantung di rt 03 rw 04 kelurahan bambankerep kota Semarang yang meliputi :
a) Pengkajian
b) Diagnosa keperawatan
c) Intervensi keperawatan
d) Implementasi keperawatan
e) Evaluasi keperawatan

BAB II

4
TINJAUAN TEORI

DEFINISI
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energi yang dimilikinya. Keputusasaan adalah keadaan emosional
Ketika individu merasa bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani (dengan kata
lain mustahil). Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak emnemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa
membantunya. Keputusaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan,
keraguan, duka cita, apatis, kesedihan, depresi, dan bunuh diri (Akaz Agung
Bimantara, 2020).

FAKTOR PREDISPOSISI
Factor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon keputusasaan menurut (Akaz
Agung Bimantara, 2020) adalah:
1. Factor genetic : individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai Riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan.
2. Kesehtaan jasmani : individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental : individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai Riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya
pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasaanya sangat peka
dalam menghadapi situasi masalah dan mengalami keputusasaan.
4. Struktur kepribadian : individu dengan konsep yang negative, perasaan rendah diri
akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi.

TANDA DAN GEJALA


Adapun tanda dan gejala menurut (Akaz Agung Bimantara, 2020) adalah:
1. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa.
2. Sering mengeluh dan Nampak murung.
3. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali.
4. Menunjukkan kesedihan, afek datra atau tumpul.
5. Menarik diri dari lingkungan.
6. Kontak mata kurang.
7. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
8. Nampak selalu murunga tau blue mood.
9. Menunjukan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu).
10. Peningkatan waktu tidur.

5
11. Penurunan keterlibatan dalam perawatanBersikap pasif dalam menerima
perawatan.
12. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lian yang bermakna.
Menurut (Istiqomah, 2021):
1. Mayor :
Subjektif : mengatakan keputusasaan
Objektif : tingkah laku pasif
2. Minor :
Subjektif : kesulitan tidur ,selera makan menjadi menurun
Objektif : afek datar kurang inisiatif , meninggalkan lawan bicara, kurang ikut
terlibat dalam aktivitas perawatan, mengangkat kedua bahu sebagai respon kepada
lawan bicara.

POHON MASALAH

Ketidakberdayaan Effect

Keputusasaan Care problem

Harga diri rendah situasional Causa

Sumber : : Akaz Agung Bimantara (2020)

PENGKAJIAN
Menurut (Khofifah, 2021)
1. Identitas
Identitas terdiri dari nama pasien, umur, dan alamat.
2. Keluhan utama
3. Faktor predisposisi
a. Faktor Genetik : sikap optimisme terhadap masalah akan sulit dikembangkan
pada individu yang terlahir dan besar dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi.
b. Kesehatan Mental : seseorang dengan gangguan kejiwaan terutama pada
riwayat depresi yang ditandai dengan ketidakberdayaan dan pesimisme, akan
selalu dibayangi masa depan yang suram, biasanya sangat sensitif terhadap
masalah dan sering merasa putus asa.
c. Kesehatan Jasmani : Individu dengan kondisi fisik yang sehat dan gaya hidup
yang baik akan memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatasi stres
dibandingkan orang yang berpenyakit fisik.

6
d. Struktur Kepribadian : seseorang dengan konsep negatif dan harga diri yang
rendah menimbulkan rasa kepercayaaan diri.
4. Fisik
Pemeriksaan fisik TTV meliputi tekanan darah, suhu, pernafasan, nadi , tinggi
badan disertai berat badan.
5. Genogram
Genogram mendeskripsikan hubungan pasien pada keluarga yang berisi minimal
tiga generasi.
6. Faktor Presipitasi
a. Faktor biologis Kaji mengenai status imunisasi, nutrisi, dan latihan fisik.
b. Faktor psikologis dan sosiobudaya
1) Psikoseksual tanyakan kepada klien tentang kepuasan fase oral, fase
phalik, fase anal, fase laten dan fase genital.
2) Psikososial
meningkatkan otonomi, merangsang inisiatif, mengembangkan percaya
diri, pembentukan identitas, keintiman dengan orang lain, produktifitas
serta kepuasan hidup.
3) Kognitif
Kaji mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rangsangan sensori pada usia
bayi, mengembangkan berfikir konkritl, dan formal operasional (hubungan
sebab-akibat).
4) Moral
Nilai moral klien mengenai pengajaran nilai-nilai agama dan norma social
budaya, memberikan hadiah terhadap ketaatan, hubungan terhadap
pelanggaran, dan melatih disiplin diri.
7. Penilaian pada stressor
Kaji adanya stimulasi tumbang, perilaku sosial yang tampak pada klien, persepsi
individu terhadap masalah, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
8. Sumber koping
Kaji adanya kemampuan personal dalam problem solving sklill, semangat, sosial
skill, dan intelegensia pengetahuan. Kaji pengetahuan dalam tumbuh kembang
sistem pendukung, koping, pola asuh, konsep diri. Dukungan sosial, asset
material, dan keyakinan.
9. Kebiasaan koping yang digunakan
Kaji kebiasaan koping yang digunakan seperti berbicara dengan orang lain,
aktivitas konstruktif, menyelesaikan masalah, olah raga, orientasi ego.
10. Analisa data
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) Analisa data Keputusasaan dapat
diperoleh dari :
a. Data Subyektif :
a) Mengungkapkan keputusasaan
b) Sulit tidur
c) Selera makan menurun
b. Data Obyektif :
a) Berperilaku pasif
b) Kurang inisiatif

7
c) Mengacuhkan lawan bicara
d) Kurang atau tidak berpartisipasi pada tindakan perawatan

MASALAH KEPERAWATAN
Keputusasaan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut (Khofifah, 2021) diagnosis keperawatan yang mungkin muncul yaitu:
1. Keputusasaan
2. Ketidakberdayaan
3. Harga diri rendah situasional
Berdasarkan observasi dan wawancara, perawat dapat merumuskan masalah
keperawatan yaitu Keputusasaan.

RENCANA KEPERAWATAN
Sesuai dengan masalah keperawatan yang di dapat, rencana keperawatan terhadap
klien keputusasaan menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) yaitu dilakukan SP 1-
2 untuk klien dan keluarga :
1. Intervensi Generalis Pada Pasien
a. Tujuan
1) Dapat mengetahui masalah putus asa
2) Dapat mengeksplorasi diri terhadap kegiata
3) Dapat memanfaatkan keluarga sebagai pendukung
b. Tindakan Keperawatan
1) SP 1 Pasien
a) menciptakan hubungan saliing percaya antara klien dengan perawat
b) Buat kontrak pertemuan untuk latihan pengendalian keputusasaan
c) Bantu klien mengenali keputusasaannya
d) Ajari cara berfikir positif dengan harapan serta penemuan makna hidup
2) SP 2 Pasien
a) Pertahankan rasa percaya klien
b) Buat kontrak ulang
c) Mendiskusikan aspek positif dalam individu
d) Mendiskusikan kemampuaan positif
e) Melatih kemampuan positif
f) Anjurkan bahwa kegiatan positif berpengaruh dalam membangun
harapan serta makna hidup
2. Intervensi Generalis Pada Keluarga
a. Tujuan
1. Keluarga bisa mengetahui problem keputusasaan terhadap anggota
keluarganya
2. Keluarga bisa menangani anggota keluarga yang menderita keputusasaan

8
3. Keluarga bisa memfollow up anggota keluarga yang menderita
keputusasaan
b. Tindakan Keperawatan
1) SP 1 keluarga
a) Bina hubungan saling percaya
b) Buat kontrak latihan cara menangani pasien keputusasaan
c) Membantu keluarga mengenali keputusasaan
2) SP 2 Keluarga
a) Pertahankan rasa percaya dengan keluarga
b) Buat kontrak ulang
c) Sertakan keluarga dalam melatih klien kemampuan positif
d) Mendiskusikan pada keluarga follow up serta keaadaan klien yang
perlu segera ditangani.

BAB III
GAMBARAN KASUS
PENGKAJIAN
Hari/tanggal pengkajian : Selasa, 14 November 2023

9
XI. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. M
Umur : 75 tahun
Informan :-
Penyakit medis : Penyakit jantung
Alamat : Rt/Rw 03/04 kelurahan bambankerep

XII. ALASAN MASUK


Klien mengatakan sudah pasrah akan penyakit jantungnya selain itu klien juga
mengatakan ada sakit hipertensi dan asam lambung yang mana sering kambuh. Klien
mengatakan sudah mengalami sakit jantung selama 10 tahun sudah bolak-balik
control ke RS dan klien pernah mengatakan bosan dengan keadaannya saat ini
sehingga klien memutuskan putus obat/ tidak minum obat selama 2 bulan selama 6
bulan terakhir.

XIII. FAKTOR PREDISPOSISI


7. Apakah memiliki penyakit fisik?
Klien mengatakan keadaan saat ini baik-baik saja. Namun terkadang klien
mengalami sakit perut pada pagi hari yang disebabkan oleh asam lambung yang
dideritanya.
8. Bagaimana Riwayat penyakit yang diderita?
Klien mengatakan menderita penyakit jantung dan asam lambung yang didiagnosa
oleh dokter.
9. Pengobatan sebelumnya?
Klien mengatakan menjalani pengobatan di puskesmas dan masih dijalankan
hingga sekarang.
10. Apakah pernah memiliki pengalaman menjadi korban kekerasan?
Klien mengatakan tidak pernah menjadi pelaku, korban ataupun secara langsung
perilaku kekerasan.
11. Adakah anggota yang mengalami penyakit tersebut?
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama
dengannya.
12. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan? Klien mengatakan tidak pernah
mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.

XIV. FAKTOR PRESIPITASI


Dalam jangka waktu 6 bulan
5. Apakah klien mengalami penyakit fisik yang belum sembuh?
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit fisik.
6. Apakah klien putus obat?
Klien mengatakan pernah putus obat selama 2 bulan tidak minum obat karena
putus asa, pasrah, dan bosan.
7. Apakah klien mengonsumsi NAPZA?
Klien mengatakan tidak pernah mengonsumsi NAPZA.
8. Apakah klien mengalami peristiwa atau kejadian tidak menyenangkan dalam 6
(enam) bulan terakhir?

10
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan dalam 6
bulan terakhir.

XV. FISIK
Tanda vital
TD : 168/98 mmHg
N : 67 x/menit
S : 36,30C
RR : 20 x/menit
Ukur
TB : 174 cm
BB : 53 cm
Keluhan fisik
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah keperawatan fisik : -

XVI. PSIKOSOSIAL
4. Genogram (tiga generasi)

Jelaskan :

: Laki-laki

: Perempuan
: Klien

11
X : Meninggal
: Tinggal serumah
5. Konsep diri
Gambaran diri : Klien mengatakan mensyukuri akan tubuhnya karena tidak
ada kekurangan pada anggota tubuhnya dan klien menyukai kondisi tubuhnya
karena walaupun umur sudah tua akan tetapi masih terlihat muda.
Identitas diri : Klien mengatakan kurang nyaman dengan keadaan saat ini
karena penyakitnya tetapi mensyukuri akan keadaannya karena masih diberikan
hidup oleh tuhannya. Klien berharap setelah menjalani pengobatan yang Panjang
ini agar diberikan kesembuhan.
Peran : Klien mengatakan bahwa dirinya sebagai orang tua tidak
dapat bekerja lagi karena penyakitnya yang bekerja yaitu cucunya, serta klien
mengatakan tidak mempunyai keturunan, anak yang tinggal dirumahnya adalah
anak tirinya.
Ideal diri : Klien mengatakan yang diinginkan tidak didapatkan akan
tetapi klien mensyukurinya dan tujuan hidup klien yaitu ingin sembuh dari
penyakitnya.
Harga diri : Klien mengatakan sebenarnya kurang puas dengan
kehidupannya saat ini karena dari 7 saudaranya merasa dirinyalah yang paling
miskin sedangkan yang lain merupakah PNS. Klien mengatakan tidak memiliki
minat, keterampilan, kelebihan yang dimiliki.
Masalah keperawatan : ketidakefektifan performa peran dan harga diri rendah
situasional.
6. Hubungan social
f. Orang yang berarti : klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya
adalah cicitnya.
g. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ Masyarakat : klien mengatakan sejak
punya penyakit jantung sudah tidak mengikut kegiatan seperti gotong royong
karena merasa tidak kuat. Dahulu klien merupakan ketua RT.
h. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : klien mengatakan tidak ada
masalah dalan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain
baik-baik saja.
Masalah keperawatan : ketidakefektifan performa peran.
7. Spiritual
Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan keyakinannya adalah agama
Kristen.
Kegiatan ibadah : Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan ibadah di
gereja setiap hari kamis dan minggu.
Masalah keperawatan :-
XVII. STATUS MENTAL
15. Penampilan
Jelaskan : Saat dilakukan wawancara, klien terlihat berpenampilan rapi dan bersih,
berpakaian selayaknya bapak-bapak yaitu dengan memakai kaos dan celana
Panjang.
Masalah keperawatan : -

12
16. Pembicaraan
Jelaskan : Saat diajak berkomunikasi klien berbicara dengan suara yang jelas,
pada setiap pertanyaan yang diajukan perawat dapat menjawab dengan cepat dan
sesuai.
Masalah keperawatan : -
17. Aktivitas motorik
Jelaskan : Saat diajak berkomunikasi, klien cenderung terlihat lesu.
Masalah keperawatan : Keputusasaan
18. Alam perasaan
Jelaskan : Saat dilakukan wawancara klien terlihat sedih dan putus asa.
Masalah keperawatan : Keputusasaan
19. Afek
Jelaskan : Respon emosional klien saat diajak komunikasi baik, klien selalu
merespon pertanyaan yang ditanyakan.
Masalah keperawatan : -
20. Interaksi selama wawancara
Jelaskan : Selama wawancara berlangsung klien kooperatif dalam berinteraksi.
Masalah keperawatan : -
21. Persepsi
Jelaskan : Klien mengatakan ada masalah pada penglihatannya karena sudah tua
sehingga penglihatan agak sedikit kabur.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori penglihatan.
22. Proses pikir
Jelaskan : Dalam interaksi tidak ada masalah
Masalah keperawatan : -
23. Isi pikir
Jelaskan : Dalam interaksi tidak ada masalah
Masalah keperawatan : -
24. Tingkat kesadaran
Jelaskan : Klien memiliki kesadaran yang baik, klien dapat menjawab pertanyaan
yang ditanyakan oleh perawat meskipun kadang bingung. Klien tidak memiliki
disorientasi yang ditandai dengan pengetahuan klien tentang waktu saat dilkaukan
wawancara, tempat dimana dia berada saat ini dan dengan perawat selaku orang
yang melakukan percakapan dengan klien.
Masalah keperawatan : -
25. Memori
Jangka Panjang : Baik, klien dapat menceritakan pengalaman dahulu yang kurang
mengenakan yaitu ditinggal oleh istrinya karena meninggal dunia.
Jangka pendek : Baik, klien dapat menyebutkan beberapa nama teman-teman yang
ada diruangan.
Saat ini : Baik, klien dapat mengingat apa saja yang ditanyakan oleh perawat.
Masalah keperawatan : -
26. Tingkat konsentrasi dan berhitung

13
Jelaskan : Klien mampu berhitung seperti pengurangan dan perkalian. Ketika
berikan pertanyaan klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.
Masalah keperawatan : -
27. Kemampuan penilaian
Jelaskan : Klien dapat mengambil keputusan sederhana misalnya jika ia akan tidur
tetapi jamnya minum obat ia memilih minum obat dulu kemudian tidur.
Masalah keperawatan :
28. Daya tilik diri
Jelaskan : Sekarang klien menyadari bahwa dirinya mengalami keputusasaan
karena kondisi penyakitnya dan ekonominya kurang baik.
Masalah keperawatan : -

XVIII. MEKANISME KOPING


Klien mempunyai mekanisme koping yang baik yaitu adaptif dengan mampu bicara
dengan orang lain dan mampu menyelesaikan masalah. Klien tidak memiliki
mekanisme koping maladaptif seperti tidak minum alcohol, tidak bekerja berlebihan
karena pembatasan aktivitas jangka Panjang yang disebabkan oleh penyakitnya.
Masalah keperawatan : -

XIX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien mengatakan sering bergaul dengan lingkungannya dan sering tolong menolong
dalam tetangganya. Tidak ada masalah dengan pekerjaannya karena sudah tidak
bekerja. Hanya saja mempunyai masalah ekonomi karena sudah tidak bekerja sendiri,
hanya mengandalkan cucunya.

XX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Klien mengatakan kurang mengetahui akan penyakitnya, masalah psikososialnya dan
obat-obatan yang dikonsumsi.
Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan

MASALAH KEPERAWATAN
3. Keputusasaan
4. Harga diri rendah situasional
5. Defisit pengetahuan
6. Ketidakefektifan performa peran
7. Gangguan persepsi sensori penglihatan

ANALISA DATA
Data Masalah
DS : Klien mengatakan sudah pasrah Keputusasaan (D.0088)
akan penyakit jantungnya selain itu klien
juga mengatakan ada sakit hipertensi dan

14
asam lambung yang mana sering
kambuh. Klien mengatakan sudah
mengalami sakit jantung selama 10 tahun
sudah bolak-balik control ke RS dan
klien pernah mengatakan bosan dengan
keadaannya saat ini sehingga klien
memutuskan putus obat/ tidak minum
obat selama 2 bulan selama 6 bulan
terakhir.

DO : mata klien tampak berlinang air


mata saat membahas masalah
penyakitnya, keluarga dan ekonominya.

POHON MASALAH
Defisit pengetahuan Effect

Keputusasaan Care Problem

Harga diri rendah Cause

DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Keputusasaan bd pembatasan aktivitas jangka Panjang (D.0088)
4. Harga diri rendah situasional bd perubahan peran social (D.0087)
5. Defisit pengetahuan bd kurang terpapar informasi (D.0111)

IMPLEMENTASI
Hari/ Jam No.dx. Implementasi Respon pasien TTD
tanggal kep
Selasa 09.00 I 1. Mengidentifikasi kemampuan S : pasien mengatakan Isma
14/11/23 yang dimiliki. memiliki kemampuan
memelihara
peliharaannya.
O : anjing pasien tampak
bersih dan terawat.
09.05 2. Mendiskusikan perubahan peran S : pasien mengatakan Isma
yang dialami dulunya ia pernah
menjabat ketua rt,
setelah lansia ia tidak
bekerja lagi karena
sudah tua dan memiliki
penyakit.
O : pasien tampak
berbicara dengan jelas.
09.10 3. Memotivasi terlibat dalam S : pasien mengatakan Isma
kegiatan sosial mengikuti kegitan social
di rtnya namun hanya

15
sekuatnya.
O : pasien disarankan
untuk selalu ikut
kegiatan social di
Masyarakat walaupun
hanya sekuatnya.
09.15 4. Menganjurkan penggunaan S : pasien mengatakan Isma
sumber spiritual sering mengikuti ibadah
di gereja pada hari kamis
dan minggu.
O : tampak dirumahnya
ada salib dan gambar
yesus.
09.20 5. Melatih penggunaan Teknik S : pasien mengatakan Isma
relaksasi (relaksasi napas dalam) belum mengetahui
Teknik relaksasi
(relaksasi napas dalam)
O : pasien tampak
mengikuti arahan dari
perawat.
09.30 II 6. Mengidentifikasi harapan untuk S : pasien mengatakan Isma
mengendalikan perilaku. memiliki harapan untuk
sembuh.
O : pasien tampak
bersemangat Ketika
mengatakan hal tersebut.
09.35 7. Menciptakan dan S : pasien mengatakan Isma
mempertahankan lingkungan dan dapat melakukan
kegiatan perawatan konsisten aktivitas fisik seperti
setiap dinas. merawat hewan
8. Meningkatkan aktivitas fisik peliharaan. Pasien
sesuai kemampuan. mengatakan belum tahu
9. Memberi penguatan positif afirmasi positif.
terhadap keberhasilan O : pasien ingin tahu apa
mengendalikan perilaku. itu afirmasi positif.
09.55 III 10. Menjadwalkan Pendidikan S: pasien mengatakan Isma
Kesehatan sesuai kesepkatan. bisa pada hari kamis jam
10 pagi.
O: pasien tampak
bersemangat.
10.00 11. Mengajarkan perilaku hidup S: pasien mengatakan Isma
bersih dan sehat. belum tahu apa itu
12. Mengajarkan strategi yang dapat PHBS. Setelah
digunakan untuk meningkatkan dijelaskan pasien
perilaku hidup bersih dan sehat. mengerti dan paham.
O: pasein tampak
memperhatikan
penjelasan perawat.
Rabu 09.00 I 1. Melatih penggunaan Teknik S: pasien mengatakan Isma
15/11/23 relaksasi (relaksasi napas dalam rileks dan tenang setelah
dan guide imagery) berlatih Teknik relaksasi.
O: pasien tampak
menikmati Teknik
relaksasi sampai diulang

16
2x.
09.30 II 2. Memberikan penguatan positif S: pasien mengatakan Isma
terhadap keberhasilan lebih percaya diri akan
mengendalikan perilaku (afirmasi kesembuhannya.
positif) O: pasien tampak
senang.
Kamis 10.00 III 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S: pasien mengatakan Isma
16/11/23 kemampuan menerima informasi siap diberikan
pendidikan kesehatan.
O: pasien tampak
bersemangat
10.05 2. Menyediakan materi dan media S: pasien mengatakan Isma
Pendidikan Kesehatan mengerti dan paham
3. Menjelaskan factor resiko yang setelah diberikan
dapat mempengaruhi Kesehatan Pendidikan Kesehatan.
4. Memberikan kesempatan untuk O: pasien dapat
bertanya menjawab pertanyaan
yang diberikan sesuai
materi Pendidikan
Kesehatan.

EVALUASI
Hari/ No.dx Catatan perkembangan TTD
tanggal/ . Kep
jam
Selasa I S: pasien mengatakan mampu melakukan kegiatan dan peran sesuai Isma
14/11/23 kemampuan.
12.00 O: pasien berbicara dengan jelas dan percaya diri.
A: Keputusasaan (D.0088) belum teratasi.
P: Promosi koping (I.09312) dilanjutkan
II S: pasien mengatakan ada harapan untuk sembuh. Isma
O: pasien tampak bersemangat saat mnegatakan hal tersebut.
A: Harga diri rendah situasional (D.0087) belum teratasi
P: Manajemen perilaku (I.12463) dilanjutkan
III S: pasien mengatakan belum mengetahui PHBS dan tentang Isma
penyakitnya seperti penyebab dan obat-obat yang dikonsumsi.
O: pasien bertanya ap aitu PHBS dan setuju jika dilakukan penkes
mengenai penyakitnya.
A: Defisit pengetahuan (D.0111) belum teratasi
P: Edukasi Kesehatan (I.12383) dilanjutkan
Rabu I S: pasien mengatakan rileks dan tenang setelah berlatih Teknik Isma
15/11/23 relaksasi.
12.00 O: pasien tampak menikmati Teknik relaksasi sampai diulang 2x.
A: Keputusasaan (D.0088) teratasi
P: Promosi koping (I.09312) dihentikan
II S: pasien mengatakan lebih percaya diri akan kesembuhannya Isma
O: pasien tampak senang.
A: Harga diri rendah situasional (D.0087) teratasi
P: Manajemen perilaku (I.12463) dihentikan
Kamis III S: pasien mengatakan mengerti dan paham setelah diberikan Isma
16/11/23 Pendidikan Kesehatan.
12.00 O: pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan sesuai materi
Pendidikan Kesehatan.

17
A: Defisit pengetahuan (D.0111) teratasi
P: Edukasi Kesehatan (I.12383) dihentikan.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pengkajian yang dilakukan pada hari selasa didapatkan masalah klien yaitu
keputusasaan dikarenakan Klien mengatakan sudah pasrah akan penyakit jantungnya selain
itu klien juga mengatakan ada sakit hipertensi dan asam lambung yang mana sering kambuh.
Klien mengatakan sudah mengalami sakit jantung selama 10 tahun sudah bolak-balik control
ke RS dan klien pernah mengatakan bosan dengan keadaannya saat ini sehingga klien
memutuskan putus obat/ tidak minum obat selama 2 bulan selama 6 bulan terakhir.
Sehingga didapatkan 5 masalah keperawatan yaitu keputusasaan, harga diri rendah situasional
karena klien mengatakan sebenarnya kurang puas dengan kehidupannya saat ini karena dari 7
saudaranya merasa dirinyalah yang paling miskin sedangkan yang lain merupakah PNS.
Klien mengatakan tidak memiliki minat, keterampilan, kelebihan yang dimiliki, defisit
pengetahuan karena Klien mengatakan kurang mengetahui akan penyakitnya, masalah
psikososialnya dan obat-obatan yang dikonsumsi, ketidakefektifan performa peran karena
Klien mengatakan bahwa dirinya sebagai orang tua tidak dapat bekerja lagi karena
penyakitnya yang bekerja yaitu cucunya, serta klien mengatakan tidak mempunyai keturunan,
anak yang tinggal dirumahnya adalah anak tirinya, dan gangguan persepsi sensori penglihatan
karena Klien mengatakan ada masalah pada penglihatannya karena sudah tua sehingga
penglihatan agak sedikit kabur.
Lalu didapatkan 3 diagnosa keperawatan yaitu Keputusasaan bd pembatasan aktivitas jangka
Panjang (D.0088), Harga diri rendah situasional bd perubahan peran social (D.0087), Defisit
pengetahuan bd kurang terpapar informasi (D.0111). Dilakukan intervensi seperti melatih
Teknik relaksasi (relaksasi napas dalam, guide imagery, dan afirmasi positif) dan Pendidikan
Kesehatan mengenai penyakit klien. Setelah dilakukan implementasi, intervensi dihentikan
karena klien sudah ada perubahan dan pemahaman dari Pendidikan kensehatan yang
diberikan. Klien sudah merasa lebih baik setelah dilakukan implementasi. klien bisa berfikir
positif dan mempertahankan harapan hidupnya.

18
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari hasil data yang didapatan oleh penulis karya tulis ilmiah yang telah dilakukan
selama kurang lebih 3 hari mengelola asuhan keperawatan pada klien Tn. M di
kelurahan bambankerep. Berdasarkan hasil dari bab sebelumnya Penulis
menyimpulkan :
keputusasaan bisa terjadi kepada orang yang dihadapkan pada masalah yang cukup
lama dihadapi dan juga kurangnya pengetahuan sehingga mengalami keputusasaan
dalam hidupnya.
1. Pengkajian
Klien mempunyai masalah tekanan darah tinggi yang disebabkan kurangnya
pengetahuan yang berdampak menyebabkan tekanan darah klien semakin tinggi.
2. Diagnosa keperawatan
Dari data yang didapat yang dialami oleh Tn. M yang utama adalah keputusasaan.
3. Intervensi
Rencana tindakan asuhan keperawatan dengan masalah keputusasaan pada klien
untuk mengontrol keputusasaanya dengan cara berfikir positif dan
mempertahankan harapan hidupnya.
4. Implementasi
Strategi pelaksanaan yang telah dilakukan oleh penulis melatih SP 1 dengan cara
mengenali keputusasaanya dan SP 2 dengan cara berfikir positif.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan oleh penulis bahwa hasil yang terjadi pada Tn.M klien
bisa berfikir positif dan mempertahankan harapan hidupnya.

SARAN
Dalam mengatasi keputusasaan tidak hanya terapi farmakologi yang diberikan akan
tetapi efek terapeutikk dari perawat sangat membantu dalam proses kesembuhan klien
dengan keputusasaan. Agar efek dari keputusasaan dapat konstruktif individu harus
dapat menggunakna koping yang efektif sehingga efek destruktif dari keputusasaan
dapat dihindari.

19
DAFTAR PUSTAKA
Akaz Agung Bimantara. (2020). LP Psikososial Keputusasaan.
Istiqomah. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.L Dengan Masalah Keputusasaan.
Industry and Higher Education, 3(1), 1689–1699.
http://journal.unilak.ac.id/index.php/JIEB/article/view/3845%0Ahttp://dspace.uc.ac.id/
handle/123456789/1288
Khofifah, L. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny.H Dengan Keputusasaan di Desa
Sidokumpul Guntur Demak. Karya Tulis Ilmiah, 24.
Salman, V., Abil, S., Marsella, B., Nurhanifah, F., Asnannisa, & Salma Raihana. (2021).
Makalah Keperawatan Jiwa Keputusasaan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

20
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PSIKOSOSIAL CANDISARI
KELURAHAN BAMBANKEREP RT 03 RW 04

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Gerontik

Disusun oleh : Kelompok 5


4. Septi Duwi Astuti (2007076)
5. Sherly Gita Shabrina (2007077)
6. Silva Revi Octalia (2007078)
7. Singgih Rambat Yuwono (2007079)
8. Sintia Rahmawati (2007080)
9. Sita Monica Canserina (2007081)
10. Siti Fariatun Isma (2007082)

Dosen Pembimbing:
Ns. Rahayu Winarti, M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI

UNIVERITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN 2023/2024

21
PRAKTIK KEPRAWATAN PSIKOSOSIAL

Praktik keprawatan psikososial merupakan tahap mahasiswa melakukan penerapan dalam


melakukan asuhan keprawatan psikososial yang diberikan kepada individu, keluarga dan
Masyarakat baik yang sifatnya preventif, promotive, kuratif, dan rehabilitative serta
memberikan Pendidikan kesehatan, menjalankan fungsi advokasi pada klien yang memiliki
masalah psikososial. Praktik keprawatan psikososial berfokus pada penerapan asuhan
keprawatan psikososial dengan masalah kesehatan jiwa dalam konteks keluarga dan
Masyarakat melalui penerapan terapi modalitas keprawatan.

TUJUAN MATA AJAR


1. Tujuan Intruksi Umum
Setelah melakukan Praktik Keprawatan Psikososial selama 1 minggu mahasiswa
mampu melakukan asuhan keprawatan pada orang masalah psikososial.

2. Tujuan Intruksi Khusus


a. Menhgintegrasi konsep dasar keprawatan jiwa dalam pelayanan asuhan
keprawatan psikososial dan bidang keprawatan lain.
b. Menampilkan pemberian pelayanan/asuhan keprawatan psikososial dengan
menggunakan komunikasi terapeutik.
c. Asuhan keprawatan yang mengalami kecemasan
d. Asuhan keprawatan klien yang mengalami gangguan konsep diri
e. Asuhan keprawatan klien yang mengalami berduka situasional
f. Asuhan keprawatan klien yang mengalami post traumatic stress disorder
g. Asuhan keprawatan klien yang mengalami keputusasaan
h. Asuhan keprawatan klien yang mengalami ketidakberdayaan
i. Asuhan keprawatan klien yang mengalami distress spiritual
j. Melakukan pengkajian secara komperhensif pada orang dengan gangguan
psikososial
k. Merumuskan diagnose keprawatan pada psien psikososial
l. Menyusun rencana dan melakukan Tindakan keprawatan pada psikososial
m. Mengevaluasi terhadap hasil asuhan keprawatan yang telah dilakukan
n. Mampu melakukan terapi modalitas keprawatan psikososial secara mandiri
maupun kolaborasi melalui pendekatan proses keprawatan
o. Mengembangkan rasa percya diri dalam melakukan pelayanan/asuhan keprawatan
psikososial
p. Melakukan Pendidikan kesehatan kepada keluarga klien yang mengalami masalah
psikososial

22
N Hari/Tanggal Kegiatan
O
1 Senin, 13 November - Melakukan serah terima mahasiswa praktik psikososial
2023 dengan ibu RW 04 Kelurahan Bambankerep.
- Mahasiswa diarahkan oleh ibu RW 04 Menuju RT 03
sebagai tempat kelolaan praktik psikososial selama 1
minggu.
- Berdiskusi dengan ketua RT 03 tentang tujuan praktik
kami dan mencari tahu masalah psikososial pada warga RT
03 bambankerep
- Mahasiswa diarahkan keliling rumah warga
- Mahasiswa melakukan pengkajian pada warga yang
mengalami masalah psikososial
- Mahasiswa melakukan Tindakan sesuai dengan intervensi
masalah psikososial yang dialami oleh klien kelolaan
masing-masing
- Mahasiswa melakukan evalusi sesuai Tindakan yang
diberikan pada klien dengan maslah psikososial
2 Selasa, 14 - Mahasiswa melakukan Tindakan sesuai dengan intervensi
November 2023 masalah psikososial yang dialami oleh klien kelolaan
masing-masing
- Mahasiswa melakukan pemeriksaan pada warga, seperti
Tekanan darah, gula darah dan juga kolesterol
- Mahasiswa melakukan supervise oleh dosen pembimbing
praktik psikososial di rumah pak RT
- Mahasiswa melakukan Tindakan sesuai dengan intervensi
masalah psikososial yang dialami oleh klien kelolaan
masing-masing
- Mahasiswa melakukan evalusi sesuai Tindakan yang
diberikan pada klien dengan maslah psikososial
3 Rabu, 15 November - Mahasiswa melakukan pemeriksaan pada warga, seperti
2023 tekanan darah, gula darah, dan juga kolesterol
- Mahasiswa melakukan Pendidikan kesehatan kepada klien
sesuai maslah psikososial yang dialami klien
- Mahasiswa melakukan evalusi sesuai Tindakan yang
diberikan pada klien dengan maslah psikososial
- Mahasiswa Menyusun NCP seminar kasus di rumah pak
RT
4 Kamis, 16 - Mahasiswa melakukan pemeriksaan pada warga, seperti
November 2023 tekanan darah, gula darah, dan juga kolesterol
- Mahasiswa melakukan Pendidikan kesehatan kepada klien
sesuai maslah psikososial yang dialami klien
- Mahasiswa melakukan evalusi sesuai Tindakan yang
diberikan pada klien dengan maslah psikososial.
- Mahasiswa seminar kasus kelolaan dengan dosen
pembimbing praktik psikososial

5 Jum’at 17 November - Mahasiswa melakukan Pendidikan kesehatan kepada klien


2023 sesuai maslah psikososial yang dialami klien
- Mahasiswa melakukan evalusi sesuai Tindakan yang
diberikan pada klien dengan maslah psikososial.
-Mahasiswa berdiskusi tentang selesinya maslah psikososial
klien masing-masing kelolaan

23
6 Sabtu 18 November -Mahasiswa menyerahkan laporan kegiatan pada pak RT
2023 -Mahasiswa berpamitan pada pak RT dan berterima kasih
atas bimbingannya selama praktik di desa cadisari kelurahan
babankerep Rt 03

24

Anda mungkin juga menyukai