OLEH:
PRODI S1 KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES WIDYA DHARMA HUSADA
NOVEMBER 2023
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat nikmat dan rahmat-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kanker Paru” ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada Ibu Dosen Ns. Akub Selvia, M.Kep yang telah membantu memberikan
arahan dan bimbingannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa.
Makalah ini berisikan tentang asuhan keperawatan kanker paru. Kami
menyadari makalah ini masih sangat terbatas, baik dari segi metodelogi
penulisan, isi dan literatur penulisan makalah ini. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini
dan untuk penulisan makalah berikutnya.
Nadia Nursefiana
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………..3
BAB 1…………………………………………………………3
PENDAHULUAN…………………………………………….4
a. Latar Belakang…………………………………………..4
b. Rumusan Masalah………………………………………..5
c. Tujuan……………………………………………………5
d. Manfaat………………………………………………….6
BAB 2…………………………………………………………6
PEMBAHASAN………………………………………………6
a. Sejarah teori culture care……………………………….7
b. Teori sunrise mode……………………………………..9
c. Aplikasi teori dari keperawatan leininger……………..11
BAB 3……………………………………………………….17
PENUTUP…………………………………………………..17
a. Kesimpulan……………………………………………17
b. Kritik dan saran………………………………………..17
c. Daftar pusaka..…………………………………………18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang
nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, atau kejadian
yang didasari fakta- fakta yang telah diteliti tetapi kurang bukti secara langsung.
Yang dimaksud dari keperawatan adalah usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
tentang fenomena tentang keperawatan.
Setiap perawat berasal dari kelompok etnik tertentu, dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor agama, sosial dan budaya. Kita tidak lepas dari situasi yang
mempengaruhi hal-hal tersebut, sebagian karena mereka sudah meresapi dan sebagin
karena kita tidak selalu sadar akan kekuatan pengaruhnya dalam kehidupan kita
sehari-hari. Banyak perawat tertarik kepada ras, etnik, dan kesehatan tetapi dalam
diskusi didapatkan masalah yang menimbulkan kontroversi tentang ungkapan dan
4
kata-kata yang tepat dan dapat diterima untuk digunakan. Situasi ini menimbulkan
rintangan untuk mempelajari dan ketakutan untuk mengatakan sesuatu yang salah,
menyebabkan bersalah dan kurangnya pengetahuan. Perasaan-perasaan negatif
tersebut didukung oleh kritikan; bahwa kita secara politik dibenarkan bila kita
memilih kata-kata secara hati-hati.
Sejak tahun 1970-an, ada usaha untuk memperbaiki hubungan masyarakat
dengan mengubah sikap yang berbeda dari satu kelompok pada kelompok lainnya.
Aspek usaha ini telah mengidentifikasi dengan tepat dan tidak menetapkan suatu
bahasa bahwa masalah- masalah yang relevan dapat didiskusikan dan kenyataannya
berbagai cara dari kelompok etnik melihat satu dengan yang lainnya dan
mendiskusikan istilah-istilah yang dapat diterima bersama.
Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa perasaan yang baik masuk dalam
diskusi terbuka dan untuk menyadari serta ikut terlibat dalam masalah-masalah etnik,
ras dan dalam kesehatan lebih membantu secara umum daripada membiarkan hanya
mengatakan dan membuat kesalahan akan menghambat keikutsertaan dan
pembelajaran.
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat ditemukan yaitu:
1. Apa definisi dari teori budaya keperawatan ?
2. Baagaimana cara menghadari rintangan terkait teori ?
3. Bagaimana cara menghindari tantangan terkait teori ?
4. Apa saja anggapan terkait dengan teori ?
5. Apa saja maksud dan tujuan teori keperawatan ?
6. Apa saja asumsi-asumsi terkait teori keperawatan?
B. Tujuan
Adapun tujuan-tujuan dari pembuatan makalah yaitu:
1. Mengetahui definsi teori budaya keperawatan
2. Mengetahui filosofi-filososfi tentang keperawatan
5
3. Mengetahui rintagan dan tantangan terkait teori
4. Mengetahui asumsi dan anggapan terkait teori
5. Menyajikan model teori Leininger
C. Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari makalah ini yaitu:
1. Memberikan pengetahuan tentang teori keperawatan kepada pembaca
makalah ini.
2. Mengkaji lebih lanjut tentang teori yang dikembangkan oleh pencetusnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Teori Culture Care
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang
pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang
berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional pertama yang meraih
pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan budaya. Dia lahir di Sutton,
Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma di
“St. Anthony’s School of Nursing” di Denver.
Tahun 1950 ia meraih gelar sarjana dalam ilmu biologi dari “Benedictine
College, Atchison Kansas” dengan peminatan pada studi filosofi dan humanistik.
Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut ia bekerja sebagai instruktur, staf
perawatan dan kepala perawatan pada unit medikal bedah serta membuka sebuah unit
perawatan psikiatri yang baru dimana ia menjadi seorang direktur pelayanan
keperawatan pada St. Joseph’s Hospital di Omaha. Selama waktu ini ia melanjutkan
pendidikan keperawatannya di ”Creigthton University ” di Omaha. Tahun 1954
Leininger meraih gelar M.S.N. dalam keperawatan psikiatrik dari ” Chatolic
University of America” di Washington, D. C. Ia kemudian bekerja pada ”College of
Health” di Univercity of Cincinnati, dimana ia menjadi lulusan pertama (M.
6
S. N ) pada program spesialis keperawatan psikiatrik anak . Ia juga memimpin suatu
program pendidikan keperawatan psikiatri di universitas tersebut dan juga sebagai
pimpinan dalam pusat terapi perawatan psikiatri di rumah sakit milik universitas
tersebut.
Pada tahun 1960, Leininger bersama C. Hofling menulis sebuah buku yang
diberi judul ”Basic Psiciatric Nursing Consept” yang dipublikasikan ke dalam
sebelas bahasa dan digunakan secara luas di seluruh dunia. Selama bekerja pada unit
perawatan anak di Cincinnati, Leininger menemukan bahwa banyak staff yang
kurang memahami mengenai faktor-faktor budaya yang mempengaruhi perilaku
anak-anak. Dimana diantara anak-anak ini memiliki latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Ia mengobservasi perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam asuhan dan
penanganan psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi psikoanalisa dan terapi strategi
lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-anak yang memiliki perbedaan latar
belakang budaya dan keutuhan.
Leininger melihat bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan suatu
asuhan yang benar-benar dalam menolong anak tersebut, dan ia dihadapkan pada
berbagai pertanyaan mengenai perbedaan budaya diantara anak-anak tersebut dan
hasil terapi yang didapatkan. Ia juga menemukan hanya sedikit staff yang memiliki
perhatian dan pengetahuan mengenai faktor-faktor budaya dalam mendiagnosa dan
manangani klien.
Pada satu ketika, Prof. Margaret Mead berkunjung pada departemen psikiatri
University of Cincinnati dan Leiniger berdiskusi dengan Mead mengenai adanya
kemungkinan hubungan antara keperawatan dan antropologi. Meskipun ia tidak
mendapatkan bantuan langsung, dorongan, solusi dari Mead, Leininger memutuskan
untuk melanjutkan studinya ke program doktor (Ph.D) yang berfokus pada
kebudayaan, sosial, dan antropologi psikologi pada Universitas Washington. Sebagai
seorang mahasiswa program doktor, Leininger mempelajari berbagai macam
kebudayaan dan menemukan bahwa pelajaran antroplogi itu sangat menarik dan
merupakan area yang perlu diminati oleh seluruh perawat. Kemudia ia menfokuskan
diri pada masyarakat Gadsup di Eastern Highland of New Guinea, dimana ia tinggal
bersama masyarakat tersebut selama hampir dua tahun. Dia dapat mengobservasi
bukan hanya gambaran unik dari kebudayaan melainkan perbedaan antara
7
kebudayaan masyarakat barat dan non barat terkait dengan praktek dan asuhan
keperawatan untuk mempertahankan kesehatan.
Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama dengan masyarakat
Gadsup, ia terus mengembangkan teori perawatan kulturalnya dan metode
ethnonursing. Teori dan penelitiannya telah membantu mahasiswa keperawatan
untuk memahami perbedaan budaya dalam perawatan manusia, kesehatan dan
penyakit. Dia telah menjadi pemimpin utama perawat yang mendorong banyak
mahasiswa dan fakultas untuk melanjutkan studi dalam bidang anthropologi dan
menghubungkan pengetahuan ini kedalam praktik dan pendidikan keperawatan
transkultural. Antusiasme dan perhatiannya yang mendalam terhadap pengembangan
bidang perawatan transkultural dengan fokus perawatan pada manusia telah
menyokong dirinya selama empat dekade. Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger
mengidentifikasi beberapa area umum dari pengetahuan dan penelitian antara
perawatan dan anthropologi formulasi konsep keperawatan transkultural, praktek dan
prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology: Two Words to
Blend; yang merupakan buku pertama dalam keperawatan transkultural, menjadi
dasar untuk pengembangan bidang keperawatan transkultural, dan kebudayaan yang
mendasari perawatan kesehatan. Buku yang berikutnya, ”Transcultural Nursing :
Concepts, theories, research, and practise (1978 )”, mengidentifikasi konsep mayor,
ide-ide teoritis, praktek dalam keperawatan transkultural, bukti ini merupakan
publikasi definitif pertama dalam praktek perawatan treanskultural. Dalam
tulisannya, dia menunjukkan bahwa perawatan treanskultural dan anthropologi
bersifat saling melengkapi satu sama lain, menkipun berbeda. Teori dan kerangka
konsepnya mengenai Cultural care diversity and universality dijelaskan dalam buku
ini.
Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan ke
jenjang doktor dalam bidang antropologi dan untuk memprakarsai beberapa program
pendidikan magister dan doktor, Leininger memiliki banyak bidang keahlian dan
perhatian. Ia telah memepelajari
14 kebudayaan mayor secara lebih mendalam dan telah memiliki pengalaman dengan
berbagai kebudayaan. Disamping perawatan transkultural dengan asuhan
keperawatan sebagai fokus utama, bidang lain yang menjadi perhatiannya adalah
8
administrasi dan pendidikan komparatif, teori-teori keperawatan, politik, dilema etik
keperawatan dan perawatan kesehatan, metoda riset kualitatif, masa depan
keperawatan dan keperawatan kesehatan, serta kepemimpinan keperawatan. Theory
of Culture Care saat ini digunakan secara luas dan tumbuh secara tepat serta penting
untuk memperoleh data kebudayaan yang mendasar dari kebudayaan yang berbeda.
9
Transcultural dalam keperawatan menambahkan pada tingkat yang lain berupa analis
tentang kebutuhan dasar, pengkajian kebutuhan kesehatan dan perencanaan dan
penyebaran perawat dipandang dari perspektif budaya.
Sikap budaya kearah kesehatan mental dan kesakitan mempengaruhi kerangka kerja
secara politik dan hukum yang ada untuk mendukung atau membatasi praktik
perawatan kesehatan mental. Contoh, melalui penahanan dan perintah mewajibkan
bertindak.
Wright (1991) membantah bahwa banyak bentuk-bentuk konseling dan
psikoterapi saat ini digunakan dalam pelayanan ksehatan mental, yang ditimbulkan
dari dan untuk kelas menengah kulit putih dan terutama aorang Amerika atau
masyarakat yang berbahasa Inggris. Artinnya mereka dibatasi menggunakan budaya
lain kecuali jika para konselor mengetahui dan sensitive pada latar belakang
pasiennya.
Meskipun model Leininger mewakili sesuatu yang penting dalam
mengembangkan transcultural pada perawatan, sekarang terdapat banyak petunjuk
pengkajian perawatan. Beberapa berfokus pada bidang keperawatan, khusus seperti
pedoman Hilger (1966) yang menekankan maternitas dan pelayanan kesehatan anak,
sementara yang lainnya lebih komperhensif (Brownlee 1978; Orque 1983; Fong
1985; Herbeg 1989).
Proses pengkajian mengandalkan komunikasi yang baik dan membuat
laporan. Dalam transcultural dalam keperawatan, perawat harus menambah
keterampilan yang berhubungan dengan komunikasi dengan pasien yang bahasannya
bukan bahasa inggris dan mampu bekerja dengan perubahan. Kemampuan dalam
menerima informasi yang sesuai dan tetap bebas dari penjelasan dan asumsi yang
standar dalam usaha untuk menghindari stereotip.
Model asuhan transcultural dapat memperluas hubungan terapeutik antara
perawat dan pasien, jika mereka menggunakan cara yang dianjurkan untuk
berkembangnya sikap saling menguntungkan dan rasa menilai masing-masing
individu dari budaya lain. Keadaan ini akan dapat bekerja sama dengan mitra secara
lebih baik dan menemukan solusi yang baik terhadap masalah kesehatan. Walaupun
tujuannya untuk mengembangkan dan keseimbanagan dan hubungan timbal-balik.
10
Hal ini harus diperhatikan ketika kepercayaan perawat berbeda dengan kepercayaan
pasien. Perawat bertanggung jawab untuk mengadaptasi kebutuhan pasien.
11
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
"Sunrise Model" yaitu:
a. Faktor Teknologi
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan,
alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan
persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
12
e. Faktor Ekonomi
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
f. Faktor Pendidikan
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
g. Faktor Politik
Kondisi politik suatu negara dapat mempengaruhi dalam proses keperawatan
contohnya seperti negara yang kondisi politiknya kacau/perang dan tidak sedang
berperang.
13
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
➢ Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga
dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat dilihat dalam aktivitas sehari-
hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan
keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
➢ Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti. Lingkungan sosial adalah
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga
atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat
hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
➢ Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
14
➢ Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan
disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan
sistem nilai yang diyakini.
B. Cultural careaccomodation/negotiation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
15
C. Cultual care repartening/reconstruction
1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok,
Gunakan pihak ketiga bila perlu
3. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
4. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
5. Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya
yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
3. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya
klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
16
c. Perlu pemahaman yang tinggi agar bisa mengembangkan teori ini kenyataanya
maka dari itu kami ingin meminta kritik dan saran dari para pembaca sekalian agar
kami bisa memperbaiki kinerja kami kedepannya.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab terdahulu tentang penerapan asuhan
keperawatan Transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan
yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya.
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk
menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien.
3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi
tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan
mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.
4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu
saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya
klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.
17
DAFTAR PUSTAKA
18