PENDAHULUAN
1
Swanson dan dari banyaknya dia membaca buku yang membuat Swanson
merasa bahwa perawatan yang dilakukannya cenderung berbeda dari pasien
yang dikelolanya, dia merasa bahwa adanya perubahan pada pasien dari total
dependent ke proses penyembuhan merupakan suatu keajaiban sehingga
Swanson mengambil kesimpulan bahwa masa transisi pada saat perawatan
sifatnya kongruen dengan personal value dari pasien (Alligood &Marriner, 2010).
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit, perawat akan berhadapan
dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, perawat harus terus
meningkatkan profesionalismenya, yaitu meningkatkan perilaku caring. Caring
bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan
memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan
memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa
aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999). Caring adalah sentral praktik
keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis,
yang mana tolak ukurnya pada saat perawat bekerja memberikan pelayanan
keperawatan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien baik individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
kreativitas hidup dan ketenangan. Spritual dapat mencakup jiwa, kekuatan
tertinggi, energi positif. Dan keinginan untuk bebas sama artinya dengan
kapasitas untuk memilih dan memutuskan (Swanson, 1993)
Dahulunya praktek keperawatan berdasarkan asumsi seperti egosentris
sempit dimana menyebabkan perawat memberikan label yang salah terhadap
klien sebagai orang yang tidak bertanggung jawab (Swanson, 1993). Schultz
1987 dalam Swanson 1993 mengidentifikasi bahwa perawat tidak hanya
merawat klien sebagai individu namun juga sebagai kumpulan, seperti: keluarga,
kelompok atau sosial
2. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan secara situasional. Untuk keperawatan,
lingkungan merupakan yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh klien.
Lingkungan dipengaruhi oleh banyak hal, meliputi budaya, politik, ekonomi,
sosial, biofisik, psikologi, dan spiritual. Ketika perawat mempelajari tentang
pengaruh lingkungan terhadap manusia maka dapat membantunya untuk
mempertimbangkan sumber-sumber kendala dan sumber daya yang dapat
dibawa ke suatu situasi oleh individu dan lingkungannya (Swanson, 1993)
3. Kesehatan/Kesejahteraan
Smith (1981) dalam Swanson (1993) menggambarkan empat pandangan
tentang arti kesehatan meliputi: bebas dari sakit, kemampuan individu dalam
berperan, memiliki kapasitas untuk beradapatasi, dan kemampuan untuk
memperoleh kesehatan. Fungsi perawat adalah berfokus pada bagaimana klien
hidup dengan kondisi sehat dan sakit. Perawat tidak banyak berfokus pada
perbaikan penyakit, namun didalamnya termasuk membantu klien dalam
mencapai, mempertahankan, dan memperoleh tingkat optimal kehidupan atau
kesehatan (Swanson, 1993). Kesejahteraan (well-being) merupakan tahap
kehidupan dimana seseorang merasa bersatu dan berhubungan dengan
kehidupan dan kematian. Ketika perawat berfokus pada kesehatan adalah
kesejahteraan, maka perawatannya harus memiliki arti sebagai keutuhan individu
dimana manusia akan selalu tumbuh, memilki gambaran diri dan selalu mencari
hubungan dengan orang lain. Keutuhan meliputi perasaan yang menyatu dimana
semua sisi dapat diekspresikan bebas. Sisi tersebut meliputi semua aspek diri
manusia seperti spiritual, pikiran, perasaan, inteligence, kreativitas, pergaulan,
sisi feminim, maskulin dan seksualitas (Swanson, 1993)
4. Perawat
4
Menurut American Nurse Association Social Policy Statement, 1980
dalam Swanson, 1993 perawat mendiagnosa dan memberikan tindakan sesuai
respon manusia terhadap masalah kesehatan yang bersifat aktual atau potensial.
Hal tersebut menjelaskan fungsi peran perawat yaitu memberikan perawatan
terhadap klien (individu atau kelompok) yang sedang mengalami atau berpotensi
adanya penyimpangan kesehatan (Swanson, 1993).
5
nilai lain yang mengarah kepada perasaan individu yang mengandung komitmen
dan tanggung jawab.
1. Knowing
Swanson mengidentifikasi knowing dalam konteks bekerja keras
memahami sebuah peristiwa dari perspektif individu lain dan dampaknya atau arti
dari peristiwa itu pada kehidupan orang lain. Dalam hal ini, perawat menghindari
suatu asumsi yang hanya berdasarkan teori daripada kenyataan berkaitan
dengan peristiwa tersebut, dan memberikan penekanan pada perawatan pasien.
Hal ini dilakukan sebagai awal usaha dalam memahami kenyataan pribadi
individu klien. Swanson mengatakan “keutuhan untuk mengetahui kondisi klien
merupakan falsafah pribadi yang dipegang perawat dan kemauan dari perawat
untuk mengenal orang lain sebagai makhluk hidup. Pada subdimensi knowing,
menghindari adanya asumsi, berfokus pada klien yang sedang dirawat, membuat
penilaian secara keseluruhan, mencari isyarat yang tepat dan keduanya (perawat
dan klien) saling melibatkan diri (Bailey, 2009)
2. Being with
Being with merupakan proses merawat yang kedua. Being with berarti
secara emosional ada untuk yang lainnya, membuat diri terlibat secara
berkelanjutan, dan saling berbagi perasaan apakah dia bahagia atau sedih.
Kehadiran dari perawat dan adanya perasaan berbagi dalam tahap ini perlu
diperhatikan karena untuk menghindari tanpa sengaja orang yang merawat dapat
membebani orang yang dirawat. Being with dapat disamakan dengan being there
dimana adanya kemampuan menyampaikan, berbagi peraaan, dan membina
suatu suasana dimana tidak membebani individu yang dirawat (Bailey, 2009).
3. Doing for
Doing for merupakan kategori teoritis ketiga bahwa perawat harus
membantu individu dalam melakukan apa yang klien lakukan terhadap dirinya.
Merawat berhubungan dengan doing for merupakan tindakan untuk antisipasi
dan menghibur. Swanson memberikan nasehat tentang kelemahan pada kategori
ini ”ketika seseorang dalam keadaan membutuhkan bantuan orang lain untuk
membantunya, ini bisa menjadi hal yang memalukan. Sebagai konsekuensinya,
6
perawat secara sadar bertindak untuk melindungi martabat dari kliennya (Bailey,
2009).
4. Enabling
Subdimensi yang keempat dalam proses caring Swanson adalah
enabling. Enabling merupakan proses dimana perawat membantu klien saat
melewati transisi kehidupan dan peristiwa yang tidak biasa untuknya. Menurut
Swanson (1991), tujuan enabling adalah membantu orang lain untuk tumbuh,
membantu dalam proses penyembuhan, dan memfasilitasi kemampuan dan
kemauan orang lain untuk melaksanankan tugas perawatan diri (Bailey, 2009).
5. Maintain belief
Proses yang terakhir adalah maintain belief. Maintain belief membutuhkan
keperacayaan untuk bertahan melalui transisi atau menghadapi suatu peristiwa
untuk masa depan yang bermakna. Swanson mengatakan bahwa komponen ini
membutuhkan perawat yang bisa memandang harga diri orang lain dan percaya
pada orang tersebut. Merawat individu untuk mempertahankan pancaran
harapan dan menyajikan gambaran yang optimis yang dilakukan dalam batas-
batas yang realistis sebagai seseorang yang membantu orang lain dalam
menghadapi kesulitan. Swanson menyatakan dalam keperawatan, maintain
7
pendekatan respon manusia sebagai aspek yang bermakna dalam kenyataan
klien (Bailey, 2009).
Apabila dihubungkan dengan bagaimana perawat bisa membantu pasien
keguguran menurut skema “ the stucture of caring” di atas maka dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Maintaining belief
Pada tahap ini perawat mempunyai tujuan agar klient yang baru saja
mengalami keguguran sanggup menghadapi dan bertahan terhadap
perubahan keadaan yang dialami kedepan terhadap masalah yang
dihadapi. Perawat mengupayakan agar klien pada akhirnya dapat
memiliki sikap optimis akan kehidupan yang akan dijalani di kemudian
hari. Dalam hal ini rasa bersalah, rasa kehilangan dan sikap negatif
lainnya pada pasien keguguran tidak terus terbawa pada langkah hidup
berikutnya
2) Knowing
Pada pasien dengan keguguran pada tahap ini perawat melakukan
pengkajian yang obyektif dan menghindari asumsi pribadi dengan tujuan
memahami masalah klien sesuai perspektif klien serta sejauh mana
masalah ini memiliki arti bagi pasien. Pendekatan yang dilakukan oleh
perawat pada pasien dengan keguguran dapat dilakukan dengan
ungkapan ikut merasakan kesedihan yang dialami klien dan memberi
kesempatan pada klien untuk menyampaikan segala hal yang dirasakan
klien terkait keguguran yang dialami, termasuk rasa bersalah, kekuatiran
kejadian berulang, kekuatiran akan pandangan keluarga dan sebagainya.
3) Being with
Setelah mendapat data obyektif dari klien keguguran melalui proses
knowing maka perawat melangkah untuk membantu klien dengan cara
melibatkan diri secara aktif dengan berbagi perasaan dengan pasien,
ketika pasien sedih atau gembira perawat menampakkan diri ikut
merasakan apa yang dirasakan pasien. Yang perlu dihindari pada tahap
ini perawat harus membatasi diri untuk tidak mencurahkan perasaan
pribadi perawat yang bisa menjadi beban tambahan bagi pasien. Perawat
juga menyampaikan adanya kemampuan klien dalam menghadapi
masalah bahkan mengatasi masalah.
4) Doing for
8
Pada tahap ini perawat berperan membantu klien keguguran dalam
kegiatan yang dilkukan untuk menolong dirinya. Pasien keguguran
mungkin ingin melakukan suatu hal mungkin berdoa atau bicara dengan
keluarga maka perawat hadir dan meyakinkan pasien bahwa hal itu baik
dan perawat bersedia membantu dengan senang hati. Pada tahap ini
perawat berusaha membantu dengan tetap menjaga perasaan dan
kehormatan pasien
5) Enabling
Yaitu upaya perawat untuk menjadikan pasien mampu atau berdaya.
Pada pasien keguguran sering membutuhkan dorongan untuk berani
melangkah dengan percaya diri salah satunnya kemungkinan untuk hamil
lagi. Perawat dapat menyampaikan informasi yang ada terkait kesehatan
klien yang mendukung kemungkinan hamil lagi dengan aman. Termasuk
perawatan dan informasi lain yang dapat digunakan pasien untuk
membuat pilihan.
6) Client well being
Adalah tujuan akhir dari strutur caring yang dibangun oleh swanson yaitu
keadaan yang lebih baik setelah mendapatkan asuhan caring tersebut.
Pada pasien dengan keguguran harapan yang ingin dicapai adalah
kemampuan untuk menerima pengalaman hidup yang dialami dan tetap
berani menghadapi hidup yang akan datang termasuk kemunkinan
mengambil keputusan untuk hamil lagi di saat yang tepat dan aman
sampai dengan melahirkan.
1. Praktik
Kegunaan dari teori Swanson adalah caring yang diplikasikan pada riset,
pendidikan, dan parktik klinik. Proposisi caring berpusat pada praktik
keperawatan yang berawal pada teori kemudian kedalam pentingnya caring pada
praktik keperawatan professional dan temuan dari penomologis Swanson. Pada
pengamatan berikutnya Swanson menunjukkan bahwa teori caring digunakan
pada praktik keperawatan klinik dan penelitian.
2. Pendidikan
9
Caring adalah sebuah konsep yang sulit jika tanpa dimengerti
kemaknaannya. Manusia dan caring altruistik ditemukan ketika teori tersebut
dihgunakan dalam praktik untuk member kemudahan dalam melakukan
perawatan oleh orang – orang terdahulu, sampai kearah yang kompleks yaitu
memonitor dan mengatur penyembuhan pasien yang menderita stroke,
membantu peningkatan kemampuan pasangan baru dalam merawat bayi baru
lahir. Swanson meneliti tentang wanita yang mengalami keguguran, perawatan di
NICU, ibu dengan resiko tinggi, serta mengenalkan pentingnya perawatan secara
holistik.
3. Riset
Swanson menyiratkan bahwa dia lebih tertarik pada percobaan dan aplikasi
teorinya pada praktik klinik dalam pengembangan lebih lanjut. Namun, terdapat
banyak potensial untuk pengembangan lebih lanjut dan percobaan dari teori
caring Swanson pada beragam konteks sehat dan sakit. Menurut pemikiran, dia
menggugat tentang apa yang berlaku pada caring dalam disiplin ilmu lain,
misalnya sebagai pengajar, pekerja sosial, kedokteran dan berbagai situasi lain
diluar keperawatan.
2.5 Kritik
1. Kejelasan
10
Kejelasan mengacu pada seberapa baik teori dapat dimengerti dan
bagaimana kejelasan serta konsistensi konsep disajikan dan
dikonseptualisasikan (Chinn & Kramer, 2004, 2008). Konsep caring, central teori,
dan proses caring (tahu, berada dengan, mengerjakan untuk, kemungkinan dan
keyakinan) adalah kejelasan definisi dan tersusun dalam urutan logis yang
menjelaskan bagaimana caring adalah disampaikan. Selain itu, teori Swanson
menjelaskan definisi dari domain utama dari disiplin keperawatan (manusia,
perawat, lingkungan dan sehat) dan mendeskripsikan disiplin ilmu keperawatan
secara tidak langsung dalam berbagai konteks tentang interaksi perawat dank
lien ditempat.
2. Kesederhanaan
3. Keseluruhan
Teori caring Swanson diaplikasikan pada riset dan klinik dengan populasi
yang berbeda. Kondisi penting untuk penyampaian caring adalah
mempromosikan individu dalam keutuhan secara jelas melalui rentang hidup
(Swanson, 1999c). Karenanya, teori adalah digeneralisasikan untuk setiap
hubungan perawat – klien dan setiap pengaturan klinik.
4. Ketelitian
11
pasangan suami - istri. Selanjutnya dia mengembangkan laporan diri untuk
mengukur caring yang disampaikan oleh perawatan kesehatan professional dan
oleh pasangan satu sama lain.
BAB 3
KASUS
12
Kasus:
Ny. S usia 26 tahun, G1P0000 datang ke IGD pada tanggal 11 Januari 2014
ditemani keluarga pasien. Ny. S mengeluh keluar bercak darah semenjak 3 hari
yang lalu, sangat nyeri pada perut bagian bawah dan sejak pagi terlihat darah
bergumpal di pakaian dalam. HPHT: 4 November 2013, usia kehamilan 10
minggu. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil : Tensi
darah 90/60 mmHg, nadi 96x/mnt, suhu 36 0C, Respirasi Rate 20 x/mnt, keadaan
pasien lemah, pusing, pucat, tampak kesakitan dan gelisah. Status general:
Kepala : a/i/c/d/ : +/-/-/-, Th : C /P : C : S1/S2 tunggal regular (+/+), Murmur (-),
galop (-), P: Ves (+/+), Rh (-), Wh (-), Abd; Flat(+), BU (N), NT epig (-), Nt perut
bawah, Ext : Akral dingin (+), perdarahan ±20 cc . Hasil laboratorium didapatkan :
HCG (+) dan Hb : 9,0 g%. Ny. S diberikan terapi cairan dan bantuan oksigenasi.
Kemudian Ny. S dikonsultasikan kepada dokter Sp.OG. Hasil konsultasi dengan
dokter disarankan untuk tindakan curettage segera. Ny. S tampak terkejut dan
menangis setelah mendengar hasil keputusan dari dokter tentang tindakan
curettage.
BAB 4
PEMBAHASAN
13
4.1 Pengkajian Keperawatan :
Kebutuhan Personal :
Mayor Body System
B1 : RR 20x/mnt, sesak (-),Ves (+/+), Rh (-), Wh (-)
B2 : TD : 90/60 mmhg, nadi: 96x/mnt, Pucat (+), Sianosis (-),S1/S2 tunggal
regular (+/+),
Murmur (-), galop (-), perdarahan ± 15cc
B3 : Pusing,
B4 : BAK (+) 0,5 cckg/jam, disuria (-), Poliuria (-), Sifat (kuning, amoniak)
B5 : Mual (-), muntah (-), BAB (+), frekuensi 1 x/hari, Abd ; Flat(+), BU (N), NT
epig (-),
Nt perut bawah (+)
B6 : Turgor kulit baik, Akral dingin (+)
14
9. Sexualitas / Reproduksi : Klien tidak dapat memnuhi kebutuhan aktivitas
sexual karena hamil muda, dan Klien mengeluh bagaimana nantinya
perasaan suami, berhubung kehamilan harus ditunda dulu
10. Koping / toleransi : klien terlihat sedih dan menangis saat dikaji karena klien
kehilangan calon bayinya, klien selalu menyalahkan diri sendiri dengan
keguguran yang dialaminya sehingga klien terlihat murung
11. Spiritual : Sebelumnya klien taat menjalankan aktivitas agamnya, namun
sejak kejadian ini , aktivitas ini tidak klien lakukan
Dari pengkajian diatas, diketahui bahwa, klien mengalami masalah fisik,
abortus incompletus, yang mempengaruhi sistem tubuh, seperti pada sistem
cardiovascular pasien, namun masalah psikologis merupakan hal penting
karena mempengaruhi pola hidup klien, hal ini dimanifestasikan dengan ,
seperti persepsi yang keliru terhadap sakitnya dan mekanisme koping yang tidak
efektif. Menurut swanson (1993), Kebutuhan Personal diri merupakan hal yang
perlu di perhatikan namun dukungan mental emosional oleh tenaga keperawatan
untuk melewati masa transisi merupakan hal penting (tomey 2009). Swanson
tidak menjelaskan secara eksplisit pada teorinya mengenai pengkajian namun
asumsinya pada konsep mayor keperawatan adalah bagaimana kebutuhan
personal, emosional dan spritual terpenuhi
15
dengan penggalian data dan nilai pasien, kondisi psikologis pasien terkait
peristiwa yang dialami. Melalui penegakan masalah keperawatan yang tepat,
perawat mampu menentukan intervensi yang tepat sehinga proses caring bisa
dirasakan baik oleh perawaat maupun pasien. Dalam kasus diatas masalah
keperawatan harus menyentuh masalah psikologis pasien seperti kecemasan,
berduka, individu tidak efektif. Masalah keperawatan juga harus mencakup
masalah yang terjadi pada keluarga jadi tidak hanya terfokus pada masalah
individu, misalkan terjadinya koping keluarga tidak efektif.
4.3 Intervensi:
A. Maintening Belief
1. Dengarkan keluhan klien
2. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas yang dapat menunjang
kesehatannya
3. Bantu klien untuk mengerti masalah kesehatannya
4. Bina hubungan perawat-klien
B. Being With
1. Tawarkan bantuan / pemberian asuhan keperawatan
2. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan klien
3. Libatkan klien dalam meningkatkan kesehatan klien
4. Ceritakan pengalaman perawat terkait usaha peningkatan kesehatan
C. Doing For
1. Berikan kenyamanan pada klien
2. Jaga privasi klien
3. Berikan asuhan keperawatan dengan profesional
4. Jaga martabat klien
5. Tanyakan pada klien mengenai persetujuannya sebelum melakukan
tindakan keperawatan
D. Enabling
1. Validasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan
2. Berikan informasi pada klien dan keluarga mengenai rencana
keperawatan yang akan diberikan
3. Dukung klien dalam menjalankan terapi
4. Berikan feed-back pada klien mengenai ketidakmengertian klien
5. Bantu pasien untuk fokus dalam membuat alternatif
16
4.4 Evaluasi
Menurut American Nurse Association Social Policy Statement, 1980
dalam Swanson, diagnosa dan intervensi yang diberikan perawat kepada klien
adalah sesuai dengan respon klien tersebut terhadap masalah kesehatan yang
sedang dia hadapi dan yang bersifat aktual maupun potensial. Hal tersebut
menjelaskan fungsi peran perawat yaitu memberikan perawatan terhadap klien
(individu atau kelompok) yang sedang mengalami atau berpotensi adanya
penyimpangan kesehatan (Swanson, 1993).
Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi
klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa
dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi,
menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui
masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga
meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang
tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi
perasaan dan memberikan umpan balik/feedback. Subdimensi:
1. Validating (memvalidasi): Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan
2. Informing ( memberikan informasi): Memberikan informasi yang berkaitan
dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien
dan keluarga klien
3. Supporting (mendukung): Memberikan dukungan kepada klien dalam
mencapai kesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat.
4. Feedback (memberikan umpan balik): Memberikan umpan balik terhadap apa
yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well
being.
5. Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk
focus dan membuat alternative)
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program
peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan
medis. (Potter & Perry, 2009) Berdasarkan kasus diatas dengan dilakukannya
proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan tindakan yang
diberikan kepada klien dan keluarga sesuai dengan masalah yang muncul
pada klien maka diharapkan kecemasan yang terjadi pada klien bisa
berkurang sampai dengan hilang dan mekanisme koping individu dan
keluarga menjadi lebih efektif dari sebelumnya serta pasien dan keluarga
bisa menerima dengan proses kehilangan yang terjadi.
17
BAB 5
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Swanson. (1993). Nursing as informed caring for the well-being of others. Journal
of Nursing Scholarship, 25 (4), 352-357
Tomey, A.M., Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorists and Their Work. Six
19