Anda di halaman 1dari 20

PENGKAJIAN BUDAYA

LEININGER`S CULTURE CARE ASSESMENT

Dosen Pengampu : Rika Monika, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Siti Tanzilatul Lutfiah (221100635)
2. Surya Saddan Al Faruk (221100524)
3. Shintiya Nur Lathifa (221100549)
4. Sefinna Ayu Wibowo (221100587)
5. Tasya Amalia Ulfa (221100559)
6. Merinda Citra Intan Sari (221100548)
7. Laura Cahyaningtyas (221100569)
8. Alfi Luthfiana (221100551)
9. Rodame Christopel.P (221100637)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YOGYAKARTAPRODI S1 KEPERAWATAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, berkat
Ridho Nya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "TEORI
DAN KONSEP DASAR KEPERAWATAN MENURUT Madeleine Leininger”.

Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis
alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis
mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima
kasih untuk semuanya yang sudah mau membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.

Semoga makalah " TEORI DAN KONSEP DASAR KEPERAWATAN MENURUT


Madeleine Leininger " ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, Desember 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………
Daftar isi………………………………………………………………………….
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………….
1.1 Latar belakang……………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………...
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………
1.31 Tujuan Umum……………………………………………………..
1.32 Tujuan Khusus…………………………………………………….
1.4 Manfaat

Bab II Tinjauan Pustaka……………………………………………………………


2.1 Definisi…………………………………………………………………..
2.2 Sunrise Model……………………………………………………………
2.3 Model konsep…………………………………………………………….
2.4 Teori Sunrise Model……………………………………………………..
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Transcultural dari Leininger………...

Bab III Pembahasan


3.1 Contoh Kasus sesuai Model Konsep Keperawatan Leininger……………

Bab IV Penutup…………………………………………………………………….
4.1 Kesimpulan………………………..………………………………………
4.2 Saran …………………………………………………………………….

Daftar Pustaka……………………….……………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan,
dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai situasi
kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan
perawat peka terhadap apa yang terjadi dan apa yamg harus dilakukan.

Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam prakti,penelitian dan proses belajar-


mengajardalam bidang keperawatan sehingga perlu deperkenalkan,disaji dan dikembangkan
untuk memperkuat profesi keperawatan. Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan
baik secara teoritis maupun empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada, sehingga
perawat dapat memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang
dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih di kenal dengan teori “trans Cultural”.

1.2 Rumusan Masalah

 Menjelaskan teori konsep keperawatan menurut Madeleine Leininger


 Menjelaskan konsep teori Sunrise Model
 Menjelaskan kelebihan dan kelemahan teori Transcultural dari Leininger
 Dokumentasikan hasil wawancara ke dalam format pengkajian
1.3 Tujuan

1.33 Tujuan Umum

 Mengetahui teori dan konsep keperawatan menurut Madeleine Leininger dan


konsep teori Sunrise model.

1.34 Tujuan Khusus

Mampu mengetahui teori dan konsep keperawatan Medeleine Leininger dan dapat
menerapkan di kegiatan keperawatan sehari – hari.

1.4 Manfaat
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang Teori Model dan Konsep Keperawatan
Madeleine Leiniger serta dapat menaplikasikannya dalam praktik keperawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi
Teori Leininger dirancang untuk membantu perawat dalam menemukan makna, pola,
ekspresi, dan praktik baru terkait dengan perawatan budaya yang telah memengaruhi
kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan kelompok masyarakat (Kahodommohson
et al., 2021). Dalam proses ditemukannya teori ini dibahas baik terkait dengan persamaan
(kesamaan) dan keragaman (perbedaan) dapat diidentifikasi sebagai ciri khusus dalam suatu
budaya untuk memberikan perawatan yang sesuai dengan budaya pasien dengan tujuan untuk
menunjang kesehatan atau kesejahteraan yang diinginkan. Pembaharuan teori Leininger
dengan menggambarkan teori Culture care seperti sunrise yang mencakup faktor-faktor
budaya, sosial, biologis dan perawatan yang terintegrasi(McFarland & wehbe-alamah, 2019).

2.2 Sunrise Model


Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, maka perawat harus
mempertimbangkan kultur atau budaya mereka. Ketidakmampuan memahami budaya orang
lain/pasien akan menyebabkan perawatan mengalami “culture shock” atau penolakan. Culture
shock terjadi apabila seseorang memasuki/berhubungan dengan kelompok budaya yang
berbeda. Seseorang tersebut akan merasa tidak nyaman, merasa tidak berguna dan mengalami
disorientasi sebab adanya perbedaan nilai budaya, kepercayaan dan praktik culture shock
mengakibatkan kemarahan. Keadaan ini dapat dihindari dengan mempelajari terlebih dahulu
kebudayaan suatu tempat, individu, kelompok sebelum kita masuk ke tempat tersebut.
Leininger menyebut asuhan keperawatan berbasis budaya dengan istilah asuhan budaya atau
etnonursing (Aini, 2018).
2.3 Model Konsep

Leininger mengembangkan istilah baru untuk prinsip dasar teorinya. Ini definisi dan
prinsip-prinsip istilah kunci untuk memahami teori tersebut. Di bawah ini adalah ringkasan
dasar prinsip yang penting untuk memahami teori Leininger :

 Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata atau diantisipasi dalam
upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang menjadi perhatian atau untuk
menghadapi kematian.
 Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan perawatan.
 Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai, keyakinan, norma,
dan kehidupan dari individu tertentu atau kelompok yang membimbing mereka berpikir,
keputusan, tindakan, dan cara berpola hidup.
 Perawatan Budaya mengacu pada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi seseorang
atau kelompok untuk meningkatkan kondisi manusia atau untuk menangani penyakit atau
kematian.
 Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam makna, nilai, pantas tidaknya
perawatan di dalam atau di antara kelompok-kelompok orang yang berbeda.
 Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum atau arti serupa yang
jelas di antara banyak budaya.
 Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan disiplin terfokus dengan perawatan
fenomena.
 Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia atau alam
semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.
 Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang berhubungan dengan
agama, struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola pendidikan-terns,
penggunaan teknologi, nilai-nilai budaya, dan ethnohistory yang di-fluence tanggapan
budaya manusia dalam konteks budaya.
 Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan budaya dan
dihargai oleh budaya yang ditunjuk.
 Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada kegiatan pelayanan
keperawatan yang membantu orang dari budaya tertentu untuk menyimpan dan
menggunakan inti kebudayaan nilai perawatan terkait dengan masalah kesehatan atau
kondisi.
 Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan keperawatan
kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu beradaptasi dengan atau
bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan masyarakat dalam upaya untuk mencapai
tujuan bersama dari hasil kesehatan yang optimal untuk klien dari budaya yang
ditunjuk. Memahami Kerja Theorists Perawat
 Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang diambil oleh
budaya perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini memungkinkan atau sebagai
klien untuk mengubah perilaku kesehatan pribadi terhadap menguntungkan hasil
sementara menghormati nilai-nilai budaya klien.

2.4 Teori Sunrise Model

Berdasarkan 7 komponen yang ada pada sunrise model, dapat dijelaskan bahwa:

1. Faktor teknologi (tecnological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran


menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran
di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota
keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

6. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari
kantor atau patungan antar anggota keluarga.

7. Faktor pendidikan (educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali
(Afifah, n.d.).
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Transcultural dari Leininger

1. Kelebihan :

a. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada
perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.

b. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).

c. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.

d. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.

e. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan .

2. Kekurangan :

a. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri


sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual
model lainnya.

b. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

c. Akhirnya, menurut Leininger, tujuan studi praktek pelayanan kesehatan transkultural


adalah meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan
kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktek kesehatan dalam berbagai budaya
(kultur) baik dimasa lalu maupun zaman sekarang, akan terkumpul persamaan-
persamaan, sehingga kombinasi pengetahuan tentang pola praktek transkultural dengan
kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan
kesehatan orang banyak dari berbagai kultur.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 FORMAT PENGKAJIAN


LEININGER’S CULTURE CARE ASSESMENT

Nama perawat : Kelompok 6 Tanggal : 8-12-2023


Nama pasien : Ibu Maryanti No. RM : -
Jenis kelamin : Perempuan Usia : 47 Tahun
Tempat Pengkajian : Daerah Wisata Gajah Wong

Bagian I.
1. Bahasa, komunikasi dan gesture
Jelaskan : Pasien dapat berbahasa Indonesia, namun nyaman menggunakan bahasa Jawa
untuk berkomunikasi sehari hari. Ketika berkomunikasi, pasien menatap mata
komunikator, duduk tenang dan tidak melakukan gesture tertentu. Pasien cenderung
sedikit dalam berbicara.
2. Lingkungan tempat tinggal (symbol, material dan non material)
Jelaskan : Pasien tinggal di Jawa sejak lahir, tidak ada riwayat pindah dari daerah
tertentu.
3. Penampilan fisik dan pakaian yang digunakan
Jelaskan : Tubuh pasien proporsional , tidak terlalu tinggi, kulitnya sawo matang. Pasien
terlihat mengenakan pakaian yang sederhana, tidak mewah, dan mengenakan hijab.
4. Teknlogi yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari
Jelaskan : Dalam kehidupan sehari-hari pasien menggunakan teknologi seperti
smartphone, televisi, kipas angin, magicom, dan kulkas.
5. Pandangan terhadap kehidupan
Jelaskan : Pandangan pasien dalam kehidupan khususnya dalam konteks sehat sakit
pasien cukup baik dikarenakan pasien sudah membuka atau terbuka dengan
perkembangan teknologi IPTEK, masyarakat disekitarnya sudah mulai tidak menutup
diri untuk pergi ke dokter atau petugas kesehatan yang lainnya.
6. Cara/ gaya hidup Keluarga (nilai, kepercayaan dan norma)
Jelaskan : Gaya hidup pasien termasuk sederhana, pasien tidak suka berolahraga. Pasien
mengikuti norma-norma yang berlaku di masyarakat.
7. Interaksi sosial dan hubungan kekerabatan
Jelaskan : Pasien mengatakan dekat dengan semua anggota keluarga. Pasien biasanya
mengambil keputusan secara mandiri, pasien juga sering berkomunikasi dengan orang
lain dan keluarga. Pasien dan keluarga berhubungan baik dengan tetangga sekitar.
8. Pola aktifitas sehari – hari
Jelaskan : Untuk sehari-harinya, aktifitas pasien adalah berdagang dan melakukan
kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga.
9. Praktik keagamaan dan kepercayaan
Jelaskan : Pasien beragama islam dan rajin menjalankan kewajibannya. Selain itu pasien
juga rutin mengikuti pengkajian. Ketika sakit, pasien percaya bahwa beribadah dan
berdoa bisa mebantu dalam proses kesembuhannya.
10. Faktor ekonomi (pemasukan dan biaya hidup)
Jelaskan : Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga sekaligus berdagang kecil-kecilan di
tempat wisata. Selain itu juga terdapat pemasukan dari suami untuk kebutuhan sehari-
hari.
11. Faktor pendidikan
Jelaskan : Pendidikan terakhir pasien yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas). Pasien
mengatakan tertarik jika ada penyuluhan terkait kesehatan di desanya. Pasien juga sering
mencari informasi terkait kesehatan.
12. Politik dan hukum
Jelaskan : Pasien mengatakan tidak ada pengaruh dari perilaku politik atau hukum yang
mempengaruhi kondisi kesehatan dan kesejahteraannya. Tidak ada yang membatasi
pasien untuk merawat diri.
13. Pola nutrisi atau makanan yang di konsumsi (pantangan dan hal yang dipercayai)
Jelaskan : Dalam sehari-hari pasien tidak menerapkan makan dengan gizi seimbang.
Biasanya cukup ada nasi, lauk, dan sayur. Selain itu pasien mengatakan menghindari
makanan dengan lemak berlebih.
14. Cara perawatan – pengobatan tradisional yang di jalankan/ dianut/ dipercayai
Jelaskan : Untuk pengobatan tradisional, pasien mengatakan masih sering meminum
jamu dengan tujuan untuk mempertahankan kesehatannya.
15. Cara perawatan – pengobatan professional yang dijalankan/ dianut/ dipercayai
Jelaskan : Untuk pengobatan profesional, pasien mengatakan jika merasa sakit akan
datang ke puskesmas atau rumah sakit menemui dokter atau tenaga tenaga kesehatan
yang lain untuk mengatasi penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak pergi ke dukun
atau orang pintar untuk mengatasi sakitnya.
16. Konsep atau pola perawatan yang digunakan sebagai panduan
Jelaskan : Pasien mengatakan bahwa pandangan kesehatannya didapat dari internet, dari
keluarga, dan juga dari masyarakat sekitar.
17. Perilaku perawatan yang dijalankan dan ekspresi perawatan
Jelaskan : Perilaku perawatan yang dijalankan klien yaitu sesuai dengan advice dokter
dan masih mempertahankan tradisi Jawa nya. Namun klien tetap mempertimbangkan
advice dokter, apabila dokter melarang maka la tidak akan melakukannya.
Ekspresi perawatan yang la lakukan adalah saat sedang sakit biasanya ia memendam nya
tidak terlalu menunjukkan bahwa ia sakit, hal ini ia lakukan agar anak" nya tidak
khawatir selain itu juga ia harus tetap bekerja untuk membantu keuangan keluarga.
18. Cara klien untuk :
a. Mencegah sakit : Cara pasien untuk mencegah sakit yaitu dengan meminum jamu
jamu tradisional yang diracik menggunakan resep secara turun temurun, klien
mendapatkan nya dengan membeli jamu tersebut di mbak jamu yang ada di pasar.
b. Menjaga/ mempertahankan kesehatan : Untuk mempertahankan kesehatannya, pasien
biasanya meminum jamu. Selain itu pasien juga menghindari makanan yang berisiko
mengurangi tingkat kesehatannya.
c. Merawat diri sendiri atau orang lain yang sakit : Pasien merawat diri dengan menjauhi
makanan yang berisiko menyebabkan sakit. Ketika sakit, merawat diri dengan berobat
ke puskesmas atau layanan kesehatan lainnya.
19. Indikator lain yang mendukung kehidupan yang lebih tradisional atau non-tradisional
termasuk etnohistoris dan lainnya
Jelaskan : Pasien merupakan suku Jawa, hal ini membuat pasien mempercayai beberapa
pengobatan tradisional Jawa seperti jamu.
Bagian II.
Pengkajian Mainly Moderate Average Moderate Mainly non
traditional traditional
1 2 3 4 5
1. Bahasa dan model komunikasi √
2. Lingkungan fisik – sosial √
3. Penampilan fisik √
4. Faktor teknologi √
5. Worldview (pandangan hidup) √
6. Cara hidup keluarga √
7. Hubungan sosial/kekerabatan √
8. Gaya hidup sehari – hari √
9. Keagamaan/ kepercayaan √
10. Faktor ekonomi √
11. Faktor pendidikan √
12. Faktor politik dan hokum √
13. Pola nutrisi/ makanan √
14. Perawatan/ pengobatan tradisional √
15. Perawatan/pengobatan professional √
16. Pola perawatan √
17. Pola pengobatan √
18. Cara pencegahan/ menjaga kesehatan √
19. Indicator lain (etnohistorical) √

Total: 70
Panduan wawancara :
Pengkajian Kis – kisi
1. Worldview (pandangan hidup) Bisakah anda menjelaskan kepada saya bagaimana
pandangan atau cara anda melihat kehidupan anda?
2. Etnohistory Perawat mempelajari latar belakang budaya klien:

Bisakah anda menceritakan terkait latar belakang budaya


anda?
Dimana anda lahir? Dimana anda tinggal saat kecil?
Apakah tempat tinggal sekarang merupakan tempat tinggal
sejak kecil? Jika pindah, alasan pindah tempat tinggal apa?

Bagaimana orang tua anda? Apakah anda dan orang tua


anda tinggal di lingkungan/ daerah yang berbeda?
3. Faktor sosial/ kekerabatan Saya ingin mendengar tentang keluarga dan/atau teman
dekat anda dan apa artinya mereka bagi anda?
Bagaimana kerabat atau teman anda memengaruhi hidup
Anda, terutama tentang gaya hidup dan kesehatan?
Bagaimana keluarga atau teman Anda membantu Anda
tetap sehat/ saat anda sakit?
Menurut anda apakah keluarga Anda sebagai keluarga
yang peduli terhadap anda? Jika tidak, kondisi apa yang
akan
membuat mereka peduli dengan anda?
Siapa dalam keluarga yang bertanggung jawab penuh
dalam merawat Anda ketika sakit/ sehat?
Dengan cara apa Anda ingin keluarga/ teman merawat
Anda? Bagaimana Anda ingin perawat merawat Anda?
4. Nilai budaya, keyakinan dan Dalam memberikan asuhan keperawatan, nilai-nilai
cara hidup budaya, keyakinan, dan cara hidup klien harus dipahami
oleh perawat:

Bisakah Anda menceritakan kepada saya terkait pandangan


nilai dan keyakinan anda, sehingga perawat tahu cara
membantu Anda untuk menjaga kesehatan Anda?
Apa keyakinan atau praktik tertentu yang menurut Anda
paling penting untuk diketahui orang lain?
Beri saya beberapa contoh “perawatan yang baik itu
seperti….” Berdasarkan nilai dan keyakinan anda
5. Faktor keagamaan dan spritual Apakah agama/ kepercayaan anda?
Apa yang biasa anda lakukan saat anda sakit/ selama
proses penyembuhan/ menghadapi krisis/ bahkan
kematian?
Proses aktifitas keagamaan yang perlu disiapkan untuk
anda? Bimbingan rohani?
6. Faktor teknologi Dalam kehidupan sehari-hari Anda, apakah Anda sangat
bergantung pada peralatan teeknologi?
Menurut Anda dengan cara apa
faktor teknologi membantu Anda tetap sehat?
Apakah Anda bergantung pada teknologi untuk tetap sehat
atau mendapatkan akses ke perawatan? (Berikan beberapa
contoh.)
7. Faktor ekonomi Bagaimana Anda menilai biaya perawatan rumah sakit
dibanding
biaya perawatan di rumah?
Siapa pencari nafkah di keluarga Anda? Apakah
penghasilan mereka cukup untuk membiayai Anda jika
sakit?
8. Faktor politik dan hukum Apakah ada pengaruh dari perilaku politik atau hokum
yang mempengaruhi kondisi kesehatan dan kesejahteraan
anda?
Atau membatasi anda untuk merawat diri sendiri atau
orang lain? Dan sebaliknya
9. Faktor pendidikan Pendidikan terakhir anda?
Seberapa sering mendapatkan infromasi kesehatan? Dan
sberapa penting informasi kesehatan bagi anda?
10. Faktor bahasa dan komunikasi Bahasa sehari – hari anda?
Bahasa apa yang anda ingin gunakan saat berkomunikasi
dengan perawat? Yang dapat anda pahami dengan baik.
Adakah hambatan dalam komunikasi? ( tuna wicara/ tuna
rungu/ penurunan fungsi pendengaran)
Dengan cara apa anda ingin perawat berkomunikasi dengan
anda?
Apakah pola komunikasi anda dipengaruhi dengan
usia/jenis kelamin dll?
Pola komunikasi non verbal yang dapat digunakan?
Batasan seperi apa yang diterapkan ( kontak mata,
sentuhan)?
11. Praktik perawatan tradisional Perilaku atau sikap perawat yang seperti apa yang anda
dan profesional rasa sangat membantu perawatan anda selama di rumah
sakit/dirumah?
Apa arti sehat – sakit bagi anda dan keluarga?
Perawatan tradisional yang dipraktikkan yang menurut
anda dapat membantu kesembuhan anda?
Makanan pantangan yang berpengaruh dalam proses
penyembuhan menurut budaya yang anda anut?
12. Faktor perawatan Ingin dirawat oleh perawat yang seperti apa?
Lingkungan rumah sakit yang seperti apa yang membuat
anda stress?
Lingkungan seperti apa yang perlu disiapkan di rumah
sakit bagi anda dan keluarga anda?
Bagaimana ekpresi sakit dan sedih baik anda maupun
keluarga anda?
Kesimpulan : Masalah keperawatan yang muncul tidak ada, untuk tindakan selanjutnya
perawat memberikan edukasi lebih lanjut mengenai peningkatan manajemen kesehatan dan
peningkatan pengetahuan klien. Tidak terdapat perilaku berlawanan dengan sistem perawatan
profesional yang di terapkan. Klien biasanya mematuhi advice dari dokter.
(Kenapa Peningkatan Pengetahuan, dikarenakan, dsnya di jelasinkan bahwa ibu nya
menggambarkan pengalaman sebelumnya dan ingin mencari tahu lebih soal penyakit
tertentu).

Intervensi yang di ambil dengan melakukan pendekatan melalui teori transkultural adalah
culture care preservation n maintenance dengan cara melakukan pendekatan dengan
melakukan edukasi kepada klien (promosi kesehatan) seperti kesiapan peningkatan
manajemen kesehatan (karena sudah memikirkan bahaya lemak dibuktikan dengan
mengurangi lemak) dan kesiapan meningkatkan pengetahuan (dibuktikan dengan klien
bertanya tentang penyakit tertentu.
Lampiran Dokumentasi
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Teori Madeline Leininger tentang Transcultural Nursing merupakan salah satu yang
bergantung pada komunikasi dan perawatan yang ditunjukkan oleh perawat secara aktif
dalam menggabungkan nilai-nilai, keyakinan, dan latar belakang pasien dalam setiap langkah
proses keperawatan. Dicontoh di mana perawat memiliki kesempatan untuk membuat pasien
lebih nyaman menurut gaya perawatannya, perawat harus secara profesional dan efektif
mengejar lingkungan ini atas nama pasien dan membuat semuanya mencoba memahami
motif di balik keinginannya, bebas dari pertimbangan.

Sama seperti penulis mempertimbangkan faktor-faktor ini bahkan sebelum memasuki


ruangan seorang pasien, perawat di seluruh negeri harus mengambil langkah menuju budaya
kompetensi, suatu sifat yang akan meningkatkan asuhan keperawatan secara terus-menerus
berubah negara. Akibatnya, keperawatan transkultural seperti yang didefinisikan oleh
Madeleine Leininger adalah kunci untuk membuka kompetensi budaya dalam lingkungan
layanan kesehatan untuk negara dengan masa lalu yang kaya sejarah dan masa depan yang
beragam secara budaya.

4.2 Saran

 Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu


antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.

 Pelaksanaan teori leininger memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang lain
yang terkait seperti teori adaptasi, self care, dan lain – lain.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. (2018). Teori model keperawatan: beserta aplikasinya dalam keperawatan. Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang.

Afifah, E. (n.d.). Ringkasan materi: unit 2 keragaman budaya dan perspektif transkultural
dalam keperawatan. Retrieved October 7, 2019, from

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/transkulturalnursing.pdf

Teori Medeleine Leininger diambil dari The basic concepts of trancultural nursing. Dari
http://www.cultulrediversity.org/thirdwrld.html. Di akses pada 26 September 2016

Anda mungkin juga menyukai