Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI KEPERAWATAN MADELEINE


LEININGER

Disusun Oleh Kelompok V :


Annisa Muthmainah,Amd.Kep (23122292)
Asmaini,Amd.Kep (23122293)
Eri Sonaldi,Amd.Kep (23122302)
Fitria Ningsih,Amd.Kep (23122305)
Mira Arizanti,Amd.Kep (23122312)
Sri Surya,Amd.Kep (23122323)
Windi Aprilia,Amd.Kep (23122326)

Dosen Pembimbing : Ns.Delvi Hamdayani,M.Kep

MAHASISWA RPL PRODI S-1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai TEORI
KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Padang, 13 November 2023

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Biografi Madeleine Leininger..................................................................................................2
B. Teori dan model konsep keperawatan Transkultural.........................................................3
1. Pengertian teori Transkultural............................................................................................3
2. Konsep dalam Transkultural Nursing...................................................................................4
3. Paradigma Transkultural Nursing.....................................................................................5
4. Teori Leininger dalan konsep asuhan keperawatan............................................................7
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger............................10
1. Kelebihan :.............................................................................................................................10
2. Kelemahan :............................................................................................................................10
D. Penerapan teori Leininger di Rumah sakit.............................................................................11
BAB III...................................................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...............................................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau
suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-
fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung. Yang dimaksud
teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena
mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu
model konsep dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan digunakan dalam
menentukan model praktek keperawatan. Berikut ini adalah ringkasan beberapa teori
keperawatan yang perlu diketahui oleh para perawat profesional sehingga mampu
mengaplikasikan praktek keperawatan yang didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar
keperawatan.

Dalam makalah ini akan dibahas secara teoritis pendapat ahli tentang konsep
keperawatan yaitu Menurut Madeleine Leininger.

B. Rumusan Masalah

1. Siapa Madeleine Leininger ?

2. Apa Teori Madeleine Leininger ?

3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger ?

4. Penerapan teori Leininger di Rumah Sakit ?

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Madeleine Leininger

1. Madeleine lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan pertanian
hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari
2. Tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan mengambil
program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver. Hal yang juga mendorong dia
menjadi seorang perawat di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung
bawaan, dia ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di
bidang perawatan.
3. Tahun 1948, menyelesaikan diploma keperawatan.
4. Tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan humaniora
dariBenedictine College di Atchison, Kansas. Membuka pelayanan keperawatan
dan program pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha , Nebraska.
5. Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari University chatolik of
America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan memulai program pendidikan jiwa
pertama di Amerika.
6. Tahun antara 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca
sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku tentang keperawatan
psikiatrik, di sebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa dan
digunakan di seluruh dunia.
7. Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama mendapat gelar Ph.D dalam
antropologi, di Washington University. sebagai bagian dari proses beliau mencari
penyelesaian masalah tidak cukup adekuat intervensi kejiwaan tradisional menjawab
kebutuhan anak-anak dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
8. Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di University of
Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan transkultural di perkenalakan
di dunia keperawatan.

v
9. Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen antropologi di
University Of Washington school of Nursing.

10. Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah University dan
membuka program pertama untuk master dan doktoral transkultural keperawatan.
11. Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne State University.
Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa penghargaan, antara lain :
a. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar.

b. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.

c. Gershenson’s Research Fellowship Award.

d. Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh


California State University.
12. Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan teorinya tentang
perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan istilah “culturally
congruent care’ sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku
keanekaragaman budaya perawatan dan universal. Mengembangkan metode
Ethnonursing dan melakukan penelitian di lapangan dengan membaur hidup bersama
suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea tentang perawatn transkultural.

B. Teori dan model konsep keperawatan Transkultural

1. Pengertian teori Transkultural


Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. leininger
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.

Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat

vi
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses


belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai
segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang
utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur
dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2. Konsep dalam Transkultural Nursing

a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi
tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal
dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi
pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya
yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk
vii
kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang
mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris, diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah
persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah
yang terbaik

e. Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan
asal muasal manusia
g. Etnografi, adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran
yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi
untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal
balik diantara keduanya.
h. Care, adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring, adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
j. Cultural Care, berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Culturtal imposition, berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok
lain.

viii
3. Paradigma Transkultural Nursing

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural


sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat
konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu :

a. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai- nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan
untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada
(Geiger and Davidhizar, 1995).

b. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi


kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari- hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

c. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi


perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai
suatu totalitas kehidupandimana klien dengan budayanya saling berinteraksi.
Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan
fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah
katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di
daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
ix
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosialyang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, iwayat hidup, bahasa
dan atribut yang digunakan.

d. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan (Leininger, 1991) adalah :

1) Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.

2) Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.

3) Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien

4) Proses keperawatan Transkultural.

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan


asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan
ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi
terhadap masalah klien (Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4. Teori Leininger dalan konsep asuhan keperawatan


a. Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah


x
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada
pada “Sunrise Model” yaitu :

1. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat


realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat
kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah :
agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.

2. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama


panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.

3. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and lifeways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh


penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya
adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada
penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan
jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan
diri.

4. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap ini

xi
adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran
untuk klien yang dirawat.

5. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber- sumber material


yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien,
sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari
sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar anggota keluarga.

6. Faktor pendidikan (educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam


menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-
bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya


yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.
(Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering
ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,


2. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
dan
3. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.

xii
c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu


proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu
proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan
tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan
transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :

1. Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak


bertentangan dengan kesehatan,
2. Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan
3. Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan.

d. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan


klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi
dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya
yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger

1. Kelebihan :

a. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan


pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya
yang berbeda.
b. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
c. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan

xiii
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.

2. Kelemahan :

a. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya
digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.
b. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

D. Penerapan teori Leininger di Rumah sakit

Seperti sudah diuraikan diatas bahwa teori Leininger merupakan teori yang kokoh memegang
bahwa induvidu dan budaya yang dimilikinya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal seorang perawata perlu
juga memahami nilai budaya yang dimiliki pasien.

Dirumah sakit RSUP DR M Djamil sendiri sudah diterapkan pelayanan yang seiring dengan
budaya selagi budaya tersebut tidak merugikan kesehatan pasien dan menghambat pelayanan
kesehatan yang diberikan. Apabila terjadi ketidak cocokan antara budaya dan tindakan
perawatan yang akan diberikan pasien akan diminta untuk menentukan keputusan dengan
mengisi blanko persetujuan atau penolakan tindakan.

Sebagai contoh :

1. Pelayanan kepada etnis batak dan jawa berbeda cara penyampaiannya,kepada etnis batak
kita bisa menyampaikan informasi dan berita dengan bahasa yang lugas dan tegas
sedangkan pada etnis jawa kita harus memikirkan cara penyampaian yang lebih halus
agar pasien dan keluarga tidak tersinggung.
2. Di M Djamil sendiri disediakan petugas yang bertugas sebagai pengalih bahasa yang bisa
kita jadikan sebagai perantara antara perawat dan pasien apabila pasien tidak bisa
menggunakan bahasa Indonesia.
3. Rohaniawan pada berbagai agama juga disiapkan di M Djamil untuk memberikan
pelayanan rohani bila diperlukan.
4. Di M djamil di upayakan untuk melayani pasien sesuai dengan jenis kelamin. Pasien laki-
laki akan diberi perawatan oleh perawatan laki-laki apabila tindakan yang akan diberikan
dapat mengekspose bagian tubuh yang sensitif.

xiv
5. Di M Djamil juga disiapkan ruangan dengan berbagai kelas, mulai dari kelas 3 sampai
VVIP. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan layanan bagi pasien yang membutuhkan
ruangan yang berbeda kelasnya.
6. Pemisahan bangsal anak dan dewasa juga sudah dilakukan agar pelayanan keperawatan
bisa diberikan sesuai dengan tahap usia.
7. Di M Djamil juga di fasilitasi pasien yang membutuhkan informasi lebih banyak bagi
pasien dan keluarga dengan cara memberi waktu konsultasi dengan dokter dan pemberi
pelayanan kesehatan lainnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi


oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi, kepercayaan dan faktor
filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi
dan faktor-faktor pendidikan.

Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis,
masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat :
pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek yang merupakan
bagian integral dari aspek- aspek struktur sosial.

Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara


xv
berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai
bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan
asuhan merupakan jantung dari keperawatan.

Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut


Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang
budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu
dikaitkan dengan budaya.

B. Saran

Teori Leininger sebaiknya dapat kita terapkan dalam setiap pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien agar tujuan perawatan kita dapat tercapai dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Azis. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika

Potter A Patricia, Perry G Anne (1992) Fundamentals Of Nursing –Concepts


Process & Practice 3rd ed. London Mosby Year Book.

Harmer, B., & Henderson, V. A. 1955. Buku dari prinsip dan


praktik keperawatan. New York:Macmillan.

xvi
xvii

Anda mungkin juga menyukai