Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“ Konsep Dan Teori Keperawatan Madeleine Leininger “

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah konsep dasar keperawatan

Disusun oleh:
M. Fiqri Ramadhan 1807577
Nadya Sekar Ayu 1806695
Nazela Nazwah Latifah 1807318
Revita Fitria 1808005
Sinta Wulandari 1806470

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3


FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Bersamaan dengan selesainya makalah ini, kami panjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah Swt. karena atas nikmat yang tak terhingga serta hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah presentasi dari mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan ini dengan baik tanpa hambatan yang berarti. Kami berterimakasih
kepada pihak yang telah terlibat untuk mendukung selesainya makalah ini
khususnya kepada dosen mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan yang terhormat,
Ibu Septian Andriyani, S.Kp., M.Kep.

Makalah yang kami buat berisi tentang Konsep Dasar Keperawatan Menurut
Madeleine Leininger. Kami berharap dengan adanya makalah ini, para pembaca
dapat lebih mengetahui tentang konsep dasar keperawatan, lebih bagus lagi jika
tertarik dengan materinya sehingga pembaca dapat mengkaji lebih dalam dari
sumber lain. Karena sebaik-baiknya kami dalam menyusun makalah, makalah ini
tidak akan luput dari kekurangan atau kesalahan, baik kurang dalam tata letak
struktur, tata bahasa yang kurang dimengerti, ataupun dari segi materi yang
kurang jelas. Kami sangat terbuka atas kritik dan saran dari para pembaca untuk
memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami harap makalah ini dapat memberikan
manfaat terutama untuk pembaca yang memang ingin mengetahui tentang konsep
dasar keperawatan.

Bandung, 1 November 2018

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulis.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Keperawatan Transkultural Menurut Madeleine Leininger.......................3


B. Paradigma Transcultural Nursing............................................................................5
C. Tujuan Teori Keperawatan Madeleine Leininger...................................................7
D. Kelebihan Teori Keperawatan menurut Madeleine Leininger................................7
E. Kelemahan Teori Keperawatan menurut Madeleine Leininger..............................7
F. Penerapan Teori dalam Keperawatan......................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga, dan
masyarakat. Keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktik
keperawatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang
dapat di pertanggung jawabkan. Perawat dalam mempraktikkan keperawatannya
harus memperhatikan budaya dan keyakinan yang dimiliki oleh klien,
sebagaimana yang disebutkan oleh teori model Madeleine Leininger bahwa teori
tersebut memiliki tujuan yaitu menyediakan pelayanan spesifik secara kultural
bagi klien. Untuk memberikan asuhan keperawatan dengan budaya tertentu, perlu
memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai kepercayaan kedalam rencana
keperawatan.
Berdasarkan latar belakang diatas, kami membuat makalah mengenai
penerapan teori Madeleine Leininger dalam praktik keperawatan. Hal ini
bertujuan agar lebih memahami teori model menurut Madeleine Leininger dan
mampu melakukan pelayanan kesehatan peka budaya kepada klien menjadi lebih
baik.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep keperawatan menurut Madeleine Leininger?
b. Apa yang dimaksud teori model Madeleine Leininger?
c. Tujuan dari teori Madeleine Leininger?
d. Apa kelebihan dari teori model Madeleine Leininger?
e. Apa kelemahan dari teori model Madeleine Leininger?
f. Bagaimana penerapan dari model tersebut dalam keperawatan?
C. Tujuan Penulis
a. Untuk mengetahui bagaimana konsep keperawatan menurut Madeleine
Leininger.

1
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud teori model Madeleine Leininger.
c. Untuk mengetahui tujuan dari teori Madeleine Leininger.
d. Untuk mengetahui apa kelebihan dari teori model Madeleine Leininger.
e. Untuk mengetahui kelemahan dari teori model Madeleine Leininger.
f. Untuk mengetahui bagaimana penerapan dari model tersebut dalam
keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang


pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang
berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional pertama yang meraih
pendidikan doctor dalam ilmu antropologi sosial dan budaya. Dia lahir di Sutton,
Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma
di “St. Anthony’s School of Nursing” di Denver.

A. Konsep Keperawatan Transkultural Menurut Madeleine Leininger

Pada akhir tahun 1970, Madeleine Leininger membuat model konseptual


tentang pemberian transkultural. Konsepnya adalah Sunrise Model atau Model
Matahari Terbit. Model Matahari Terbit (Sunrise Model) ini melambangkan esensi
keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan
asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas,
lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai
pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial
yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara global) maupun masyarakat
dalam lingkup yang sempit.

Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger


dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor
sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum ekonomi,
dan pendidikan.

Faktor-faktor tersebut merupakan totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau


pengalaman yang memberi arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi
sosial dalam tekanan fisik, ekologi, sosial-politik, dan/atau struktur kebudayaan.
Termasuk di dalamnya adalah etno histori atau riwayat kebudayaan yang mengacu
pada kebutuhan fakta pada masa lampau, kejadian, dan pengalaman individu,
kelompok, kebudayaan, serta suatu institusi yang difokuskan pada

3
manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan dan
menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu
dalam jangka waktu yang panjang maupun pendek.

Sunrise Model dipublikasikan di berbagai buku dan artikel jurnal dan menarik
banyak perhatian dari berbagai penjuru dunia (Leininger, 1984), yang kemudian
diakui oleh publik pada tahun 1998. Setelah menyelesaikan pendidikannya
sebagai perawat psikiatrik, Leninger melanjutkan studinya di bidang antropologi
kultural. Sebagai ahli antropologi ia melakukan banyak praktik kerja di berbagai
kultur dan subkultur. Bersama dengan sejumlah rekan kerja, ia melakukan
penelitian terhadap fenomena pemberian asuhan dan perilaku pemberian asuhan
lebih dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia. Hal ini menghasilkan
di kembangkannya konsep kerangka kerja pemberian asuhan transkultural, yang
mengakui adanya perbedaan (diversitas), dan persamaan (universalitas) dalam
pemberian asuhan di budaya yang berbeda. Hal ini mengarah pada di
kembangkannya teori-teori universalitas dan diversitas dalam asuhan kultural.

Beberapa inti dari model teorinya adalah :


a. Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok
yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu
memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.

b. Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai kelompok
tertentu, berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di putuskan,
dikembangkan , dan dipertahankan, oleh anggota kelompok tersebut.

c. Asuhan transkultural
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar mempelajari
norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka
memberikan bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu

4
mempertahankan tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup atau
kondisinya, dan belajar menerima batasan-batasan.

d. Diversitas asuhan kultural


Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang
kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma, dan cara
hidup kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan
ritual dapat muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau
sumber kultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat
muncul dari nilai-nilai dan norma-norma budaya tertentu tentang kematian,
kesehatan, seksualitas, dan lain sebagainya.
e. Universalitas asuhan kultural

Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural


merujuk pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan
bantuan dan dukungan. Menurut Leininger, karakteristik universal ini dapat
berupa tindakan-tindakan seperti tersenyum, dan memberikan bantuan
berkaitan dengan kebutuhan primer.

B. Paradigma Transcultural Nursing

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai


cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan.

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan
untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat di manapun dia berada.

5
2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalam mengisi


kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam kegiatan sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif.

3. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang memengaruhi


perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
sebagai suatu totalitas kehidupan di mana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan
simbolik. Lingkugan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan
iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak
pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan
struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke masyarakat yang lebih luas. Lingkungan simbolik adalah
keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok
merasa bersatu seperti musik, seni, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik


keperawatan yang diberikan pada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan untuk memandirikan individu
sesuai dengan budaya klien.

6
C. Tujuan Teori Madeleine Leininger

Tujuan penggunaan keperawatan transtruktural adalah mengembangkan sains


dan pohon yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan
yang spesifik dan universal (Leininger, dalam Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Dalam hal ini, kebudayaan yang spesifik merupakan kebudayaan yang hanya
dimiliki oleh kelompok tertentu. Misalnya kebudayaan Suku Anak Dalam, Suku
Batak, Suku Minang. Sedangkan kebudayaan yang universal adalah kebudayaan
yang umumnya dipegang oleh masyarakat secara luas. Misalnya, kebiasaan tubuh
terkonminasi oleh mikroorganisme ketika makan. Dengan mengetahui budaya
spesifik dan budaya universal yang dipegang oleh klien, maka Pratik keperawatan
dapat dilakukan secara maksimal.

D. Kelebihan Teori Madeleine Leininger


1. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena tidak
kaku memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat
patut diperhatikan dalam memberikan asuhan.
2. Pengaplikasikannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti Orem,
Virginia Hederson, dan Neuman.
3. Teori transcultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien
dalam mengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
4. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering ditemukan
saat melakukan asuhan keperawatan.

E. Kelemahan Teori Madeleine Leininger


1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak dapat berdiri sendiri
dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagia macam
konseptual model lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai interpensi spesifik dalam
mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model
teori lainnya.

7
F. Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan
1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode
penelitian dalam berbagai budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya
telah dipelajari. Selain itu, digunakan untuk menguji teori ethonursing.
Teori transcultural nursing ini, merupakan satu-satunya teori yang
membahas secara spesifik tentang pentingnya menggali budaya pasien
untuk memenuhi kebutuhannya.
Kajian yang telah dilakukan mengenai etnogeografi dilakukan pada
keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami gangguan
neurologis yang akut. Hal yang dilihat disini, adalah bagaimana anggota
keluarga yang sehat menjadi anggota keluarga yang mengalami gangguan
neurologis tersebut. Akhirnya, anggota keluarga yang sehat di wawancara
dan diobservsi guna memperoleh data. Ternyata mereka melakukan
penjagaan terhadap anggota keluarga yang sakit selama kurang lebih 24
jam. Hanya satu orang saja yang tidak ikut berpartisipasi untuk merawat
anggota yang sakit. Setelah dikaji, ada beberapa faktor yang memengaruhi
kepedulian anggota keluarga yang sehat untuk menjaga anggota yang
sakit. Faktor tersebut, diantaranya adalah komitmen dalam kepedulian,
pergolakan emosional,hubungan keluarga yang dinamis, transisi dan
ketabahan.
Penemuan ini menjelaskan pemahaman yang nyata. Bahwa
penjagaan terhadap paisen merupakan salah ekspresi dari sifat caring dan
memberikan sumbangsih pada pengetahuan tentang perawatan peka
budaya.
Tujuan dari kajian kedua adalah untuk mengidentifikasi da
menganalisis ekspresi dari pelaksanaan sifat caring warga Anglo Amerika
dan Afrika Amerika dalam sift caring jangka Panjang dengan
menggunakan metode ethonursing kualitatif. Data dikumpulan dari 40
orang partisipan, termasuk di dalamnya adalah para penduduk Anglo

8
Amerika dan Afrika Amerika, staf keperawatan, serta penyedia pelayanan,
pemeliharan gaya hidup preadmission, perawatan yang professional dan
memuaskan bagi penduduk, perbedaan yang besar antara appartemen
dengan rumah para penduduk, dan sebuah lembaga kebudayaan yang
mencerimnkan motif dan pelaksanaan keperawatan. Penemuan ini berguna
bagi masyarakat dan para staf professional untuk mengembangkan teori
culture care diversity and universality.
2. Edukasi (Education)
Dimasukannya keanekaragaman budaya dalam kurikulum pendidikan
keperawatan bukan merupakan hal yang baru. Keanekaragaman budaya
atau dalam dunia keprawatan mulai diintegrasikan kedalam kurikulum
keperawatan pada tahun 1917, saat komite kurikulum dari nasional League
Of Nursing (NLN) Yang sering dihadapi oleh para perawat. Kemudian,
tahun 1937 komite NLN mengelompokan latar belakang budaya kedalam
panduan untuk mengetahui reaksi seseorang terhadap rasa sakit yang
dimiliknya.Promosi kurikulum pertama tentang transcultural nursing
dilaksanakan antara tahun 1965-1969 oleh Madeilene Leininger. Saat itu
Leininger tidak hanya mengembangkan transcultural nursing dibidang
kursus. Tetapi juga mendirikan program perawat bersama ilmuan Ph-D,
pertama di corolado school of nursing. Kemudian dia memperkenalkan
teori ini kepada mahasiswa pascasarjana pada tahun 1977. Ada pandangan,
jika beberapa program keperawatan tidak mengenali pengaruh dari
perawatan peka budaya, akan berakibat pelayanan yang diberikan kurang
maksimal. Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
proses pembelajaran keperawatan yang ada di dunia. Namun, Leininger
merasa khawatir beberapa program menggunakannya sebagai focus utama.
Karena saat ini pengaruh globalisasi dalam pendidikan sangatlah
signifikan dengan presentasi dan konsultasi di setiap belahan dunia.
Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori
transcultural nursing dalam sistem pendidikkannya. Karena kelak saat para
perawat berhadapan langsung dengan klien, mereka tidak hanya akan

9
merawat klien yang mempunyai budaya yang sama dengan dirinya.
Bahkan mereka juga bisa saja menghadapi klien yang berasal dari luar
negara Indonesia.
3. Kolaborasi (Colaboration)
Asuhan keperawatan merupakan bentuk yang harus dioptimalkan
dengan mengacu pada kemungkinan variasi pendidikan keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan, dan tindakan termasuk kepekaan terhadap
lingkungan individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi
(Leininger, 1985).
Dalam mengaplikasikan teori Leininger dilingkungan pelayanan
kesehatan memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan
latar belakang klien, ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya.
Nantinya, pemahaman terhadap budaya klien akan diimplementasikan
kedalam strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Strategi tersebut antara lain adalah perlindungan atau
memertahankan budaya, mengakomodasi atau negosiasi budaya, dan
mengubah atau mengganti budaya klien.
4. Pemberi Perawatan (Care Giver)
Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori
transcultural nursing. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat akan
mengakibatkan cultural shock atau culture imposition. Cultural shock
dapat terjadi apabila perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
nilai budaya. Culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan
(perawat) dalam memaksakan nilai budaya, keyakinan,dan kebiasaan yang
dimilikinya pada individu, keluarga, atau kelompok dan budaya lain
karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya
kelompok lain.
Pemahaman budaya klien oleh perawat sangat memengaruhi
efektivitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang

10
bersifat terapeutik. Bila perawat tidak memahami budaya klien, maka akan
timbul rasa tidak percaya sehingga tidak akan terjadi hubungan terapeutik.

5. Manajemen
Manajemen yang dimaksud adalah adanya beberapa rumah sakit yang
dalam memberikan pelayanan menggunakan bahasa daerah yang
digunakan oleh pasien. Hal ini memungkinkan pasien merasa lebih
nyaman, dan lebih dekat dengan pemberi pelayanan kesehatan. Bisa saja,
tidak semua warga negara Indonesia fasih dan nyaman menggunakan
Bahasa Indonesia. Terutama bagi masyarakat awam, mereka akan merasa
lebih dekat dengan pemberi pelayanan kesehatan yang menggunakan
bahasa daerah mereka.
6. Sehat dan Sakit
Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang
sangat bergantung, dan ditentukan oleh budaya. Budaya akan
memengaruhi seseorang mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya.
Apresiasi terhadap sakit yang ditampilkan dari berbagai wilayah di
Indonesia juga beragam. Seperti misalnya si A, yang berasal dari suku
Batak mengalami influenza disertai dengan batuk. Namun, dia masih bisa
melakukan aktivitas sehari-harinya secara normal. Maka dia dikatakan
tidak sedang sakit. Karena di Suku Batak, seseorang dikatakan sakit bila
dia sudah tidak mampu untuk menjalankan aktivitasnya secara normal.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan
seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan
keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional
pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi sosial dan
budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya
setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of Nursing”
di Denver. Konsepnya adalah Sunrise Model atau Model Matahari Terbit.
Model Matahari Terbit (Sunrise Model) ini melambangkan esensi
keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum
memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga,
kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (world view) tentang
dimensi dan budaya serta struktur sosial yang berkembang di berbagai
belahan dunia (secara global) maupun masyarakat dalam lingkup yang
sempit. Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan
transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep
dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu :
manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan. Tujuan penggunaan
keperawatan transtruktural adalah mengembangkan sains dan pohon yang
humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang
spesifik dan universal. Dalam konsepnya teori ini memiliki kelemahan dan
kelebihan salah satunya adalah Mengatasi berbagai permasalahan
hambatan budaya yang sering ditemukan saat melakukan asuhan
keperawatan, Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak dapat
berdiri sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagia
macam konseptual model lainnya. Penerapan teori ini dalam keeperawatan

12
diantaranya : Riset, edukasi, kolaborasi, pemberi perawat, manajemen,
sehat dan sakit.

B. Saran

Setiap teori pasti memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya ,


hal itu disesuaikan bagaiman perawat mengaplikasikan ke setiap pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/transkulturalnursing.pd
f
 Rachmani, afifah dkk 2015. Teori model madeleine leininger dalam
praktik keperawatan. UNPAD, sumedang.

14

Anda mungkin juga menyukai