Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pengetahuan tentang proses pengembangan empiris teori/model
konseptual merupakan dasar untuk memahami disiplin ilmu keperawatan,
sehingga perawat menyadari kebutuhan akan teori-teori keperawatan untuk
membimbing penelitian dan praktek profesional keperawatan/ pelayanan
keperawatan dimana kualitas pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi
kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan akan
berjalan dengan baik jika didukung dengan adanya pengembangan model teori
keperawatan karena teori keperawatan sangat penting bagi pengembangan
profesionalisme keperawatan.
Teori keperawatan dibedakan menjadi beberapa lapisan teori
berdasarkan tingkat kemampuan teori tersebut diaplakisan, dari philosofical
theory, grand theory, middle range theory, dan micro range theory. Semakin
meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan membuat beberapa teoris modern
merancang perspektif baru keperawatan yang menunjukkan bahwa keperawatan
adalah gabungan ilmu dan seni, yang berfokus pada kliennya secara holistik,
humanistik (Fawcett, 1993; De Laune dan Ladner, 2002). Theory of Caring yang
menjelaskan ada 6 konsep mayor yaitu caring, knowing, being with, doing for,
enabling dan mantaining belief adalah salah satu teori yang termasuk dalam
lingkup middle range theory. Dimana teori ini diperkenalkan oleh Kristen M.
Swanson.
Caring adalah suatu cara perawatan yang dihubungkan dengan nilai
seseorang terkait dengan komitmen dan responsibilitasnya (personal sense).
Swanson juga mengatakan Caring merupakan suatu proses yang tidak
terpisahkan serta setiap tahap dari proses caring itu sendiri yang terdiri dari
caring, knowing, being with, doing for, enabling dan mantaining belief merupakan
komponen integral dimana satu dengan yang lainnya tidak terpisahkan. Yang
dimaksud dengan merawat disini adalah perawatan yang dilakukan mulai dari
biophisik dan spiritualnya karena memang caring itu benar-benar diperlukan dari
kepercayaan seseorang yang didukung dengan realitas, pengakuannya secara
fisik dan psikis. Teori ini diilhami dari pengalaman klinik yang dimiliki oleh

1
Swanson dan dari banyaknya dia membaca buku yang membuat Swanson
merasa bahwa perawatan yang dilakukannya cenderung berbeda dari pasien
yang dikelolanya, dia merasa bahwa adanya perubahan pada pasien dari total
dependent ke proses penyembuhan merupakan suatu keajaiban sehingga
Swanson mengambil kesimpulan bahwa masa transisi pada saat perawatan
sifatnya kongruen dengan personal value dari pasien (Alligood &Marriner, 2010).
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit, perawat akan berhadapan
dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, perawat harus terus
meningkatkan profesionalismenya, yaitu meningkatkan perilaku caring. Caring
bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan
memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan
memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa
aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999). Caring adalah sentral praktik
keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis,
yang mana tolak ukurnya pada saat perawat bekerja memberikan pelayanan
keperawatan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien baik individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.

1.2 Tujuan Umum


Mampu mengaplikasikan theory of caring dari Kristen Swanson dalam sebuah
kasus di lapangan

1.3 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi latar belakang dan definisi teori Kristen Swanson.
2. Mengidentifikasi model konsep dan asumsi mayor teori Kristen Swanson.
3. Mengidentifikasi Penerimaan teori dan kelemahan teori Kristen Swanson.
4. Menerapkan teori Kristen Swanson dalam sebuah kasus, mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Riwayat Kristen Swanson


Kristen M. Swanson, R.N., Ph.D., F.A. A. N., lahir pada tanggal 13 Januari
1953 di Provinsi Rhode Island. Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum
laude) dari University of Rhode Island College of Nursing tahun 1975. Setelah
lulus, ia memulai karirnya sebagai Registered Nurse pada University of
Massachusetts Medical Center di Worcester.Setelah menerima gelar Magister
Keperawatan pada tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun sebagai
instruktur klinik keperawatan medikal bedah di University of Pennsylvania School
of Nursing dan terdaftar pada program Ph.D keperawatan di University of
Colorado in Denver, Colorado. Ketika Swanson menjadi mahasiswa mengambil
prgram doctor, beliau mempunyai pengalaman dalam promosi kesehatan,
Swanson aktif dalam kelompok pendukung kelahiran secara sesar. Swanson
juga tertarik dalam masalah keguguran pada saat melahirkan. Semenjak itu
Swanson tertarik belajar lebih tentang kemanusiaan dan respon terhadap
keguguran kandungan. Caring dan keguguran kandungan itulah menjadikan
Swanson fokus untuk menyelesaikan penelitian disertasi sebagai syarat menjadi
doktor. Setelah mendapatkan gelar Ph.D dalam lingkup ilmu keperawatan.
Swanson menerima penghargaan penelitian nasional pasca doctoral tentang
pelayanan dari pusat penelitian keperawatan nasional. Setelah penelitian
tersebut Swanson bergabung dengan di fakultas keperawatan univesitas
Washington.

2.2 Konsep Teori Caring Swanson


Asumsi mayor yang mendasari Teori Caring Swanson:
1. Individu/Klien
Menurut Swanson 1993 menyatakan individu merupakan makhluk unik
dan menjadi utuh yang dinyatakan di dalam pikiran, perasaan dan perilaku.
Kehidupan klien dipengaruhi oleh warisan genetik, spiritual dan keinginannya
untuk bebas. Individu dengan keutuhannya tidak stagnant, namun mereka akan
selalu tumbuh, memiliki gambaran diri, dan akan mencari hubungan dengan
manusia lainnya. Warisan genetik merupakan karakteristik unik setiap manusia.
Sedangkan spiritual dapat menghubungkan klien ke sumber-sumber kebaikan,

3
kreativitas hidup dan ketenangan. Spritual dapat mencakup jiwa, kekuatan
tertinggi, energi positif. Dan keinginan untuk bebas sama artinya dengan
kapasitas untuk memilih dan memutuskan (Swanson, 1993)
Dahulunya praktek keperawatan berdasarkan asumsi seperti egosentris
sempit dimana menyebabkan perawat memberikan label yang salah terhadap
klien sebagai orang yang tidak bertanggung jawab (Swanson, 1993). Schultz
1987 dalam Swanson 1993 mengidentifikasi bahwa perawat tidak hanya
merawat klien sebagai individu namun juga sebagai kumpulan, seperti: keluarga,
kelompok atau sosial

2. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan secara situasional. Untuk keperawatan,
lingkungan merupakan yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh klien.
Lingkungan dipengaruhi oleh banyak hal, meliputi budaya, politik, ekonomi,
sosial, biofisik, psikologi, dan spiritual. Ketika perawat mempelajari tentang
pengaruh lingkungan terhadap manusia maka dapat membantunya untuk
mempertimbangkan sumber-sumber kendala dan sumber daya yang dapat
dibawa ke suatu situasi oleh individu dan lingkungannya (Swanson, 1993)

3. Kesehatan/Kesejahteraan
Smith (1981) dalam Swanson (1993) menggambarkan empat pandangan
tentang arti kesehatan meliputi: bebas dari sakit, kemampuan individu dalam
berperan, memiliki kapasitas untuk beradapatasi, dan kemampuan untuk
memperoleh kesehatan. Fungsi perawat adalah berfokus pada bagaimana klien
hidup dengan kondisi sehat dan sakit. Perawat tidak banyak berfokus pada
perbaikan penyakit, namun didalamnya termasuk membantu klien dalam
mencapai, mempertahankan, dan memperoleh tingkat optimal kehidupan atau
kesehatan (Swanson, 1993). Kesejahteraan (well-being) merupakan tahap
kehidupan dimana seseorang merasa bersatu dan berhubungan dengan
kehidupan dan kematian. Ketika perawat berfokus pada kesehatan adalah
kesejahteraan, maka perawatannya harus memiliki arti sebagai keutuhan individu
dimana manusia akan selalu tumbuh, memilki gambaran diri dan selalu mencari
hubungan dengan orang lain. Keutuhan meliputi perasaan yang menyatu dimana
semua sisi dapat diekspresikan bebas. Sisi tersebut meliputi semua aspek diri
manusia seperti spiritual, pikiran, perasaan, inteligence, kreativitas, pergaulan,
sisi feminim, maskulin dan seksualitas (Swanson, 1993)

4. Perawat

4
Menurut American Nurse Association Social Policy Statement, 1980
dalam Swanson, 1993 perawat mendiagnosa dan memberikan tindakan sesuai
respon manusia terhadap masalah kesehatan yang bersifat aktual atau potensial.
Hal tersebut menjelaskan fungsi peran perawat yaitu memberikan perawatan
terhadap klien (individu atau kelompok) yang sedang mengalami atau berpotensi
adanya penyimpangan kesehatan (Swanson, 1993).

2.3 Struktur Teori Caring Swanson


Merawat selalu dianggap sebagai aspek yang alami dan tidak terpisahkan
dari keperawatan. Merawat merupakan inti dan esensi dari keperawatan. Pada
tahun 1991 Swanson mengajukan teori “caring”, yang merupakan midlle range
theory yang mencangkup lima proses caring (Chen & Chou, 2009).
Kristen Swanson, 1991 dalam Swanson & Wojnar, 2004 mempelajari
tentang hubungan klien dan perawat professional dalam upaya mengembangkan
teori caring untuk praktek keperawatan. Penelitian Swanson menggunnakan
konteks perinatal yaitu wanita yang mengalami keguguran, hubungan orang tua
dan perawat professional di perawatan intensif bayi, dan penelitian yang
menggunakan ingatan ibu-ibu yang berada dalam perawatan jangka panjang
yang mendapat tindakanr keperawatan di public helth nursing. Dalam penelitian
tersebut Swanson menggunakan pendekatan phenomenological. Analisis dari
tiga penelitian tersebut mengungkapkan lima proses atau kategori caring yang
dibandingkan dengan analisis konsep dan validasi silang dari konsep Benner
yaitu peran perawat dan konsep Watson faktor carative. Kategori secara
kontekstual bersifat spesifik, yang berasal dari perawatan wanita hamil dan
wanita yang mengalami pengalaman keguguran (Swanson & Wojnar, 2004)
Swanson mengajukan tiga pertanyaan epistemologi yang merumuskan
teori penyokong yang dapat mendukung teorinya. Phillip 1993 dalam Bailey,
2009 mengidentifikasi pertanyaan tersebut “apakah perawatan merupakan
proses yang dapat diobservasi hanya dalam konteks dua orang yang sedang
berhubungan? Niat apa yang tertanam dalam diri perawat? Atau merupakan
persepsi yang hanya bisa diidentifikasi oleh perawat? Apakah perawatan dapat
diajarkan? Apakah ini merupakan moral yang bagus? Atau itu merupakan cara di
dunia? Dari pertanyaan ini, Swanson mengidentifikasi lima proses caring yaitu
knowing, being with, doing for, enabling, dan maintain belief (Bailey, 2009).
Swanson mendefinisikan caring sebagai cara mengasuh yang berkaitan dengan

5
nilai lain yang mengarah kepada perasaan individu yang mengandung komitmen
dan tanggung jawab.

1. Knowing
Swanson mengidentifikasi knowing dalam konteks bekerja keras
memahami sebuah peristiwa dari perspektif individu lain dan dampaknya atau arti
dari peristiwa itu pada kehidupan orang lain. Dalam hal ini, perawat menghindari
suatu asumsi yang hanya berdasarkan teori daripada kenyataan berkaitan
dengan peristiwa tersebut, dan memberikan penekanan pada perawatan pasien.
Hal ini dilakukan sebagai awal usaha dalam memahami kenyataan pribadi
individu klien. Swanson mengatakan “keutuhan untuk mengetahui kondisi klien
merupakan falsafah pribadi yang dipegang perawat dan kemauan dari perawat
untuk mengenal orang lain sebagai makhluk hidup. Pada subdimensi knowing,
menghindari adanya asumsi, berfokus pada klien yang sedang dirawat, membuat
penilaian secara keseluruhan, mencari isyarat yang tepat dan keduanya (perawat
dan klien) saling melibatkan diri (Bailey, 2009)

2. Being with
Being with merupakan proses merawat yang kedua. Being with berarti
secara emosional ada untuk yang lainnya, membuat diri terlibat secara
berkelanjutan, dan saling berbagi perasaan apakah dia bahagia atau sedih.
Kehadiran dari perawat dan adanya perasaan berbagi dalam tahap ini perlu
diperhatikan karena untuk menghindari tanpa sengaja orang yang merawat dapat
membebani orang yang dirawat. Being with dapat disamakan dengan being there
dimana adanya kemampuan menyampaikan, berbagi peraaan, dan membina
suatu suasana dimana tidak membebani individu yang dirawat (Bailey, 2009).

3. Doing for
Doing for merupakan kategori teoritis ketiga bahwa perawat harus
membantu individu dalam melakukan apa yang klien lakukan terhadap dirinya.
Merawat berhubungan dengan doing for merupakan tindakan untuk antisipasi
dan menghibur. Swanson memberikan nasehat tentang kelemahan pada kategori
ini ”ketika seseorang dalam keadaan membutuhkan bantuan orang lain untuk
membantunya, ini bisa menjadi hal yang memalukan. Sebagai konsekuensinya,

6
perawat secara sadar bertindak untuk melindungi martabat dari kliennya (Bailey,
2009).

4. Enabling
Subdimensi yang keempat dalam proses caring Swanson adalah
enabling. Enabling merupakan proses dimana perawat membantu klien saat
melewati transisi kehidupan dan peristiwa yang tidak biasa untuknya. Menurut
Swanson (1991), tujuan enabling adalah membantu orang lain untuk tumbuh,
membantu dalam proses penyembuhan, dan memfasilitasi kemampuan dan
kemauan orang lain untuk melaksanankan tugas perawatan diri (Bailey, 2009).

5. Maintain belief
Proses yang terakhir adalah maintain belief. Maintain belief membutuhkan
keperacayaan untuk bertahan melalui transisi atau menghadapi suatu peristiwa
untuk masa depan yang bermakna. Swanson mengatakan bahwa komponen ini
membutuhkan perawat yang bisa memandang harga diri orang lain dan percaya
pada orang tersebut. Merawat individu untuk mempertahankan pancaran
harapan dan menyajikan gambaran yang optimis yang dilakukan dalam batas-
batas yang realistis sebagai seseorang yang membantu orang lain dalam
menghadapi kesulitan. Swanson menyatakan dalam keperawatan, maintain

belief haruslah merupakan bagian dari profesi kita; perawat menggunakan

7
pendekatan respon manusia sebagai aspek yang bermakna dalam kenyataan
klien (Bailey, 2009).
Apabila dihubungkan dengan bagaimana perawat bisa membantu pasien
keguguran menurut skema “ the stucture of caring” di atas maka dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Maintaining belief
Pada tahap ini perawat mempunyai tujuan agar klient yang baru saja
mengalami keguguran sanggup menghadapi dan bertahan terhadap
perubahan keadaan yang dialami kedepan terhadap masalah yang
dihadapi. Perawat mengupayakan agar klien pada akhirnya dapat
memiliki sikap optimis akan kehidupan yang akan dijalani di kemudian
hari. Dalam hal ini rasa bersalah, rasa kehilangan dan sikap negatif
lainnya pada pasien keguguran tidak terus terbawa pada langkah hidup
berikutnya
2) Knowing
Pada pasien dengan keguguran pada tahap ini perawat melakukan
pengkajian yang obyektif dan menghindari asumsi pribadi dengan tujuan
memahami masalah klien sesuai perspektif klien serta sejauh mana
masalah ini memiliki arti bagi pasien. Pendekatan yang dilakukan oleh
perawat pada pasien dengan keguguran dapat dilakukan dengan
ungkapan ikut merasakan kesedihan yang dialami klien dan memberi
kesempatan pada klien untuk menyampaikan segala hal yang dirasakan
klien terkait keguguran yang dialami, termasuk rasa bersalah, kekuatiran
kejadian berulang, kekuatiran akan pandangan keluarga dan sebagainya.
3) Being with
Setelah mendapat data obyektif dari klien keguguran melalui proses
knowing maka perawat melangkah untuk membantu klien dengan cara
melibatkan diri secara aktif dengan berbagi perasaan dengan pasien,
ketika pasien sedih atau gembira perawat menampakkan diri ikut
merasakan apa yang dirasakan pasien. Yang perlu dihindari pada tahap
ini perawat harus membatasi diri untuk tidak mencurahkan perasaan
pribadi perawat yang bisa menjadi beban tambahan bagi pasien. Perawat
juga menyampaikan adanya kemampuan klien dalam menghadapi
masalah bahkan mengatasi masalah.
4) Doing for

8
Pada tahap ini perawat berperan membantu klien keguguran dalam
kegiatan yang dilkukan untuk menolong dirinya. Pasien keguguran
mungkin ingin melakukan suatu hal mungkin berdoa atau bicara dengan
keluarga maka perawat hadir dan meyakinkan pasien bahwa hal itu baik
dan perawat bersedia membantu dengan senang hati. Pada tahap ini
perawat berusaha membantu dengan tetap menjaga perasaan dan
kehormatan pasien
5) Enabling
Yaitu upaya perawat untuk menjadikan pasien mampu atau berdaya.
Pada pasien keguguran sering membutuhkan dorongan untuk berani
melangkah dengan percaya diri salah satunnya kemungkinan untuk hamil
lagi. Perawat dapat menyampaikan informasi yang ada terkait kesehatan
klien yang mendukung kemungkinan hamil lagi dengan aman. Termasuk
perawatan dan informasi lain yang dapat digunakan pasien untuk
membuat pilihan.
6) Client well being
Adalah tujuan akhir dari strutur caring yang dibangun oleh swanson yaitu
keadaan yang lebih baik setelah mendapatkan asuhan caring tersebut.
Pada pasien dengan keguguran harapan yang ingin dicapai adalah
kemampuan untuk menerima pengalaman hidup yang dialami dan tetap
berani menghadapi hidup yang akan datang termasuk kemunkinan
mengambil keputusan untuk hamil lagi di saat yang tepat dan aman
sampai dengan melahirkan.

2.4 Penerimaan Oleh Komunitas Keperawatan

1. Praktik

Kegunaan dari teori Swanson adalah caring yang diplikasikan pada riset,
pendidikan, dan parktik klinik. Proposisi caring berpusat pada praktik
keperawatan yang berawal pada teori kemudian kedalam pentingnya caring pada
praktik keperawatan professional dan temuan dari penomologis Swanson. Pada
pengamatan berikutnya Swanson menunjukkan bahwa teori caring digunakan
pada praktik keperawatan klinik dan penelitian.

2. Pendidikan

9
Caring adalah sebuah konsep yang sulit jika tanpa dimengerti
kemaknaannya. Manusia dan caring altruistik ditemukan ketika teori tersebut
dihgunakan dalam praktik untuk member kemudahan dalam melakukan
perawatan oleh orang – orang terdahulu, sampai kearah yang kompleks yaitu
memonitor dan mengatur penyembuhan pasien yang menderita stroke,
membantu peningkatan kemampuan pasangan baru dalam merawat bayi baru
lahir. Swanson meneliti tentang wanita yang mengalami keguguran, perawatan di
NICU, ibu dengan resiko tinggi, serta mengenalkan pentingnya perawatan secara
holistik.

3. Riset

Swanson mempertahankan perkembangan teorinya, dari deskripsi dan


definisi konsepcaring dan proses dasar caring, untuk instrument perkembangan
dan uji coba pada intervensi penelitian pada wanita yang mengalami keguguran.
Contoh lain pada aplikasi teori Swanson pada caring di klinik riset termasuk
beasiswa klinik dalam praktik (Kish & Holder, 1996), pedoman pekerjaan perawat
dengan pasien dengan diagnose sclerosis (Yorkston, Klasner & Swanson, 2001),
menentukan dampak caring dalam pekerjaan dengan populasi yang rentan
(Kavanaugh, Moro, Savage, Mehendale, 2006), pentingnya kreatifitas lingkungan
yang caring dalam pekerjaan (Sikma, 2006).

4. Pengembangan lebih lanjut

Swanson menyiratkan bahwa dia lebih tertarik pada percobaan dan aplikasi
teorinya pada praktik klinik dalam pengembangan lebih lanjut. Namun, terdapat
banyak potensial untuk pengembangan lebih lanjut dan percobaan dari teori
caring Swanson pada beragam konteks sehat dan sakit. Menurut pemikiran, dia
menggugat tentang apa yang berlaku pada caring dalam disiplin ilmu lain,
misalnya sebagai pengajar, pekerja sosial, kedokteran dan berbagai situasi lain
diluar keperawatan.

2.5 Kritik

1. Kejelasan

10
Kejelasan mengacu pada seberapa baik teori dapat dimengerti dan
bagaimana kejelasan serta konsistensi konsep disajikan dan
dikonseptualisasikan (Chinn & Kramer, 2004, 2008). Konsep caring, central teori,
dan proses caring (tahu, berada dengan, mengerjakan untuk, kemungkinan dan
keyakinan) adalah kejelasan definisi dan tersusun dalam urutan logis yang
menjelaskan bagaimana caring adalah disampaikan. Selain itu, teori Swanson
menjelaskan definisi dari domain utama dari disiplin keperawatan (manusia,
perawat, lingkungan dan sehat) dan mendeskripsikan disiplin ilmu keperawatan
secara tidak langsung dalam berbagai konteks tentang interaksi perawat dank
lien ditempat.

2. Kesederhanaan

Teori yang sederhana mempunyai jumlah konsep yang minimal. Teori


caring Swanson adalah teori sederhana yang baik. Teori caring Swanson
mengutamakan pentingnya caring, yang member contoh nilai keilmuan
tradisional maupun modern. Tujuan utamanya adalah membantu praktisi dalam
perawatan yang berfokus pada kebutuhan individual yang bermartabat,
terhormat dan mempunyai kewwenangan. Kesederhanaan digunakan dalam
mendefinisikan konsep kepada mahasiswa dan perawat untuk mengerti dan
mengaplikasikan teori Swanson dalam praktik keperawatan.

3. Keseluruhan

Teori caring Swanson diaplikasikan pada riset dan klinik dengan populasi
yang berbeda. Kondisi penting untuk penyampaian caring adalah
mempromosikan individu dalam keutuhan secara jelas melalui rentang hidup
(Swanson, 1999c). Karenanya, teori adalah digeneralisasikan untuk setiap
hubungan perawat – klien dan setiap pengaturan klinik.

4. Ketelitian

Teori caring Swanson mengasumsikan bahwa penerapan proses caring


pada komunikasi terapeutik dengan klien meningkatkan kenyamanan dan
mempercepat penyembuhan. Konsep dan asumsi terapkan pada praktek klinik
keperawatan dan riset yang sesuai. Kelengkapan dan kesederhanaan dari
definisi operasional memperkuat ketelitian dari teori ini. Swanson (1999), berhasil
mengaplikasikan dan terus menguji teori caring di sebuah klinik terhadap

11
pasangan suami - istri. Selanjutnya dia mengembangkan laporan diri untuk
mengukur caring yang disampaikan oleh perawatan kesehatan professional dan
oleh pasangan satu sama lain.

5. Konsekuensi yang didapatkan

Fawcett (1984) menganjurkan bahwa teori keperawatan berfokus


keperawatan dan berbeda dengan berbagai disiplin ilmu lain. Teori caring
Swanson menggambarkan hubungan perawat – klien yang mempromosikan
keutuhan dan penyembuhan. Karenanya, teori menawarkan sebuah kerangka
kerja untuk meningkatkan praktik keperawatan sepanjang waktu dan
membawanya pada ilmu tradisional caring. Namun, yang dimaksudkan Swanson,
teori caring dapat diaplikasikan pada hubungan caring diluar pertemuan antara
perawat_klien, oleh karena itu,caring tidak membedakan antara perawat – klien,
caring semata – mata tidak hanya dalam konteks keperawatan saja.

BAB 3
KASUS

12
Kasus:
Ny. S usia 26 tahun, G1P0000 datang ke IGD pada tanggal 11 Januari 2014
ditemani keluarga pasien. Ny. S mengeluh keluar bercak darah semenjak 3 hari
yang lalu, sangat nyeri pada perut bagian bawah dan sejak pagi terlihat darah
bergumpal di pakaian dalam. HPHT: 4 November 2013, usia kehamilan 10
minggu. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil : Tensi
darah 90/60 mmHg, nadi 96x/mnt, suhu 36 0C, Respirasi Rate 20 x/mnt, keadaan
pasien lemah, pusing, pucat, tampak kesakitan dan gelisah. Status general:
Kepala : a/i/c/d/ : +/-/-/-, Th : C /P : C : S1/S2 tunggal regular (+/+), Murmur (-),
galop (-), P: Ves (+/+), Rh (-), Wh (-), Abd; Flat(+), BU (N), NT epig (-), Nt perut
bawah, Ext : Akral dingin (+), perdarahan ±20 cc . Hasil laboratorium didapatkan :
HCG (+) dan Hb : 9,0 g%. Ny. S diberikan terapi cairan dan bantuan oksigenasi.
Kemudian Ny. S dikonsultasikan kepada dokter Sp.OG. Hasil konsultasi dengan
dokter disarankan untuk tindakan curettage segera. Ny. S tampak terkejut dan
menangis setelah mendengar hasil keputusan dari dokter tentang tindakan
curettage.

BAB 4
PEMBAHASAN

13
4.1 Pengkajian Keperawatan :
Kebutuhan Personal :
Mayor Body System
B1 : RR 20x/mnt, sesak (-),Ves (+/+), Rh (-), Wh (-)
B2 : TD : 90/60 mmhg, nadi: 96x/mnt, Pucat (+), Sianosis (-),S1/S2 tunggal
regular (+/+),
Murmur (-), galop (-), perdarahan ± 15cc
B3 : Pusing,
B4 : BAK (+) 0,5 cckg/jam, disuria (-), Poliuria (-), Sifat (kuning, amoniak)
B5 : Mual (-), muntah (-), BAB (+), frekuensi 1 x/hari, Abd ; Flat(+), BU (N), NT
epig (-),
Nt perut bawah (+)
B6 : Turgor kulit baik, Akral dingin (+)

Pengkajian Pola Kebutuhan (Gordon)


1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan : klien menganggap pelayanan
kesehatan sangat penting baginya dan keluarga sehingga jika terjadi
gangguan kesehatan klien langsung memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan untuk segera mendapatkan pelayanan
2. Pola aktivitas : Kelemahan dalam memenuhi ADL
3. Pola nutrisi : anoreksia, mual (-), muntah (+)
4. Pola Istirahat Tidur: klien mengungkapkan ± 1 minggu sibuk membuat
laporan akhir tahun berhubung jabatan manajerial sehingga waktu istirahat
berkurang. Tidur ± 5jam/hari dan hal itu diperparah karena sejak kejadian
klien jarang istirahat tapi lebih banyak melamun dan bersedih.
5. Pola Eliminasi : normal
6. Pola persepsi kognitif : normal
7. Pola Persepsi Diri : konsep diri /gambaran diri : klien merasa bersalah
terhadap suaminya dan keluarga, karena tidak dapat menjaga kehamilan
(anak 1), klien merasa dia yang menyebabkan calon bayinya meninggal
karena aktivitas yang terlalu padat sehingga mengakibatkan keguguran
8. Peran Hubungan : Hubungan klien dengan suami, keluarga tidak ada
masalah

14
9. Sexualitas / Reproduksi : Klien tidak dapat memnuhi kebutuhan aktivitas
sexual karena hamil muda, dan Klien mengeluh bagaimana nantinya
perasaan suami, berhubung kehamilan harus ditunda dulu
10. Koping / toleransi : klien terlihat sedih dan menangis saat dikaji karena klien
kehilangan calon bayinya, klien selalu menyalahkan diri sendiri dengan
keguguran yang dialaminya sehingga klien terlihat murung
11. Spiritual : Sebelumnya klien taat menjalankan aktivitas agamnya, namun
sejak kejadian ini , aktivitas ini tidak klien lakukan
Dari pengkajian diatas, diketahui bahwa, klien mengalami masalah fisik,
abortus incompletus, yang mempengaruhi sistem tubuh, seperti pada sistem
cardiovascular pasien, namun masalah psikologis merupakan hal penting
karena mempengaruhi pola hidup klien, hal ini dimanifestasikan dengan ,
seperti persepsi yang keliru terhadap sakitnya dan mekanisme koping yang tidak
efektif. Menurut swanson (1993), Kebutuhan Personal diri merupakan hal yang
perlu di perhatikan namun dukungan mental emosional oleh tenaga keperawatan
untuk melewati masa transisi merupakan hal penting (tomey 2009). Swanson
tidak menjelaskan secara eksplisit pada teorinya mengenai pengkajian namun
asumsinya pada konsep mayor keperawatan adalah bagaimana kebutuhan
personal, emosional dan spritual terpenuhi

4.2 Masalah keperawatan


Dalam menentukan masalah keperawatan, sesuai dengan data-data
dalam pengkajian. Masalah keperawatan tidak hanya ditetapkan pada data yang
sifatnya fisik. Sesuai tahapan caring dalam Knowing, perawat menggali,
memahami sebuah peristiwa dari perspektif individu lain dan dampaknya atau arti
dari peristiwa itu pada kehidupan orang lain. Dalam hal ini, perawat menghindari
suatu asumsi yang hanya berdasarkan teori daripada kenyataan berkaitan
dengan peristiwa tersebut, dan memberikan penekanan pada perawatan pasien.
Dalam merumuskan maslah keperawatan perawat berdasarkan data yang tergali
dalm proses knowing, bukan berdasarkan asumsi perawat. Swanson juga
berpendapat bahwa klien dalam proses keperawatan tidak hanya sebagai
individu tetapi juga termasuk keluarga, kelompok yang dimiliki pasien.
Dalam kasus diatas, masalah keperawatan yang mungkin bisa ditegakkan
antara lain cemas, koping individu dan keluarga yang tidak efektif, grieving
( berduka) maupun atisipasi berduka. Masalah keperawatan ditegakkan sesuai

15
dengan penggalian data dan nilai pasien, kondisi psikologis pasien terkait
peristiwa yang dialami. Melalui penegakan masalah keperawatan yang tepat,
perawat mampu menentukan intervensi yang tepat sehinga proses caring bisa
dirasakan baik oleh perawaat maupun pasien. Dalam kasus diatas masalah
keperawatan harus menyentuh masalah psikologis pasien seperti kecemasan,
berduka, individu tidak efektif. Masalah keperawatan juga harus mencakup
masalah yang terjadi pada keluarga jadi tidak hanya terfokus pada masalah
individu, misalkan terjadinya koping keluarga tidak efektif.

4.3 Intervensi:
A. Maintening Belief
1. Dengarkan keluhan klien
2. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas yang dapat menunjang
kesehatannya
3. Bantu klien untuk mengerti masalah kesehatannya
4. Bina hubungan perawat-klien
B. Being With
1. Tawarkan bantuan / pemberian asuhan keperawatan
2. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan klien
3. Libatkan klien dalam meningkatkan kesehatan klien
4. Ceritakan pengalaman perawat terkait usaha peningkatan kesehatan
C. Doing For
1. Berikan kenyamanan pada klien
2. Jaga privasi klien
3. Berikan asuhan keperawatan dengan profesional
4. Jaga martabat klien
5. Tanyakan pada klien mengenai persetujuannya sebelum melakukan
tindakan keperawatan
D. Enabling
1. Validasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan
2. Berikan informasi pada klien dan keluarga mengenai rencana
keperawatan yang akan diberikan
3. Dukung klien dalam menjalankan terapi
4. Berikan feed-back pada klien mengenai ketidakmengertian klien
5. Bantu pasien untuk fokus dalam membuat alternatif

16
4.4 Evaluasi
Menurut American Nurse Association Social Policy Statement, 1980
dalam Swanson, diagnosa dan intervensi yang diberikan perawat kepada klien
adalah sesuai dengan respon klien tersebut terhadap masalah kesehatan yang
sedang dia hadapi dan yang bersifat aktual maupun potensial. Hal tersebut
menjelaskan fungsi peran perawat yaitu memberikan perawatan terhadap klien
(individu atau kelompok) yang sedang mengalami atau berpotensi adanya
penyimpangan kesehatan (Swanson, 1993).
Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi
klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa
dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi,
menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui
masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga
meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang
tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi
perasaan dan memberikan umpan balik/feedback. Subdimensi:
1. Validating (memvalidasi): Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan
2. Informing ( memberikan informasi): Memberikan informasi yang berkaitan
dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien
dan keluarga klien
3. Supporting (mendukung): Memberikan dukungan kepada klien dalam
mencapai kesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat.
4. Feedback (memberikan umpan balik): Memberikan umpan balik terhadap apa
yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well
being.
5. Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk
focus dan membuat alternative)
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program
peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan
medis. (Potter & Perry, 2009) Berdasarkan kasus diatas dengan dilakukannya
proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan tindakan yang
diberikan kepada klien dan keluarga sesuai dengan masalah yang muncul
pada klien maka diharapkan kecemasan yang terjadi pada klien bisa
berkurang sampai dengan hilang dan mekanisme koping individu dan
keluarga menjadi lebih efektif dari sebelumnya serta pasien dan keluarga
bisa menerima dengan proses kehilangan yang terjadi.

17
BAB 5
KESIMPULAN

Kristen Swanson dengan teori “caring”-nya, menjelaskan bahwa caring


merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam keperawatan. Kristen
Swanson mengidentifikasi lima proses caring yaitu knowing (memahami sebuah
peristiwa dari perspektif individu lain dan dampaknya atau arti dari peristiwa itu
pada kehidupan orang lain; Being with (secara emosional ada untuk yang
lainnya, membuat diri terlibat secara berkelanjutan, dan saling berbagi perasaan
apakah dia bahagia atau sedih); Doing for ( perawat harus membantu individu
dalam melakukan apa yang klien lakukan terhadap dirinya); Enabling ( perawat
membantu klien saat melewati transisi kehidupan dan peristiwa yang tidak biasa
untuknya); maintain belief membutuhkan keperacayaan untuk bertahan melalui
transisi atau menghadapi suatu peristiwa untuk masa depan yang bermakna.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bailey. (2009). Caring defined: a comparison and analysis. International Journal


for Human Caring, 13(1), 16-31

Swanson. (1993). Nursing as informed caring for the well-being of others. Journal
of Nursing Scholarship, 25 (4), 352-357

Swanson and Wojnar. (2004). Optimal healing environments in nursing. The


Journal Of Alternative and Complementary Medicine, 10(1), 43-47

Tomey, A.M., Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorists and Their Work. Six

19

Anda mungkin juga menyukai