sehingga kami dapat mengerjakan tugas Falsafah Dan Teori Keperawatan. Tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Dosen(Guru Pembimbing) yang telah memberikan pengarahan
sehingga kami dapat menyesuaikan tugas ini dengan baik.
Akhirnya, penulis memohon taufiq dan hidayah-Nya semoga makalah ini dapat
berguna bagi semua orang. Namun kekurangan pasti ada, untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan.
daftar isi……………………………………………………..............
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………..…….............
RumusanMasalah……………………………………………....
Tujuan .......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1.Kesimpulan……………………………………………....................
2.Saran ……………………………………………………….........…...
DAFTAR PUSTAKA……………………..................…………………………....
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Kristen M. Swanson, R.N., Ph.D., F.A. A. N., lahir pada tanggal 13 Januari 1953 di
Provinsi Rhode Island. Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum laude) dari University
of Rhode Island College of Nursing tahun 1975. Setelah lulus, ia memulai karirnya sebagai
Registered Nurse pada University of Massachusetts Medical Center di Worcester. Setelah
menerima gelar Magister Keperawatan pada tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun
sebagai instruktur klinik keperawatan medikal bedah di University of Pennsylvania School of
Nursing dan terdaftar pada program Ph.D keperawatan di University of Colorado in Denver,
Colorado. Ia mempelajari psikososial keperawatan yang menekankan pada konsep
kehilangan, stress, coping, hubungan interpersonal, individu dan kepribadian, lingkungan dan
kepedulian (caring).
Kristen swanson (1991) mempelajari tentang klien dan pengasuh professional dalam
upaya mengembangkan teori caring untuk praktek keperawatan. Tiga kelompok berbeda
diwawancarai : wanita yang mengalami keguguran, orang tua,dan seorang ibu yang baru
melahirkan yang sedang dirawat di ruang perawatan intensif (obgyn). Semua kelompok
berada di perinatal (sebelum, selama, atausetelah kelahiran anak), pengaturan atau konteks
dan pengalaman fenomenacaring.
1.2 RumusanMasalah
3. apa saja yang termasuk dalam model konseptual teori caring kristen swanson?
4.bagaimana yaang dimasuk dalam paradigma keperawatan menurut caring kristen swanson?
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang dilakukannya pada
wanita yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif,
dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah melalui system untuk menerima berbagai
macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2005).
Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara
keseluruhan dan pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan
seorang perawat untuk merawat pasien. Salah satu hal paling penting yang memberikan
kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen bahwa pasien seharusnya
tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah, melainkan sebagai manusia seutuhnya,
yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam
pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian
pasien ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming
tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi
dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih
dekat dengan tujuannya (well-being).
Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan
dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses caring
yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup
seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti
melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam
menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani
hidupnya.
Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan
Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam dinamika
hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan yang linear, namun
juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui
karena peran perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.
Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu klien
mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien dan
membantu untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal ini sangat
penting terutama dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang mengancam nyawa
seperti kanker, atau peristiwa yang sangat traumatis seperti keguguran (Swanson & Wojnar,
2004).
1. Maintaining Belief
Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan
masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan,
meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti
atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi
apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas
kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh
harapan. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari
caring dalam praktek keperawatan.
Subdimensi:
a) Believing in
Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan
tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi.
b) Offering a hope-filled attitude
Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang
menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme
dan harapan yang sama.
Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien
perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien.
2.Knowing
Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam
kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan,
knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi
perawat mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail,
sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan,
serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan
persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan
terhadap realita kehidupan
Subdimensi:
a) Av oiding assumptions
Menghindari asumsi-asumsi
b) Assessing thoroughly
Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psiko sosial spitual dan kultural
c) Seeking clues
Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam
melakukan asuhan keperawatan yang efektif
3. Being With
Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi
perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan maksud
menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas
perasaan yang tidak diinginkan.
Subdimensi:
a) Non-burdening
Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam
melakukan tindakan keperawatan
b) Convering availability
Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk
mencapai tahap kesejahteraan / well being.
c) Enduring with
d) Sharing feelings
4.Doing For
Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan,
mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.
Subdimensi:
d) Anticipating ( mengatisipasi )
Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga
e) Protecting (melindungi)
5. Enablings
Subdimensi:
a) Validating (memvalidasi)
c) Supporting (mendukung)
Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan / well being sesuai
kapasitas sebagai perawat
d) Feedback (memberikan umpan balik)
Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya
mencapai kesembuhan / well being
e) Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan
membuat alternative)
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan
kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis. (Potter & Perry, 2009)
4. Paradigma keperawatan menurut caring Kristen swanson
1. Manusia
Asumsi Swanson tentang caring sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Watson (1985)
bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan utuh yang memiliki pemikiran, perasaan
dan tingkah laku. Pengalaman hidup dari setiap orang dipengaruhi oleh warisan genetik,
anugerah spiritual, dan kebebasan memilihnya.
2. Kesehatan
Perawat tidak hanya berfokus bagaimana klien sembuh dari penyakitnya tetapi perawat
membantu klien untuk dapat mencapai, memelihara, atau mendapatkan kembali tingkat
kesehatan atau kesejahteraan hidupnya yang optimal. Pada saat perawat berfokus pada
kesehatan sebagai suatu kesejahteraan hidup, perawatan yang diberikan haruslah meliputi
manusia sebagai manusia yang utuh yaitu menjadi seseorang, bertumbuh, merefleksikan diri
dan selalu berusaha untuk dapat berhubungan dengan sesamanya (Swanson, 1993).
Untuk dapat mengalami kesejahteraan adalah dengan hidup sebagai subjektif, memiliki
arti, berpengalaman sebagai manusia seutuhnya. Utuh melibatkan adanya pengertian integrasi
dan menjadi seseorang berarti semua aspek menjadi seseorang bebas untuk diekspresikan.
Aspek yang di maksud adalah : spiritualitas, pemikiran, perasaan, inteligen, kreativitas,
hubungan, feminine, maskulin dan seksualitas (Swanson, 1993).
3. Lingkungan
Lingkungan didefiniskan sebagai sesuatu yang situasional. Di dalam keperawatan
sendiri, lingkungan adalah suatu konteks yang mempengaruhi atau yang terpengaruh oleh
klien. Pengaruh itu sendiri ada beberapa termasuk budaya, politik, ekonomi, sosial, biofisik,
psikologi dan spiritual. Pada saat kita mencari tahu tentang pengaruh lingkungan terhadap
seseorang, ada baiknya untuk mempertimbangkan tuntutan, kendala dan sumber – sumber
yang membawa kepada situasi tersebut dan lingkungan di sekitarnya (Klausner, 1971).
4.Perawat
Swanson (1991,1993) mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan
keperawatan untuk mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan bahwa ilmu
keperawatan dibentuk dari ilmu pengetahuan keperawatan ilmu pengetahuan lain seperti
etika, kepribadian, estetika yang dijadikan nilai-nilai dan harapan individu dan social secara
manusiawi dan berdasarkan pengalaman.
5. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan
Pandangan Swanson (1993) tentang keperawatan adalah siapa yang kita layani,
bagaimana kita memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk melayani merupakan
keharusan bagi perawat untuk dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan, diri sendiri, fokus
pada kemanusian dan caring. Yang kemudian disempurnakan dengan adanya transaksi antara
keperawatan, setiap perawat dan klien bahwa perawat adalah profesi yang memiliki
komitmen caring, pemeliharan akan martabat manusia dan meningkatkan kesehatan.
Swanson (1991) mempelajari tentang klien dan profesi pemberi layanan dalam
usahanya untuk membuat teori tentang caring dalam praktik keperawatan yang bermanfaat
dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring yang berguna dan
efektif. Teori caring Swanson ini juga menyajikan permulaan yang baik untuk memahami
kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan yang berisi lima kategori atau proses.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta
atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting
terutama dalam praktik keperawatan (Nanda Sartika, 2010).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan
harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu
menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap seorang perawat dapat
terlihat dari perilaku Caring yang dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan
permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori
Caring Swanson (1991) menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari bagaimana
perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional,
melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri,
memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan
serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.
6. Kelebihan dan kekurangan teori Caring Kristen Swanson
- Cornelia M. Ruland
Cornelia M. Ruland lahir di Norwegia tahun 1954. Lulus sarjana keperawatan pada
tahun 1974 dari Universitas Bergen, Norwegia. Pada tahun 1979, Ruland mengambil
Registered Nurse (RN) selanjutnya bekerja menjadi perawat klinik spesialis anak ditahun
198. Tahun 1994, ia mengambilMaster dan tahun 1998 mendapatkan gelar doktornya dari
Universitas Case Western Reserve, Cleveland, Ohio.
Karir keperawatannya dimulai sejak tahun 1979 sampai tahun 1980 dengan menjadi
staf keperawatan di unit anak di RS Bergen, Norwegia. Dilanjutkan dengan menjadi staf
perawat di unit anak dan onkologi di Oslo tahun 1980-1983. Tahun 1983-1988, Ruland
menjadi perawat klinik spesialis anak di Oslo, dilanjutkan dengan menjadi kepala unik anak
tahun 1989-1990. Tahun 1990-1994, ia menjabat sebagai direktur keperawatan di RS Aker
University. Pada tahun 1994-1997, ruland mendapa
Teori Peaceful End of Life dikemukakan oleh dua orang wanita yaitu :
1.Cornelia M Ruland
a) memberikan penjelasan ketika klien mendapatkan suatu tindakan yang sulit yang mana
klien membutuhkan bantuan untuk memahami hal tersebut serta memahamikeuntungan dan
kerugian dari alternatif tindakan yang diberikan,
Teori peaceful end life teori bersumber dari beberapa kerangka teori, yaitu sebagai
berikut :
Struktur, proses dan outcome model merupakan model klasik yangdikemukakan oleh
Donabedian (Ruland and More 1998, dalam Tomey andAligood, 2006), model ini menjadi
kerangka utama dari teori End of Life (EOL). Pada teori EOF, struktur adalah system
keluarga yang menerima perawatandari tenaga professional di unit perawatan klinik/rumah
sakit. Sedangkan prosesmerupakan tindakan yang diberikan, dalam hal ini tindakan
keperawatan yangbertujuan memberikan sesuatu yang positif dan penyembuhan bagi pasien
seperti :
b) mengalami kenyamanan
e) merasakankedekatan dengan orang lain yang signifikan dan orang yang merawatnya.
2. Preference Teori
Preference teori dikemukakan oleh Brandt, 1997 dengan konsep utamaadalah kualitas
hidup (quality of life), memberikan signinifikan terhadap teori EOL.Pada teori preference ini,
hidup yang baik diartikan seseorang mendapatkan sesuatusesuai dengan keinginan.
Pendekatan ini sangat cocok dengan perawatan dengan teori EOF yang bisa diterapkan pada
orang yang mengalami sakit.
C. Konsep Utama
Bebas dari penderitaan dan gejala distres merupakan bagian dari pengalamanklien
EOL. Nyeri diartikan sebagai sensori yang tidak menyenangkan ataupengalaman emosional
yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang potensialatau aktual. (Lenz, Suppe, Gift,
Pugh, & Milligan, 1995 dalam Tomey & Alligood,2006).
2. Merasa nyaman
Setiap klien dengan penyakit terminal dihormati dan dinilai sebagai manusia(Ruland
& Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood, 2006). Konsep inimenggabungkan pemikiran dari
penghargaan personal yang diungkapkan denganprinsip etik autonomi atau respect for
persons, yang menyatakan bahwa seseorangseharusnya diperlakukan sebagai autonomous
agents dan seseorang denganautonomi diberi hak perlindungan (United States, 1978 dalam
Tomey & Alligood,2006).
5. Merasakan kedekatan dengan orang lain yang signifikan dan orang yang merawatnya
Ruland dan Moore juga memaparkan enam (6) konsep utama yang
merupakanperyataan-peryataan yang saling berkaitan. Pernyataan-peryataan itu sebagai
berikut(Ruland & Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood, 2006) :
6) Pengalaman pasien atas bebas dari rasa sakit, merasa nyaman, merasa dihormati dan
dihargai, merasa damai/tenang dan merasa dekat dengan orang lain dan orang yang
merawatnya dapat membantu pasien menghadapi kedamaian diakhir hidupnya.
Teori Peaceful End of Life merupakan teori yang menjelaskan upaya tenagakeperawatan
dalam memberikan pelayanan pada klien dengan tujuan memberikan sesuatuyang positif
terhadap klien seperti bebas dari rasa sakit, merasa nyaman, merasa dihargaidan dihormati,
berada dalam kedamaian dan ketenangan, merasakan kedekatan denganorang lain yang
signifikan dan orang yang merawatnya dan juga merasakan kedekatandengan orang lain yang
signifikan dan orang yang merawatnya.
Dalam keperawatan komunitas penerapan teori Peaceful end of life sangat tepat
biladiimplementasikan pada asuhan keperawatan pada lansia, baik lansia yang berada
dalamkeluarga maupun lansia yang berada di institusi seperti panti jompo. Lansia
menganggapbahwa perasaan kasihan yang di tunjukkan kepada mereka (lansia) merupakan
suatukesalahan karena mengisyaratkan bahwa mereka (lansia) sudah tidak mampu
lagimelakukan aktifitasnya. Hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan maupun
ketidaknyamanan dalam hidupnya diluar kecemasannya terhadap penurunan aktivitas yang
dialaminya.sehingga dalam hal ini sangat tepat diterapkan teori peaceful end of life.
D. Hubungan antara beberapa konsep dari teori peaceful end of life
Teori peaceful end of life terdiri dari lima konsep yang saling berkaitan, yaitu not being in
ain, experience of comfort, experience of dignity, being at peace dan closeness to significant
others/persons who care. Kriteria proses dari setiap konsepdapat digabungkan, contohnya
pain, comfort, peace dapat dijadikan satu konsep yangsederhana, manajemen gejala fisik-
psikologis. Penggabungan kriteria proses iniberdasarkan suatu analisis konsep dan pemetaan
untuk menentukan apakah kriteriakonsep tersebut dapat digabungkan atau tidak. Konsep pain
dengan dua (2) kriteriaproses (memantau dan menghilangkan rasa sakit, memberikan
tindakan farmakologi dannon farmakologi) memiliki kedekatan hubungan dengan kriteria
proses dari comfort(mencegahan, memantauan, dan mengurangi rasa tdk nyaman pd fisik)
dan criteriaproses dari peace (memonitor dan memenuhi kebutuhan klien selama medikasi
antianxiety).
1.Kejadian dan perasaan yang dialami pada klien EOL adalah personal danindividualistik
3. Keluarga termasuk significant others dan merupakan bagian penting dalam perawatan EOL
PENUTUP
1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada tinjauan teori, Middle Range teori adalah
suatu pengembangan teori pada tingkat yang lebih kongkret daripada Grand Teori,karena
pada Grand teori lebih berfokus pada fenomena pusat dari disiplin ilmu seperti individu
sebagai sistem adaptif, defisit perawatan diri,kesatuan manusia, atau menjadi manusia. Grand
Teori yang kerangkanya terdiri dari konsep-konsep dan pernyataan relasional yang
menjelaskan fenomena abstrak.Sedangkan Midle Range Theory diorganisasi dalam lingkup
terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori Middle-Range
memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara
penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat
penting dalam disiplin praktik.
Pengembangan Middle Range Theory bisa bersumber dari Grand Teori,atau dapat
pula bersumber dari hasil penelitian klinis langsung, hal ini dapat kita lihat dari pernyataan
beberapa ahli. Mungkin ada hubungan yang eksplisit antara beberapa grand teori dan middle
range teori. Sebagai contoh, (middle range teori) Reed (1991) transendensi-diri dan (1988)
teori Barrett kekuasaan secara langsung terkait dengan Ilmu Rogers dari Kesatuan Manusia.
Teori Midle range lainnya mungkin tidak memiliki hubungan langsung dengan grand teori.
Dalam hal ini,asumsi-asumsi filosofis yang mendasari middle range teori dapat berada pada
tingkat paradigma, bukan dari Grand Teori. Namun demikian, hubungan ini penting untuk
menetapkan validitas sebagai teori.
2. Saran
Dari makalah yang kami buat, kami sebagai penulis menyarankan untuk lebih banyak
membaca dan memahami masalah middle range dan bisa lebih banyak mengetahui masalah
genetic(pewarisan sifat) pada manusia.
Daftar Pustaka
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdf
http://www.postpartum.net/About-PSI/President%E2%80%99s-Advisory-Council-/Cheryl-
Tatano-Beck-DNSc-CNM-FAAN-.aspx
Dokumen.tips/document/teori-caring-swanson.html
Tomey and alligood, 2006, Nursing Theorists and Their Work, sixth edition, Missouri:Mosby