Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI CULTURE CARE LEININGER DALAM


KEPERAWATAN SUNRISE MODEL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikososial
Dosen Pengampu:
Ester Meinelsa S.Kep., MM

OLEH:

NADIA NURSEFIANA (221030122121)

PRODI S1 KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES WIDYA DHARMA HUSADA
NOVEMBER 2023

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat nikmat dan rahmat-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kanker Paru” ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada Ibu Dosen Ns. Akub Selvia, M.Kep yang telah membantu memberikan
arahan dan bimbingannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa.
Makalah ini berisikan tentang asuhan keperawatan kanker paru. Kami
menyadari makalah ini masih sangat terbatas, baik dari segi metodelogi
penulisan, isi dan literatur penulisan makalah ini. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini
dan untuk penulisan makalah berikutnya.

Demikian penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat


khususnya bagi penulis dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Depok, 20 November 2023

Nadia Nursefiana

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………..3
BAB 1…………………………………………………………3
PENDAHULUAN…………………………………………….4
a. Latar Belakang…………………………………………..4
b. Rumusan Masalah………………………………………..5
c. Tujuan……………………………………………………5
d. Manfaat………………………………………………….6
BAB 2…………………………………………………………6
PEMBAHASAN………………………………………………6
a. Sejarah teori culture care……………………………….7
b. Teori sunrise mode……………………………………..9
c. Aplikasi teori dari keperawatan leininger……………..11
BAB 3……………………………………………………….17
PENUTUP…………………………………………………..17
a. Kesimpulan……………………………………………17
b. Kritik dan saran………………………………………..17
c. Daftar pusaka..…………………………………………18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang
nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, atau kejadian
yang didasari fakta- fakta yang telah diteliti tetapi kurang bukti secara langsung.
Yang dimaksud dari keperawatan adalah usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
tentang fenomena tentang keperawatan.

Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun keperawatan dan


model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan.Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli
keperawatan, dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk
memandang, menilai situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam
mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi
dan apa yang harus dia lakukan. Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam
praktik, penelitian dan proses belajar-mengajar dalam bidang keperawatan sehingga
perlu diperkenalkan, dikaji dan dikembangkan untuk memperkuat profesi
keperawatan. Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik secara teoritis
maupun empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada sehingga perawat dapat
memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada klien sesuai keadaannya. Salah satu teori keperawatan yang ada
adalah teori keperawatan yang dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih
dikenal dengan teori “Trans Cultural”.

Setiap perawat berasal dari kelompok etnik tertentu, dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor agama, sosial dan budaya. Kita tidak lepas dari situasi yang
mempengaruhi hal-hal tersebut, sebagian karena mereka sudah meresapi dan sebagin
karena kita tidak selalu sadar akan kekuatan pengaruhnya dalam kehidupan kita
sehari-hari. Banyak perawat tertarik kepada ras, etnik, dan kesehatan tetapi dalam
diskusi didapatkan masalah yang menimbulkan kontroversi tentang ungkapan dan

4
kata-kata yang tepat dan dapat diterima untuk digunakan. Situasi ini menimbulkan
rintangan untuk mempelajari dan ketakutan untuk mengatakan sesuatu yang salah,
menyebabkan bersalah dan kurangnya pengetahuan. Perasaan-perasaan negatif
tersebut didukung oleh kritikan; bahwa kita secara politik dibenarkan bila kita
memilih kata-kata secara hati-hati.
Sejak tahun 1970-an, ada usaha untuk memperbaiki hubungan masyarakat
dengan mengubah sikap yang berbeda dari satu kelompok pada kelompok lainnya.
Aspek usaha ini telah mengidentifikasi dengan tepat dan tidak menetapkan suatu
bahasa bahwa masalah- masalah yang relevan dapat didiskusikan dan kenyataannya
berbagai cara dari kelompok etnik melihat satu dengan yang lainnya dan
mendiskusikan istilah-istilah yang dapat diterima bersama.
Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa perasaan yang baik masuk dalam
diskusi terbuka dan untuk menyadari serta ikut terlibat dalam masalah-masalah etnik,
ras dan dalam kesehatan lebih membantu secara umum daripada membiarkan hanya
mengatakan dan membuat kesalahan akan menghambat keikutsertaan dan
pembelajaran.

A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat ditemukan yaitu:
1. Apa definisi dari teori budaya keperawatan ?
2. Baagaimana cara menghadari rintangan terkait teori ?
3. Bagaimana cara menghindari tantangan terkait teori ?
4. Apa saja anggapan terkait dengan teori ?
5. Apa saja maksud dan tujuan teori keperawatan ?
6. Apa saja asumsi-asumsi terkait teori keperawatan?

B. Tujuan
Adapun tujuan-tujuan dari pembuatan makalah yaitu:
1. Mengetahui definsi teori budaya keperawatan
2. Mengetahui filosofi-filososfi tentang keperawatan

5
3. Mengetahui rintagan dan tantangan terkait teori
4. Mengetahui asumsi dan anggapan terkait teori
5. Menyajikan model teori Leininger

C. Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari makalah ini yaitu:
1. Memberikan pengetahuan tentang teori keperawatan kepada pembaca
makalah ini.
2. Mengkaji lebih lanjut tentang teori yang dikembangkan oleh pencetusnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Teori Culture Care
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang
pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang
berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional pertama yang meraih
pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan budaya. Dia lahir di Sutton,
Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma di
“St. Anthony’s School of Nursing” di Denver.
Tahun 1950 ia meraih gelar sarjana dalam ilmu biologi dari “Benedictine
College, Atchison Kansas” dengan peminatan pada studi filosofi dan humanistik.
Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut ia bekerja sebagai instruktur, staf
perawatan dan kepala perawatan pada unit medikal bedah serta membuka sebuah unit
perawatan psikiatri yang baru dimana ia menjadi seorang direktur pelayanan
keperawatan pada St. Joseph’s Hospital di Omaha. Selama waktu ini ia melanjutkan
pendidikan keperawatannya di ”Creigthton University ” di Omaha. Tahun 1954
Leininger meraih gelar M.S.N. dalam keperawatan psikiatrik dari ” Chatolic
University of America” di Washington, D. C. Ia kemudian bekerja pada ”College of
Health” di Univercity of Cincinnati, dimana ia menjadi lulusan pertama (M.

6
S. N ) pada program spesialis keperawatan psikiatrik anak . Ia juga memimpin suatu
program pendidikan keperawatan psikiatri di universitas tersebut dan juga sebagai
pimpinan dalam pusat terapi perawatan psikiatri di rumah sakit milik universitas
tersebut.
Pada tahun 1960, Leininger bersama C. Hofling menulis sebuah buku yang
diberi judul ”Basic Psiciatric Nursing Consept” yang dipublikasikan ke dalam
sebelas bahasa dan digunakan secara luas di seluruh dunia. Selama bekerja pada unit
perawatan anak di Cincinnati, Leininger menemukan bahwa banyak staff yang
kurang memahami mengenai faktor-faktor budaya yang mempengaruhi perilaku
anak-anak. Dimana diantara anak-anak ini memiliki latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Ia mengobservasi perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam asuhan dan
penanganan psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi psikoanalisa dan terapi strategi
lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-anak yang memiliki perbedaan latar
belakang budaya dan keutuhan.
Leininger melihat bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan suatu
asuhan yang benar-benar dalam menolong anak tersebut, dan ia dihadapkan pada
berbagai pertanyaan mengenai perbedaan budaya diantara anak-anak tersebut dan
hasil terapi yang didapatkan. Ia juga menemukan hanya sedikit staff yang memiliki
perhatian dan pengetahuan mengenai faktor-faktor budaya dalam mendiagnosa dan
manangani klien.
Pada satu ketika, Prof. Margaret Mead berkunjung pada departemen psikiatri
University of Cincinnati dan Leiniger berdiskusi dengan Mead mengenai adanya
kemungkinan hubungan antara keperawatan dan antropologi. Meskipun ia tidak
mendapatkan bantuan langsung, dorongan, solusi dari Mead, Leininger memutuskan
untuk melanjutkan studinya ke program doktor (Ph.D) yang berfokus pada
kebudayaan, sosial, dan antropologi psikologi pada Universitas Washington. Sebagai
seorang mahasiswa program doktor, Leininger mempelajari berbagai macam
kebudayaan dan menemukan bahwa pelajaran antroplogi itu sangat menarik dan
merupakan area yang perlu diminati oleh seluruh perawat. Kemudia ia menfokuskan
diri pada masyarakat Gadsup di Eastern Highland of New Guinea, dimana ia tinggal
bersama masyarakat tersebut selama hampir dua tahun. Dia dapat mengobservasi
bukan hanya gambaran unik dari kebudayaan melainkan perbedaan antara

7
kebudayaan masyarakat barat dan non barat terkait dengan praktek dan asuhan
keperawatan untuk mempertahankan kesehatan.
Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama dengan masyarakat
Gadsup, ia terus mengembangkan teori perawatan kulturalnya dan metode
ethnonursing. Teori dan penelitiannya telah membantu mahasiswa keperawatan
untuk memahami perbedaan budaya dalam perawatan manusia, kesehatan dan
penyakit. Dia telah menjadi pemimpin utama perawat yang mendorong banyak
mahasiswa dan fakultas untuk melanjutkan studi dalam bidang anthropologi dan
menghubungkan pengetahuan ini kedalam praktik dan pendidikan keperawatan
transkultural. Antusiasme dan perhatiannya yang mendalam terhadap pengembangan
bidang perawatan transkultural dengan fokus perawatan pada manusia telah
menyokong dirinya selama empat dekade. Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger
mengidentifikasi beberapa area umum dari pengetahuan dan penelitian antara
perawatan dan anthropologi formulasi konsep keperawatan transkultural, praktek dan
prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology: Two Words to
Blend; yang merupakan buku pertama dalam keperawatan transkultural, menjadi
dasar untuk pengembangan bidang keperawatan transkultural, dan kebudayaan yang
mendasari perawatan kesehatan. Buku yang berikutnya, ”Transcultural Nursing :
Concepts, theories, research, and practise (1978 )”, mengidentifikasi konsep mayor,
ide-ide teoritis, praktek dalam keperawatan transkultural, bukti ini merupakan
publikasi definitif pertama dalam praktek perawatan treanskultural. Dalam
tulisannya, dia menunjukkan bahwa perawatan treanskultural dan anthropologi
bersifat saling melengkapi satu sama lain, menkipun berbeda. Teori dan kerangka
konsepnya mengenai Cultural care diversity and universality dijelaskan dalam buku
ini.
Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan ke
jenjang doktor dalam bidang antropologi dan untuk memprakarsai beberapa program
pendidikan magister dan doktor, Leininger memiliki banyak bidang keahlian dan
perhatian. Ia telah memepelajari
14 kebudayaan mayor secara lebih mendalam dan telah memiliki pengalaman dengan
berbagai kebudayaan. Disamping perawatan transkultural dengan asuhan
keperawatan sebagai fokus utama, bidang lain yang menjadi perhatiannya adalah

8
administrasi dan pendidikan komparatif, teori-teori keperawatan, politik, dilema etik
keperawatan dan perawatan kesehatan, metoda riset kualitatif, masa depan
keperawatan dan keperawatan kesehatan, serta kepemimpinan keperawatan. Theory
of Culture Care saat ini digunakan secara luas dan tumbuh secara tepat serta penting
untuk memperoleh data kebudayaan yang mendasar dari kebudayaan yang berbeda.

B. Teori Sunrise Mode


Keperawatan transcultural memperlihatkan model yang mampu secara akurat
mengkaji kebutuhan individu dan menunjukkan pearawatan yang tepat oleh seorang
perawat dari suatu kelompok etnik yang memberikan perawatan pada pasien dari
kelompok etnik yang lain. Florence Nightingale (1894) menulis: “ adalah suatu
kebenaran yang tidak dapat di sangkal lagi bahwa wanita yang mengajar di India
harus mengetahui bahasa, agama, ketahayulan, dan adat istiadat wanita untuk
menjadi guru India. Sebaiknya hal tersebut juga sama untuk Inggris”.
Madaline Leininger memulai untuk menegmbangkan konsep ini di Amerika. Sebagai
hasil latar belakangnya dalam antropologi dan keperawatan Leininger mulai
memandang transcultural sebagai ikatan dua bidang ilmu. Sejak saat itu ia
mengembangkannya sebagai area belajar yang berlainan, penelitian dan praktik yang
unik yang relevan pada bidang keperawatan (Leininger, 1991).
Leininger (1978) mendifinisikan transcultural di keperawatan sebagai “bidang
kemanusiaan dan penegtahuan pada studi formal dan praktik dalam keperawatan
yang difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya perbedaan dan
kesamaan dalam perawatan, kesehatan dan pola penyakit didasari atas nilai-nilai
budaya, kepercayaan dan praktik budaya yang berbeda di dunia dan menggunakan
pengetahuan untuk memberikan pengaruh budaya yang spesifik atau perawatan yang
universal pada masyarakat”.
Tujuannya untuk mengubah nama-nama profesional dan praktikum yang
bersifat tradisonal monokultural ke arah multibudaya dan macam-macam bentuk
yang kritis dan kemanusiaan dalam perawatan kesehatan, sehingga perawatan
diterima pasien sebagai hal yang sama dengan nilai-nilai budaya pasiens sendiri.

9
Transcultural dalam keperawatan menambahkan pada tingkat yang lain berupa analis
tentang kebutuhan dasar, pengkajian kebutuhan kesehatan dan perencanaan dan
penyebaran perawat dipandang dari perspektif budaya.
Sikap budaya kearah kesehatan mental dan kesakitan mempengaruhi kerangka kerja
secara politik dan hukum yang ada untuk mendukung atau membatasi praktik
perawatan kesehatan mental. Contoh, melalui penahanan dan perintah mewajibkan
bertindak.
Wright (1991) membantah bahwa banyak bentuk-bentuk konseling dan
psikoterapi saat ini digunakan dalam pelayanan ksehatan mental, yang ditimbulkan
dari dan untuk kelas menengah kulit putih dan terutama aorang Amerika atau
masyarakat yang berbahasa Inggris. Artinnya mereka dibatasi menggunakan budaya
lain kecuali jika para konselor mengetahui dan sensitive pada latar belakang
pasiennya.
Meskipun model Leininger mewakili sesuatu yang penting dalam
mengembangkan transcultural pada perawatan, sekarang terdapat banyak petunjuk
pengkajian perawatan. Beberapa berfokus pada bidang keperawatan, khusus seperti
pedoman Hilger (1966) yang menekankan maternitas dan pelayanan kesehatan anak,
sementara yang lainnya lebih komperhensif (Brownlee 1978; Orque 1983; Fong
1985; Herbeg 1989).
Proses pengkajian mengandalkan komunikasi yang baik dan membuat
laporan. Dalam transcultural dalam keperawatan, perawat harus menambah
keterampilan yang berhubungan dengan komunikasi dengan pasien yang bahasannya
bukan bahasa inggris dan mampu bekerja dengan perubahan. Kemampuan dalam
menerima informasi yang sesuai dan tetap bebas dari penjelasan dan asumsi yang
standar dalam usaha untuk menghindari stereotip.
Model asuhan transcultural dapat memperluas hubungan terapeutik antara
perawat dan pasien, jika mereka menggunakan cara yang dianjurkan untuk
berkembangnya sikap saling menguntungkan dan rasa menilai masing-masing
individu dari budaya lain. Keadaan ini akan dapat bekerja sama dengan mitra secara
lebih baik dan menemukan solusi yang baik terhadap masalah kesehatan. Walaupun
tujuannya untuk mengembangkan dan keseimbanagan dan hubungan timbal-balik.

10
Hal ini harus diperhatikan ketika kepercayaan perawat berbeda dengan kepercayaan
pasien. Perawat bertanggung jawab untuk mengadaptasi kebutuhan pasien.

C. Aplikasi dari Teori Keperawatan Leininger


Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu
ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah kumpulan
tindakan dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan
dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring harus
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai ketika manusia itu meninggal. Human caring secara umum
dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan
pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana
ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat
lainnya.

Proses keperawatan Transcultural Nursing


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam
menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam
bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses
keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan
solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi


masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and

11
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
"Sunrise Model" yaitu:
a. Faktor Teknologi
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan,
alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan
persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.

b. Faktor Agama dan Falsafah Hidup


Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

d. Nilai-nilai Budaya dan Gaya Hidup


Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah
yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu
dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga,
bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.

12
e. Faktor Ekonomi
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.

f. Faktor Pendidikan
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

g. Faktor Politik
Kondisi politik suatu negara dapat mempengaruhi dalam proses keperawatan
contohnya seperti negara yang kondisi politiknya kacau/perang dan tidak sedang
berperang.

Paradigma Transcultural Nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat
konsep sentral keperawatan yaitu: manusia, sehat, lingkungan dan
keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).
➢ Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk

13
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).

➢ Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga
dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat dilihat dalam aktivitas sehari-
hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan
keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

➢ Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti. Lingkungan sosial adalah
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga
atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat
hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

➢ Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

14
➢ Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan
disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan
sistem nilai yang diyakini.

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu


proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga
pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu: mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien
kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang
dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

A) Cultural care preservation/maintenance


1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan
dan perawatan bayi.
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

B. Cultural careaccomodation/negotiation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik

15
C. Cultual care repartening/reconstruction
1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok,
Gunakan pihak ketiga bila perlu
3. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
4. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
5. Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya
yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.

3. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya
klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

A. Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Leininger


I. Kelebihan
a. Menjelaskan secara luas makna tentang kebudayaan pada proses keperawatan
b. Menjadikan sebuah motivasi kepada para peneliti keperawatan untuk
mengembangkan teori ini lebih lanjut
c. Mempengaruhi dalam proses keperawatan dalam mengatasi perbedaan
2. Kekurangan
a. Teori ini terlalu kompleks sehingga sulit untuk dipahami lebih dalam
b. Termasuk dalam teori yang abstrak sehingga kata-katanya hanya pencetus yang
tahu kebenarannya

16
c. Perlu pemahaman yang tinggi agar bisa mengembangkan teori ini kenyataanya
maka dari itu kami ingin meminta kritik dan saran dari para pembaca sekalian agar
kami bisa memperbaiki kinerja kami kedepannya.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab terdahulu tentang penerapan asuhan
keperawatan Transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan
yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya.
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk
menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien.
3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi
tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan
mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.
4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu
saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya
klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.

B. Kritik dan Saran


Terima kasih kepada para pembaca yang telah menyempatkan waktunya untuki
membaca makalah yang kurang lengka ini, maaf apabila ada isi yang tidak sesuai
dengan kenyataanya maka dari itu kami ingin meminta kritik dan saran dari para
pembaca sekalian agar kami bisa memperbaiki kinerja kami kedepannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Leininger, M., 1995, Transcultural Nursing: Consepts, Theories,


Research and Practice, Ohio: McGraw-Hill College Custom Series.
2. Leininger, M., 1991, Culture Care Diversity and Universality: A Theory of
Nursing,
New York: National League for Nursing Press.
3. Anonim, 1999, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktek, Vol. 1, E/4, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
4. Ester, Monica, 1996, Teori dan Praktek Keperawatan: Pendekatan
Integral pada Asuhan Pasien, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

18

Anda mungkin juga menyukai