Anda di halaman 1dari 17

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kesehatan

sehingga kami dapat mengerjakan tugas Falsafah Dan Teori Keperawatan. Tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Dosen(Guru Pembimbing) yang telah memberikan pengarahan
sehingga kami dapat menyesuaikan tugas ini dengan baik.

Akhirnya, penulis memohon taufiq dan hidayah-Nya semoga makalah ini dapat
berguna bagi semua orang. Namun kekurangan pasti ada, untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan.

Lhokseumawe ,8 Desember 2018


DAFTAR ISI

kata pengantar ………………………………………...........

daftar isi……………………………………………………..............

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang…………………………………………..…….............

RumusanMasalah……………………………………………....

Tujuan .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. konsep utama Teori Caring Swanson............................................................................

2. Struktur Caring Swanson.....................................................................................................

3. model konseptual teori caring kristen swanson...........................................................

4.Paradigma keperawatan menurut caring Kristen swanson..................................................

5.Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan.................................................................

6. Kelebihan dan kekurangan teori Caring Kristen Swanson.....................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

1.Kesimpulan……………………………………………....................

2.Saran ……………………………………………………….........…...

DAFTAR PUSTAKA……………………..................…………………………....
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Kristen M. Swanson, R.N., Ph.D., F.A. A. N., lahir pada tanggal 13 Januari 1953 di
Provinsi Rhode Island. Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum laude) dari University
of Rhode Island College of Nursing tahun 1975. Setelah lulus, ia memulai karirnya sebagai
Registered Nurse pada University of Massachusetts Medical Center di Worcester. Setelah
menerima gelar Magister Keperawatan pada tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun
sebagai instruktur klinik keperawatan medikal bedah di University of Pennsylvania School of
Nursing dan terdaftar pada program Ph.D keperawatan di University of Colorado in Denver,
Colorado. Ia mempelajari psikososial keperawatan yang menekankan pada konsep
kehilangan, stress, coping, hubungan interpersonal, individu dan kepribadian, lingkungan dan
kepedulian (caring).

Kristen swanson (1991) mempelajari tentang klien dan pengasuh professional dalam
upaya mengembangkan teori caring untuk praktek keperawatan. Tiga kelompok berbeda
diwawancarai : wanita yang mengalami keguguran, orang tua,dan seorang ibu yang baru
melahirkan yang sedang dirawat di ruang perawatan intensif (obgyn). Semua kelompok
berada di perinatal (sebelum, selama, atausetelah kelahiran anak), pengaturan atau konteks
dan pengalaman fenomenacaring.

1.2 RumusanMasalah

1. apa itu teori swanson?

2. apa saja struktur caring swanson?

3. apa saja yang termasuk dalam model konseptual teori caring kristen swanson?

4.bagaimana yaang dimasuk dalam paradigma keperawatan menurut caring kristen swanson?

5.Kelebihan dan kekurangan teori Caring Kristen Swanson?

1.3 Tujuan

1.Untuk menambah pengetahuan tentang pengertian Caring secara umum

2.Untuk mengetahui pengertian dari Swanson mengenai Caring

3. Untuk menambah pengetahuan prilaku caring dalam praktik keperawatan


BAB II

PEMBAHASAN

1.Konsep utama Teori Kristen Caring Swanson

Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang dilakukannya pada
wanita yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif,
dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah melalui system untuk menerima berbagai
macam bentuk perawatan kesehatan (Potter et al. 2005).

Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara
keseluruhan dan pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan
seorang perawat untuk merawat pasien. Salah satu hal paling penting yang memberikan
kontribusi pada teori keperawatan dalam hal ini, yaitu argumen bahwa pasien seharusnya
tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah, melainkan sebagai manusia seutuhnya,
yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam
pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian
pasien ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming
tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi
dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih
dekat dengan tujuannya (well-being).

Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan
dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses caring
yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup
seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti
melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam
menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani
hidupnya.

Swanson (1991) menjelaskan middle range theory of caring. Caring didefinisikan


sebagai ´a nurturing way of relating to a valued other toward whom one feels a personal sense
of commitment and responsibility`.
2.Struktur Caring Swanson

Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan
Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam dinamika
hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan yang linear, namun
juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui
karena peran perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.

Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu klien
mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien dan
membantu untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal ini sangat
penting terutama dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang mengancam nyawa
seperti kanker, atau peristiwa yang sangat traumatis seperti keguguran (Swanson & Wojnar,
2004).

Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk mempertahankan


keyakinan, adalah "knowing". Dalam proses “knowing”, perawat berusaha untuk memahami
apa arti situasi yang terjadi saat ini bagi pasien, hal ini muncul dalam bentuk latihan sebagai
seorang perawat, yang menciptakan seseorang dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik
dan psikologis dapat mempengaruhi seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa
yang dialami pasien, perawat kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk
memberikan tindakan terapi dan intervensi bagi pasien. Proses “do for”, diikuti dengan proses
"enabling" yang memungkinkan pasien untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraannya

3.MODEL KONSEPTUAL TEORI CARING KRISTEN SWANSON

1. Maintaining Belief

Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan
masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan,
meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti
atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi
apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas
kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh
harapan. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari
caring dalam praktek keperawatan.

Subdimensi:

a) Believing in

Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan
tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi.
b) Offering a hope-filled attitude

Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang


dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat.

c) Maintaining realistic optimis

Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang
menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme
dan harapan yang sama.

d) Helping to find meaning

Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien
perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien.

e) Going the distance (menjaga jarak)

Semakin jauh menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan


sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien
sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada
klien.

2.Knowing

Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam
kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan,
knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi
perawat mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail,
sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan,
serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan
persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan
terhadap realita kehidupan

Subdimensi:

a) Av oiding assumptions

Menghindari asumsi-asumsi
b) Assessing thoroughly

Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psiko sosial spitual dan kultural

c) Seeking clues

Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam


d) Centering on the one cared for

Perawat berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan

e) Engaging the self of both

Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam
melakukan asuhan keperawatan yang efektif

3. Being With

Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi
perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan maksud
menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas
perasaan yang tidak diinginkan.

Subdimensi:

a) Non-burdening

Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam
melakukan tindakan keperawatan

b) Convering availability

Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk
mencapai tahap kesejahteraan / well being.

c) Enduring with

Bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan


klien

d) Sharing feelings

Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan


kesehatan klien.Dengan “Being with” perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata,
bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang
dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti.

4.Doing For

Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan,
mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.
Subdimensi:

a) Comforting ( memberikan kenyamanan)

Dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan


pada klien dan menjaga privasi klien.
b) Performing competently ( menunjukkan ketrampilan)

Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat


juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional

c) Preserving dignity (menjaga martabat klien)

Menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.

d) Anticipating ( mengatisipasi )

Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga

e) Protecting (melindungi)

Melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan


medis

5. Enablings

Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk


melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang
belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus
masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan
masalah sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan
yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan
memberikan umpan balik / feedback.

Subdimensi:

a) Validating (memvalidasi)

Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan

b) Informing (memberikan informasi)

Memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam


rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.

c) Supporting (mendukung)

Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan / well being sesuai
kapasitas sebagai perawat
d) Feedback (memberikan umpan balik)
Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya
mencapai kesembuhan / well being
e) Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan
membuat alternative)
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan
kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis. (Potter & Perry, 2009)
4. Paradigma keperawatan menurut caring Kristen swanson
1. Manusia
Asumsi Swanson tentang caring sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Watson (1985)
bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan utuh yang memiliki pemikiran, perasaan
dan tingkah laku. Pengalaman hidup dari setiap orang dipengaruhi oleh warisan genetik,
anugerah spiritual, dan kebebasan memilihnya.
2. Kesehatan
Perawat tidak hanya berfokus bagaimana klien sembuh dari penyakitnya tetapi perawat
membantu klien untuk dapat mencapai, memelihara, atau mendapatkan kembali tingkat
kesehatan atau kesejahteraan hidupnya yang optimal. Pada saat perawat berfokus pada
kesehatan sebagai suatu kesejahteraan hidup, perawatan yang diberikan haruslah meliputi
manusia sebagai manusia yang utuh yaitu menjadi seseorang, bertumbuh, merefleksikan diri
dan selalu berusaha untuk dapat berhubungan dengan sesamanya (Swanson, 1993).
Untuk dapat mengalami kesejahteraan adalah dengan hidup sebagai subjektif, memiliki
arti, berpengalaman sebagai manusia seutuhnya. Utuh melibatkan adanya pengertian integrasi
dan menjadi seseorang berarti semua aspek menjadi seseorang bebas untuk diekspresikan.
Aspek yang di maksud adalah : spiritualitas, pemikiran, perasaan, inteligen, kreativitas,
hubungan, feminine, maskulin dan seksualitas (Swanson, 1993).
3. Lingkungan
Lingkungan didefiniskan sebagai sesuatu yang situasional. Di dalam keperawatan
sendiri, lingkungan adalah suatu konteks yang mempengaruhi atau yang terpengaruh oleh
klien. Pengaruh itu sendiri ada beberapa termasuk budaya, politik, ekonomi, sosial, biofisik,
psikologi dan spiritual. Pada saat kita mencari tahu tentang pengaruh lingkungan terhadap
seseorang, ada baiknya untuk mempertimbangkan tuntutan, kendala dan sumber – sumber
yang membawa kepada situasi tersebut dan lingkungan di sekitarnya (Klausner, 1971).
4.Perawat
Swanson (1991,1993) mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan
keperawatan untuk mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan bahwa ilmu
keperawatan dibentuk dari ilmu pengetahuan keperawatan ilmu pengetahuan lain seperti
etika, kepribadian, estetika yang dijadikan nilai-nilai dan harapan individu dan social secara
manusiawi dan berdasarkan pengalaman.
5. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Pandangan Swanson (1993) tentang keperawatan adalah siapa yang kita layani,
bagaimana kita memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk melayani merupakan
keharusan bagi perawat untuk dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan, diri sendiri, fokus
pada kemanusian dan caring. Yang kemudian disempurnakan dengan adanya transaksi antara
keperawatan, setiap perawat dan klien bahwa perawat adalah profesi yang memiliki
komitmen caring, pemeliharan akan martabat manusia dan meningkatkan kesehatan.

Swanson (1991) mempelajari tentang klien dan profesi pemberi layanan dalam
usahanya untuk membuat teori tentang caring dalam praktik keperawatan yang bermanfaat
dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring yang berguna dan
efektif. Teori caring Swanson ini juga menyajikan permulaan yang baik untuk memahami
kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan yang berisi lima kategori atau proses.

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta
atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting
terutama dalam praktik keperawatan (Nanda Sartika, 2010).

Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan
harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu
menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap seorang perawat dapat
terlihat dari perilaku Caring yang dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan
permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori
Caring Swanson (1991) menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari bagaimana
perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional,
melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri,
memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan
serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.
6. Kelebihan dan kekurangan teori Caring Kristen Swanson

Kelebihan : Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming


tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi
dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih
dekat dengan tujuannya (well-being).

Kekuragan : Konsep Swanson tentang “person” hanya tergantung pada tingkat


analisis dan disposisi yang sedang dilakukan perawat dalam merawat pasien. Dalam beberapa
kasus, "person" dapat diartikan hanya satu orang saja yaitu pasien, sementara dalam kasus
lain bisa diartikan juga anggota keluarga yang secara langsung sangat erat terlibat.

Cornelia M. Ruland and Shirley M. Moore

A. Riwayat Hidup Ahli Teori peaceful end of life (EOL)

- Cornelia M. Ruland

Cornelia M. Ruland lahir di Norwegia tahun 1954. Lulus sarjana keperawatan pada
tahun 1974 dari Universitas Bergen, Norwegia. Pada tahun 1979, Ruland mengambil
Registered Nurse (RN) selanjutnya bekerja menjadi perawat klinik spesialis anak ditahun
198. Tahun 1994, ia mengambilMaster dan tahun 1998 mendapatkan gelar doktornya dari
Universitas Case Western Reserve, Cleveland, Ohio.

Karir keperawatannya dimulai sejak tahun 1979 sampai tahun 1980 dengan menjadi
staf keperawatan di unit anak di RS Bergen, Norwegia. Dilanjutkan dengan menjadi staf
perawat di unit anak dan onkologi di Oslo tahun 1980-1983. Tahun 1983-1988, Ruland
menjadi perawat klinik spesialis anak di Oslo, dilanjutkan dengan menjadi kepala unik anak
tahun 1989-1990. Tahun 1990-1994, ia menjabat sebagai direktur keperawatan di RS Aker
University. Pada tahun 1994-1997, ruland mendapa

A.Sejarah Teori Peaceful End of Life

Teori Peaceful End of Life dikemukakan oleh dua orang wanita yaitu :

1.Cornelia M Ruland

Cornelia M Ruland adalah seorang direktur di pusat penelitian keperawatan


dankonsultasi dalam pengambilan keputusan dalam bidang keperawatan diRikshospitales
University Hospital Oslo Norwegia. Cornelia M.Rulandmemperoleh gelar Ph.D dibidang
keperawatan pada tahun 1998 di Case WesternUniversity, Cleveland, Ohio Amerika Serikat.
Dia mendirikan suatu program yaituextensive research program yang menangani
pengembangan dalam pengambilankeputusan dan kerjasama dengan pasien dalam pelayanan
kesehatan, sertapengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi dari sistem informasi dalam
mendukungprogram yang dibuatnya.
Fokus kegiatan yang dilaksanakan oleh Cornelia M.Ruland adalah:

a) memberikan penjelasan ketika klien mendapatkan suatu tindakan yang sulit yang mana
klien membutuhkan bantuan untuk memahami hal tersebut serta memahamikeuntungan dan
kerugian dari alternatif tindakan yang diberikan,

b) penangananterhadap kondisi knonis atau sakit yang lama.

2. Sherly M. MooreSherly M. More adalah ketua perkumpulan penelitian dan profesor


bidangkeperawatan di School of Nursing, Case Western Reserve University. Degree
diPsychiatri and Mental Health Nursing (1990) serta gelar Ph.D bidang keperawatan4 pada
tahun 1993. Setelah studi doktoralnya selesai, dia mulai bekerja sama denganahli-ahli
keperawatan seperti Joyce J Fitzpatrick, Jean Johson, dan Elizabeth Lenzuntuk menggunakan
dan mengembangkan teori keperawatan

B.Sumber Teori peaceful end of life

Teori peaceful end life teori bersumber dari beberapa kerangka teori, yaitu sebagai
berikut :

1. Struktur, proses dan outcome model

Struktur, proses dan outcome model merupakan model klasik yangdikemukakan oleh
Donabedian (Ruland and More 1998, dalam Tomey andAligood, 2006), model ini menjadi
kerangka utama dari teori End of Life (EOL). Pada teori EOF, struktur adalah system
keluarga yang menerima perawatandari tenaga professional di unit perawatan klinik/rumah
sakit. Sedangkan prosesmerupakan tindakan yang diberikan, dalam hal ini tindakan
keperawatan yangbertujuan memberikan sesuatu yang positif dan penyembuhan bagi pasien
seperti :

a) bebas dari rasa sakit,

b) mengalami kenyamanan

c) merasa dihargai dandihormati

d) berada dalam kedamaian dan ketenangan, dan

e) merasakankedekatan dengan orang lain yang signifikan dan orang yang merawatnya.

2. Preference Teori

Preference teori dikemukakan oleh Brandt, 1997 dengan konsep utamaadalah kualitas
hidup (quality of life), memberikan signinifikan terhadap teori EOL.Pada teori preference ini,
hidup yang baik diartikan seseorang mendapatkan sesuatusesuai dengan keinginan.
Pendekatan ini sangat cocok dengan perawatan dengan teori EOF yang bisa diterapkan pada
orang yang mengalami sakit.
C. Konsep Utama

Teori Peaceful End of Life merupakan teori yang menjelaskan upaya


tenagakeperawatan dalam memberikan pelayanan pada klien dengan tujuan
memberikansesuatu yang positif terhadap klien yang meliputi :

1. Bebas dari rasa sakit

Bebas dari penderitaan dan gejala distres merupakan bagian dari pengalamanklien
EOL. Nyeri diartikan sebagai sensori yang tidak menyenangkan ataupengalaman emosional
yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang potensialatau aktual. (Lenz, Suppe, Gift,
Pugh, & Milligan, 1995 dalam Tomey & Alligood,2006).

2. Merasa nyaman

Merasa nyaman (Comfort) menurut Colcaba (1991) merupakan bebas


dariketidaknyamanan, pernyataan terhadap sesuatu kesenangan, kepuasan, dan apapunyang
membuat hidup mudah atau menyenangkan (Ruland & Moore, 1998 dalamTomey &
Alligood, 2006).

3. Merasa dihargai dan dihormati

Setiap klien dengan penyakit terminal dihormati dan dinilai sebagai manusia(Ruland
& Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood, 2006). Konsep inimenggabungkan pemikiran dari
penghargaan personal yang diungkapkan denganprinsip etik autonomi atau respect for
persons, yang menyatakan bahwa seseorangseharusnya diperlakukan sebagai autonomous
agents dan seseorang denganautonomi diberi hak perlindungan (United States, 1978 dalam
Tomey & Alligood,2006).

4.Berada dalam kedamaian dan ketenangan

Damai merupakan perasaan yang tenang, harmonis, dan memuaskan, bebasdari


kecemasan, kegelisahan, kekhawatiran, dan ketakutan (Ruland & Moore, 1998dalam Tomey
& Alligood, 2006). Suatu pernyataan kedamaian termasuk dalamfisik, psikologis, dan
dimensi spiritual.

5. Merasakan kedekatan dengan orang lain yang signifikan dan orang yang merawatnya

Kedekatan merupakan perasaan yang menghubungkan dengan orang lain yang


merawat (Ruland & Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood, 2006). Hal itu melibatkan
kedekatan fisik dan emosional yang diungkapkan melalui ketenangan dan hubungan yang
dekat.

Ruland dan Moore juga memaparkan enam (6) konsep utama yang
merupakanperyataan-peryataan yang saling berkaitan. Pernyataan-peryataan itu sebagai
berikut(Ruland & Moore, 1998 dalam Tomey & Alligood, 2006) :

1) Pemantauan, penanganan menghilangkan rasa sakit, dan pemberian farmakologidan


nonfarmakologi membantu pasien dalam mengurangi rasa sakit.

2) Pencegahan, pemantauan dan menghilalangkan rasa tidak nyaman , memberikanistirahat,


memberikan relaksasi, memberikan kepuasan, dan mencegahkomplikasi membantu
kenyamanan pasien

3) Pengambilan keputusan tentang perawatan termasuk klien dan yang


lainnya,memperlakukan pasien dengan memerhatikan kewibaaan pasien, bersikapempati dan
menghargai, perhatian terhadap kebutuhan pasien, membantu pasienmerasakan diperhatikan
dan dihormati.

4) Pemberian dukungan emosi, pemantau pernyataan pasien atas kecemasanterhadap tindakan


pengobatan, menumbuhkan kepercayaan, penyediaan panduanbagi pasien dan orang lain bila
menghadapi masalah praktek, dan penyediaanpresensi fisik bagi pemberi perawatanjika
diburuhkan untuk membantu pasienberada dalam kondisi damai/tenang.

5) Menghadirkan partisipasi orang lain dalam pemberian perawatan, merasakankesedihan,


kecemasan, permasalahan orang lain, dan menghadirkan kelaurgadapat membantu klien
untuk lebih dekat dengan orang lain dan orang yang merawatnya.

6) Pengalaman pasien atas bebas dari rasa sakit, merasa nyaman, merasa dihormati dan
dihargai, merasa damai/tenang dan merasa dekat dengan orang lain dan orang yang
merawatnya dapat membantu pasien menghadapi kedamaian diakhir hidupnya.

Teori Peaceful End of Life merupakan teori yang menjelaskan upaya tenagakeperawatan
dalam memberikan pelayanan pada klien dengan tujuan memberikan sesuatuyang positif
terhadap klien seperti bebas dari rasa sakit, merasa nyaman, merasa dihargaidan dihormati,
berada dalam kedamaian dan ketenangan, merasakan kedekatan denganorang lain yang
signifikan dan orang yang merawatnya dan juga merasakan kedekatandengan orang lain yang
signifikan dan orang yang merawatnya.

Dalam keperawatan komunitas penerapan teori Peaceful end of life sangat tepat
biladiimplementasikan pada asuhan keperawatan pada lansia, baik lansia yang berada
dalamkeluarga maupun lansia yang berada di institusi seperti panti jompo. Lansia
menganggapbahwa perasaan kasihan yang di tunjukkan kepada mereka (lansia) merupakan
suatukesalahan karena mengisyaratkan bahwa mereka (lansia) sudah tidak mampu
lagimelakukan aktifitasnya. Hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan maupun
ketidaknyamanan dalam hidupnya diluar kecemasannya terhadap penurunan aktivitas yang
dialaminya.sehingga dalam hal ini sangat tepat diterapkan teori peaceful end of life.
D. Hubungan antara beberapa konsep dari teori peaceful end of life

Teori peaceful end of life terdiri dari lima konsep yang saling berkaitan, yaitu not being in
ain, experience of comfort, experience of dignity, being at peace dan closeness to significant
others/persons who care. Kriteria proses dari setiap konsepdapat digabungkan, contohnya
pain, comfort, peace dapat dijadikan satu konsep yangsederhana, manajemen gejala fisik-
psikologis. Penggabungan kriteria proses iniberdasarkan suatu analisis konsep dan pemetaan
untuk menentukan apakah kriteriakonsep tersebut dapat digabungkan atau tidak. Konsep pain
dengan dua (2) kriteriaproses (memantau dan menghilangkan rasa sakit, memberikan
tindakan farmakologi dannon farmakologi) memiliki kedekatan hubungan dengan kriteria
proses dari comfort(mencegahan, memantauan, dan mengurangi rasa tdk nyaman pd fisik)
dan criteriaproses dari peace (memonitor dan memenuhi kebutuhan klien selama medikasi
antianxiety).

Intervensi non farmakologis tersebut contohnya terapi musik, humor danrelaksasi


diberikan sebagai distraksi kepada pasien yang menjelang ajal, sangatbermanfaat untuk
mengurangi rasa nyeri, cemas dan ketidaknyamanan fisik secaraumum. Penggabungan
criteria proses dari setiap konsep tersebut memudahkan dan menyederhanakan jumlah
intervensi yang diberikan kepada pasien.

E. Asumsi-asumsi perlunya teori peaceful end of life

Perawatan yang kompleks dan holistik dibutuhkan untuk mendukung peacefulEOL.


Asumsi menurut teori Ruland and Moore (1998) meliputi:

1.Kejadian dan perasaan yang dialami pada klien EOL adalah personal danindividualistik

2.Pelayanan keperawatan adalah penting untuk menciptakan peaceful EOL pada


klien.Perawat mengkaji dan menginterpretasikan isyarat yang merefleksikan pengalamanEOL
seseorang serta melakukan intervensi untuk mempertahankan kedamaian atauketenangan,
bahkan saat klien tidak dapat berbicara secara verbal di akhir hidupnya.

3. Keluarga termasuk significant others dan merupakan bagian penting dalam perawatan EOL

4.Tujuan dari perawatan EOL adalah untuk memaksimalkan pengobatan sertamemberikan


perawatan yang terbaik yang disediakan dengan ukuran kenyamanan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mencapai kematian yang damai atau tenang.
BAB III

PENUTUP

1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada tinjauan teori, Middle Range teori adalah
suatu pengembangan teori pada tingkat yang lebih kongkret daripada Grand Teori,karena
pada Grand teori lebih berfokus pada fenomena pusat dari disiplin ilmu seperti individu
sebagai sistem adaptif, defisit perawatan diri,kesatuan manusia, atau menjadi manusia. Grand
Teori yang kerangkanya terdiri dari konsep-konsep dan pernyataan relasional yang
menjelaskan fenomena abstrak.Sedangkan Midle Range Theory diorganisasi dalam lingkup
terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori Middle-Range
memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara
penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat
penting dalam disiplin praktik.

Pengembangan Middle Range Theory bisa bersumber dari Grand Teori,atau dapat
pula bersumber dari hasil penelitian klinis langsung, hal ini dapat kita lihat dari pernyataan
beberapa ahli. Mungkin ada hubungan yang eksplisit antara beberapa grand teori dan middle
range teori. Sebagai contoh, (middle range teori) Reed (1991) transendensi-diri dan (1988)
teori Barrett kekuasaan secara langsung terkait dengan Ilmu Rogers dari Kesatuan Manusia.
Teori Midle range lainnya mungkin tidak memiliki hubungan langsung dengan grand teori.
Dalam hal ini,asumsi-asumsi filosofis yang mendasari middle range teori dapat berada pada
tingkat paradigma, bukan dari Grand Teori. Namun demikian, hubungan ini penting untuk
menetapkan validitas sebagai teori.

2. Saran

Dari makalah yang kami buat, kami sebagai penulis menyarankan untuk lebih banyak
membaca dan memahami masalah middle range dan bisa lebih banyak mengetahui masalah
genetic(pewarisan sifat) pada manusia.
Daftar Pustaka

http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdf

http://www.postpartum.net/About-PSI/President%E2%80%99s-Advisory-Council-/Cheryl-
Tatano-Beck-DNSc-CNM-FAAN-.aspx

Polite,denise F dan Cheryl Tatano Beck.Postpartum Nursing theorist

Dokumen.tips/document/teori-caring-swanson.html

Tomey and alligood, 2006, Nursing Theorists and Their Work, sixth edition, Missouri:Mosby

Anda mungkin juga menyukai