Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MIDDLE RANGE THEORIES

THEORY CHERYL TATANO BACK DAN THEORY KRISTEN M. SWANSON

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat dan Sains Keperawatan

Dosen Pengampu Ibu Nety. M. H, S, S.Kep.,Ns. M.Kep.

Disusun Oleh :

MOHAMMAD LUTFI NIM: 1110017007


TATA MAHYUVI NIM:
NINUK NUR ARIFAH NIM:
ARIEKA KUSUMA DEWI NIM:

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN TERAPAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih pada Allah SWT atas segala kemudahan yang diberikan
sehingga tugas mata kuliah Sains Keperawatan dengan judul Penerapan Theory Cheryl
Tatano Back Dan Theory Kristen M. Swanson, dalam Asuhan Keperawatan dapat
terselesaikan.
Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional dalam
menyelesaikan masalah keperawatan yang ada, dengan pendekatan yang dilakukan tersebut
bentuk penyelesaian keperawatan dapat terarah dan terencana dengan baik, dimana dalam
asuhan keperawatan terdapat beberapa tahap yaitu: pengkajian, penegakkan diagnosa,
perencanaan, implementasi tindakan, dan evaluasi. Salah satu teori keperawatan yang ada
adalah teori keperawatan yang dikembangkan oleh Theory Cheryl Tatano Back Dan
Theory Kristen M. Swanson yang akan di bahas lebih jauh dalam makalah ini. Pada
kesempatan ini, perkenankan kami menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Ibu Nety. M. H, S, S.Kep.,Ns. M.Kep. yang telah memberi arahan dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula
dengan makalah ini. Oleh karena itu masukan, kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi perbaikan dan sempurnanya tulisan di masa mendatang. Harapan penulis, kiranya
tulisan ini bermanfaat bagi orang lain.

Surabaya, Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. 1


KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 4
1.2 Tujuan ................................................................................................. 5
BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
2.1 Konsep Dasar Theory Cheryl Tatano Back ....... .6
2.2 Konsep Dasar Theory Kristen M. Swanson .............................14
BAB 3 PENUTUP .............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 24
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/gagasan
yang saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada
realitas keperawatan (smith dan Liehr, 2008).
Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan. Teori
Middle Range cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum
pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan
praktek, middle range theory lebih banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat
diuji dalam pemikiran empiris.
Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan
keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila didukung oleh teori dan
model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan diimplementasikan didalam
praktek keperawatan.
Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering diabaikan
dalam perawatan kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan, kebingungan, dan
keheningan. Jika hal ini tidak terdiagnosa, dapat mempengaruhi hubungan ibu-bayi dan
menyebabkan masalah emosional jangka panjang bagi anak. Teori ini membedakan depresi
postpartum dari gangguan mood dan kecemasan postpartum lainnya dan aspek-aspek
depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor risiko, intervensi, dan efek pada hubungan
dan perkembangan anak. Juga dibahas tentang Instrumen yang tersedia yang digunakan
untuk skrining depresi postpartum. Cheryl menegaskan bahwa depresi merupakan hasil dari
kombinasi stres fisiologis, psikologis, dan lingkungan dan bahwa gejala bervariasi dan
kemungkinan akan muncul beberapa gejala.
Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan
dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses
caring yang terdri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup
seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti
melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang
dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani
hidupnya.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan
yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang
ditujukankepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan
sehatmaupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan
yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual
keperawatan.Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan
asuhankeperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan
keperawatan.Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila
didukungoleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan
dandiimplementasikan di dalam praktek keperawatan.
Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional
dalammenyelesaikan masalah keperawatan yang ada, dengan pendekatan yang
dilakukantersebut bentuk penyelesaian masalah keperawatan dapat terarah dan terencana
dengan baik, dimana dalam asuhan keperawatan terdapat beberapa tahap yaitu
pengkajian, penegakkan diagnosa, perencanaan, implimentasi tindakan, dan
evaluasi.Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori, yang terdiri dari meta
theory,grand theory, middle range theory, dan practice theory.
Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan
dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini
sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktek keperawatan.

1.2 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang diatas, penulisan makalah ini bertujuan,
diantaranya sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui konsep middle range theory dan beberapa teori didalamnya yang
dikembangkan oleh beberapa tokoh keperawatan.
b. Untuk mengetahui Konsep Dasar Theory Cheryl Tatano Back
c. Untuk mengetahui Konsep Dasar Theory Kristen M. Swanson
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Theory Cheryl Tatano Back


2.1.1. Biografi Cheryl Tatano
Beck Cheryl adalah seorang profesor di University of Connecticut, School
of Nursing. Gelar Sarjana Science dalam Keperawatan adalah dari Western
Connecticut State University. Dia menerima gelar Master-nya dalam merawat ibu-
bayi yang baru lahir dari Yale University. Cheryl adalah bersertifikat perawat-bidan.
Dia menerima sertifikat nya di perawat-bidan juga dari Yale University. Dokter nya
of Science Keperawatan adalah dari Boston University. Cheryl adalah rekan dalam
American Academy of Nursing. Dia telah menerima berbagai penghargaan seperti
Keperawatan Timur Research Society Distinguished Penghargaan Peneliti,
Distinguished Award dari Alumna Yale University dan Perawat Connecticut
'Association Diamond Jubilee Award untuk kontribusinya terhadap penelitian
keperawatan. Saat ini ia menjabat sebagai dewan redaksi Kemajuan Ilmu
Keperawatan, Journal of Pendidikan Keperawatan, dan Jurnal Pengukuran
Keperawatan. Ia telah menjadi anggota Dewan Pembina Depresi Setelah
Pengiriman-Nasional dan Dewan Eksekutif Marce Internasional Society. Dia telah
ditunjuk untuk Presiden Dewan Pertimbangan Postpartum Dukungan Internasional.
Selama 20 tahun terakhir Cheryl telah memfokuskan upaya penelitiannya
pada pengembangan program penelitian pada suasana hati dan kecemasan gangguan
postpartum. Dia telah banyak diteliti gangguan ini menghancurkan yang
mengganggu ibu baru menggunakan kedua metode penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Berdasarkan temuan dari seri-nya studi kualitatif, Cheryl telah
mengembangkan Postpartum Depression Screening Scale (PDSS) yang diterbitkan
oleh Layanan Psikologi Barat. Saat ini upaya penelitian Cheryl difokuskan pada :
a. Dampak trauma kelahiran pada ASI,
b. Pengaruh DHA pada depresi postpartum, dan
c. Menilai psikometri dari Screening administrasi Skala-telepon Postpartum
Depression.
2.1.2. Pengenalan Konsep Theory Cheryl Tatano
Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering
diabaikan dalam perawatan kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan,
kebingungan, dan keheningan. Jika hal ini tidak terdiagnosa, dapat mempengaruhi
hubungan ibu-bayi dan menyebabkan masalah emosional jangka panjang bagi anak.
Teori ini membedakan depresi postpartum dari gangguan mood dan kecemasan
postpartum lainnya dan aspek-aspek depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor
risiko, intervensi, dan efek pada hubungan dan perkembangan anak. Juga dibahas
tentang Instrumen yang tersedia yang digunakan untuk skrining depresi postpartum.
Cheryl menegaskan bahwa depresi merupakan hasil dari kombinasi stres fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dan bahwa gejala bervariasi dan kemungkinan akan
muncul beberapa gejala.
a. Gangguan mood postpartum postpartum depresi nonpyschotic utama disoder
depresi dengan distingushing kriteria diagnostik, depresi postpartum sering
dimulai sedini 4 weks setelah lahir
b. Meternity blues jangka waktu terbatas yang relatif sementara dan diri jika
melankolis dan perubahan suasana hati selama periode postpartum awal.
c. Postpartum psyhotic gangguan psikotik karakter dari halusinasi, imajinasi, untuk
tidur panjang.
Cheryl memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi
postpartum. NURSE program ini meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk
menyembuhkan depresi postpartum, yaitu:
a. Nourishment and needs (nutrisi dan kebutuhan lain)
b. Understanding (pemahaman)
c. Rest and relaxation (istirahat dan relaksasi)
d. Spirituality (spiritualitas)
e. Exercise (latihan)
Masing-masing aspek didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan dengan ibu
yg bersangkutan. Mereka seringkali hanya bisa berfokus pada satu atau dua aspek
dalam satu waktu, namun program ini harus diselesaikan dalam setiap tahap
penyembuhan mereka.

2.1.3. Konsep Dasar Theory Cheryl Tatano


Pengertian Depresi Postpartum dan Factor-faktorPenyebabnya Menurut
Beck (2002) dalam Records, Rice, Beck (2007), depresi postpartum adalah episode
depresi mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan.
Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13,
yaitu (Varney, et al., 2008) :
a. Depresi prenatal Depresi prenatal (selama kehamilan) merupakan salah satu
faktor pemicu terjadinya depresi postpartumyang paling kuat.Depresi prenatal
bisa terjadi pada beberapaatau keseluruhan dari trimester kehamilan (Beck,
2001).
b. Stress merawat anak Hal-hal yang membuat stres yang berhubungan dengan
perawatan anak meliputi faktor-faktor seperti masalah kesehatan yang dialami
bayi, dan kesulitan dalam perawatan bayi khususnya mengenai masalah makanan
dan tidur (Beck, 2001).
c. Stress dalam kehidupan Stres dalam kehidupan merupakan penunjuk terjadinya
stres selama kehamilan dan setelah kehamilan. Stres yang terjadi dalam hidup
seseorang, bisa karena hal yang positif maupun negatif, dan termasuk juga
sebuah pengalaman seperti, perubahan status perkawinan (contohnya, bercerai,
menikah kembali), perubahan pekerjaan, dan krisis yang terjadi (contohnya,
kecelakaan, perampokan, krisis ekonomi, dan penyakit kronis) (Beck, 2001)
d. Dukungan sosial Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat
membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya
dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis
seperti mudah menangis, merasa bosan, capek, tidak bergairah, dan merasa gagal
yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi (Anonim).
e. Ansietas pranatal Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama beberapa
trimester dan kadang terjadi diseluruh masa kehamilan. Ansietas ini merupakan
suatu perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi mengenai sesuatu yang
tidak jelas, ancaman yang belum jelas (Beck, 2001).
f. Kepuasan perkawinan Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan
ditandai dengan seberapa bahagia atau puasnya seorang wanita pada hal-hal
tertentu dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan, kesamaan dalam
saling menghargai, saling membantu, menghargai terhadap suatu keputusan, dan
hal-hal yang baik secara global lainnya (Beck, 2001).
g. Riwayat depresi sebelumnya Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan bahwa
perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala
depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti
kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya
gejala depresi (Ryan, 2009).
h. Temperamen bayi Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang
bayi yang lekas marah, rewel, dan susah dihibur (Beck, 2001). Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Whiffen dan Gotlib (1989) dalam
Hagen (1999), yang menyimpulkan bahwa temperamen sebagai salah satu
penyebab terjadinya depresi postpartum.
i. Maternity blues Maternity bluesadalah sebuah fenomena yang hanya sekilas dari
perubahan suasana hati yang dimulai pada beberapa hari pertama setelah
melahirkan dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau lebih.Keadaan tersebut
ditandai dengan perasaan ingin menangis, cemas, kesulitas konsentrasi, lekas
marah, dan suasana hati yang labil (Beck, 1998a dalam Beck, 2001).
j. Harga diri Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara umum
dalam hal harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah kepercayaan diri
dan kepuasan terhadap diri sendiri.Rendahnya harga diri menggambarkan
negatifnya evaluasi terhadap diri sendiri dan perasaan terhadap diri seseorang
atau kemampuan seseorang (Beck, 2001).
k. Status sosioekonomi Segre, Lisa, Losch, OHara dalam Wikipedia (2010),
mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan kejadian
depresi postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga, semakin tinggi pula
resiko terjadinya depresi postpartum.
l. Status perkawinan Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita
dalam hal pernikahan.Tingkatannya adalah tidak menikah, menikah/hidup
bersama, bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan (Beck, 2001).
m. Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan Kehamilan yang tidak
direncanakan, bisa disebabkan oleh perasaan ragu-ragu terhadap kehamilan yang
dialami.Jika kehamilan itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu bukanlah
waktu yang cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri terhadap perawatan
bayi yang ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup keras (The American
College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009). Seorang bayi
mungkin dilahirkan lebih awal dari perkiraan lahirnya, hal ini juga dapat menjadi
faktor pemicu terjadinya depresi postpartum, karena jika bayi lahir lebih awal
dapat menyebabkan perubahan secara tiba-tiba, baik di lingkungan rumah
maupun perubahan terhadap rutinitas kerja yang tidak diharapkan oleh orang tua
(ACOG, 2009).
2.1.4. Paradigma Theory Cheryl Tatano
a. Orang : Beck menerima gelar sarjana dari Western Connecticut State University
pada tahun 1970, dua tahun kemudian meraih gelar Master di kedua ibu-bayi yang
baru lahir keperawatan dan perawat-kebidanan dari Yale University. Satu dekade
kemudian ia menerima gelar doktor dari Universitas Boston. Bisa melihat masa
depan dengan Beck dan PPD.
b. Kesehatan : Beck melihat link dalam waktu dari persalinan dan ketika ibu rumah
setelah melahirkan. Hal ini selama pekan ini pertama setelah melahirkan yang
sebagian besar ibu mengalami psikosis postpartum, depresi postpartum atau bersalin
blues.
c. Perawatan : Beck menjelaskan bahwa perawat harus melakukan pengkajian khusus
untuk baby blues syndrome dan mereka harus dilakukan secara rutin dan bagian dari
penilaian perawat selama kunjungan rumah.
d. Lingkungan Hidup : Teori Beck membuat titik yang PPD tidak hanya efek ibu tapi
anak-anaknya juga. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan
mereka.
Cheryl adalah seorang profesor di University of Connecticut, School of Nursing.
Gelar Sarjana Science dalam Keperawatan adalah dari Western Connecticut State
University. Dia menerima gelar Master-nya dalam merawat ibu-bayi yang baru lahir
dari Yale University. Cheryl adalah bersertifikat perawat-bidan. Dia menerima sertifikat
nya di perawat-bidan juga dari Yale University. Dokter nya of Science Keperawatan
adalah dari Boston University.
Cheryl adalah rekan dalam American Academy of Nursing. Dia telah menerima
berbagai penghargaan seperti Keperawatan Timur Research Society Distinguished
Penghargaan Peneliti, Distinguished Award dari Alumna Yale University dan Perawat
Connecticut 'Association Diamond Jubilee Award untuk kontribusinya terhadap
penelitian keperawatan. Saat ini ia menjabat sebagai dewan redaksi Kemajuan Ilmu
Keperawatan, Journal of Pendidikan Keperawatan, dan Jurnal Pengukuran
Keperawatan. Ia telah menjadi anggota Dewan Pembina Depresi Setelah Pengiriman-
Nasional dan Dewan Eksekutif Marce Internasional Society. Dia telah ditunjuk untuk
Presiden Dewan Pertimbangan Postpartum Dukungan Internasional.
Selama 20 tahun terakhir Cheryl telah memfokuskan upaya penelitiannya pada
pengembangan program penelitian pada suasana hati dan kecemasan gangguan
postpartum. Dia telah banyak diteliti gangguan ini menghancurkan yang mengganggu
ibu baru menggunakan kedua metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan
temuan dari seri-nya studi kualitatif, Cheryl telah mengembangkan Postpartum
Depression Screening Scale (PDSS) yang diterbitkan oleh Layanan Psikologi Barat.
Saat ini upaya penelitian Cheryl difokuskan pada (1) dampak trauma kelahiran pada
ASI, (2) pengaruh DHA pada depresi postpartum, dan (3) menilai psikometri dari
Screening administrasi Skala-telepon Postpartum Depression.

2.1.5. PengertianDepresi Postpartum dan Factor-faktorPenyebabnya


Menurut Beck (2002) dalam Records, Rice, Beck (2007), depresi postpartum adalah
episode depresi mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan.
Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13, yaitu (Varney,
et al., 2008) :
a. Depresi prenatal
Depresi prenatal (selama kehamilan) merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya
depresi postpartumyang paling kuat.Depresi prenatal bisa terjadi pada beberapaatau
keseluruhan dari trimester kehamilan (Beck, 2001).
b. Stress merawat anak
Hal-hal yang membuat stres yang berhubungan dengan perawatan anak meliputi
faktor-faktor seperti masalah kesehatan yang dialami bayi, dan kesulitan dalam
perawatan bayi khususnya mengenai masalah makanan dan tidur (Beck, 2001).
c. Stress dalam kehidupan
Stres dalam kehidupan merupakan penunjuk terjadinya stres selama kehamilan dan
setelah kehamilan. Stres yang terjadi dalam hidup seseorang, bisa karena hal yang
positif maupun negatif, dan termasuk juga sebuah pengalaman seperti, perubahan
status perkawinan (contohnya, bercerai, menikah kembali), perubahan pekerjaan,
dan krisis yang terjadi (contohnya, kecelakaan, perampokan, krisis ekonomi, dan
penyakit kronis) (Beck, 2001)
d. Dukungan sosial
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan
psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang
terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis seperti mudah menangis, merasa
bosan, capek, tidak bergairah, dan merasa gagal yang akan menyebabkan ibu
menjadi depresi (Anonim).
e. Ansietas pranatal
Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama beberapa trimester dan kadang
terjadi diseluruh masa kehamilan. Ansietas ini merupakan suatu perasaan ketakutan
pada sesuatu yang akan terjadi mengenai sesuatu yang tidak jelas, ancaman yang
belum jelas (Beck, 2001).
f. Kepuasan perkawinan Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan
ditandai dengan seberapa bahagia atau puasnya seorang wanita pada hal-hal tertentu
dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan, kesamaan dalam saling
menghargai, saling membantu, menghargai terhadap suatu keputusan, dan hal-hal
yang baik secara global lainnya (Beck, 2001).
g. Riwayat depresi sebelumnya
Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan bahwa perempuan yang memiliki sejarah
masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel
sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal
berhubungan dengan munculnya gejala depresi (Ryan, 2009).
h. Temperamen bayi
Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang bayi yang lekas marah,
rewel, dan susah dihibur (Beck, 2001). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Whiffen dan Gotlib (1989) dalam Hagen (1999), yang
menyimpulkan bahwa temperamen sebagai salah satu penyebab terjadinya depresi
postpartum.
i. Maternity blues
Maternity bluesadalah sebuah fenomena yang hanya sekilas dari perubahan suasana
hati yang dimulai pada beberapa hari pertama setelah melahirkan dan paling sedikit
1 sampai 10 hari atau lebih.Keadaan tersebut ditandai dengan perasaan ingin
menangis, cemas, kesulitas konsentrasi, lekas marah, dan suasana hati yang labil
(Beck, 1998a dalam Beck, 2001).
j. Harga diri
Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara umum dalam hal
harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah kepercayaan diri dan kepuasan
terhadap diri sendiri.Rendahnya harga diri menggambarkan negatifnya evaluasi
terhadap diri sendiri dan perasaan terhadap diri seseorang atau kemampuan
seseorang (Beck, 2001).
k. Status sosioekonomi
Segre, Lisa, Losch, OHara dalam Wikipedia (2010), mengungkapkan bahwa status
sosial ekonomi berhubungan dengan kejadian depresi postpartum. Semakin rendah
pendapatan keluarga, semakin tinggi pula resiko terjadinya depresi postpartum.
l. Status perkawinan
m. Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita dalam hal
pernikahan.Tingkatannya adalah tidak menikah, menikah/hidup bersama, bercerai,
janda, berpisah, memiliki pasangan (Beck, 2001).
n. Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan
Kehamilan yang tidak direncanakan, bisa disebabkan oleh perasaan ragu-ragu
terhadap kehamilan yang dialami.Jika kehamilan itu direncanakan, mungkin saja 40
minggu bukanlah waktu yang cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri
terhadap perawatan bayi yang ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup keras
(The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009). Seorang
bayi mungkin dilahirkan lebih awal dari perkiraan lahirnya, hal ini juga dapat
menjadi faktor pemicu terjadinya depresi postpartum, karena jika bayi lahir lebih
awal dapat menyebabkan perubahan secara tiba-tiba, baik di lingkungan rumah
maupun perubahan terhadap rutinitas kerja yang tidak diharapkan oleh orang tua
(ACOG, 2009).
2.1.6. Pencegahan Depresi Postpartum
Pencegahan terjadinya depresi postpartum dapat dilakukan dengan melakukan
kursus untuk perawat maternitas dan profesi kesehatan lain. Hal ini disebabkan pada
umumnya bantuan yang diberikan pertama kali adalah dari tenaga kesehatan.Ibu
biasanya gagal keluar dari kondisi yang sulit karena perasaan yang kurang nyaman,
sehingga sangat penting memberikan pelatihan atau kursus pada tenaga kesehatan
professional agar mampu menolong ibu secara professional.
Menyelenggarakan kelas antenatal bagi ibu hamil dan keluarga.Keluarga
mendapatkan pengetahuan tentang persalinan dan perawatan bayi, pengetahuan dan
perhatian padaaspek emosional serta bagaimana penyelesaian masalah
emosional.Kenyataan menunjukkan bahwa pemberian informasi tentang depresi
postpartum dapat mengurangi kejadian depresi postpartum (Zahra, 2010).
Konseling perkawinan bagi pasangan yang akan menikah ataupun sudah menikah.
Konseling perkawinan bertujuan untuk membangun dan membina keluarga yang
harmonis.Seorang konselor menjelaskan tentang tujuan perkawinan, mempersiapkan
perkawinan, membina perkawinan, membina hubungan seksual dalam perkawinan, dan
mengasuh serta membimbing anak dalam keluarga.Konselor juga membantu untuk
mengatasi masalah dalam kehidupan keluarga (Nurbaeti, 2002).

2.1.7. Penatalaksanaan Depresi Postpartum


Banyak perempuan tidak mau bercerita bahwa mereka menderita depresi
postpartum, karena merasa malu, takut dan merasa bersalah karena merasa depresi
disaat seharusnya merasa bahagia, dan takut dikatakan tidak layak untuk menjadi ibu.
Tidak berarti bila menderita depresi postpartum tidak pantas menjadi ibu, ada beberapa
bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi tersebut antara lain : 1) banyak
istirahat sebisanya, tidurlah selama bayi tidur; 2) hentikan membebani diri sendiri
untuk melakukan semuanya sendiri. Kerjakan apa yang dapat dilakukan dan berhenti
saat merasa lelah; 3) mintalah bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan
pemberian makan pada malam hari, mintalah pada suami untuk mengangkat bayi untuk
disusui saat malam hari sehingga ibu dapat menyusui di tempat tidur tanpa harus
banyak bergerak; 4) bicarakan dengan suami, keluarga, teman, mengenai perasaan
yang dimiliki; 5) jangan sendirian dalam jangka waktu lama, pergilah keluar rumah
untuk merubah suasana hati; 6) bicaralah dengan ibunda agar dapat saling bertukar
pengalaman; 7) ikuti grup supportuntuk perempuan dengan depresi melalui edukasi;
8)jangan membuat perubahan hidup yang sangat drastis selama kehamilan seperti
pindah pekerjaan, pindah rumah, memulai usaha baru, merenovasi atau membangun
rumah. Bila perubahan drastis tidak dapat dielakkan, buatlah perencanaan yang matang
dan bantuan ataupun support untuk persiapan kelahiran bayi (Schmitt, 2009).
Depression and Bipolar Support Alliance (DBSA) (2010), Jika mengalami depresi
postpartumhal-hal yang dapat dilakukan adalah: 1) bicaralah dengan ahli kesehatan tentang
semua gejala-gejalanya, riwayat kesehatan yang lalu; 2) bergabunglah dengan sebuah
kelompok, dimana bisa berbagi perasaan dan pikiran di dalamnya; 3) makan secara
seimbang dan teratur; 4) lakukan olahraga ringan, seperti jalan kaki; 5) beri kesempatan
kepada keluarga dan teman untuk menolong, seperti mengerjakan pekerjaan rumah dan
mengasuh anak.

2.2. Konsep Dasar Theory Kristen M. Swanson


2.2.1. Pengantar Theory Kristen M. Swanson
Kristen M. Swanson, R.N., Ph.D., F.A. A. N., lahir pada tanggal 13 Januari
1953 di Provinsi Rhode Island. Ia memperoleh gelar sarjananya (magna cum laude)
dari University of Rhode Island College of Nursing tahun 1975. Setelah lulus, ia
memulai karirnya sebagai Registered Nurse pada University of Massachusetts
Medical Center di Worcester. Setelah menerima gelar Magister Keperawatan pada
tahun 1978, Swanson bekerja selama setahun sebagai instruktur klinik keperawatan
medikal bedah di University of Pennsylvania School of Nursing dan terdaftar pada
program Ph.D keperawatan di University of Colorado in Denver, Colorado. Ia
mempelajari psikososial keperawatan yang menekankan pada konsep kehilangan,
stress, coping, hubungan interpersonal, individu dan kepribadian, lingkungan dan
kepedulian (caring).
Kristen swanson (1991) mempelajari tentang klien dan pengasuh
professional dalam upaya mengembangkan teori caring untuk praktek keperawatan.
Tiga kelompok berbeda diwawancarai : wanita yang mengalami keguguran, orang
tua,dan seorang ibu yang baru melahirkan yang sedang dirawat di ruang perawatan
intensif (obgyn). Semua kelompok berada di perinatal (sebelum, selama, atausetelah
kelahiran anak), pengaturan atau konteks dan pengalaman fenomenacaring. Peneliti
bertanya kepada kelompok setiap pertanyaan tentang bagaimanapengalaman mereka
dan ekspresi caring dalam situasi yang mereka alami. Setelahmenganalisa cerita dan
deskripsi dari tiga kelompok, swanson mengembangkanteori caring. Swanson
mendefinisikan caring sebagai cara memelihara untukberhubungan dengan nilai
lain, kepada siapa seseorang merasa suatu pribadi yangsadar akan komitmen dan
tanggung jawab. Teori ini mendukung klaim bahwa caringadalah fenomena
keperawatan pusat tetapi tidak harus unik terhadap praktekkeperawatan.Kontribusi
swanson sangat berharga dalam memberikan arahan untukbagaimana
mengembangkan strategi caring bermanfaat dan efektif. Setiap prosescaring
memiliki definisi melayani sebagai dasar untuk intervensi keperawatan.Perawatan
dan caring sangat penting dalam membuat perbedaan positif terhadapkesehatan dan
kesejahteraan klien, (Swanson, 1999a). Demikian temuan penelitianyang digunakan
untuk mengembangkan teori yang berguna untuk membimbingpraktek keperawatan
klinis.misalnya, Swanson (1999b) menguji efek konselingcaring pada emosional
perempuan pada tahun pertama setelah konseling tentangkeguguran. Caring
berbasis signifikan dalam mengurangi depresi dan kemarahanperempuan,
khususnya bagi perempuan dalam 4 bulan pertama setelah keguguran.
2.2.2. Konsep utama Teori Caring Kristen Swanson
Asal teori Swanson dapat ditemukan dalam wawancaranya yang
dilakukannya pada wanita yang mengalami keguguran, orangtua yang memiliki
anak di unit perawatan intensif, dan ibu yang secara sosial berisiko dan telah
melalui system untuk menerima berbagai macam bentuk perawatan kesehatan
(Potter et al. 2005).
Melalui wawancara ini, Swanson mampu memahami ruang
lingkup caring secara keseluruhan dan pada saat yang sama menguraikan dimensi
spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk merawat pasien. Salah satu
hal paling penting yang memberikan kontribusi pada teori keperawatan dalam hal
ini, yaitu argumen bahwa pasien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu
yang terpisah, melainkan sebagai manusia seutuhnya, yang saat ia menulis "berada
di tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan
dan perilaku "(Swanson, 1993). Hal yang menarik tentang pengertian pasien ini
adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam
proses becoming tersebut. Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat
tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra
dalam membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being).
Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami
kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan
tentang proses caring yang terdri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang
berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal
kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi
dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh
kepercayaan seseorang dalam menjalani hidupnya.
Swanson (1991) menjelaskan middle range theory of caring.
Caring didefinisikan sebagai a nurturing way of relating to a valued other toward
whom one feels a personal sense of commitment and responsibility`. Kata kunci dari
definisi tersebut adalah memberikan asuhan keperawatan yang bernilai kepada klien
dengan penuh rasa komitment dan tanggung jawab.

2.2.3. Struktur Caring Swanson


Asumsi dasar dari teori ini ditemukan dalam gagasan caring yang dijelaskan
Swanson. Menurut Swanson, caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam
dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan
yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang
terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien
mencapai kesehatan dan kesejahteraan.
Secara umum, proses yang terjadi sebagai berikut, pertama perawat
membantu klien mempertahankan keyakinannya, yang berarti bahwa perawat
mendorong pasien dan membantu untuk memperkuat harapan mereka mengatasi
kesulitan saat ini. Hal ini sangat penting terutama dalam kasus di mana pasien
menghadapi penyakit yang mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa yang
sangat traumatis seperti keguguran (Swanson & Wojnar, 2004).
Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk
mempertahankan keyakinan, adalah "knowing". Dalam proses knowing, perawat
berusaha untuk memahami apa arti situasi yang terjadi saat ini bagi pasien, hal ini
muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, yang menciptakan seseorang
dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi
seseorang secara keseluruhan. Dengan mengetahui apa yang dialami pasien,
perawat kemudian dapat melanjutkan proses "do for", ada untuk memberikan
tindakan terapi dan intervensi bagi pasien. Proses do for, diikuti dengan proses
"enabling" yang memungkinkan pasien untuk mencapai kesehatan dan
kesejahteraannya

2.2.4. Model Konseptual Teori Caring Kristen Swanson


a. Maintaining Belief
Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa
hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan
penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis,
membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu
ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan
orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan
makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan
mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam
praktek keperawatan. Subdimensi:
1. Believing in: Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa
perasaan perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang
sedang dalam masa transisi.
2. Offering a hope-filled attitude: Menunjukkan perilaku bahwa perawat
sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh,
kontak mata dan intonasi bicara perawat.
3. Maintaining realistic optimis: Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan
harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha
mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama.
4. Helping to find meaning: Membantu klien menemukan makna akan masalah
yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat
mengalami apa yang dialami klien.
5. Going the distance (menjaga jarak): Semakin jauh menjalin/menyelami
hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan
akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan
responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada klien.

b. Knowing
Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna
dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar
dari caring keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup klien
dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien,
menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk
verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan
orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan
persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan
keperawatan terhadap realita kehidupan. Subdimensi:
1. Avoiding assumptions: Menghindari asumsi-asumsi
2. Assessing thoroughly: Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi
bio psiko sosial spitual dan kultural
3. Seeking clues: Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam
4. Centering on the one cared for: Perawat berfokus pada klien dalam melakukan
asuhan keperawatan
5. Engaging the self of both: Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan
bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif
c. Being With
Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga
komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama sama
klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan,
pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan. Subdimensi:
1. Non-burdening: Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak
kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan
2. Convering availability: Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien
dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being.
3. Enduring with: Bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam
meningkatkan kesehatan klien
4. Sharing feelings: Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan
dengan usaha peningkatan kesehatan klien.
Dengan Being with perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata,
bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan
bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana
keterbukaan dan saling mengerti.

d. Doing For
Doing for berarti bersama sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa
dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga
privasi dan martabat klien. Subdimensi:
1. Comforting ( memberikan kenyamanan): Dalam melakukan tindakan
keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga
privasi klien.
2. Performing competently ( menunjukkan ketrampilan): Tidak hanya
berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam
tindakannya,perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat
professional
3. Preserving dignity (menjaga martabat klien): Menjaga martabat klien sebagai
individu atau memanusiakan manusia.
4. Anticipating ( mengatisipasi ): Perawat dalam melakukan tindakan selalu
meminta persetujuan klien dan keluarga
5. Protecting (melindungi): Melindungi hak-hak pasien
dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis
e. Enablings
Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi
klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa
dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi,
menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui
masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga meningkatkan
penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia
lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan
memberikan umpan balik / feedback. Subdimensi:
1. Validating (memvalidasi): Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan
2. Informing (memberikan informasi): Memberikan informasi yang berkaitan
dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan
keluarga klien.
3. Supporting (mendukung): Memberikan dukungan kepada klien dalam
mencapai kesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat
4. Feedback (memberikan umpan balik): Memberikan umpan balik terhadap apa
yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well being
5. Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus
dan membuat alternative): Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat
dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan
keperawatan maupun tindakan medis. (Potter & Perry, 2009)

2.2.5. Paradigma keperawatan menurut caring Kristen swanson


a. Manusia:
Asumsi Swanson tentang caring sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Watson
(1985) bahwa manusia merupakan makhluk yang unik dan utuh yang memiliki
pemikiran, perasaan dan tingkah laku. Pengalaman hidup dari setiap orang
dipengaruhi oleh warisan genetik, anugerah spiritual, dan kebebasan
memilihnya.
b. Kesehatan:
Perawat tidak hanya berfokus bagaimana klien sembuh dari penyakitnya tetapi
perawat membantu klien untuk dapat mencapai, memelihara, atau mendapatkan
kembali tingkat kesehatan atau kesejahteraan hidupnya yang optimal. Pada saat
perawat berfokus pada kesehatan sebagai suatu kesejahteraan hidup, perawatan
yang diberikan haruslah meliputi manusia sebagai manusia yang utuh yaitu
menjadi seseorang, bertumbuh, merefleksikan diri dan selalu berusaha untuk
dapat berhubungan dengan sesamanya (Swanson, 1993). Untuk dapat mengalami
kesejahteraan adalah dengan hidup sebagai subjektif, memiliki arti,
berpengalaman sebagai manusia seutuhnya. Utuh melibatkan adanya pengertian
integrasi dan menjadi seseorang berarti semua aspek menjadi seseorang bebas
untuk diekspresikan. Aspek yang di maksud adalah : spiritualitas, pemikiran,
perasaan, inteligen, kreativitas, hubungan, feminine, maskulin dan seksualitas
(Swanson, 1993).
c. Lingkungan:
Lingkungan didefiniskan sebagai sesuatu yang situasional. Di dalam
keperawatan sendiri, lingkungan adalah suatu konteks yang mempengaruhi atau
yang terpengaruh oleh klien. Pengaruh itu sendiri ada beberapa termasuk budaya,
politik, ekonomi, sosial, biofisik, psikologi dan spiritual. Pada saat kita mencari
tahu tentang pengaruh lingkungan terhadap seseorang, ada baiknya untuk
mempertimbangkan tuntutan, kendala dan sumber sumber yang membawa
kepada situasi tersebut dan lingkungan di sekitarnya (Klausner, 1971).
d. Perawat:
Swanson (1991,1993) mendefinisikan keperawatan atau pemberian pelayanan
keperawatan untuk mencapai kesejahteraan individu. Swanson meyatakan bahwa
ilmu keperawatan dibentuk dari ilmu pengetahuan keperawatan ilmu
pengetahuan lain seperti etika, kepribadian, estetika yang dijadikan nilai-nilai dan
harapan individu dan social secara manusiawi dan berdasarkan pengalaman.

2.2.6. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan


Pandangan Swanson (1993) tentang keperawatan adalah siapa yang kita
layani, bagaimana kita memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk
melayani merupakan keharusan bagi perawat untuk dapat mengintegrasikan ilmu
pengetahuan, diri sendiri, fokus pada kemanusian dan caring. Yang kemudian
disempurnakan dengan adanya transaksi antara keperawatan, setiap perawat dan
klien bahwa perawat adalah profesi yang memiliki komitmen caring, pemeliharan
akan martabat manusia dan meningkatkan kesehatan.
Swanson (1991) mempelajari tentang klien dan profesi pemberi layanan
dalam usahanya untuk membuat teori tentang caring dalam praktik keperawatan
yang bermanfaat dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun
strategi caring yang berguna dan efektif. Teori caring Swanson ini juga menyajikan
permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik
pelayanan yang berisi lima kategori atau proses.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik
keperawatan karena caringmerupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana
perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam
keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik
keperawatan (Nanda Sartika, 2010).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan
praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima
kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari
perilaku Caring yang dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan
permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik
pelayanan. Teori Caring Swanson (1991) menjelaskan tentang proses Caring yang
terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup
seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama
seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan
seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang
dalam menjalani hidup.

2.2.7. Kelebihan dan kekurangan teori Caring Kristen Swanson


a. Kelebihan :
Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut.
Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi
dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu
pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being).
b. Kekuragan :
Konsep Swanson tentang person hanya tergantung pada tingkat analisis dan
disposisi yang sedang dilakukan perawat dalam merawat pasien. Dalam
beberapa kasus, "person" dapat diartikan hanya satu orang saja yaitu pasien,
sementara dalam kasus lain bisa diartikan juga anggota keluarga yang secara
langsung sangat erat terlibat..
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada tinjauan teori, Middle Range
teori adalah suatu pengembangan teori pada tingkat yang lebih kongkret daripada
Grand Teori,karena pada Grand teori lebih berfokus pada fenomena pusat dari
disiplin ilmu seperti individu sebagai sistem adaptif, defisit perawatan diri,kesatuan
manusia, atau menjadi manusia. Grand Teori yang kerangkanya terdiri dari konsep-
konsep dan pernyataan relasional yang menjelaskan fenomena
abstrak.Sedangkan Midle Range Theory diorganisasi dalam lingkup terbatas,
memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori Middle-
Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan
antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori
Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik.
Pengembangan Middle Range Theory bisa bersumber dari Grand Teori,atau
dapat pula bersumber dari hasil penelitian klinis langsung, hal ini dapat kita lihat
dari pernyataan beberapa ahli. Mungkin ada hubungan yang eksplisit antara
beberapa grand teori dan middle range teori. Sebagai contoh, (middle range teori)
Reed (1991) transendensi-diri dan (1988) teori Barrett kekuasaan secara langsung
terkait dengan Ilmu Rogers dari Kesatuan Manusia. Teori Midle range lainnya
mungkin tidak memiliki hubungan langsung dengan grand teori. Dalam hal
ini,asumsi-asumsi filosofis yang mendasari middle range teori dapat berada pada
tingkat paradigma, bukan dari Grand Teori. Namun demikian, hubungan ini penting
untuk menetapkan validitas sebagai teori.
Jika kita bandingkan dengan filosofi teori dan Grand teori,middle range
teori dapat digunakan langsung dalam tatanan praktik, karena memiliki variable
yang spesifik misalnya kita ambil contoh dari Teori Trajectory Illness dari Wiener
dan Dodd, teori ini lahir dari bentuk studi kualitatif yang dilakukan pada khusus
penderita kanker,kemudian juga teori Cheryl T.Beck yang mengkhususkan teori
pada tatanan praktik yang diaplikasikan pada Post Partum Depresion.
Midle range teori adalah bagian dari struktur disiplin ilmu
keperawatan.Teori ini menjelaskan fenomena spesifik yang terkait dengan praktek
keperawatan. Kajian analisis teori transendensi-diri menjelaskan bagaimana
penuaan atau mendorong kerentanan manusia melampaui batas-batas untuk diri
intrapribadi fokus pada makna kehidupan, interpersonal pada koneksi dengan orang
lain dan lingkungan, temporal untuk mengintegrasikan masa lalu, sekarang, dan
masa depan, dan transpersonally untuk terhubung dengan dimensi di luar fisik
realitas. Transendensi-diri ini terkait dengan kesejahteraan atau penyembuhan, salah
satu dari diidentifi kasi fokus dari disiplin keperawatan. Teori ini telah diuji dalam
penelitian dan digunakan untuk memandu praktik keperawatan. Dengan ekspansi
Middle Range Teori memperkaya disiplin ilmu keperawata
Dari beberapa ciri yang dimiliki Middle Range Teori ada beberapa aspek
yang menjadi catatan penting yaitu posisi Middle Range Teori berada pada
lingkaran tengah, semi konsep semi praktis. Dapat dilakukan ditarik keatas
mendekati tatanan konsep dapat pula ditarik kebawah lebih mendekati praktik
klinik, tergantungan penggunaan konsep-konsep dan aplikasinya. Hal ini dapat kita
lihat pada beberapa cirri yang diungkapkan oleh beberapa ahli yang menyatakan
Middle Range Teori dipengaruhi oleh penggunaannya yang mampu diaplikasikan
dalam berbagai situasi, masih memiliki suatu unsur abstrak ,namun lebih mudah
diaplikasikan ke dalam praktik dibandingkan dengan Grand Teori.

3.2 Saran
Dari makalah yang kami buat, kami sebagai penulis menyarankan untuk
lebih banyak membaca dan memahami masalah middle range dan bisa lebih banyak
mengetahui masalah genetic(pewarisan sifat) pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/16/jhptump-a-suciratnae-795-2-babii.pdf
http://www.postpartum.net/About-PSI/President%E2%80%99s-Advisory-Council-/Cheryl-
Tatano-Beck-DNSc-CNM-FAAN-.aspx

Polite,denise F dan Cheryl Tatano Beck.Postpartum Nursing theorist

Dokumen.tips/document/teori-caring-swanson.html

Tomey and alligood, 2006, Nursing Theorists and Their Work, sixth edition,
Missouri:Mosby

Anda mungkin juga menyukai