Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

TEORI KEPERAWATAN
KRISTEN SWAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Konsep Dasar Keperawatan
Dosen:

KELOMPOK 3

1. ROASINA S NIM. C.0105.21.010


2. TEGAR ADIA P NIM. C.0105.21.016
3. SITI NURSA’ADAH NIM. C.0105.21.017
4. MAULIDA AZIZAH NIM. C.0105.21.018
5. VANISA AULIA R NIM. C.0105.21.019
6. ADELIA NUR F NIM. C.0105.21.022
7. AI MASROPAH NIM.C.0105.21.026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

i
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas konsep dan prinsip teori Caring Kristen Swanson, paradigmanya,
perilaku dan fenomenologi dalam praktik keperawatan.
        Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini.Oleh karena itu,saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
        Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
                                                                                                     
  

                                                                                Surabaya, Desember 2018

                                                                    Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………………...…i
Kata Pengantar .......................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................iii

Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................2

Bab 2 Tinjauan Pustaka


2.1 Biografi Kristen Swanson..................................................................................3
2.2 Konsep Caring....................................................................................................3
2.3 Konsep Teori Caring Kristen
Swanson………………………………………..5
2.3.1. Konsep………………………………………………………………..5
2.3.2. Dimensi Caring Menurut Kristen
Swanson…………………………..6
2.4 Paradigma Keperawatan Menurut Kristen Swanson…………………...……11
2.5 Perilaku Caring Dalam Praktik Keperawatan…………………………..……
12
2.6 Fenomenologi………………………………………………………………..14

Bab 3 Gambaran Kasus


Bab 4 Penutup
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................26
3.2 Saran ...............................................................................................................26

iv
Daftar Pustaka ......................................................................................................27

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pengetahuan tentang proses pengembangan empiris teori/model konseptual
merupakan dasar untuk memahami disiplin ilmu keperawatan, sehingga perawat
menyadari kebutuhan akan teori-teori keperawatan untuk membimbing penelitian
dan praktek profesional keperawatan/ pelayanan keperawatan dimana kualitas
pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan.Peningkatan mutu pelayanan keperawatan akan berjalan dengan baik
jika didukung dengan  adanya pengembangan model teori keperawatankarena
teori keperawatan sangat penting bagi pengembangan profesionalisme
keperawatan.   Salah satu teori keperawatan yang memberikan pengaruh di dalam
pelayanan keperawatan adalah A Theory of Caring yang diperkenalkan oleh
Kristen Swanson.
Lingkungan kesehatan sepertih rumah sakit, perawat akan berhadapan dengan
klien dan tenaga kesehatan lainnya.Oleh karena itu, perawat harus terus
meningkatkan profesionalismenya,yaitu meningkatkan perilaku
caring. Caringbukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki
makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).
Caring adalah sentral praktik keperawatan karena caring merupakan suatu
cara pendekatan yang dinamis, yang mana tolak ukurnya pada saat perawat
bekerja memberikan pelayanan keperawatan untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
masalah yang diangkat yaitu “Bagaimakankah konsep dan teori keperawatan
Kristen Swanson?”.

1
1.3 Tujuan
1.3.1  Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa/I mampu memahami secara konseptual
maupun aplikasi tentang model teori keperawatan Kristen Swanson.
1.3.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/I mampu mengerti dan memahami :
1. Biografi Kristen Swanson
2. Konsep Caring
3. Konsep Teori caring Kristen Swanson
4. Paradigma Keperawatan Menurut Kristen Swanson
5. Perilaku Caring dalam praktik Keperawatan
6. Fenomenologi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Biografi Kristen Swanson


Kristen M. Swanson, R.N., Ph.D., F.A. A. N., lahir pada tanggal 13 Januari
1953 di Provinsi Rhode Island.  Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum
laude) dari University of Rhode Island College of Nursing tahun 1975. Setelah
lulus, ia memulai karirnya sebagai Registered Nurse pada University of
Massachusetts Medical Center di Worcester. Setelah menerima gelar Magister
Keperawatan pada tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun sebagai
instruktur klinik keperawatan medikal bedah di University of Pennsylvania
School of Nursing dan terdaftar pada program Ph.D keperawatan di University of
Colorado in Denver, Colorado. Ia mempelajari psikososial keperawatan yang
menekankan pada konsep kehilangan, stress, coping, hubungan interpersonal,
individu dan kepribadian, lingkungan dan kepedulian (caring).

2.2 Konsep Caring

Caring adalah sentral praktik keperawatan. Caring merupakan suatu cara


pendekatan dinamis yang menjadi tolak ukurnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan untuk meningkatkan kepedulian terhadap klien. Caring merupakan
cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Menurut Carruth et all
(1999 dalam Atmoko 2010) caring didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi serta
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Watson (1988 dalam Swanson 1991) mengatakan bahwa caring adalah ideal
moral dari keperawatan yang lebih dari sebuah exisestensial philosophy yang
dipandang sebagai dasar spiritual. Caring sebagai esensi dari keperawatan
yang berarti pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien. Perilaku
caring perawat dapat membantu klien untuk berpartisipasi, serta memperoleh
pengetahuan dan meningkatkan kesehatan.

3
Perawat perlu mempunyai dasar fokus yaitu merawat sesorang dalam
kehidupannya dengan caring dan menumbuhkan perilaku caring. Menurut
Johnson (1989 dalam Dwidiyanti 2010) perawat harus memiliki keahlian khusus
dan kepedulian sosial yang mencakup intelektual, praktikal dan interpersonal
yang tercermin dalam perilaku caring. Caring menjadi inti moral dan etik
keperawatan dalam sebuah tanggung jawab perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada klien. Perawat mempunyai respons terhadap
apa yang dilakukannya, apakah baik atau tidak baik secara moral.
Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien
(Potter & Perry, 2009). Kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan
rasa kasih sayang. Selain itu Mayehoff (dalam Dwiyanti 2010) memandang
caring sebagai suatu proses yang tujuan membantu orang lain bertumbuh dan
mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring
seperti sabar, jujur, rendah hati.
Caring didefinisikan sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai
orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan
seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan.
Menurut Sobel (1989 dalam Dwiyanti 2010) caring sebagai suatu moral
imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang
yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang
mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia.
Caring digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati
terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam
diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien.
Menurut Leininger (1997 dalam Potter & Perry 2009) caring
merupakan kegiatan langsung untuk memberikan dukungan dan fasilitas
kepada seseorang dengan mengantisipasi kebutuhan klien untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia tanpa pamrih, dan saling ketergantungan.
Menurut Boykin, et al (2003 dalam Priambodo 2013) caring dianggap
sebagai sebuah struktur yang mempunyai implikasi praktis untuk mengubah
praktek keperawatan.

4
Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali dan mengetahui
masalah klien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Selain itu, caring
juga membantu perawat mengenali intervensi yang baik dan kemudian menjadi
perhatian dan petunjuk dalam melaksanakan caring nantinya.
Menurut Griffin (1983 dalam Priambodo 2013) membagi konsep caring
kedalam dua domain utama. Salah satu konsep caring ini berkenaan dengan
sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring yang lain terfokus pada
aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi keperawatannya. Hal
ini meliputi membantu, menolong, dan melayani orang yang mempunyai
kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dengan
pasien.

2.3 Konsep Teori Caring Kristen Swanson


2.3.1. Konsep
Swanson (1991 dalam Potter & Perry 2009) mendefinisikan caring sebagai
suatu cara pemeliharaan hubungan dengan saling menghargai orang lain,
disertai perasaan memiliki dan tanggung jawab. Caring merupakan proses yang
terus ada dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat
proses ini sebagai hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai
hubungan siklik. Proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran
perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.
Peran sebagai perawat dalam pemberi layanan kepada klien bukan hanya
sekedar untuk melakukan tugasnya. Ada hubungan antara pemberi dan penerima
pelayanan (asuhan keperawatan) yang terbentuk sejak awal mulai dari saling
mengenal sampai timbulnya rasa kepedulian antara perawat dan klien. Empati
dan rasa kasihan perawat merupakan bagian alami dari proses setiap pertemuan
dengan klien. Akan tetapi hal ini tidak akan terjadi jika tidak ada caring dalam
proses tersebut.
Caring merupakan proses bagaimana perawat mengerti kejadian yang
berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal
kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi
informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi

5
kehidupa n serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup
(Swanson, 1991).
Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri dari bagaimana perawat
menjadikan pertemuan yang bermakna bagi klien, menjaga kebersamaan, dan
bagaimana memberikan perhatian. Teori Swanson (1991) memberikan petunjuk
bagaimana membentuk stategi caring yang berguna dan efektif. Setiap proses
caring memiliki defenisi dan subdimensi yang merupakan dasar dalam intervensi
keperawatan.

2.3.2. Dimensi Caring Menurut Kristen Swanson

Menurut Swanson (1991) ada lima dimensi yang mendasari konsep caring
yaitu :
1. Maintaining Belief
Adanya kepercayaan dan keyakinan seseorang dalam melalui
proses kehidupan dan masa saat transisi dalam hidupnya untuk menghadapi
masa depan dengan penuh keyakinan, menumbuhkan bersikap optimisme,
memaknai arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu
ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk
membantu orang lain dalam batas-batas kehidupannya sehingga dapat
menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan.
Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah
dasar dari caring dalam praktek keperawatan.

Subdimensi yang terdapat dalam maintaining belief yaitu:


a. Believing In (Percaya / Memegang Kepercayaan)
Perawat mendengarkan keluhan-keluhan pasien dan mempercayai semua
yang dirasakan pasien yang mungkin terjadi pada semua orang yang
mengalami masa transisi.

6
b. Offering A Hope-Filled Attitude (Memberikan Harapan)
Memberikan dorongan dengan berperilaku sebagai perawat penuh dengan
pehatian dan kepedulian/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap
tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat.

c. Maintaining Realistic Optimism (Menawarkan Keyakinan Yang Realistis)


Menunjukkan dan memelihara sikap optimisme perawat dan harapan terhadap
masalah yang menimpa klien secara realistis serta mendorong dan
meningkatkan sikap optimisme dan harapan yang dimiliki klien.

d. Helping To Find Meaning (Membantu Menemukan Arti)


Membantu klien memaknai hal yang sedang dialami klien sehingga secara
perlahan klien dapat memahami dan menerima bahwa setiap orang dapat
mengalamimasalah seperti yang dialami klien.

e. Going The Distance (Menjaga Jarak)


Mempererat hubungan dengan klien dengan tetap mempertahankan peran
sebagai antara perawat dan klien sehingga menumbuhkan rasa
kepercayaan klien terhadap perawat dan tanggung jawab serta caring secara
menyeluruh oleh perawat kepada klien.

2. Knowing
Berusaha mengerti kejadian-kejadian yang memberikan makna dalam
kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring
keperawatan, knowing dianggap suatu pembelajaran terhadap pengalaman
hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat yang mengetahui
kebutuhan klien, menggali/mencari informasi klien secara detail, peka
terhadap bahasa verbal dan non verbal, memfokus kepada satu tujuan
keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang
diberi asuhan dan menyatukan persepsi antara perawat dan klien.

7
Subdimensi yang terdapat dalam knowing yaitu:
a. Avoiding Assumptions(Menghindari Asumsi)
Menghindari adanya perbedaan asumsi-asumsi dengan menyamakan
persepsi antara klien dan perawat.

b. Assessing Thoroughly (Penilaian Menyeluruh)


Melakukan pengkajian secara holistic yaitu berdasarkan aspek
biologis, psiko logis, sosial, spiritual dan kultural.

c. Seeking Clues (Mencari Petunjuk)


Upaya untuk menemukan informasi-informasi yang mendalam
dan menyeluruh tentang klien.

d. Centering On The One Cared For (Fokus Pada Pelayanan Satu Orang)
Perawat melaksanakan asuhan keperawatan dengan fokus kepada klien.

e. Engaging The Self Of Both (Mengikat Diri Atau Keduanya)


Menjalankan fungsi sebagai perawat secara utuh dan saling bekerja
sama dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang efektif.

3. Being with
Bukan hanya hadir secara menyeluruh tetapi juga saling berkomunikasi
yang bertujuan untuk berbagi apa yang dirasakan klien dan secara emosional
memberikan dukungan dan kenyamanan serta memantau klien baik fisik
maupun emosional.

Subdimensi yang terdapat dalam being with yaitu:


a. Non Burdening (Tidak Membebankan)
Perawat dalam menjalankan tugas bekerjasama dengan klien tanpa
memaksa kehendak kepada klien untuk melakukan tindakan keperawatan.

8
b. Convering Availability (Menunjukkan Kesediaan)
Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan
memberikan fasilitas kepada klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well
being.

c. Enduring With (Menunjukkan Kemampuan)


Saling berkomitmen antara perawat dan klien dalam upaya
meningkatkan kesehatan klien

d. Sharing Feelings (Berbagi Perasaan)


Saling berbagi pengalaman hidup yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan klien.Kunci utama dalam penerapan “Being With” perawat perawat
menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara,
mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang
dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan
saling mengerti.

4. Doing For
Melakukan sesuatu tindakan kepada klien dengan mengantisipasi
kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.
Subdimensi yang terdapat dalam doing for yaitu:
a. Comforting ( Memberikan Kenyamanan)
Dalam setiap memberikan asuhan keperawatan, perawat harus
memperhatikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien.

b. Performing Competently (Menunjukkan Ketrampilan)


Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam
tindakannya, perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai
perawat profesional.

c. Preserving Dignity (Menjaga Martabat Klien)

9
Dalam melaksanakan tugas perawat harus tetap menjaga martabat
klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.

d. Anticipating ( Mengatisipasi )
Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan
keluarga.

e. Protecting (melindungi)
Memberikan perlindungan terhadap hak-hak pasien dalam
memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis.

5. Enablings
Memberikan kemudahan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien
agar dapat melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap
peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi
informasi, menjelaskan, mendukung dengan fokus masalah yang relevan,
berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternatif pemecahan masalah
sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakuka n
tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan,
memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik/feedback.
Subdimensi yang terdapat dalam enablings yaitu:
a.Validating (Memvalidasi)
Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan kepada klien

b. Informing (Memberikan Informasi)


Menjelaskan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan
klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.

c. Supporting (Mendukung)
Mendukung klien dalam upaya pencapaian kesejahteraan/well being
sesuai kemampuan sebagai perawat.

10
d. Feedback (Memberikan Umpan Balik)
Memberikan umpan balik atau reward terhadap apa yang dilakukan oleh
klien dalam usahanya mencapai kesembuhan/well being.

e. Helping Patients To Focus Generate Alternatives (Membantu Pasien


Untuk Fokus Dan Membuat Alternatif)
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program
peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan
medis (Potter & Perry,2009).

2.4  Paradigma Keperawatan Menurut Kristen Swanson


1.    Manusia
Asumsi Swanson tentang caring sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh
Watson (1985) bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan utuh yang
memiliki pemikiran, perasaan dan tingkah laku. Pengalaman hidup dari setiap
orang dipengaruhi oleh warisan genetik, anugerah spiritual, dan kebebasan
memilihnya.

2.    Kesehatan
Perawat tidak hanya berfokus bagaimana klien sembuh dari penyakitnya
tetapi perawat membantu klien untuk dapat mencapai, memelihara, atau
mendapatkan kembali tingkat kesehatan atau kesejahteraan hidupnya yang
optimal. Pada saat perawat berfokus pada kesehatan sebagai suatu
kesejahteraan hidup, perawatan yang diberikan haruslah meliputi manusia
sebagai manusia yang utuh yaitu menjadi seseorang, bertumbuh,
merefleksikan diri dan selalu berusaha untuk dapat berhubungan dengan
sesamanya (Swanson, 1993).
Untuk dapat mengalami kesejahteraan adalah dengan hidup sebagai subjektif,
memiliki arti, berpengalaman sebagai manusia seutuhnya. Utuh melibatkan
adanya pengertian integrasi dan menjadi seseorang berarti semua aspek
menjadi seseorang bebas untuk diekspresikan. Aspek yang di maksud

11
adalah : spiritualitas, pemikiran, perasaan, inteligen, kreativitas, hubungan,
feminine, maskulin dan seksualitas (Swanson, 1993).

3.    Lingkungan
Lingkungan didefiniskan sebagai sesuatu yang situasional. Di dalam
keperawatan  sendiri, lingkungan adalah suatu konteks yang mempengaruhi
atau yang terpengaruh oleh klien. Pengaruh itu sendiri ada beberapa termasuk
budaya, politik, ekonomi, sosial, biofisik, psikologi dan spiritual. Pada saat
kita mencari tahu tentang pengaruh lingkungan terhadap seseorang, ada
baiknya untuk mempertimbangkan tuntutan, kendala dan sumber – sumber
yang membawa kepada situasi tersebut dan lingkungan di sekitarnya
(Klausner, 1971).

4.      Perawat
Swanson (1991,1993) mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan
keperawatan untuk mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan
bahwa ilmu keperawatan dibentuk dari ilmu pengetahuan keperawatan ilmu
pengetahuan lain seperti etika, kepribadian, estetika yang dijadikan nilai-nilai
dan harapan individu dan social secara manusiawi dan berdasarkan
pengalaman.

2.5 Perilaku Caring Dalam Praktik Keperawatan


Caring merupakan hasil dari kultur, nilai-nilai, pengalaman dan hubungan
interpersonal. Tindakan caring bermanfaat dalam memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil yang bertujuan untuk meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien. Selain itu caring juga memperhatikan harga diri individu,
artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat harus selalu
menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien
sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap
seorang perawat dapat terlihat dari perilaku caring yang dimiliki perawat
(Priambodo, 2010).

12
Teori caring Swanson (1991 dalam Potter & Perry 2009) menjelaskan
tentang proses caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian
yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan
suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri,
memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani
transisi kehidupa n serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani
hidup.
Sikap keperawatan yang berhubungan dengan perilaku caring dalam
praktik keperawatan yaitu:
1. Kehadiran (Presence)
Kehadiran merupakan suatu pertemuan antara perawat dengan klien
maupun keluarga klien yang merupakan upaya untuk lebih mendekatkan dan
menyampaikan manfaat caring. Menurut Fredrikson (1999 dalam Potter &
Perry 2009) kehadiran dapat diartikan dalam “ada di” dan “ada dengan”.
Makna “ada di” merupakan kehadiran secara fisik dengan adanya proses
komunikasi antar perawat dan klien. Sedangkan Pederson (1993 dalam Potter
& Perry 2009) berpendapat bahwa “ada dengan” dimaknai dengan
hubungan interpersonal, peran perawat yang selalu bersedia atau ada di
samping klien saat klien membutuhkan. Selalu hadir disaat klien
membutuhkan, adanya konta mata, bahasa tubuh, mendengarkan semua
keluhan klien, serta adanya dukungan yang diberikan perawat akan membantu
klien untuk membentuk suasana baru dan saling terbuka.

2. Sentuhan (Contact)
Sentuhan merupakan suatu bentuk pendekatan yang dapat menenangkan
dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien dalam memberikan
perhatian dan dukungan. Pada saat melaksanakan asuhan keperawatan,
perawat dapat memberikan sentuhan untuk memberikan rasa nyaman dan
aman kepada klien, sebagai contoh pada saat pemasangan selang naso gaster
atau NGT.
Menurut Boyek & Watson (1994 dalam Potter & Perry 2009) sentuhan
juga dianggap sebagai bentuk komunikasi non verbal yang dapat

13
mempengaruhi rasa keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan
harga diri dan membantu klien menerima keadaannya. Selain itu sentuhan
juga memberikan banyak makna, oleh sebab itu sentuhan harus digunakan
dengan bijaksana. Salah satu bentuk masalah yang sering timbul dalam
perilaku sentuhan yaitu adanya perbedaan budaya antara perawat itu sendiri
maupun perawat dan klien.

3. Mendengarkan (Listen)
Mendengarkan merupakan salah satu perilaku caring yang dapat menjadi
awal dalam menjalin hubungan interpersonal. Dalam suatu hubungan
pelayanan perawat untuk membentuk kepercayaan maka perawat harus
dapat mendengarkan keluhan ataupun perasaan klien. Selain itu dengan
mendengarkan juga menunjukkan bahwa perawat memiliki ketertarikan dan
perhatian penuh kepada klien. Pada saat mendengarkan juga perawat harus
dapat memahami apa yang disampaikan klien, mengerti maksud klien dan
memberikan respon terhadap apa yang disampaikan klien.

4. Memahami klien
Salah satu proses caring yang dapat dilakukan oleh perawat
adalah memahami klien (Swanson, 1991). Menurut Bulfin (2005 dalam Potter
& Perry 2009) menyatakan bahwa dengan memahami klien secara
menyeluruh akan dapat membantu perawat dalam merespon apa yang
menjadi persoalan klien. Memahami klien maka perawat akan terhindar dari
asumsi, berfokus pada klien, dan ikut serta dalam hubungan caring dengan
klien yang memberikan informasi dan petunjuk untuk dapat berpikir kritis dan
memberikan penilaian klinis.
Dengan memahami klien dapat menjadi pertimbangan perawat dalam
mengambil keputusan klinis. Hal terpenting bagi perawat pemula adalah
pemahaman klien bukan hanya sekedar mengumpulkan data kondisi klien dan
gejala klinis yang dialami klien (Potter & Perry, 2009).

2.6 Fenomenologi

14
Fenomenologi merupakan suatu metode penelitian yang kritis dan menggali
fenomena yang ada secara sistematis (Steubert & Carpenter, 2003). Metode ini
memahami individu dengan segala kompleksitasnya sebagai makhluk subyektif,
melihat manusia sebagai sistem yang berpola dan berkembang. Penelitian
fenomenologi berusaha untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu
hal atau sejumlah situasi (Dempsey & Dempsey, 2002).
Fenomenologi merupakan suatu ilmu yang bertujuan untuk menjelaskan
fenomena, ataupun kejadian yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Fokus
utama fenomenologi adalah pengalaman nyata. Hal ini yang dikaji adalah
deskriptif mengenai bagaimana pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi
mereka. Penelitian fenomenologi berusaha mengungkapkan makna konsep atau
fenomena pengalaman yang didasari pengalaman individu. Penelitian ini
dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam
memaknai suatu fenomena yang dikaji (Saryono & Anggraeni, 2010).
Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah mengembangkan makna
pengalaman hidup dari suatu fenomena dalam mencari kesatuan makna dengan
mengidentifkasi inti fenomena dan menggambarkan secara akurat dalam
pengalaman hidup sehari-hari (Steubert & Carpenter, 2003). Terdapat dua
macam penelitian fenomenologi yaitu fenomenologi deskr ipt if dan
fenomenologi interpretif. Fenomenologi deskriptif berfokus pada penyelidikan
fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam
fenomena (fenomena deskriptif) dan bagaimana pengalaman mereka
menafsirkan pengalaman tersebut atau disebut fenomenologi interpretif.
Walaupun terdapat sebuah metode interpretasi fenomenologi,
sebuah penelitian deskriptif sering melibatkan empat tahapan yaitu:
bracketing, intuiting, analyzing dan describing. (1) bracketing mengacu pada
proses mengidentifikasi dan menahan atau menunda prasangka dan pendapat
tentang fenomena yang diteliti. Peneliti berusaha keluar dari berbagai opini
peneliti dalam upaya mendapatkan data yang murni. (2) intuiting, terjadi ketika
peneliti tetap terbuka untuk memaknai setiap fenomena yang dialami mereka.
(3) analisa data, misalnya menyaring percakapan penting, mengkatagorikan dan
menbuat arti tentang hal-hal baru dari fenomena. (4) menggambarkan,

15
merupakan tahap menggambarkan ketika peneliti sudah mengerti dan
mengartikan fenomena (Polit, Beck, & Hungler, 2001).
Fenomenologi percaya bahwa kehidupan seseorang adalah berharga dan
menarik, karena kesadaran seseorang tentang kehidupan tersebut. Dalam sebuah
penelitian fenomenologi sumber data utama adalah data percakapan yang
mendalam, dengan peneliti dan informan sebagai partisipan. Peneliti membantu
partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup tanpa memimpin diskusi.
selanjutnya dalam percakapan yang mendalam peneliti berusaha memahami
kehidupan informan untuk mendapatkan kemudahan untuk memaknai
pengalaman hidup mereka (Polit, Beck, & Hungler, 2001).
Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka
hasil penelitian yang telah diperoleh akan divalidasi dengan beberapa
kriteria yaitu (1) kreabilitas, yaitu proses validasi data yang bertujuan untuk
menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan, (2) transferabilitas,
yaitu validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan atau dpat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil, (3)
dependabilitas, yaitu proses validasi data yang dilakukan dengan cara
mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakuka n penelitian, dan (4)
komfirmabilitas, yaitu proses validasi data dengan menguji keobyektivitas
peneliti.

16
BAB III
GAMBARAN KASUS

Ny. N, 30 tahun, dengan hamil anak ke empat, sudah pernah melahirkan


tiga kali dan tidak ada riwayat abortus (G4P3A0) datang ke Instalasi Gawat
Darurat (IGD) kebidanan rujukan dari puskesmas Cakung dengan partus kala
II lama. Hari pertama haid terakhir (HPHT) 09 februari 2013, taksiran
persalinan (TP) 16 NovemberM 2013, Usia Kehamilan 40-41 minggu.
Klien mengatakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit Ny. N mengeluh perut
terasa mules-mules. Kemudian jam 05.30 oleh klien dibawa ke bidan pembukaan
7 cm dan pada pukul 07.15 dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan lengkap,
namun tidak lahir-lahir. Jam 09.00 klien dibawa ke IGD RSUP dan dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan Fisik :
Klien mengatakan perut terasa mules-mules dirasakan sejak tadi malam,
keluar air-air sejak 9 jam yang lalu, sekitar jam 12 malam. Klien mengatakan
badannya terasa lemas dan tidak bertenaga. Keadaan umum klien kelelahan,
wajah klien grimace menahan sakit, dan cemas. Kesadaran compos mentis,
Pemeriksaan tanda- tanda vital pada tanggal 25 November 2013 jam 09.00

didapatkan T 100/70, nadi 98 x/menit, S 36,9o C, pernafasan 20 x/menit.


Pemeriksaan kehamilan, didapatkan hasil tinggi fundus uteri 32 cm, teraba
punggung bayi sebelah kanan, presentasi kepala, penurunan kepala 2/5 dan
tidak ada kemajuan penurunan kepala setelah 1 jam dipimpin persalinan.
Kontraksi uterus inadekuat, frekuensi 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik
(3x10’x40’’), denyut jantung janin 147 kali permenit regular, gerak janin aktif.
Pada saat meneran ibu terlihat kelelahan, dengan sesekali berhenti meneran,

17
berkeringat, badan terasa lemas dan lelah. Pemeriksaan genitalia didapatkan
hasil terdapat cairan ketuban jernih, keluar sejak 9 jam yang lalu, mengalir saat
kontraksi, terdapat darah dan lendir. Hasil pemeriksaan dalam, pembukaan 10
cm, umum klien kelelahan, wajah klien grimace menahan sakit, dan cemas.
Kesadaran compos mentis, Pemeriksaan tanda- tanda vital pada tanggal 25

November 2013 jam 09.00 didapatkan T 100/70, nadi 98 x/menit, S 36,9o


C, pernafasan 20 x/menit. Pemeriksaan kehamilan, didapatkan hasil tinggi
fundus uteri 32 cm, teraba punggung bayi sebelah kanan, presentasi kepala,
penurunan kepala 2/5 dan tidak ada kemajuan penurunan kepala setelah 1 jam
dipimpin persalinan. Kontraksi uterus inadekuat, frekuensi 3 kali dalam 10
menit, lamanya 40 detik (3x10’x40’’), denyut jantung janin 147 kali permenit
regular, gerak janin aktif. Pada saat meneran ibu terlihat kelelahan, dengan
sesekali berhenti meneran, berkeringat, badan terasa lemas dan lelah.
Pemeriksaan genitalia didapatkan hasil terdapat cairan ketuban jernih, keluar
sejak 9 jam yang lalu, mengalir saat kontraksi, terdapat darah dan lendir. Hasil
pemeriksaan dalam, pembukaan 10 cm, penurunan kepala di hodge III,
serviks tidak teraba, penurunan presentasi kepala teraba rata dan keras.
Pemeriksaan USG pada tanggal 25
November 2013 didapatkan hasil janin presentasi kepala tunggal hid (JPKTH)
dan taksiran berat janin (TBJ) 3100 gram pada usia kehamilan 40-41 minggu.

Pemeriksaan Psikologis :
Klien mengatakan takut kenapa bayinya tidak lahir-lahir. Klien
mengatakan takut bila terjadi apa-apa pada bayinya karena ini adalah anak yang
diharapkan dari perkawinannya yang ketiga. klien mengatakan sudah tidak kuat
lagi untuk mengejan, klien mengatakan tidak mampu untuk mengejan. klien
tampak takut dan cemas dengan kondisi bayinya. Klien mengatakan sejak tadi
pagi kepala bayi tidak ngajakin. Ibu terlihat cemas, gelisah dengan kondisi bayi
dan dirinya, takut dan khawatir keadaan bayinya. nadi 96 x/menit.

Implementasi Keperawatan (knowing, being with, doing for, enabling,


maintaningbelief)

18
Implementasi keperawatan untuk diagnosa pertama, gangguan
keseimbangan energi (keletihan) berhubungan dengan proses persalinan kala
II lama adalah Knowing melakukan penilaian kondisi ibu terkait kelelahan
yang dirasakan, misalnya kekuatan ibu saat meneran. Mencatat intake nutrisi
klien (roti, nasi yang dimakan dan diminum, yaitu air putih, teh dan susu).
Being With, memberikan motivasi dan dukungan kepada ibu secara emosional
dengan memberikan support kepada ibu bahwa ibu bisa dan mampu
melahirkan bayinya dengan kekuatan yang dimiliki saat meneran. Doing
For, membantu ibu memenuhi kebutuhannya seperti makan, minum, buang air
kecil (BAK), berubah posisi saat bersalin. Membantu klien untuk makan
roti dan nasi. Membantu dan memberi klien minum air putih, susu dan teh
manis hangat. Enabling, mencontohkan tekhnik relaksasi dan mengejan
yang benar kepada ibu. Menganjurkan ibu posisi jongkok pada saat mengejan
untuk meningkatkan dan mempercepat penurunan kepala janin.
Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan. Pukul 10.00 Mengobservasi pemberian induksi persalinan
5 iu dalam 500 ml ringer laktat, dimulai dengan 8 tetes permenit dinaikkan 4
tetes setiap 30 menit sampai didapatkan his yang adekuat. Pukul 11.25 melakukan
pertolongan persalinan pada kala II, yaitu dengan melahirkan bayi, dimulai
dengan melahirkan kepala, tunggu terjadi putar paksi, posisi tangan biparietal,
kemudian melahirkan bahu anteriorm dilanjutkan bahu posterior, disangga dan
susur, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu. Mengeringkan badan bayi dan
menilai apgar score bayi. Menimbang berat badan bayi dan panjang bada.
membantu ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusu dini (IMD). Maintaining
Belief, menumbuhkan keyakinan ibu dan sikap optimis terhadap ibu, bahwa
ibu mampu melahirkan bayinya dengan sehat dengan kekuatan meneran yang
dimiliki.
Implementasi keperawatan pada diagnosa kedua, nyeri berhubungan
dengan kontraksi uterus selama persalinan. Knowing, mengkaji respon
klien terhadap teknik pereda nyeri. Being With, memberikan dukungan
emosional kepada ibu. Doing For, mendiskusikan dengan klien metode yang
dapat digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri, misalnya dengan

19
tarik nafas dalam, efflurage pressure pada area perut ibu, counter pressure
pada area sakrum, melakukan terapi massage pada punggung ibu.
Enabling, menjelaskan penyebab nyeri yang dikarenakan tekanan pada
daerah segmen bawah rahim. Mengevaluasi pengalaman nyeri sebelumnya
dan tindakan yang pernah dilakukan untuk mengurangi nyeri.
Mengajak klien berkomunikasi. Maintaining Belief, memberi kesempatan
klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai beratnya nyeri yang
dirasakan dan menunjukkan pada klien seberapa baik kemampuan toleransi
nyerinya. Melibatkan keluaraga (suami) untuk mendampingi ibu. Membantu
keluarga berespon positif pada pengalaman nyeri klien. Memberi pujian atas
kemampuan klien mentoleransi nyeri.
Implementasi keperawatan pada diagnosa ketiga, resiko cidera janin
(gawat janin) berhubungan dengan insufisiensi utero plasenta yaitu Knowing,
menilai kondisi janin dengan melakukan CTG. Being With, memberikan
dukungan kepada ibu secara emosional. Doing For, mengatur posisi ibu
(miring kiri) untuk mengurangi tekanan pada tali pusat dan memperbaiki aliran
darah uterus. Memberikan oksigen dengan nasal canule 5 liter permenit,
memastikan oksigenasi ibu penuh untuk meningkatkan aliran oksigen ibu ke
janin. Enabling, mengobservasi pemberian induksi persalinan 5 iu dalam 500
ml ringer laktat, dimulai dengan 8 tetes permenit dinaikkan 4 tetes setiap 30
menit sampai didapatkan his yang adekuat. Mengobservasi tanda-tanda gawat
janin seperti penurunan atau peningkatan denyut jantung janin, dan penurunan
gerakan janin. Melakukan pemantauan kesejahteraan janin (gerakan janin dan
denyut jantung janin) dan mengobservasi kemajuan persalinan ; Pukul
10.30 = pembukaan serviks 10 cm, penurunan kepala 1/5, kontraksi uterus
adekuat, frekuensi 4 kali dalam sepuluh menit lamanya 50 detik (4x10’x50”) djj
138x/menit. Pukul 11.00 = pembukaan serviks 10 cm, penurunan kepala 0/5,
frekuensi 4 kali dalam sepuluh menit lamanya 50- 60 detik djj 138x/menit. Pukul
11.25 = menolong persalinan dengan melahirkan bayi, dimulai dengan
melahirkan kepala, tunggu terjadi putar paksi, posisi tangan biparietal, kemudian
melahirkan bahu anterior dilanjutkan bahu posterior, disangga dan susur,
kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu. menilai apgar score bayi (AS = 9/10)

20
dan mengeringkan badan bayi. Menimbang berat badan bayi dan panjang badan
(BB = 3600 gram, PB = 49 cm). Membantu ibu untuk melakukan Inisiasi
Menyusu dini (IMD). Maintaining Belief, menumbuhkan keyakinan ibu bahwa
bayinya sehat.
Implementasi keperawatan pada diagnosa keempat, resiko infeksi
berhubungan dengan ketuban pecah lama, yaitu Knowing, mengobservasi tanda

infeksi, yaitu dengan mengukur suhu tubuh klien, S = 36.90 C. Being With,
mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan laboratorium khususnya kadar

leukosit, yaitu 13.23 ribu/mm3. Doing For, meningkatkan intake cairan dengan
memberikan minum kepada klien, klien minum air putih, teh hangat dan susu.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan kepada pasien
dengan enam langkah. Enabling, menerapkan prinsip steril dan standart
precaution pada klien, dengan mengunakan sarung tangan pada saat melakukan
pemeriksaan dalam (VT). Memisahkan pakaian kotor dan bersih klien ke
linen. Maintaining Belief, meyakinkan kepada ibu dengan tetap menjaga
kebersihan, dapat mencegah terjadinya infeksi.
Implementasi keperawatan pada diagnosa ke lima, Ancietas (cemas)
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan selama proses persalinan.yaitu
mengkaji tingkat . Implementasi keperawatan pada diagnosa ke lima, ancietas
(cemas) berhubungan dengan krisis situasi yaitu Knowing mengkaji
kecemasan klien. Mengkaji perasaan dan pemahaman klien terhadap situasi
saat ini. Being With, memberikan kesempatan klien mengungkapkan
perasaannya. Memahami persepsi klien tentang kecemasan yang dirasakan.
Doing For, memberi penjelasan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan
janin saat ini. Menjelaskan tentang semua prosedur tindakan yang mungkin
akan dilakukan, efek positif dan negatif baik bagi ibu maupun janin apabila
tindakan tidak dilakukan. Enabling, menganjurkan ibu untuk mengekpresikan
perasaan, kecemasan dan ketakutan yang dirasakan. Menemani ibu untuk
memberikan rasa nyaman dan mengurangi cemas. Meminta keluarga untuk
memberikan motivasi dan support kepada ibu. Maintaining Belief, meyakinkan
ibu bahwa dengan berdoa, cemas yang dirasakan berkurang.

21
Implementasi keperawatan pada diagnosa ke enam, kesiapan progresif
untuk persalinan, yaitu Knowing, mengkaji kesiapan klien untuk melahirkan
bayinya. Being with, menganjurkan klien untuk mendengarkan dan mengikuti
anjuran perawat. Doing For, menganjurkan klien untuk meneran dengan
menggunakan tekhnik yang benar. Enabling, motivasi klien untuk meneran
sekuat tenaga yang dimiliki klien. Maintaining Belief, memberikan
reinforcement positif pada ibu.

Tahap validasi (Evaluasi)


Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang diberikan dituliskan
dalam data subjektif (S) dan data objektif (O). Berdasarkan data yang diperoleh,
dituliskan analisa (A) dan perencanaan (P) terhadap masing-masing diagnosa
keperawatan. Validasi (evaluasi) pada diagnosa keperawatan yang pertama yaitu
gangguan keseimbangan energi (keletihan) berhubungan dengan malnutrisi dan
proses persalinan. Pukul 09.00, Data Subjektif (DS) : Klien mengatakan
berusaha minum dan menghabiskan makanan yang disediakan. Data
Objektif (DO) : Klien mau makan roti dan nasi, roti yang dimakan klien 2 iris
sari roti coklat, nasi habis 1 porsi dengan lauk dan sayur dan buah pisang, klien
minum air putih 2 gelas, teh hangat 2 gelas dan susu coklat ultra milk 3
kotak (600 ml). Pukul 11.00 WIB, Data Subjektif (DS) : Klien mengatakan
mampu untuk mengejan.
Klien mengatakan akan berusaha dengan sekuat tenaga yang
dimiliki untuk mengeluarkan bayinya. Data Objektif (DO) : Klien tampak
semangat saat berusaha meneran. Posisi klien saat meneran setengah duduk dan
lithotomi, dengan kedua tangan menarik dibawah paha ke arah perut. Pukul
11.25 WIB, Data Subjektif (DS) : Klien mengatakan senang dengan kelahiran
bayinya. Klien mengatakan lega dengan kelahiran bayinya. Klien mengucap
syukur Alhamdulillah saat bayinya sudah keluar. Data Objektif (DO) : Klien
mampu bekerjasama dengan perawat, bidan dan dokter. Pemeriksaan tanda-

tanda vital (TTV) : TD : 110/70 mmHg, Nadi : 96 x/menit, S : 36,8o C, RR


: 20 x/menit. Pukul 11.25 : Lahir bayi perempuan dengan berat badan (BB)
3600 gram, panjang badan (PB) 49 cm, Apgar Score (AS) 9/10, bayi

22
menangis spontan, cacat (-), anus (+). Analisa (A) : Kelelahan teratasi
dan energi terpenuhi, bayi lahir spontan pervaginam. Planning (Rencana) :
menganjurkan klien untuk makan dan minum, menganjurkan klien untuk
istirahat, membantu klien untuk IMD
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk diagnosa keperawatan kedua
yaitu nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan. Pukul 10.30
= Data Subjektif (DS) : Klien mengatakan mampu mentoleransi nyeri yang
dirasakan. Klien mengatakan pada saat dilakukan massage punggung, klien
merasa nyaman. Data Objektif (DO) : Klien mampu mentolerir nyeri yang
dirasakan. Klien merasa nyaman. Analisa (A) : Klien mampu mentolerir
nyeri yang dirasakan Planning (P) : Melakukan massage pada daerah punggung
klien, Melakukan counter pressure pada klien, melibatkan keluarga (suami)
untuk mendampingi klien.
Evaluasi diagnosa yang ketiga yaitu resiko cidera janin: gawat janin
berhubungan dengan proses persalinan. Pukul 10.30 – 11.25 WIB, Data
Objektif (DO) : Jam 10.30 = pembukaan serviks 10 cm, penurunan kepala 1/5,
kontraksi uterus 5 x 10’ x 50”, djj 138 x/menit. TD : 110/70 mmHg, Nadi :

92 x/menit, S : 36,9o C, RR : 20 x/menit. Jam 11.00 = pembukaan serviks 10


cm, penurunan kepala 0/5, kontraksi uterus 5 x 10’ x 50 “ djj 136x/menit. TD :

120/70 mmHg, Nadi : 87 x/menit, S : 36,5o C, RR : 20 x/menit. Pukul 11.25,


Data Subjektif (DS) : Klien mengatakan sangat senang dengan kelahiran bayinya,
Klien tersenyum melihat bayinya, Data Objektif (DO) : Lahir bayi perempuan
dengan berat badan (BB) 3600 gram, panjang badan (PB) 49 cm, Apgar Score
(AS) 9/10, bayi menangis spontan, cacat (-), anus (+). Wajah klien tampak
senang dan tersenyum saat melihat bayinya lahir. Klien melakukan Inisiasi
menyusu dini (IMD). Analisa (A), Cidera janin tidak terjadi, bayi lahir spontan
pervaginam, Planning (P) : membantu dan menganjurkan klien untuk
menyusui bayinya. Membantu dan menganjurkan klien untuk istirahat, makan
dan minum.
Evaluasi untuk diagnosa keperawatan keempat yaitu resiko infeksi
berhubungan dengan ketuban pecah lama didapatkan data subjektif (S) Klien

23
mengatakan badannya tidak panas. Data Objektif (O), suhu = 36.90 C, hasil

pemeriksaan leukosit = 13.23 ribu/mm3.. Analisa (A), Infeksi tidak terjadi.


Planning (P), monitor tanda-tanda terjadinya infeksi.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa keperawatan kelima yaitu ancietas
(cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan.
Data subjektif (S) Klien mengatakan mengerti tentang proses persalinannya
saat ini. Klien mengatakan sudah memahami penjelasan yang diberikan.
Data Objektif (O) Klien mengerti tentang proses persalinannya. Klien paham
apa yang disampaikan oleh perawat. Pukul 11.25 Data Subjektif (DS) : Klien
mengatakan sangat senang dengan kelahiran bayinya, Klien tersenyum
melihat bayinya, Data Objektif (DO) : Lahir bayi perempuan dengan berat badan
(BB) 3600 gram, panjang badan (PB) 49 cm, Apgar Score (AS) 9/10, bayi
menangis spontan, cacat (-), anus (+). Wajah klien tampak senang dan
tersenyum saat melihat bayinya lahir. Klien melakukan Inisiasi menyusu dini
(IMD. Analisa (A) Cemas klien teratasi dan bayi lahir spontan pervaginam.
Planning (P), Motivasi klien untuk mempertahankan dan menggunakan
kemampuan yang dimiliki bila cemas terjadi. melibatkan keluarga untuk
memberikan motivasi dan support kepada pasien. Evaluasi keperawatan pada
diagnosa keperawatan keenam yaitu Data Subjektif (S) klien mengatakan
mengerti cara meneran yang benar. Klien mengatakan sudah memahami
penjelasan yang diberikan. Data Objektif (DO) : Klien mendengarkan dan
mengikuti anjuran perawat. Klien melakukan posisi meneran dengan benar.
Klien menunjukkan kemajuan persalinan. Analisa (A) : Klien menunjukkan
kesiapan dan kemajuan persalinan. Planning (P) :Motivasi klien untuk
melanjutkan usaha dan kemajuan selama persalinan.
Penanganan medis yang dilakukan terhadap ibu dengan partus kala II lama
adalah dengan pemberian augmentasi. Augmentasi yang diberikan adalah
dengan menggunakan oksitosin dengan syarat tidak terjadi malpresentasi pada
janin. Apabila dengan memberikan augmentasi oksitosin tidak ada progresif,
penanganan selanjutnya adalah persalinan dengan forsep atau vakum dengan
syarat kepala janin berada pada posisi lebih dari dua centimeter di bawah spina
ischiadika. Persalinan dengan menggunakan vakum atau forceps tersebut tidak

24
terpenuhi, maka persalinan sebaiknya segera dilakukan dengan operasi sesar
(WHO, 2008).
Penatalaksanaan keperawatan bagi ibu dengan partus kala II lama adalah
dengan memberikan asuhan keperawatan baik secara fisik dan psikologis.
Persiapan fisik pada ibu yang akan bersalin, membutuhkan kekuatan (power)
pada saat meneran dan posisi meneran yang benar, agar bayi dapat segera
dikeluarkan dan tidak mengalami cedera. Dukungan dan motivasi ibu sangat
diperlukan untuk meningkatkan kekuatan (power) dan energinya saat meneran.
Energi yang dibutuhkan oleh seorang ibu bersalin adalah berasal dari
makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Selain itu, tindakan keperawatan
yang utama adalah mengajarkan teknik meneran yang benar untuk mencegah
terjadinya kelelahan dan memenuhi kebutuhan hidrasi ibu (O’Connell et al.,
2003; Tzeng, Kuo, & Tsai, 2013). Dengan kondisi demikian, maka
mempertahankan energi pada ibu yang mengalami partus memanjang menjadi
mutlak. Mengingat kasus ibu dengan partus kala II lama bisa mengancam
kematian ibu dan janin yang dikandungnya, oleh sebab itu tindakan
emergency keperawatan harus dilakukan dengan tepat dan cepat. Teori “Need
for help “ Wiedenbach menjelaskan bahwa perawat harus mampu memberikan
asuhan keperawatan serta keterampilan dan kemampuan dalam mengambil
penanganan. Mengembangkan cara kerja team work, penyusunan standar atau
pathway dari masing-masing area sehingga dalam keadaan emergency tindakan
untuk menolong dapat dilakukan secara optimal.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
  Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang
dijelaskan Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang
terus ada dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses
ini sebagai hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai
hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran
perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan
kesejahteraan.    Swanson (1991) dalam Middle Theory of
Caring mendeskripsikan 5 proses caring menjadi lebih praktis, yaitu
Komponen Mempertahankan Keyakinan, Komponen Pengetahuan,
Komponen Kebersamaan, Komponen Tindakan yang Dilakukan, Komponen
Memungkinkan.

 4.2 Saran
Aplikasi teori caring-swanson di dunia pendidikan sebagai landasan
perilaku caring juga perlu ditingkatkan agar setiap perawat dapat mampu
memnberikan pelayanan yang baik kepada setiap pasien.

26
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raile. 2010. Nursing Theory : Utilization and


Application. The United States of America: Mosby Elsevier

Atmoko, R. Y. (2010). Caring Dalam Konsep Keperawatan. Dibuka


pada tanggal. http://dummiesboy.wordpress.com/2010/11/18/caring-dalamkonsep-
keperawatan/.

Alligood, Martha Raile. 2014. Nursing Theorists and Their


Work. USA: Mosby.
McKenna, Hugh.1997. Nursing Theories and Models. New York:
Routledge.
Dempsey, P. A., & Dempsey, A. D. (2002). Riset Keperawatan, Edisi 4,
Alih Bahasa
Papilu Widyastuti. Jakarta: EGC

Peterson,Sandra J. & Bredow, Timothy S.2009. Middle Range


Theories, Application to Nursing Research.Second edition. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins.
Polit, D. F., Beck, C. T., & Hungler, B. P. (2001). Essensials of nursing
research (5 th ed). Philadelphia: Lippincott.

Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 7. Jakarta: EGC.

Priambodo, G. (2013). Teori Keperawatan Kristen Swanson. Dibuka


pada tanggal 10 http://www.galihpriambodo.com/2013/02/teori
keperawatankristen-swanson.html.

Saryono & Anggraeni, M. D. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif


Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuba Medika

Steubert, H., J & Carpenter, D. R. (2005). Qualitatif research and


Nursing. Advancing The Humanistic Imperative. Philadelphia: Lippincott.

27
Swanson, K.M. (1991). Emipirical Development Of A Middle Range
Theory Of Caring. Nursing Research Journal Volume 40. no. 3
http://www.ncnurses.org/dotAsset/113036.pdf.
Patricia A, Potter, Anne G. Perry. 2009. Fundamental of Nursing, Seventh
edition, St. Louis. Missouri : Mosby Elsevier

28

Anda mungkin juga menyukai