Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Siti Tanzilatul Lutfiah (221100635)
2. Surya Saddan Al Faruk (221100524)
3. Shintiya Nur Lathifa (221100549)
4. Sefinna Ayu Wibowo (221100587)
5. Tasya Amalia Ulfa (221100559)
6. Merinda Citra Intan Sari (221100548)
7. Laura Cahyaningtyas (221100569)
8. Alfi Luthfiana (221100551)
9. Rodame Christopel.P (221100637)
Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, berkat
Ridho Nya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "TEORI
DAN KONSEP DASAR KEPERAWATAN MENURUT Madeleine Leininger”.
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis
alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis
mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima
kasih untuk semuanya yang sudah mau membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………
Daftar isi………………………………………………………………………….
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………….
1.1 Latar belakang……………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………...
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………
1.31 Tujuan Umum……………………………………………………..
1.32 Tujuan Khusus…………………………………………………….
1.4 Manfaat
Bab IV Penutup…………………………………………………………………….
4.1 Kesimpulan………………………..………………………………………
4.2 Saran …………………………………………………………………….
Daftar Pustaka……………………….……………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan,
dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai situasi
kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan
perawat peka terhadap apa yang terjadi dan apa yamg harus dilakukan.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang
dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih di kenal dengan teori “trans Cultural”.
Mampu mengetahui teori dan konsep keperawatan Medeleine Leininger dan dapat
menerapkan di kegiatan keperawatan sehari – hari.
1.4 Manfaat
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang Teori Model dan Konsep Keperawatan
Madeleine Leiniger serta dapat menaplikasikannya dalam praktik keperawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Teori Leininger dirancang untuk membantu perawat dalam menemukan makna, pola,
ekspresi, dan praktik baru terkait dengan perawatan budaya yang telah memengaruhi
kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan kelompok masyarakat (Kahodommohson
et al., 2021). Dalam proses ditemukannya teori ini dibahas baik terkait dengan persamaan
(kesamaan) dan keragaman (perbedaan) dapat diidentifikasi sebagai ciri khusus dalam suatu
budaya untuk memberikan perawatan yang sesuai dengan budaya pasien dengan tujuan untuk
menunjang kesehatan atau kesejahteraan yang diinginkan. Pembaharuan teori Leininger
dengan menggambarkan teori Culture care seperti sunrise yang mencakup faktor-faktor
budaya, sosial, biologis dan perawatan yang terintegrasi(McFarland & wehbe-alamah, 2019).
Leininger mengembangkan istilah baru untuk prinsip dasar teorinya. Ini definisi dan
prinsip-prinsip istilah kunci untuk memahami teori tersebut. Di bawah ini adalah ringkasan
dasar prinsip yang penting untuk memahami teori Leininger :
Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata atau diantisipasi dalam
upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang menjadi perhatian atau untuk
menghadapi kematian.
Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan perawatan.
Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai, keyakinan, norma,
dan kehidupan dari individu tertentu atau kelompok yang membimbing mereka berpikir,
keputusan, tindakan, dan cara berpola hidup.
Perawatan Budaya mengacu pada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi seseorang
atau kelompok untuk meningkatkan kondisi manusia atau untuk menangani penyakit atau
kematian.
Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam makna, nilai, pantas tidaknya
perawatan di dalam atau di antara kelompok-kelompok orang yang berbeda.
Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum atau arti serupa yang
jelas di antara banyak budaya.
Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan disiplin terfokus dengan perawatan
fenomena.
Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia atau alam
semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.
Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang berhubungan dengan
agama, struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola pendidikan-terns,
penggunaan teknologi, nilai-nilai budaya, dan ethnohistory yang di-fluence tanggapan
budaya manusia dalam konteks budaya.
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan budaya dan
dihargai oleh budaya yang ditunjuk.
Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada kegiatan pelayanan
keperawatan yang membantu orang dari budaya tertentu untuk menyimpan dan
menggunakan inti kebudayaan nilai perawatan terkait dengan masalah kesehatan atau
kondisi.
Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan keperawatan
kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu beradaptasi dengan atau
bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan masyarakat dalam upaya untuk mencapai
tujuan bersama dari hasil kesehatan yang optimal untuk klien dari budaya yang
ditunjuk. Memahami Kerja Theorists Perawat
Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang diambil oleh
budaya perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini memungkinkan atau sebagai
klien untuk mengubah perilaku kesehatan pribadi terhadap menguntungkan hasil
sementara menghormati nilai-nilai budaya klien.
Berdasarkan 7 komponen yang ada pada sunrise model, dapat dijelaskan bahwa:
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran
di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota
keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari
kantor atau patungan antar anggota keluarga.
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali
(Afifah, n.d.).
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Transcultural dari Leininger
1. Kelebihan :
a. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada
perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
b. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
c. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
d. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
e. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan .
2. Kekurangan :
b. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.
PEMBAHASAN
Bagian I.
1. Bahasa, komunikasi dan gesture
Jelaskan : Pasien dapat berbahasa Indonesia, namun nyaman menggunakan bahasa Jawa
untuk berkomunikasi sehari hari. Ketika berkomunikasi, pasien menatap mata
komunikator, duduk tenang dan tidak melakukan gesture tertentu. Pasien cenderung
sedikit dalam berbicara.
2. Lingkungan tempat tinggal (symbol, material dan non material)
Jelaskan : Pasien tinggal di Jawa sejak lahir, tidak ada riwayat pindah dari daerah
tertentu.
3. Penampilan fisik dan pakaian yang digunakan
Jelaskan : Tubuh pasien proporsional , tidak terlalu tinggi, kulitnya sawo matang. Pasien
terlihat mengenakan pakaian yang sederhana, tidak mewah, dan mengenakan hijab.
4. Teknlogi yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari
Jelaskan : Dalam kehidupan sehari-hari pasien menggunakan teknologi seperti
smartphone, televisi, kipas angin, magicom, dan kulkas.
5. Pandangan terhadap kehidupan
Jelaskan : Pandangan pasien dalam kehidupan khususnya dalam konteks sehat sakit
pasien cukup baik dikarenakan pasien sudah membuka atau terbuka dengan
perkembangan teknologi IPTEK, masyarakat disekitarnya sudah mulai tidak menutup
diri untuk pergi ke dokter atau petugas kesehatan yang lainnya.
6. Cara/ gaya hidup Keluarga (nilai, kepercayaan dan norma)
Jelaskan : Gaya hidup pasien termasuk sederhana, pasien tidak suka berolahraga. Pasien
mengikuti norma-norma yang berlaku di masyarakat.
7. Interaksi sosial dan hubungan kekerabatan
Jelaskan : Pasien mengatakan dekat dengan semua anggota keluarga. Pasien biasanya
mengambil keputusan secara mandiri, pasien juga sering berkomunikasi dengan orang
lain dan keluarga. Pasien dan keluarga berhubungan baik dengan tetangga sekitar.
8. Pola aktifitas sehari – hari
Jelaskan : Untuk sehari-harinya, aktifitas pasien adalah berdagang dan melakukan
kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga.
9. Praktik keagamaan dan kepercayaan
Jelaskan : Pasien beragama islam dan rajin menjalankan kewajibannya. Selain itu pasien
juga rutin mengikuti pengkajian. Ketika sakit, pasien percaya bahwa beribadah dan
berdoa bisa mebantu dalam proses kesembuhannya.
10. Faktor ekonomi (pemasukan dan biaya hidup)
Jelaskan : Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga sekaligus berdagang kecil-kecilan di
tempat wisata. Selain itu juga terdapat pemasukan dari suami untuk kebutuhan sehari-
hari.
11. Faktor pendidikan
Jelaskan : Pendidikan terakhir pasien yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas). Pasien
mengatakan tertarik jika ada penyuluhan terkait kesehatan di desanya. Pasien juga sering
mencari informasi terkait kesehatan.
12. Politik dan hukum
Jelaskan : Pasien mengatakan tidak ada pengaruh dari perilaku politik atau hukum yang
mempengaruhi kondisi kesehatan dan kesejahteraannya. Tidak ada yang membatasi
pasien untuk merawat diri.
13. Pola nutrisi atau makanan yang di konsumsi (pantangan dan hal yang dipercayai)
Jelaskan : Dalam sehari-hari pasien tidak menerapkan makan dengan gizi seimbang.
Biasanya cukup ada nasi, lauk, dan sayur. Selain itu pasien mengatakan menghindari
makanan dengan lemak berlebih.
14. Cara perawatan – pengobatan tradisional yang di jalankan/ dianut/ dipercayai
Jelaskan : Untuk pengobatan tradisional, pasien mengatakan masih sering meminum
jamu dengan tujuan untuk mempertahankan kesehatannya.
15. Cara perawatan – pengobatan professional yang dijalankan/ dianut/ dipercayai
Jelaskan : Untuk pengobatan profesional, pasien mengatakan jika merasa sakit akan
datang ke puskesmas atau rumah sakit menemui dokter atau tenaga tenaga kesehatan
yang lain untuk mengatasi penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak pergi ke dukun
atau orang pintar untuk mengatasi sakitnya.
16. Konsep atau pola perawatan yang digunakan sebagai panduan
Jelaskan : Pasien mengatakan bahwa pandangan kesehatannya didapat dari internet, dari
keluarga, dan juga dari masyarakat sekitar.
17. Perilaku perawatan yang dijalankan dan ekspresi perawatan
Jelaskan : Perilaku perawatan yang dijalankan klien yaitu sesuai dengan advice dokter
dan masih mempertahankan tradisi Jawa nya. Namun klien tetap mempertimbangkan
advice dokter, apabila dokter melarang maka la tidak akan melakukannya.
Ekspresi perawatan yang la lakukan adalah saat sedang sakit biasanya ia memendam nya
tidak terlalu menunjukkan bahwa ia sakit, hal ini ia lakukan agar anak" nya tidak
khawatir selain itu juga ia harus tetap bekerja untuk membantu keuangan keluarga.
18. Cara klien untuk :
a. Mencegah sakit : Cara pasien untuk mencegah sakit yaitu dengan meminum jamu
jamu tradisional yang diracik menggunakan resep secara turun temurun, klien
mendapatkan nya dengan membeli jamu tersebut di mbak jamu yang ada di pasar.
b. Menjaga/ mempertahankan kesehatan : Untuk mempertahankan kesehatannya, pasien
biasanya meminum jamu. Selain itu pasien juga menghindari makanan yang berisiko
mengurangi tingkat kesehatannya.
c. Merawat diri sendiri atau orang lain yang sakit : Pasien merawat diri dengan menjauhi
makanan yang berisiko menyebabkan sakit. Ketika sakit, merawat diri dengan berobat
ke puskesmas atau layanan kesehatan lainnya.
19. Indikator lain yang mendukung kehidupan yang lebih tradisional atau non-tradisional
termasuk etnohistoris dan lainnya
Jelaskan : Pasien merupakan suku Jawa, hal ini membuat pasien mempercayai beberapa
pengobatan tradisional Jawa seperti jamu.
Bagian II.
Pengkajian Mainly Moderate Average Moderate Mainly non
traditional traditional
1 2 3 4 5
1. Bahasa dan model komunikasi √
2. Lingkungan fisik – sosial √
3. Penampilan fisik √
4. Faktor teknologi √
5. Worldview (pandangan hidup) √
6. Cara hidup keluarga √
7. Hubungan sosial/kekerabatan √
8. Gaya hidup sehari – hari √
9. Keagamaan/ kepercayaan √
10. Faktor ekonomi √
11. Faktor pendidikan √
12. Faktor politik dan hokum √
13. Pola nutrisi/ makanan √
14. Perawatan/ pengobatan tradisional √
15. Perawatan/pengobatan professional √
16. Pola perawatan √
17. Pola pengobatan √
18. Cara pencegahan/ menjaga kesehatan √
19. Indicator lain (etnohistorical) √
Total: 70
Panduan wawancara :
Pengkajian Kis – kisi
1. Worldview (pandangan hidup) Bisakah anda menjelaskan kepada saya bagaimana
pandangan atau cara anda melihat kehidupan anda?
2. Etnohistory Perawat mempelajari latar belakang budaya klien:
Intervensi yang di ambil dengan melakukan pendekatan melalui teori transkultural adalah
culture care preservation n maintenance dengan cara melakukan pendekatan dengan
melakukan edukasi kepada klien (promosi kesehatan) seperti kesiapan peningkatan
manajemen kesehatan (karena sudah memikirkan bahaya lemak dibuktikan dengan
mengurangi lemak) dan kesiapan meningkatkan pengetahuan (dibuktikan dengan klien
bertanya tentang penyakit tertentu.
Lampiran Dokumentasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Teori Madeline Leininger tentang Transcultural Nursing merupakan salah satu yang
bergantung pada komunikasi dan perawatan yang ditunjukkan oleh perawat secara aktif
dalam menggabungkan nilai-nilai, keyakinan, dan latar belakang pasien dalam setiap langkah
proses keperawatan. Dicontoh di mana perawat memiliki kesempatan untuk membuat pasien
lebih nyaman menurut gaya perawatannya, perawat harus secara profesional dan efektif
mengejar lingkungan ini atas nama pasien dan membuat semuanya mencoba memahami
motif di balik keinginannya, bebas dari pertimbangan.
4.2 Saran
Pelaksanaan teori leininger memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang lain
yang terkait seperti teori adaptasi, self care, dan lain – lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. (2018). Teori model keperawatan: beserta aplikasinya dalam keperawatan. Malang:
Afifah, E. (n.d.). Ringkasan materi: unit 2 keragaman budaya dan perspektif transkultural
dalam keperawatan. Retrieved October 7, 2019, from
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/transkulturalnursing.pdf
Teori Medeleine Leininger diambil dari The basic concepts of trancultural nursing. Dari
http://www.cultulrediversity.org/thirdwrld.html. Di akses pada 26 September 2016