Anda di halaman 1dari 9

Nama : Megawati manalu

Teori keperawatan Kristen Swanson


A.    Riwayat Kristen Swanson

Kristen M. Swanson, R.N., Ph.D., F.A. A. N., lahir pada tanggal 13 Januari 1953 di Provinsi Rhode
Island.  Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum laude) dari University of Rhode Island College
of Nursing tahun 1975. Setelah lulus, ia memulai karirnya sebagai Registered Nurse pada University
of Massachusetts Medical Center di Worcester. Setelah menerima gelar Magister Keperawatan pada
tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun sebagai instruktur klinik keperawatan medikal bedah
di University of Pennsylvania School of Nursing dan terdaftar pada program Ph.D keperawatan di
University of Colorado in Denver, Colorado. Ia mempelajari psikososial keperawatan yang
menekankan pada konsep kehilangan, stress, coping, hubungan interpersonal, individu dan
kepribadian, lingkungan dan kepedulian (caring).

B.     Teori Caring

1.      Konsep Caring Science  “Jean Watson”

Caring science  merupakan suatu orientasi human science  dan kemanusiaan terhadap proses,
fenomena, dan pengalaman human caring. Caring  science, seperti juga science lainnya, meliputi seni
dan kemanusiaan. Transpersonal Caring  mengakui kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan
yang terdapat dalam lingkaran caring yang konsentrik – dari individu, pada orang lain, pada
masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi, pada alam semseta (Watson, 2004)

Watson (1988) dalam George (1990) mendefinisikan caring lebih dari sebuah exisestensial


philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya caring adalah ideal moral dari
keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spiritualnya meningkat ditunjukkan dengan
penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kekuatan dari dalam diri (intuitif). Caring sebagai
esensi dari keperawatan berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana
perawat membantu partisipsi klien, membantu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan
kesehatan. Teori human caring  yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979, hanya
berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu bentuk dan
fokus terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors” terlalu stagnant
terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai
dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah “clinical caritas” dan
“caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide dan arah perkembangan teorinya
(Watson, 2004).

Asumsi dasar teori Watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja dalam
pengembangan teori; yaitu:

a.         Caring dapat dilakukan dipraktekkan secara interpersonal.


b.        Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia.

c.         Caring yang efektif akan meningkatkan status kesehatan dan perkembangan individu dan
keluarga.

d.        Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang berdasarkan saat ini
tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya.

e.         Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan memilih


kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.

f.         Caring bersifat “healthogenic” daripada sekedar curing. Praktek caring mengitegrasikan


pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan. Dan untuk membantu
pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing.

g.        Caring merupakan inti dari keperawatan.

(Tomey, AM, Alligood, MR.2006).

Fokus intervensi keperawatan yang terkait dengan perawatan manusia ditujukan pada promosi
kesehatan dan penyembuhan penyakit disebut factor carative, yang meliputi 10 faktor yaitu:

a.         Pembentukan sistem humanistic dan altruistic.

   Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic dalam diri seseorang dapat dinilai pada usia
dini. Dimana nilai-nilai ini didapatkan dari orang tua. Sistem nilai humanistic altruistic ditingkatkan
melalui pengalaman hidup seseorang, proses pembelajar dan paparan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan. Berkaitan dengan kepuasan melalui memberi dan meperluas rasa diri (sense of self).

b.        Penanaman (melalui pendidikan) faith-Hope (keyakinan dan harapan).

Hal tersebut dapat meningkatkan kesehatan dengan cara membantu klien untuk mengadopsi
perilaku mendapatkan kesehatan. Dengan mengembangkan hubungan perawat dengan klien yang
efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimisme, harapan, dan rasa percaya. Hal yang sangat
penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu selalu memiliki positif thingking sehingga dapat
menularkan kepada klien yang akan membantu meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien.

c.         Pengembangan dan menanamkan sensisitifitas kepada diri sendiri dan orang lain.

Perawat yang mampu menyadari dan mengekspresikan perasaan mereka, lebih mampu memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka karena pikiran dan emosi
seseorang adalah jendela jiwa.

d.        Membina hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya (a helping trust relationship
or human care).

Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang memfasilitasi untuk
penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam hal ini, kejujuran, empati, kehangatan
dan komunikasi efektif.
e.         Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan baik ekpresi perasaan
positif maupun negatif.

Berbagi perasaan duka cita, cinta, dan kesedihan adalah pengalaman yang penuh resiko. Perawat
harus siap untuk perasaan negatif.

f.         Menggunakan metode ilmiah (proses caring) dan menyelesaikan masalah dan pengambilan
keputusan (pemecahan masalah kreatif).

Caring yang berhubungan dengan proses keperawatan berperan pada pendekatan pemecahan


masalah dalam asuhan keperawatan.

g.        Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar yang bersifat transpersonal.

Faktor ini membedakan caring   dari curing  dan menggeser tanggung jawab kesehatan ke klien.

h.        Menciptakan lingkungan yang mendukung (suportif), melindungi (protektif) dan


meningkatkan atau memperbaiki keadaan mental, sosial, kultural dan lingkungan spiritual.

Klien dapat mengalami perubahan baik dalam aspek lingkungan internal dan eksternal, perawat
harus mengkaji dan memfasilitasi kemampuan klien untuk mengatasi perubahan mental,
emosional, dan fisik.

i.          Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias (kebutuhan-kebutuhan


survival, fungsional, integratif dan grup).

Caring  disampaikan dengan mengenali dan memenuhi kebutuhan fisik, emosi, sosial, dan spiritual
klien.

j.                    Mengembangkan kekuatan faktor excistensial-phenomenologic-spiritual.

Fenomologi menggambarkan data mengenai situasi segera yang membantu seseorang memahami
konsep atau kejadian yang menjadi masalah. Lapang fenomenal adalah kerangka referensi
individual; melibatkan banyak tingkat kesadaran, seperti waspada, persepsi diri, sensasi tubuh,
pemikiran, nilai, perasaan, daya tilik intuitif, keyakinan dan harapan. Saat perawat dan klien
berkumpul, dua lapang fenomenal bersatu dan keduanya berada dalam proses sedang, menjadi, dan
mengembangkan pemahaman transpersonal.

2.      Konsep Teori Caring Kristen Swanson

Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang dilakukannya pada wanita yang
mengalami keguguran, orangtua yang memiliki anak di unit perawatan intensif, dan ibu yang secara
sosial berisiko dan telah melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan
kesehatan (Potter et al. 2005).

Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan dan
pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk
merawat pasien. Salah satu hal paling penting yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan
dalam hal ini, yaitu argumen bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang
terpisah, melainkan sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada di tengah-tengah dan
yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan dan perilaku "(Swanson, 1993). Hal
yang menarik tentang pengertian pasien ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran
perawat dalam proses becoming tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat
tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu
pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being).

           Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan
proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses caring yang terdri
dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara
emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri,
memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta
menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidupnya.

Swanson (1991) menjelaskan middle range theory of caring. Caring  didefinisikan sebagai ´a


nurturing way of relating to a valued other toward whom one feels a personal sense of commitment
and responsibility`. Kata kunci dari definisi tersebut adalah memberikan asuhan keperawatan yang
bernilai kepada klien dengan penuh rasa komitment dan tanggung jawab.

C.    Struktur Caring Swanson

Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan Swanson. Menurut
Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam dinamika hubungan pasien-perawat.
Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai
hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk
membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.

Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat membantu klien
mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat mendorong pasien dan membantu
untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini. Hal ini sangat penting terutama
dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang mengancam nyawa seperti kanker, atau
peristiwa yang sangat traumatis seperti keguguran (Swanson & Wojnar, 2004).

Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk mempertahankan keyakinan, adalah
"knowing". Dalam proses “knowing”, perawat berusaha untuk memahami apa arti situasi yang
terjadi saat ini bagi pasien, hal ini muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, yang
menciptakan seseorang dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat
mempengaruhi seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang dialami pasien,
perawat kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk memberikan tindakan terapi dan
intervensi bagi pasien. Proses “do for”, diikuti dengan proses "enabling" yang memungkinkan pasien
untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraannya.

D.    Dimensi Caring Menurut Kristen Swanson

Menurut Swanson ada lima dimensi yang  mendasari konsep Caring

1.            Maintaining Belief


Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa
transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini
kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil
hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya
adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu
menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan
mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring  dalam praktek
keperawatan.

Subdimensi:

a.       Believing in

Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa
terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi.

b.    Offering a hope-filled attitude

       Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang dialami
dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat.

c.    Maintaining realistic optimism

Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien secara
realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama.

d.    Helping to find meaning

Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan -
lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien.

e.       Going the distance (menjaga jarak)

Semakin jauh  menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-


klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan
responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada klien.

2.      Knowing

Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien.
Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring  keperawatan, knowing adalah memahami
pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien,
menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non
verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan
orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Knowing  adalah
penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan.

Subdimensi:

a.    Avoiding assumptions
     Menghindari asumsi-asumsi

b.    Assessing thoroughly

     Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psiko sosial spitual dan kultural

c.    Seeking clues

Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam

d.   Centering on the one cared for

     Perawat berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan

e.    Engaging the self of both

Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan
asuhan keperawatan yang efektif

3.            Being With

Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa
beban dan  secara emosional bersama – sama klien dengan maksud menawarkan kepada
klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak
diinginkan.

Subdimensi:

a.    Non-burdening

Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan
tindakan keperawatan

b.    Convering availability

Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk
mencapai tahap kesejahteraan / well being.

c.    Enduring with

Bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien

d.   Sharing feelings

Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien.

Dengan “Being with” perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada
suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan
membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti.

4.            Doing For


Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi
kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.

      Subdimensi:

a.    Comforting ( memberikan kenyamanan)

Dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan


menjaga privasi klien.

b.    Performing competently ( menunjukkan ketrampilan)

Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam


tindakannya, perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional

c.    Preserving dignity (menjaga martabat klien)

Menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.

d.   Anticipating ( mengatisipasi )

Perawat dalam  melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga

e.    Protecting (melindungi)

Melindungi hak-hak pasien dalam  memberikan  asuhan keperawatan dan tindakan medis

5.            Enablings

Enabling  adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati
masa  transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah
dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan,
berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga meningkatkan
penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara
memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik / feedback.

Subdimensi:

a.       Validating (memvalidasi)

Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan

b.      Informing( memberikan informasi)

Memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka
memberdayakan klien dan keluarga klien.

c.       Supporting (mendukung)

Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan / well being sesuai kapasitas
sebagai perawat
d.      Feedback (memberikan umpan balik)

Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai
kesembuhan / well being

e.       Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan membuat
alternative)

Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik
tindakan keperawatan  maupun tindakan medis. (Potter & Perry, 2009)

E.     Asumsi Teori Caring Terhadap Konsep Sentral Disiplin Ilmu Keperawatan

1.    Manusia

Asumsi Swanson tentang caring sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Watson (1985) bahwa
manusia merupakan makhluk yang unik dan utuh yang memiliki pemikiran, perasaan dan tingkah
laku. Pengalaman hidup dari setiap orang dipengaruhi oleh warisan genetik, anugerah spiritual, dan
kebebasan memilihnya.

2.    Kesehatan

Perawat tidak hanya berfokus bagaimana klien sembuh dari penyakitnya tetapi perawat membantu
klien untuk dapat mencapai, memelihara, atau mendapatkan kembali tingkat kesehatan atau
kesejahteraan hidupnya yang optimal. Pada saat perawat berfokus pada kesehatan sebagai suatu
kesejahteraan hidup, perawatan yang diberikan haruslah meliputi manusia sebagai manusia yang
utuh yaitu menjadi seseorang, bertumbuh, merefleksikan diri dan selalu berusaha untuk dapat
berhubungan dengan sesamanya (Swanson, 1993).

Untuk dapat mengalami kesejahteraan adalah dengan hidup sebagai subjektif, memiliki arti,
berpengalaman sebagai manusia seutuhnya. Utuh melibatkan adanya pengertian integrasi dan
menjadi seseorang berarti semua aspek menjadi seseorang bebas untuk diekspresikan. Aspek yang
di maksud adalah : spiritualitas, pemikiran, perasaan, inteligen, kreativitas, hubungan, feminine,
maskulin dan seksualitas (Swanson, 1993).

3.    Lingkungan

Lingkungan didefiniskan sebagai sesuatu yang situasional. Di dalam keperawatan  sendiri, lingkungan


adalah suatu konteks yang mempengaruhi atau yang terpengaruh oleh klien. Pengaruh itu sendiri
ada beberapa termasuk budaya, politik, ekonomi, sosial, biofisik, psikologi dan spiritual. Pada saat
kita mencari tahu tentang pengaruh lingkungan terhadap seseorang, ada baiknya untuk
mempertimbangkan tuntutan, kendala dan sumber – sumber yang membawa kepada situasi
tersebut dan lingkungan di sekitarnya (Klausner, 1971).

4.      Perawat

Swanson (1991,1993) mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan keperawatan untuk


mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan bahwa ilmu keperawatan dibentuk dari ilmu
pengetahuan keperawatan ilmu pengetahuan lain seperti etika, kepribadian, estetika yang dijadikan
nilai-nilai dan harapan individu dan social secara manusiawi dan berdasarkan pengalaman.

F.      Perilaku Caring  dalam Praktik Keperawatan

Pandangan Swanson (1993) tentang keperawatan adalah siapa yang kita layani, bagaimana kita
memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk melayani  merupakan keharusan bagi perawat
untuk dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan, diri sendiri, fokus pada kemanusian
dan caring.  Yang kemudian disempurnakan dengan adanya transaksi antara keperawatan, setiap
perawat dan klien bahwa perawat adalah profesi yang memiliki komitmen caring, pemeliharan akan
martabat manusia dan meningkatkan kesehatan.

Swanson (1991) mempelajari tentang klien dan profesi pemberi layanan dalam usahanya untuk
membuat teori tentang caring  dalam praktik keperawatan yang bermanfaat dalam memberikan
petunjuk bagaimana membangun strategi caring  yang berguna dan efektif. Teori caring  Swanson ini
juga menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik
pelayanan yang berisi lima kategori atau proses.

Caring  secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain,
pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi. Caring  adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring  merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada
klien. Dalam keperawatan, caring  merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik
keperawatan (Nanda Sartika, 2010).

Tindakan caring  bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring  juga menekankan harga diri
individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien
dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring  yang
dimiliki perawat. Teori Caring  Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami
kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring  Swanson (1991) menjelaskan tentang
proses Caring  yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup
seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan
terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi
kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup. (Potter & Perry, 2009 :
112).

Anda mungkin juga menyukai