Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOSOSIAL

“TEORI DAN KULTULKER LAINENJER DAN SANDRAIS MODEL”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10

1. AYU TANIA PUTRI (2114201115)


2. INSYIRA INAYA PUTRI (2114201128)
3. SVAVITI CHRISTI (2114201155)
4. RAUL EKA PUTRA (2114201142)

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Tomi Jepisa M, Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami naikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih karunianya kami dapat
menyelesikan makalah dengan judul“ Teori Culturecare Sunrise Model Leininger “ini. Dalam
penyusunan makalah ini, kami saling bertukar pikiran untuk membuatnya. Dalam kesempatan ini
kami ingin berterima kasih kepada dosen yang telah memberikan kami tugas ini, agar membantu
kami dalam mengetahui lebih dalam mengenai Teori Culturecare Sunrise Model Leininger dengan
mencari sendiri referensi yang kami butuhkan & merampungkannya dalam sebuah makalah & tak
lupa segala bantuan yang di berikan oleh dosen yang bersangkutan, yang telah meluangkan
waktunya walaupun beliau sangat sibuk & memberikan kami bimbingan dalam menyelesaikan
makalah kami. Kami menyadari betul bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini sangat mengharapkan kritik &
saran yang bersifat membangun dari dosen mata kuliah ini & juga pembaca demi kesempurnaan
makalah selanjutnya. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat.

Padang, 05November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .....................................................................................……………………

KATA PENGANTAR .......................................................................................…….………………

DAFTAR ISI .....................................................................................................……………………

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….………….……………

C. Tujuan Penulisan .............................................................................……………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Model Konsep teori Keperawatan Leininger……………………………………………………

B. Hubungan Model dengan Paradigma Keperawatan Culture Care……………………………….

C. Sunrise Model .................................................................................……………………………

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................…………………………….

B. Saran…………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Madeleine Leininger (lahir pada tanggal 13 Juli 1925 di Sutton, Nebraska, Amerika Serikat dan
meninggal di Omaha, Nebraska 10 Agustus 2012). Leininger adalah perintis teori keperawatan,
pertama kali diterbitkan pada tahun 1961. Kontribusinya untuk teori keperawatan melibatkan
diskusi tentang apa itu peduli. Terutama, ia mengembangkan konsep keperawatan transkultural,
membawa peran faktor budaya dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi tentang bagaimana
terbaik hadir untuk mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan. Dr Madeleine Leininger
menempuh pendikan dan memegang gelar akademis berikut dengan judul Tahun 1945
mengambil program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver CO dan menyelesaikanya
pada tahun 1948, Tahun 1950 menyelesaikan pendidikan di St. Scholastica College dan mendapat
gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan humaniora dan BSN dari Benedictine College,
Atchison, KS.M., Tahun 1953 memperoleh MSc Keperawatan dari Catholic University America,
Washington, DC., tahun 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca
sarjana di Universitas Cincinnati., Tahun 1965, menjadi perawat pertama mendapatkan gelar
perawat pertama mendapat gelar Ph.D Doctor of Philosophy (Antropologi budaya dan sosial),
Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di University of Colorado,
di mana untuk pertama kalinya perawatan transkultural di perkenalakan di dunia keperawatan,
Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen antropologi di University Of
Washington school of Nursing, tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah
University dan membuka program pertama untuk master dan doktoral transkultural
keperawatan. Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne State
University. Saat berkarya di sini Madeleine Leininger mendapat beberapa penghargaan, antara
lain : Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar, -The Board of
Governor’s Distinguished Faculty Award, Gershenson’s Research Fellowship Award.- Certified
Transcultural Nurse CTN

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan maka pokok permasalahan dari makalah ini
adalah ingin mengetahui apa itu teori Cultur Care Sunrise Model fari Leininger.

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini di buat dengan tujuan memahami teori Cultur Care Sunrise Model dari Leininger.

  

BAB II PEMBAHASAN

A. Model Konsep Teori Keperawatan Leininger

1. Pengertian

Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin dalam
keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia
adalah perawat professional pertama yang meraih pendidikan doktor dalam ilmu antropologi
sosial dan budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah
tamat dari program diplomadi “St. Anthony’s School of Nursing” di Denver.

2. Asumsi dasar

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku caring. Caring adalah esensi dari keperawatan,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring
dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara
utuh. Perilaku caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada
manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi,
struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

3. Konsep Utama Teori Keperawatan Transkultural

Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. Leininger dikembangkan dalam
konteks keperawatan. Leininger mendefinsikan keperawatan transkultural sebagai bagian utama
dari keperawatan yang berfokus pada studi perbandingan dan analisa perbedaan budaya serta
bagian budaya di dunia dengan tetap menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman sehat sakit dan
juga kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah
keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budayakepada manusia.
Tujuan keperawatan Transkultural ialah penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan
pada kultur yang spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai
norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang
universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua kultur seperti
budaya berolahraga membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh dapat membuat tubuh
sehat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya
dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan
oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai
budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh
perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Dalam melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu memahami
landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya. Budaya yang telah menjadi
kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan transkultural, melalui tiga strategi
intervensi yaitu mempertahankan, bernegosiasi dan merestrukturisasi budaya. Konsep utama
dan definisi teori Leininger:

1) “Care” mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan
pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan pemberian pengalaman maupun perilaku
kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk memperbaiki kondisi
maupun cara hidup manusia.

2) ”Caring”, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan secara

langsung dalam pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu lain dan kelompok
didalam memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau dalam
menghadapi kematian.

3) “Culture” Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian

dan transmisis nilai, keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam suatu kelompok tertentu
yang memberikan arahan kepada cara berfikir mereka, pengambilan keputusan, dan tindakkan
dalam pola hidup.

4) “Culture Care” (Perawatan kultural) mengacu kepada pemb

elajaran subjektif dan objektif dan transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu,
mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan ndividu lain maupun kelompok untuk
mempertahankan kesjahteraan mereka, kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan
manusia atau untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit, rintangan dan juga
kematian.

5) “Cultural Care Diversity” (keragaman perawatan kultural) mengacu kepada

variabel-variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol perawatan di


dalam maupun diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan,
dukungan atau memampukan manusia dalam melakukan suatu perawatan.

6) “Cultural care universality” (Kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada


suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan,
pola-pola, nilai - nilai, gaya hidup atau symbol - simbol yang dimanifestasikan diantara banyak
kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu
cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminlogy universality) tidak digunakan
pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan.

7) Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta
disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk
membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu maupun kelompok
untuk memperoleh kesehatan mereka dalam suatu cara yang menguntungkan yang berdasarkan
pada

kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan
kematian.

8) .“World View” (Pandangan dunia) mengacu kepada cara pandang manusia

dalam memelihara dunia atau alam semesta untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai yang
ditegakkan tentang hidup mereka atau lingkungan di sekitarnya.

9) “Culture and Social Struktere Demensions” (Dimensi struktur sosial dan

budaya) mengacu pada suatu pola dinamis dan gambaran hubungan struktural serta faktor-
faktor organisasi dari suatu bentuk kebudayaan yang meliputi keagamaan, kebudayaan, politik,
ekonomi, pendidikan, teknologi, nilai budaya dan faktor-faktor etnohistory serta bagaimana
faktor-faktor ini dihubungkan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam
lingkungan yang berbeda.

10) Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam
lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.

11) “Enviromental Contect, Languange & Etnohistory” mengacu kepada

keseluruhan fakta-fakta pada waktu yang lampau, kejadian-kejadian, dan pengalaman individu,
kelompok, kebudayaan serta suatu institusi yang difokuskan kepada manusia/masyarakat yang
menggambarkan, menjelaskan dan menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk
kebudayaan tertentu dalam jangka waktu yang panjang maupun pendek.

12) “ Generic Care System” Sistem perawatan pada masyarakat tradisional

mengacu kepada pembelajaran kultural dan transmisi dalam masyarakat tradisional (awam)
dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan tradisonal yang diwariskan untuk
memberikan bantuan, dukungan atau memfasilitasi tindakan untuk individu lain, kelompok
maupun suatu institusi dengan kebutuhan yang lebih jelas untuk memperbaiki cara hidup
manusia atau kondisi kesehatan ataupun untuk menghadapi rintangan dan situasi kematian.
13) “Profesional Sistem” perawatan profesional mengacu kepada pemikiran

formal, pembelajaran, transmisi perawatan profesional, kesehatan, penyakit, kesejahteraan dan


dihubungkan dalam pengetahuan dan keterampilan praktek yang berlaku dalam institusi
profesional biasanya personil multi disiplin untuk melayani konsumen.

14) Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural memiliki
nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk
menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup

15) “Culture Care Preservation/maintenance” Mempertahankan perawa

tan kultural mengacu kepada semua bantuan, dukungan, fasilitas atau pengambilan keputusan
dan tindakan profesional yang memungkinkan yang dapat menolong orang lain dalam suatu
kebudayaan tertentu dan mempertahankan nilai perawatan sehingga mereka dapat
memperthanakan kesejahteraannya, pulih dari penyakit atau menghadapi rintangan mapun
kematian.

17) “Culture Care Acomodation/negotiation” tehnik negosiasi atau akomodasi

perawatan kultural mengacu pada semua bantuan, dukungan, fasilitas, atau pembuatan
keputusan dan tindakan kreatifitas profesional yang memungkinkan yang menolong masyarakat
sesuai dengan adaptasi kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk
mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui petugas perawatan
yang professional 17) Culture Care Repattering/restructuring Restrukturisasi perawatan
transkultural mengacu pada seluruh bantuan, dukungan, fasilitas atau keputusan dan tindakan
profesional yang dapat menolong klien untuk mengubah atau memodifikasi cara hidup mereka
agar lebih baik dan memperoleh pola perawatan yang lebih menguntungkan dengan menghargai
keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan budayanya.

18) Culturally Congruent Care for Health, Well-being or Dying Perawatan kultural yang
konggruen mengacu kepada kemampuan kognitif untuk membantu, mendukung, menfasilitasi
atau membuat suatu keputusan dan tindakan yang dapat memperbaiki kondisi individu, atau
kelompok dengan nilai budaya, keyakinan dan cara hidup yang berbeda, yang bertujuan untuk
memperoleh kesejahteraan dan kesehatan.
B.Hubungan Model dengan Paradigma Keperawatan Culture Care

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara pandang,


keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia,
sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger
(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam engisi kehidupannya, terletak
pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang
dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and
Boyle, 1995).

3. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,


kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana
klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial
dan simbolik.. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo
yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial
adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan
bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik,
seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
C. Sunrise Model

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model) seperti yang
terlihat pada gambar. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh
perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and
Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Matahari terbit sebagai lambang/symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak
dari model ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk
mempertimbangkan arah yang membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan
dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan
sistem perawatan kesehatan secara umum. Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak
menjadi penyebab atau garis hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan
sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/tidak dapat
dipisahkan dari budaya mereka. Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi
keperawatan tidak tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh
Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan
profesional lainya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai
yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak
selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang
produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan
kebudayan serta penelitian ilmiah. Penerapan teori Leineger (Sunrise Model) pada proses
keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut :

Proses Keperawatan

Sunrise Model

Pengkajian dan Diagnosis

Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi :

Level satu : World view and Social system level

Level dua : Individual, Families, Groups communities and Institution in diverse health system

Level tiga :Folk system, professional system and nursing Perencanaan dan Implementasi

Level empat : Nursing care Decition and Action

Culture Care Preservation/maintanance

Culture Care Accomodation/negotiations


Culture Care Repatterning/restructuring

Kesimpulan

Dalam penerapan proses keperawatan, pengetahuan budaya harus dimiliki sebelum


mengideintifikasi kondisi klien. Pada level satu dikaji pengetahuan dan informasi tentang struktur
social dan pandangan dunia terhadap budaya klien. Selanjutnya dibutuhkan informasi tentang
bahasa dan lingkungan, teknologi, agama, filosophi dan kebangsaan, sosial struktur, nilai budaya
dan kepercayaan, politik, legal sistem, ekonomi dan pendidikan. Pengetahuan ini dibutuhkan
dalam rangka mengaplikasikan keperawatan pada klien dalam konteks individu, keluarga,
kelompok, comunitas dan institusional (level dua).

Penilaian terhadap nilai kepercayaan, tingkah laku klien, terhadap sistem kesehatan diperlukan
untuk mengidentifikasi kebutuhan klien dalam rangka merumuskan diagnosa keperawatan (level
tiga). Selajutnya setelah ditetapkan suatu diangnosa keperawatan maka disusunlah perencanaan
dan implementasi keperawatan (level empat) yang dalam model ini sebagai nursing care decition
and action. Sunrise Model secara spesifik tidak menjabarkan evaluasi sebagai suatu bagian
khusus. Walaupun demikian teori transcultural nursing makna penting dalam rangka pemenuhan
kebutuhan perawatan yang memberikan keuntungan bagi klien.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teori ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan
aspek budaya, nilai–nilai, norma dan agama. Teori ini dapat digunakan untuk melengkapi teori
konseptual yang lain dalam praktik asuhan keperawatan. Penerapan teori Leinienger diperlukan
pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu antropologi agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang baik. Pelaksanaan teori Leinienger memerlukan penggabungan dari teori
keperawatan yang lain yang terkait, seperti teori adaptasi, self care dan lain-lain. Penerapan
Asuhan Keperawatan Berdasarkan teori Leininger. Diagnosa Keperawatan Perawat merumuskan
masalah yang dihadapi Pasien dan keluarganya adalah Perlunya perlindungan, kebutuhan akan
kehadiran orang lain dan rasa ingin berbagi sebagai nilai yang penting untuk Pasien dan
keluarganya dan perkembangan dari pola ini adalah kesehatan dan kesejahteraan yang
bergantung pada ketiga Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun
kehidupan social dan aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian, kekeluargaan dan ekonomi
yang sangat besar mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan

B. SARAN

Kami menyadari akan kata pepatah bahwa taka da gading yang tak retak, makalah yang kami
buatpun belumlah sempurna, jadi apabila terdapat kesalahan yang kami buat itu adalah hal yang
wajar mengingat kata pepatah diawal, karena itu kami meminta pada pembaca agar menggali
lebuh banyak referensi mengenai culture care sunrise model dari Leininger ini, karena bagi
perawat sanagtlah di perlukan wawasan mengenai kultur sebelum memberikan asuhan kepada
klien. Sekian dari kami, sekali

lagi semoga bermanfaat.


DAFTAR PUSTAKA

Barbacsy, I. (2011). Physical activity and postpartum functional status in primiparous women. A
thesis submitted to the School of Nursing In conformity with the requirements for the degree of
Master of Science, Queens University Kingston, Ontario, Canada (September, 2011). http
://qspace.library.queensu.ca//Barbacsy- Ibo_201109_MSc.p Bani, S. (2011). The effect of
continous and interrupted episiotomy repair on pain severity and rate of perineal reapi:
acontrolled randomized clinical trial, Journal of Caring Sciences, 2012, 1 (3), 165 http://
journals.tbzmed.ac.ir / JCS Canavan. (2012). Third and four degree perineal lacerations. Hand
Book of Perineal Lacerations, 935- 19-1022. http://www.google.com/search?
q=Hand+Book+of+Perineal+Lacerations

Anda mungkin juga menyukai