Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“Model Konseptual Budaya Madeline Leininger”

Dosen Pengampu:

Ns. Titin Aprilatutini, S.Kep.,M.Pd

Oleh kelompok 5:

1. Octhara Dwika P

2. Valentri Novita

3. Hennyca Safitri

4. Rinda Julianita

3A

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani pada diri kita. Shalawat dan salam tetaplah
kita curahkan kepada Habibilah Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan
kepada kita jalan yang lurus.

Alhamdulillah kami merasa bersyukur karena telah menyelesaikan makalah


“Model Konseptual Budaya Madeline Leininger” sebagai tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap orang yang
membacanya.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
bekerja sama dalam pembuatan makalah hingga selesainnya makalah ini. Dan kami
membutuhkan kritik dan saran untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi.

Bengkulu, Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Pengertian Keperawatan Gerontik................................................................................3
B. Sejarah Teori Culture Care Madeline Leininger...........................................................3
C. Model Konseptual Budaya Leininger...........................................................................4
D. Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan.....................................................5
E. Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring...........................................7
BAB II
PENUTUP...............................................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................1

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi, pengetahuan tentang keperawatan sangat
penting. Terutamameliputi pemberian asuhan keperawatan bagi seluruh
manusia untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
spiritual baik klien maupun keluarga. Ketika menggunakan pendekatan ini,
perawat memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dalam hubungan
interpersonal, psikologi, pertumbuhan, dan perkembangan
manusia,komunikasi dan sosiologi, juga pengetahuan tentang ilmu-ilmu
dasar dan ketrampilan keperawatan tertentu. Perawat adalah pemberi jalan
dalam menyelesaikan masalah dan juga sebagai pembuat keputusan.
Yang melatarbelakangi pembuatan paper ini yaitu sebagai tenaga
perawat, kita harus mengetahui model-model keperawatan atau tokoh-
tokoh dalam keperawatan yang dimana setiap pendapat dari para
tokoh atau model bebeda-beda yang dapat kita pergunakan dalam
member asuhan kepada pasien.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi keperawatan gerontik?
2. Bagaimana sejarah teori culture care madeline Leininger?
3. Bagaimana model konseptual budaya Leininger dalam keperawatan
Gerontik?
4. Bagaimana hubungan model dengan paradigma keperawatan?
5. Bagaimana hubungan teori model Leininger dengan konsep
caring?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi keperawatan gerontik
2. Untuk mengetahui sejarah teori culture care madeline Leininger
3. Untuk mengetahui model konseptual budaya Leininger dan
hubungan teori dengan keperawatan Gerontik
1
4. Untuk mengetahui hubungan model dengan paradigma
keperawatan
5. Untuk mengetahui hubungan teori model Leininger dengan konsep
caring

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Gerontik


Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama
untuk pertama kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al,
2005). Namun, pada tahun 1976, nama tersebut diganti dengan
gerontological. Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia
dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
lanjut usia dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi
aspek biologis, sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Gerontologi
merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai
aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009).
Menurut Miller (2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg
mempelajari proses manuan dan masalah yg mungkin terjadi pada lansia.
Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis yang
mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau
dari segi promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup
kesehatan badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat
(Tamher&Noorkasiani, 2009).

B. Sejarah Teori Culture Care Madeline Leininger


Leininger memutuskan untuk melanjutkan studinya ke program
doktor (Ph.D) yang berfokus pada kebudayaan, sosial, dan antropologi
psikologi pada Universitas Washington. Sebagai seorang mahasiswa
program doktor, Leininger mempelajari berbagai macam kebudayaan dan
menemukan bahwa pelajaran antroplogi itu sangat menarik dan merupakan
area yang perlu diminati oleh seluruh perawat. Kemudia ia menfokuskan
diri pada masyarakat Gadsup di Eastern Highland of New Guinea, dimana
ia tinggal bersama masyarakat tersebut selama hampir dua tahun. Dia

3
dapat mengobservasi bukan hanya gambaran unik dari kebudayaan
melainkan perbedaan antara kebudayaan masyarakat barat dan non barat
terkait dengan praktek dan asuhan keperawatan untuk mempertahankan
kesehatan.
Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama dengan
masyarakat Gadsup, ia terus mengembangkan teori perawatan kulturalnya
dan metode ethno nursing. Teori dan penelitiannya telah membantu
mahasiswa keperawatan untuk memahami perbedaan budaya dalam
perawatan manusia, kesehatan dan penyakit. Dia telah menjadi pemimpin
utama perawat yang mendorong banyak mahasiswa dan fakultas untuk
melanjutkan studi dalam bidang anthropologi dan menghubungkan
pengetahuan ini kedalam praktik dan pendidikan keperawatan
transkultural.

C. Model Konseptual Budaya Leininger dalam Keperawatan Gerontik


Model konseptual Leininger sering disebut sebagai Trancultural
NursingTheory atau teori perawatan transkultural. Pemahaman yang benar
pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu, keluarga,
kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock
atau culture imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat)
mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok
budaya tertentu (klien). Klien akan merasakan perasaan tidak nyaman,
gelisah dan disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan. Sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga
kesehatan (perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan,
memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang
dimilikinya kepada individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain
karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi daripada budaya
kelompok lain.

model konseptual budaya leiniger dibutuhkan dalam keperawatan


gerontik, tenaga kesehatan perlu pemahaman tentang budaya individu yang

4
dirawat dan tidak memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan/perilaku kepada mereka sehingga klien /keluarga merasakan
kenyamanan dalam kesahriannya.

5
D. Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan
1. Manusia
Menurut pendapat Leininger tentang variasi struktur sosial,
jalan hidup, dan nilai serta norma-norma dari berbagai budaya dan
subkultur, individu memiliki opini dan pandangan tentang sehat,
sakit, asuhan, sembuh, ketergantungan, dan kemandirian yang
berasal dari budaya tersebut. Setiap manusia hidup di dalam dan
dengan budayanya dan meneruskan pengetahuan tersebut terhadap
generasi berikutnya. Oleh karena itu, jika seseorang memiliki
atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut merupakan atribut
sosial atau secara lebih spesifik merupakan atribut budaya atau
etnik dari individu.
2. Lingkungan
Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-
orang atau kelompok atau masyarakat tertentu memberi bentuk
pada unsur lingkungan sosial mayoritas, ekonomi, budaya dan
fisik. Menurut pendapatnya, sistem layanan budaya juga
merupakan faktor lingkungan spesifik yang terdiri dari dua sub
sistem :
1) Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan
yang menjadi bagian dari sistem layanan kesehatan regular,
termasuk layanan medis, layanan keperawatan, dan
fisioterapi.
2) Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan
ritual yang terlibat dalam bantuan sukarela, pengobatan
tradisional, ritual dan kebiasaan etnik, pengobatan
alternative.
3. Sehat dan sakit
Menurut Leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit
sebagai konsep yang di tentukan dan bergantung pada budaya.
Apresiasi sehat dan sakit berbeda-beda antar-budaya, oleh sebab itu

6
pengetahuan tentang budaya di perlukan agar mampu memahami
makna yang diberikan oleh kelompok budaya tertentu terhadap
sehat dan sakit.
4. Keperawatan
Dalam deskripsinya tentang keperawatan yang ia sebutkan
sebagai keperawatan transkultural atau keperawatan etnik,
Leininger menekankan aspek-aspek sebagai berikut :
1) Keperawatan sebagai seni keterampilan dan humanistic
2) Keperawatan berpusat pada individu
3) Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan
kesejahteraan, dan memberikan bantuan terhadap proses
pemulihan dari suatu penyakit, sambil mempertimbangkan
perbedaan budaya.
Menurut Leininger, perbedaan budaya dapat dipertimbangkan
dengan cara :
a) Preservasi Asuhan Kultural
Preservasi asuhan kultural berarti bahwa keperawatan
melibatkan penghargaan yang penuh terhadap pandangan
budaya dan ritual pasien serta kerabatnya.
b) Adaptasi Asuhan Kultural
Bertentangan dengan preservasi asuhan kultural,
adaptasi asuhan kultural melibatkan negosiasi dengan
pasien dan kerabatnya dalam rangka menyesuaikan
pandangan dan ritual tertentu yang berkaitan dengan sehat,
sakit, dan asuhan.
c) Rekonstruksi Asuhan Kultural
Rekonstruksi asuhan kultural melibatkan kerjasama
dengan pasien dan kerabatnya dalam rangka membawa
perubahan terhadap perilaku mereka yang berkaitan dengan
sehat, sakit, dan asuhan dengan cara yang bermakna bagi
mereka.

7
Dalam model sunrice-nya, Leininger menampilkan visualisasi
hubungan antara berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan
perawatan (yang dilihat dari Leininger sebagai bentuk dari asuhan)
merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan
merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan karakteristik dasar
dari keperawatan. Tindakan membantu diidentifikasi sebagai perilaku
yang mendukung. Menurut Leininger, bantuan tersebut baru benar – benar
efektif jika latarbelakang budaya pasien dipertimbangkan, dan bahwa
perencanaan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.

E Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring


Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada
orang lain, menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah
terjadi suatu yang buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah
suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada
individu secara utuh,.Caring dalam keperawatan adalah fenomena
transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok
lain.
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat
baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek
bio- psiko-sosio-spiritual. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama
dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Leininger menggunakan metode ethnomethods sebagai cara untuk
melakukan pendekatan dalam mempelajari ”care” karena metode ini
secara langsung menyentuh bagaimana cara pandang, kepercayaan dan
pola hidup yang dinyatakan secara benar. Pada tahun 1960-an, Leininger
mengembangkan metode ethnonursing untuk mempelajari fenomena
keperawatan secara spesifik dan sistematik.
Ethnonursing berfokus pada sistematika studi dan klasifikasi
pelayanan keperawatan, nilai-nilai, praktik-praktik secara kognitif atau
secara subjektif yang dikenal sebagai designated cultured ( atau cultural

8
representatives) melalui bahasa lokal, pengalaman-pengalaman,
keyakinan-keyakinan, dan sistem value tentang fenomena keperawatan
yang aktual dan potensial seperti kesehatan dan faktor-faktor lingkungan.
Walaupun keperawatan telah menggunakan kata-kata ”care” dan
”caring” untuk menggambarkan praktek keperawatannya selama lebih dari
satu abad, definisi dan penggunaannya seringkali masih rancu dan
hanyalah berbentuk klise tanpa ada pengertian yang spesifik bagi klien
atau bahkan bagi perawat itu sendiri. „walau demikian, konsep caring
adalah satu bahasan yang paling sedikit dimengerti dan dipelajari dari pada
bidang ilmu pengetahuan dan area penelitian lainnya. Melalui definisi
bahwa teori keperawatan transkultural dan ethnomethodes yang berfokus
pada “emic” (insiders‟ views) seseorang dapat semakin dekat pada
pengertian ”care” itu sendiri, karena ethnomethodes bersumber pada
people- centered data dan tidak berasal dari opini peneliti tersebut
(outsiders‟ views), kepercayaan dan prakteknya.
Tujuan penting dari teori ini adalah bagaimana teori ini dapat
mendokumentasikan, mengetahui, memprediksikan dan menjelaskan
secara sistematis data dilapangan tentang fakta universal dan perbedaan
yang ada terkait dengan pelayanan professional, pelayanan secara umum
dan pelayanan keperawatan. Tujuan secara umum teori keperwatan
transkultural adalah untuk menentukan people‟s emic terhadap ”care”
sesuai dengan keyakinan dan praktek pelayanan dan mempelajari sumber
pengetahuan ini menggunakan persfektif etika keperawatan.
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa ”care” adalah cocok dan
masuk akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada.
Leininger meyakini bahwa “ perilaku caring dan praktiknya secara
unik membedakan keperawatan terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang
lain.”
Alasan utama untuk mempelajari caring adalah :

9
1) Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia,
perkembangan manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk
hidup.
2) Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan
pemberi pelayanan dan penerima pelayanan pada kultur yang
berbeda untuk memenuhi kebutuhan pelayanan secara kultural.
3) ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial
untuk proses penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada
manusia dan kelompok sepanjang waktu.
4) Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi
secara sistematis dari persfektif kultural dan telah melupakan
aspek-aspek epistemology dan ontology yg berlandaskan pada
pengetahuan keperawatan.
Leininger menyatakan bahwa care adalah fenomena yang luas dan
eklusive yang sering muncul pada pola hidup masyarakat yang dapat
dijadikan landasan bagi perawat dalam menerapkan “care” pada terapi
tertentu dalam rangka menjaga kondisi sehat, mencegah penyakit, proses
penyembuhan dan membantu orang menghadapi kematian. Lebih lanjut
lagi, perhatian utama pada thesisnya adalah jika seseorang mengerti secara
keseluruhan mengenai kosep ”care”, orang tersebut dapat memprediksi
kesejahteraan individu, keluarga dan kelompoknya.
Jadi “care” menurut sudut pandang Leininger merupakan salah satu
konsep yang paling kuat dan fenomena distinctive bagi keperawatan.
Sebagaimana bentuk dan konsep care itu sendiri, sehingga harus benar-
benar di dokumentasikan, dimengerti dan digunakan agar ”care” menjadi
petunjuk utama bagi terapi keperawatan dan penjelasan tentang praktek-
praktek keperawatan.

1
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan
asuhan dipengaruhi oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial
seeperti tehnologi, kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-
nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan
faktor- faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan
konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem
ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat
: pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan
praktek- praktek yang merupakan baggian integral dari aspek-aspek
struktur sosial sehingga teori ini berperan penting dalam keperawatan
gerontik.
B. Saran
Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan
pemahaman tentang ilmu antropologi agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang baik. Pelaksanaan teori Leinienger memerlukan
penggabungan dari teori keperawatan yang lain yang terkait, seperti
teori adaptasi, self care dan lain-lain

10
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, S.Kep, Ners, Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit buku kedokteran

EGC, Jakarta.

Christensen Paula J. & Kenney Janet W (2009), Proses Keperawatan : Aplikasi


model konseptual edisi 4, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

Kozier, Barbara et al. (2000). Fundamental of Nursing : The nature of nursing


practice in Canada. 1st Canadian Ed, Prentice Hall Health. Toronto.

https://mediaperawat.id/teori-model-madeleine-leininger/ /diakses Agustus 2021

11

Anda mungkin juga menyukai