Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN ISOLASI SOSIAL

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa)

Oleh:

Siti Hoeriah

E.0105.18.036

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan ałau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya
(Damaiyanti, 2008).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan
saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau
mengancam (Nanda-l, 2012).

B. Rentang Respon Hubungan Sosial


Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka
harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina
saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan
Respon Adaptif
kemandirian dalam suatu hubungan. Respon Masadaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan

a. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan
langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling ketergantungan (Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
e. Kesepian
Merupakan kondisi di mana individu merasa sendiri dan teransing dari lingkungannya.
f. Isolasi Sosial
Merupakan suatu keadaan di mana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
g. Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini
orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian
orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada
orang lain.
h. Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan
sosial secara mendalam.
i. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
j. Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik, pencemburu, marah
jika orang lain tidak mendukung.

C. Perkembangan Hubungan Sosial


Menurut stuart dan Sundden (1998) dikembangkan oleh Mustika Sari (2002). Untuk
mengembangkan hubungan sosial positif, setiap tugas perkembangan sepanjang daur
kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses sehingga kemampuan membina hubungan
sosial dapat menghasilkan kepuasan bagi individu.
a. Bayi
Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan biologisnya. Bayi
umumnya menggunakan komunikasi yang sangat sederhana dalam menyampaikan
kebutuhannya. Konsisten ibu dan anak seperti simulasi sentuhan, kontak mata,
komunikasi yang hanggat merupakan aspek penting yang harus dibina sejak dini karena
akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasa. Kegagalain pemenuhan
kebutuhan bayi melalui ketergantungan pada orang lain akan mengakibatkan rasa tidak
percaya diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri.
b. Pra sekolah
Meterson menamakan masa antara 18 bulan dan 3 tahun adalah taraf pemindahan
pribadi. Anak pra sekolah mulai memperluas hubungan sosialnya di luar keluarga
khususnya ibu. Anak mengunakan kemampuan berhubungan yang telah dimiliki untuk
berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan
dukungan dan bantuan dari keluarga. Khususnya pemberian pengakuan positif terhadap
prilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar onotomi anak yang berguna untuk
mengembangkan kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan dalam membina
hubungan dengan teman sekolah, kurangnya dukungan guru dan pembatasan serta
dukungan yang tidak konsisten dari orang tua mengakibatkan frustasi terhadap
kemampuannya, putus asa, merasa tidak mampu dan menarik diri dari lingkungannya.
c. Anak-anak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri dan mulai
mengenal lingkungan lebih luas, di mana anak mulai membina hubungan dengan
teman-temannya. Pada usia ini anak mulai mengenal berkerjasan, kompetisi, kompromi.
Konflik sering terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak
konsisten. Teman dengan orang dewasa di luar keluarga (guru, orang tua, teman)
merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak.
d. Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya dan sejenis
dan umumnya mempunyai sahabat karib. Hubunga dengan teman sangat terganntung
sedangkan hubungan dengan orang tua mulai interdependen.Kegagalan membina
hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orangtua akan mengakibakan
keraguan identitas, ketidak mampuan mengidentikasi karir dan rasa percaya diri yang
kurang.
e. Dewasa muda
Pada usia ini individu mempertahankan hubungan interdependen dengan orang tua dan
teman sebaya. Indvidu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan
pendapat orang lain, seperti: memilih pekerjaan memilih karir, melangsungkan
pernikahan. Kegagalan individu dalam menlanjutkan sekolah, pekerjaan, pernikahan
akan mengakibatkan individu menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain putus
asa akan karir.
f. Dewasa tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal dengan orang
tua, khususnya individu yang telah menikah. Jika ia telah menikah maka peran menjadi
orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa merupakan situasi tempat
menguji kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan pisah tempat tinggal dengan
orang tua, membina hubungan yang baru, dan mendapatkan dukungan dari orang
dewasa lain akan mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada diri sendiri, produktvitas
dan kreativitas berkurang, perhatian pada orang lain berkurang.
g. Dewasa lanjut
Pada masa individu akan mengalami kehilangan, baik itu kehilangan fisik kegiatan,
pekerjaan, teman hidup, (teman sebaya dan pasangan), anggola keluarga (kematian
orang tua). Individu tetap memerlukan hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
Individu yang mempunyai perkembangan yang baik dalam menerima kehilangan yang
terjadi dalam kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu
dalam menghadapi kehilangannya.Kegagalan pada masa ini dapat menyebabkan
individu merasa tidak berguna, tidak dihargai dan hal ini dapat menyebabkan individu
menarik diri dan rendah diri.
D. Etiologi
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut struart dan sundeen
(2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain
yaitu :
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
1) Faktor perkembangan
Setiap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang
lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, pengertian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada baya akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingka laku curiga pada orang lain maupun lingkungan dikemudian
hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa
diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden tertinggi
skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita
skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah satu
diantaranya menderita skizofrenia adalah 58% sedangkan bagi kembar dzigot
persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan sturuktur limbik, diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
4) Faktor presipitasi
Stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi :
a) Stresor sosoal budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah, dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi
sosial.
b) Stresor biokimia
1) Teori depomani : kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik
serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
2) Menurunnya MAO ( mono amino oksidasi ) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah
sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga
dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
3) Faktor endokrin : jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
klienskizofrenia. Demikian pula polaktin mengalami penurunan karena
dihambat.
E. Tanda dan gejala
Menurut mustika sari (2002), tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial, yaitu :
a. Kurang spontan
b. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)
d. Afek tumpul :
e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan
f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan
klien lain atau perawat.
g. Mengisolasi (menyendiri)\
h. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain;
i. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
j. Pemasukan makanan dan minuman terganggu
k. Retensi urine dan feses
l. Aktifitas menurun kurang energi (tenaga)
m. Harga diri rendah
n. Posisi janin saat tidur
o. Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
F. Batasan karakteristik isolasi sosial
Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda-1 (2012), dibagi
menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif :
a. Objektif
 Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
 Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
 Afek tumpul
 Bukti kecacatan
 Ada didalam subkultur
 Sakit
 Tindakan tidak berarti
 Tidak ada kontak mata
 Dipenuhi dengan pikiran sendiri
 Menunjukan permusuhan
 Tindakan berulang
 Afek sedih
 Ingin sendirian
 Tidak komunikatif
 Menarik diri
b. Subjektif
 Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan.
 Mengalami perasaan berbeda dari orang lain.
 Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain.
 Tidak percaya diri saar berhadapan dengan publik.
 Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain.
 Mengungkapkan perasaan penolakan.
 Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
 Mengungkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok kulturasi
G. Akibat menarik diri
a. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
b. Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri,orang lain,lingkungandan verbal)
c. Defisit perawatan diri

H. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
Faktor-faktor predisposisi terjadinya gangguan hubungan sosial,adalah;
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapantumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam
gangguan sosial.Tugas perkembangan pada masing-masing tahap tumbuh
kembang ini memiliki karakteristik tersendiri.apabila tugas ini tidak
terpemuhi,akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah
respon sosial maladaptif.
Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon
sosial maladaptif.Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai
masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dan orang
tua.Norma keluarga yang tidak mendukung hubungan keluarga dengan pihak
lain di luar keluarga.
2) Faktor biologis
Genetik meruppakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Berdasarkan hasil penelitian,pada penderita skizofrenia 8% kelainan pada
struktur otak,seperti atrofi,pembesaran ventrikel,penurunan berat dan volume
otak serta perubahan struktur limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan salah satu faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
akibat dan norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
atau menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia,
orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi sosial dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dan kelompok
budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan
merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
4) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakanm faktor pendukung untuk
terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Dalam teori ini termasuk masalah komunikasi yang tidak jelas yaitu suatu
keadaan dimana seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
b. Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stres seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stressor presipitas
dapat dikelompokan dalam kategori :
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan individu mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan (isolasi sosial).
c. Perilaku
Ada pun perilaku yang biasa muncul pada isolasi sosial berupa: kurang spontan,
apatis (kurang acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri
(ekspresi sedih), efek tumpul. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan
diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap
dengan klien lain atau perawat, mengisolasi diri (menyendiri). Klien tampak
memisahkan diri dari orang lain, tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan
sekitar. Pemasukan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feses,
aktivitas menurun, kurang energi (tenaga), harga diri rendah, posisi janin saat
tidur, menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
d. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif termasuk:
keterlibatan dalam hubungan yang luas di dalam keluarga maupun teman,
menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal seperti
kesenian, musik, atau tulisan.
e. Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang
sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, dan isolasi.
1) Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
3) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.

Format/data fokus pengkajian pada klien dengan isolasi sosial (keliat dan akemat, 2009)

Hubungan sosial
a. Orang yang paling berarti bagi
klien:...........................................................................................
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau
masyarakat:............................................................
c. Hambatan berhubungan dengan orang
lain:...............................................................................
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial
Masalah keperawatan

a. Risiko gangguan persepsi sensori: Halusinasi


b. Isolasi Sosial
c. Harga Diri Rendah Kronik

Pohon Masalah

Risiko gangguan persepsi sensori


Halusinasi

effect

Isolasi Sosial

core problem

Harga Diri Rendah Kronik

Causa

2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial.
b. Harga Diri Rendah Kronik.
c. Risiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi.
d. 3. Rencana Keperawatan Isolasi Sosial
e. Nama klien :_______________ Diagnosa Medis :_______________
f. Ruangan :_______________ No. CM :_______________

Tgl No Diagnosa (PERENCANAAN Kriteria evaluasi Intervensi Rasional


D keperawatan )
X Tujuan
1 2 3 4 5 6 7
Isolasi sosial 1. klien bisa 1.1 ekspresi wajah 1.1.1 bina hubungan saling Hubungan saling percaya
membina hungan bersahabat percaya dengan merupakan dasar untuk
saling percaya menunjukan rasa mengungkapkan prinsip kelancaran hubungan
senang, ada kontak komunikasi terapeutik. interaksi selanjutnya.
mata, mau berjabat a. sapa klien dengan ramah
tangan, mau baikverbal maupun non verbal
menjawab salam, b. perkenalkan diri dengan
klien mau duduk sopan.
berdampingan dengan c. tanyakan nama lengkap
perawat, mau klien dan nama panggilan
mengutarakan yang disukai klien.
masalah yang d. jelaskan tujuan pertemuan.
dihadapi. e. jujur dan menempati janji.
f. tunjukan sifat empati dari
menerima klien apa adanya.
g. beri perhatian pada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.
2. Klien dapat 2.1 klien dapat 2.1.1 kaji pengetahuan klien Diketahuinya penyebab
menyebutkan menyebutkan tentang perilaku menarik diri akan dapat dihubungkan
penyebab menarik penyebab menarik diri dan tanda-tandanya. dengan faktor resipitas
diri yang berasal dari: 2.1.2 beri kesempata kepada yang dialami klien.
- diri sendiri klien untuk mengungkapkan
- orang lain perasaan penyebab menarik
- lingkungan diria atau tidak mau bergaul
2.1.3 diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik diri
tanda-tanda serta penyebab
yang mungkin muncul
2.1.4 berikan pujian terhadap
kemampuan klien dalam
menggunakan perasaannya.
2.1.3 Diskusikan bersama
klien tentang perilaku menarik
diri tanda-tanda serta
penyebab yang muncul.
2.1.4 Berikan pujian terhadap
kemampuan klien dalam
menggunakan perasaannya.
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Kaji pengetahuan klien Klien harus dicoba
menyebutkan menyebutkan tentang manfaat dan berinteraksi secara
keuntungan keuntungan keuntungan berhubungan bertahap agar terbiasa
berhubungan berhubungan dengan dengan orang lain. membina hubungan yang
dengan orang lain orang lain 3.1.2 Beri kesempatan dengan sehat dengan orang lain.
dan kerugian tidak klien untuk mengungkapkan
berhubungan 3.2 Klien dapat perasaan tentang keuntungan
dengan orang lain. menyebutkan kerugian berhubungan dengan orang Mengevaluasi manfaat
tidak berhubungan lain. yang dirasakan klien
dengan orang lain. 3.1.3 Diskusikan bersama sehingga timbul motivasi
klien tentang keuntungan untuk berinteraksi.
berhubungan dengan orang
lain.
3.1.4 Beri reinforcement
positif terhadap kemampuan
pengungkapan perasaan
tentang keuntungan
berhubungan dengan orang
lain.

3.2.1 Kaji pengetahuan klien


tentang manfaat dan kerugian
tidak berhubungan dengan
orang lain.
3.2.2 Beri kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian
tidak berhubungan dengan
orang lain.
3.2.3 Diskusikan bersama
klien tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain.
3.2.4 Beri reinforcement
positif terhadap kemampuan
pengungkapan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain.
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Kaji kemampuan klien
melaksanakan mendemonstrasikan membina hubungan dengan
hubungan social hubungan social orang lain.
secara bertahap. secara bertahap, 4.1.2 Dorong dan Bantu klien
antara: untuk berhubungan dengan
K–P orang lain melalui tahap:
K–P–K K–P
K – P – Kel K – P – P lain
K – P – Klp K – P – P lain – K lain
K – P – Kel/Klp/Masy
4.1.3 Beri reinforcement
terhadap keberhasilan yang
telah dicapai.
4.1.4 Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan
4.1.5 Diskusikan jadwal
harian yang dapat dilakukan
bersama klien dalam mengisi
waktu
4.1.6 Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan ruangan
4.1.7 Beri reinforcement atas
kegiatan klien dalam ruangan
5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Dorong klien untuk
mengungkapkan mengungkapkan mengungkapkan perasaannya
perasaannya setelah perasaannya setelah bila berhubungan dengan
berhubungan berhubungan dengan orang lain.
dengan orang lain. orang lain: 5.1.2 Diskusikan dengan klien
- Diri sendiri tentang perasaan manfaat
- Orang lain berhubungan dengan orang
lain.
5.1.3 Beri reinforcement
positif atas kemampuan klien
mengungkapkan klien manfaat
berhubungan dengan orang
lain.

6. Klien dapat 6.1 Keluarga dapat: 6.1.1 Bisa berhubungan saling Keterlibatan keluarga
memberdayakan - Menjelaskan percaya dengan keluarga: sangat mendukung
sistem pendukung perasaannya. - Salam, perkenalkan diri terhadap proses
atau keluarga - Menjelaskan cara - Sampaikan tujuan perubahan perilaku klien
mampu merawat klien - Buat kontrak
mengembangkan menarik diri. - Eksplorasi perasaan keluarga
kemampuan klien - Mendemonstrasikan 6.1.2 Diskusikan dengan
untuk berhubungan cara perawatan klien anggota keluarga tentang:
dengan orang lain. menarik diri. - Perilaku menarik diri
- Berpartisipasi dalam - Penyebab prilaku menarik
perawatan klien diri
menarik diri. - Akibat yang akan terjadi jika
prilaku menarik diri tidak
ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi
klien menarik diri
6.1.3 Dorong anggota
keluarga untuk memberikan
dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang
lain.
6.1.4 Anjurkan anggota
keluarga secara rutin dan
pergantian menjenguk klien
minimal satu minggu sekali.
6.1.5 Beri reinforcement atas
hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
Contoh Rencana Keperawatan Isolasi Sosial

Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan

No Pasien Keluarga
SP1P SP2K
1 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien Mendiskusikan maslah yang
2 Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dirasakan keluarga merawata
dengan orang lain pasien.
3 Berdiskusi dengan klien tentang kerugian berinteraksi dengan Menjelaskan pengertian, tanda
orang lain dan gejala isolasi sosial yang
4 Mengajarkan klien memasukan kegiatan latihan berbincang dialami klien beserta proses
-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian terjadinya.
5 Menganjurkan klien memasukan kegiatan latihan berbincang- Menjelaskan cara-cara merawta
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian klien dengan isolasi sosial
SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Melatih keluarga mempraktikan
2 Memberikan kesempatan pada klien mempraktikan cara cara merawat klien isolasi
berkenalan dengan satu orang sosial. Melatih keluarga
3 Membantu klien memasukan kegiatan latihan berbincang- mempraktikan cara merawat
bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian langsung kepada klien isolasi
sosial
SP3P SP3K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Membantu keluarga membuat
2 Memberikan kesempatan kepada klien jadwal aktifitas dirumah
Mempraktikan cara berkenalan dengan 2 orang lebih termasuk minum obat
3 Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian (discharge planning).
Menjelaskan follow up klien
setelah pulang.

REFRENSI

Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.

Damayanti Mukhripah, dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa., Bandung : PT. Reflika Aditama

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Dewan

pengurus pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai