Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TRANSKULTURAL KEPARAWATAN

Definisi teori leiningers, Teori sunrise model, Komponen dalam sunrise model
DosenPengampuh : Ns. RidhaMardiyani,M.Kep

DisusunOleh :
Kelompok 5
Elni Nurhayani : S19128009
Annisa Maharani : S19128011
Desvira Auliyah : S19128020
Nugraha Abiga : S191280024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Transkultural Keperawatan, dengan judul “Definisi teori leiningers”. Teori
sunrise model, Komponen dalam sunrise model" dan tidak lupa kami haturkan
sholawat serta salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.
Seorangrasul yang membawa kita dari zaman kegelapan menuju kezaman terang-
benderang.

Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


kami dalam penyusunan makalah Transkultural Keperawatan ini. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang telahmendukung kami dalammenyelesaikanmakalahini.


2. IbuRidhaMardiyani,M.Kep yang telahmembantu kami
dalammenyelesaikanmakalahini.
3. Dan teman-teman kelompok yang bekerjasama dalam membuat makalah
Tanskultural Keperawatanini. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah dan menyadari pula bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna,hal ini karena kempuan dan
pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan .makadariitu kami
kritikdan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
di masa yang akan datang. Semoga makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Pontianak, 31Oktober 2020

Kelompok 5
DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. Sejarah Teori Culture Care.....................................................................................6
B. Paradigma Keperawatan........................................................................................9
1. Manusia..............................................................................................................9
2. Kesehatan...........................................................................................................9
3. Lingkungan..........................................................................................................9
4. Keperawatan.......................................................................................................9
C. Teori Keperawatan Leininger...............................................................................10
1. Konsep Utama dan definisi teori Leininger.......................................................10
2. Asumsi Mayor...................................................................................................12
3. Esensi keperawatan dan kesehatan..................................................................13
4. Konsep kebudayaan menurut Leininger dalam buku Transcutural Nursing;
concepts, theories and practices (1978 & 1995)...............................................14
5. The Sunrise Model ( Model matahari terbit)....................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para
ahli keperawatan, dimana teori dan model konseptual merupakan suatu
cara untuk memandang, menilai situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi
perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka
terhadap apa yang terjadi dan apa yang harus dia lakukan.

Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik, penelitian dan


proses belajar-mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu
diperkenalkan, dikaji dan dikembangkan untuk memperkuat profesi
keperawatan.

Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik secara teoritis


maupun empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada sehingga
perawat dapat memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada klien sesuai keadaannya.

Salah satu teori keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang
dikembangkan olehMadeleine Leininger yang lebih dikenal dengan teori
“Trans Cultural”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan proses asuhan keperawatan menggunakan teori
Transcultural Nursing
2. Tujuan Khusus
a. Mengaplikasikan pengkajian asuhan keperawatan menggunakan
teori Transcultural Nursing
b. Mengaplikasikan penegakan diagnosa keperawatan menggunakan
teori Transcultural Nursing
c. Mengaplikasikan perencanaan asuhan keperawatan menggunakan
teori Transcultural Nursing
d. Mengaplikasikan pelaksanaan asuhan keperawatan menggunakan
teori Transcultural Nursing
e. Mengaplikasikan evaluasi asuhan keperawatan menggunakan teori
Transcultural Nursing
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Teori Culture Care


Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan
seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan
keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional
pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan
budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya
setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of Nursing”
di Denver.

Tahun 1950 ia meraih gelar sarjana dalam ilmu biologi dari


“Benedictine College, Atchison Kansas” dengan peminatan pada studi
filosofi dan humanistik. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut ia
bekerja sebagai instruktur, staf perawatan dan kepela perawatan pada unit
medikal bedah sererta membuka sebuah unit perawatan psikiatri yang baru
dimana ia menjadi seorang direktur pelayanan keperawatan pada St.
Joseph’s Hospital di Omaha. Selama waktu ini ia melanjutkan pendidikan
keperawatannya di ”Creigthton University ” di Omaha. Tahun 1954
Leininger meraih gelar M.S.N. dalam keperawatan psikiatrik dari ”
Chatolic University of America” di Washington, D. C. Ia kemudian
bekerja pada ”College of Health” di Univercity of Cincinnati, dimana ia
menjadi lulusan pertama (M. S. N ) pada program spesialis keperawatan
psikiatrik anak . Ia juga memimpin suatu program pendidikan keperawatan
psikiatri di universitas tersebut dan juga sebagai pimpinan dalam pusat
terapi perawatan psikiatri di rumah sakit milik universitas tersebut.

Pada tahun 1960, Leininger bersama C. Hofling menulis sebuah buku


yang diberi judul ” Basic Psiciatric Nursing Consept” yang dipublikasikan
ke dalam sebelas bahasa dan digunakan secara luas di seluruh dunia.
Selama bekerja pada unit perawatan anak di Cincinnati, Leininger
menemukan bahwa banyak staff yang kurang memahami mengenai faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Dimana diantara
anak-anak ini memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Ia
mengobservasi perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam asuhan dan
penanganan psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi psikoanalisa dan
terapi strategi lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-anak yang
memiliki perbedaan latar belakang budaya dan keutuhan.

Leininger melihat bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan


suatu asuhan yang benar-benar adequat dalam menolong anak tersebut,
dan ia dihadapkan pada berbagai pertanyaan mengenai perbedaan budaya
diantara anak-anak tersebut dan hasil terapi yang didapatkan. Ia juga
menemukan hanya sedikit staff yang memiliki perhatian dan pengetahuan
mengenai faktor-faktor budaya dalam mendiagnosa dan manangani klien.

Pada satu ketika, Prof. Margaret Mead berkunjung pada departemen


psikiatri University of Cincinnati dan Leiniger berdiskusi dengan Mead
mengenai adanya kemungkinan hubungan antara keperawatan dan
antropologi. Meskipun ia tidak mendapatkan bantuan langsung, dorongan,
solusi dari Mead , Leininger memutuskan untuk melanjutkan studinya ke
program doktor (Ph.D) yang berfokus pada kebudayaan, sosial, dan
antropologi psikologi pada Universitas Washington.

Sebagai seorang mahasiswa program doktor, Leininger mempelajari


berbagai macam kebudayaan dan menemukan bahwa pelajaran antroplogi
itu sangat menarik dan merupakan area yang perlu diminati oleh seluruh
perawat. Kemudia ia menfokuskan diri pada masyarakat Gadsup di Eastern
Highland of New Guinea, dimana ia tinggal bersama masyarakat tersebut
selama hampir dua tahun. Dia dapat mengobservasi bukan hanya
gambaran unik dari kebudayaan melainkan perbedaan antara kebudayaan
masyarakat barat dan non barat terkait dengan praktek dan asuhan
keperawatan untuk mempertahankan kesehatan. Dari studinya yang dalam
dan pengalaman pertama dengan masyarakat Gadsup, ia terus
mengembangkan teori perawatan kulturalnya dan metode ethno nursing.
Teori dan penelitiannya telah membantu mahasiswa keperawatan untuk
memahami perbedaan budaya dalam perawatan manusia, kesehatan dan
penyakit. Dia telah menjadi pemimpin utama perawat yang mendorong
banyak mahasiswa dan fakultas untuk melanjutkan studi dalam bidang
anthropologi dan menghubungkan pengetahuan ini kedalam praktik dan
pendidikan keperawatan transkultural. Antusiasme dan perhatiannya yang
mendalam terhadap pengembangan bidang perawatan transkultural dengan
fokus perawatan pada manusia telah menyokong dirinya selama 4 dekade.

Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger mengidentifikasi beberapa


area umum dari pengetahuan dan penelitian antara perawatan dan
anthropologi formulasi konsep keperawatan transkultural, praktek dan
prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology : Two
Words to Blend ; yang merupakan buku pertama dalam keperawatan
transkultural, menjadi dasar untuk pengembangan bidang keperawatan
transkultural, dan kebudayaan yang mendasari perawatan kesehatan. Buku
yang berikutnya, ”Transcultural Nursing : Concepts, theories, research,
and practise (1978 )” , mengidentifikasi konsep mayor, ide-ide teoritis,
praktek dalam keperawatan transkultural, bukti ini merupakan publikasi
definitif pertama dalam praktek perawatan treanskultural. Dalam
tulisannya, dia menunjukkan bahwa perawatan treanskultural dan
anthropologi bersifat saling melengkapi satu sama lain, menkipun berbeda.
Teori dan kerangka konsepnya mengenai Cultural care diversity and
universality dijelaskan dalam buku ini.

Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan ke


jenjang doktor dalam bidang antropologi dan untuk memprakarsai
beberapa program pendidikan magister dan doktor, Leininger memiliki
banyak bidang keahlian dan perhatian. Ia telah memepelajari 14
kebudayaan mayor secara lebih mendalam dan telah memiliki pengalaman
dengan berbagai kebudayaan. Disamping perawatan transkultural dengan
asuhan keperawatan sebagai fokus utama , bidang lain yang menjadi
perhatiannya adalah administrasi dan pendidikan komparatif, teori-teori
keperawatan, politik, dilema etik keperawatan dan perawatan kesehatan,
metoda riset kualitatif, masa depan keperawatan dan keperawatan
kesehatan, serta kepemimpinan keperawatan. Theory of Culture Care saat
ini digunakan secara luas dan tumbuh secara relevan serta penting untuk
memperoleh data kebudayaan yang mendasar dari kebudayaan yang
berbeda.

B. Paradigma Keperawatan
1. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menentukan
pilihan serta melakukan tindakan. Menurut Leininger, manusia
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapun ia berada.
2. Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan
secara kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan
kemampuan individu maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan
budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.
3. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi,
atau pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku
manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik,
ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
4. Keperawatan
Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan
profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan
fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu,
memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu
maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam cara
yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk
menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan
kematian.
C. Teori Keperawatan Leininger
Teori ini diambil dari disiplin ilmu antropologi dan keperawatan. Ia
mendefinsikan keperawatan transkultural sebagai bagian utama dari
keperawatan yang berfokus pada studi perbandingan dan analisa
perbedaan budaya serta bagian budaya di dunia dengan tetap menghargai
nilai-nilai asuhan, pengalaman sehat sakit dan juga kepercayaan yang
dimiliki oleh masyarakat.
1. Konsep Utama dan definisi teori Leininger
a. Care mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang
berhubungan dengan pemberian bantuan, dukungan, atau
memungkinkan pemberian pengalaman maupun perilaku kepada
orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk
b. kondisi maupun cara hidup manusia.
c. ”Caring”, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang
ditujukan secara langsung dalam pemberian bantuan, dukungan,
atau memungkinkan individu lain dan kelompok didalam
memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan
manusia atau dalam menghadapi kematian.
d. Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan
transmisis nilai, keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam
suatu kelompok tertentu yang memberikan arahan kepada cara
berfikir mereka, pengambilan keputusan, dan tindakkan dalam pola
hidup.
e. Kultural mengacu kepada pembelajaran subjektif dan objektif dan
transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu,
mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan ndividu lain
maupun kelompok untuk mempertahankan kesjahteraan mereka,
kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia
atau untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit,
rintangan dan juga kematian.
f. Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau
pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku
manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik,
ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
g. ”Etnohistory ” mengacu kepada keseluruhan fakta-fakta pada
waktu yang lampau, kejadian-kejadian, dan pengalaman individu,
kelompok, kebudayaan serta suatu institusi yang difokuskan kepada
manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan dan
menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk
kebudayaan tertentu dalam jangka waktu yang panjang maupun
pendek.
h. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan
secara kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan
kemampuan individu maupun kelompok untuk menampilkan
kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup
i. Negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua
bantuan, dukungan, fasilitas, atau pembuatan keputusan dan
tindakan kreatifitas profesional yang memungkinkan yang
menolong masyarakat sesuai dengan adaptasi kebudayaan mereka
atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk mencapai hasil
kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui petugas
perawatan yang profesional
j. Restrukturisasi transkultural mengacu pada seluruh bantuan,
dukungan, fasilitas atau keputusan dan tindakan profesional yang
dapat menolong klien untuk mengubah atau memodifikasi cara
hidup mereka agar lebih baik dan memperoleh pola perawatan yang
lebih menguntungkan dengan menghargai keyakinan dan nilai yang
dimiliki klien sesuai dengan budayanya.
2. Asumsi Mayor
Asumsi mayor untuk mendukung teory cultural care : diversity and
universality yang dikembangkan oleh Leininger :
a. “Care” adalah esensi keperawatan serta focus yang mempersatukan
perbedaan sentral dan dominant dalam suatu pelayanan.
b. Perawatan (Caring) yang didasarkan pada kebudayaan adalah sutau
aspek esensial unuk memperoleh kesejahteraan, kesehatan,
pertumbuhan dan ketahanan, serta kemampuan untuk enghadapi
rinangan maupun kematian.
c. Perawatan yang berdasarkan budaya adalah bagian yang paling
komprehensif dan holistic untuk mengetahui, menjelaskan,
menginterprestasikan dan memprediksikan fenomena asuhan
keperawatan serta memberikan panduan dalam pengambilan
keputusan dan tindakan perawatan.
d. Keperawatan traskultural adalah disiplin ilmu perawatan humanistic
dan profesi yang memiliki tujuan utama untuk melayani individu,
dan kelompok.
e. Konsep keperawatan cultural, arti, ekspresi, pola-pola, proses dan
struktur dari bentuk perawatan transkultural yang beragam dengan
perbedaan dan persamaan yang ada.
f. Praktek perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi oleh dan
cenderung tertanam dalam pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama,
kekeluargaan, sosial, politik, pendidikan, ekonomi, teknologi,
etnohistory, dan lingkungan kebudayaan.
g. Keuntungan, kesehatan dan kepuasan terhadap budaya perawatan
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga,
kelompok, komunitas di dalam lingkungannya.
h. Kebudayaan dan keperawatan yang konggruen dapat terwujud
apabila pola-pola, ekspresi dan nilai-nilai perawatan digunakan
secara tepat, aman dan bermakna.
3. Esensi keperawatan dan kesehatan
a. Perbedaan-perbedaan interkultural terhadap keyakinan kepetrawatan,
nilai dan praktek akan merefleksikan perbedaan kemampuan
identifikasi dan praktek asuhan keperawatan yang bersifat umum.
b. Kebudayaan yang memiliki nilai individualisme yang tinggi dengan
model independen akan menunjukan tanda-tanda dari nilai dan
praktek keperawatan diri, dimana kebudayaan yang tidak memiliki
nilai individualisme dan independen akan menunjukan tanda terbatas
dan praktek keperawatan diri.
c. Jika terdapat hubungan yang erat antara praktek dan keyakinan
pemberi dan penerima pelayanan praktek keperawatan, hasil yang
diperoleh klien akan dapat ditingkatkan dan lebih memuaskan.
d. Klien dari kebudayaan yang berbeda dapat mengidentifikasi nilai
caring dan non caring mereka serta keyakinan terhadap
ethnonursing.
e. Perbedaan utama antara nilai perawatan tradisional dengan
perawatan profesional, merupakan tanda dari konflik budaya antara
pemberi pelayanan kesehatan profesional dan klien.
f. Praktek dan tindakan caring yang diterapkan dengan menggunakan
teknologi berbeda secara kultural dan memiliki perbedaan terhadap
hasil dalam pencapaian kesehatan dan kesejahteraan klien.
g. Tanda terpenting dari ketergantungan perawat terhadap teknologi
merupakan tanda dari depersonalisasi asuhan keperawatn humanistik
pada klien.
h. Bentuk simbolis dan fungsi ritual dari praktek dan perilaku asuhan
keperawatan memiliki hasil dan makna berbeda dalam kebudayaan
yang berbeda.
i. Politik, agama, ekonomi, hubungan kekeluargaan, nilai budaya dan
lingkungan memberikan pengaruh yang besar terhadap praktek
budaya untuk mencapai kesejahteraan individu, keluarga dan
kelompok.
4. Konsep kebudayaan menurut Leininger dalam buku Transcutural
Nursing; concepts, theories and practices (1978 & 1995).
a. Kebudayaan yang mempersepsikan penyakit ke dalam bentuk
pengalaman tubuh internal dan bersifat personal (contohnya yang
disebabkan oleh kondisi fisik, genetic,stress dalam tubuh) lebih
cenderung menggunakan teknik dan metode keperawatan diri secara
fisik dari pada melakukan perawatan berdasarkan budaya yang
memandang penyakit sebagai suatu keyakinan kultural dan ekstra
personal serta pengalaman budaya secara langsung.
b. Budaya sangat menekankan proses, prilaku dan nilai perawatan
(caring), memegang peranan yang lebih cenderung dilakukan wanita
daripada pria.
c. Kebudayaan yang menekankan pada prilaku dan proses pengobatan
(caring) cenderung dilaksanakan oleh pria daripada wanita.
d. Klien (masyarakat umum / tradisional) yang membutuhkan
pelayanan keperawatan (caring), pertama sekali cenderung untuk
mencari bantuan dari pihak keluarga maupun relasinya dalam
mengatasi masalahnya, baru kemudian mencari pemberi pelayanan
kesehatan professional apabila orang-orang terdekatnya tidak
mampu memeberikan kondisi yang efektif, keadaan klien semakin
memburuk atau jika terjadi kematian.
e. Kegiatan perawatan yang banyak dipraktekkan di masyarakat (ethno
caring activities), yang memiliki keuntungan terapeutik bagi klien
dan keluarganya, kurang dipahami oleh kebanyakan perawat
professional di Werstern.
f. Jika terdapat prilaku perawatan yang efektif dalam suatu kebudayaan
maka kebutuhan pengobatan dan pelayanan dari petugas professional
akan berkurang.
g. Perbedaan mendasar antara praktek keperawatan tradisional dan
professional mengakibatkan konflik budaya dan membebani praktek
keperawatan.
h. Perawatan transkultural akan mempersiapkan perawat untuk dapat
menyusun asuhan keperawatan pada setiap budaya yang berbeda,
dan dapat menentukan hasil yang tepat sesuai dengan kebudayaan
klien tersebut.
i. Keberhasilan dalam perawatan kesehatan akan sulit dicapai apabila
pemberi pelayanan tersebut tidak menggunakan pengetahuan dan
praktek yang didasarkan atas keyakinan dan nilai budaya klien.
5. The Sunrise Model ( Model matahari terbit)
Matahari terbit sebagai lambang/ symbol perawatan. Suatu
kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan
dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah
yang membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan
dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada
keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum.
Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau
garis hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan
sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak
terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka.
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi
keperawatan tidak tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak
dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut
dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi
keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai
yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga
masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi
pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk
memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan
dengan kebudayan serta penelitian ilmiah.
Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari
konseptual model asuhan keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh)
komponen dalam sunrise model tersebut, yaitu :
1. Faktor Teknologi ( Technological Factors )
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan
individu untuk memilih atau mendapat penawaran untuk
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan
dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu
mengkaji berupa persepsi individu tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini, alasan mencari kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan.
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and Philosofical
Factors)
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan
pandangan dan motivasi yang realistis bagi para pemeluknya.
Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan
kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama
yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa,
mempunyai konsep diri yang utuh.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat :
nama lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau
tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien
dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh
keluarga.
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia
mengenai apa yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu
dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup
adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan
dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan
transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu.
6. Faktor ekonomi ( Economical Faktor )
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya dimanfaatkan
klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan. Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien,
sumber biaya pengobatan.
7. Faktor pendidikan (Educational Factor)
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu
dalam menmpuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.
Semakin tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya harus
didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan
meliputi tingkat pendidikan, jenis pendidikan, serta kemampuan
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali.

Terdapat 7 (tujuh) komponen dalam sunrise model tersebut,


yaitu :

1. Faktor Teknologi ( Technological Factors )


Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan
individu untuk memilih atau mendapatpenawaran untuk
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan
denganpemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu
mengkaji berupa persepsi individu tentangpenggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini, alasanmencari kesehatan, persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan.
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and
Philosofical Factors)
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan
pandangan dan motivasi yang realistis bagipara pemeluknya.
Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan
kebenarannya diatas segalanya bahkan di atas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti :agama
yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan, berikhtiar untuksembuh tanpa mengenal putus asa,
mempunyai konsep diri yang utuh.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social
Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh
perawat : nama lengkap dan nama panggilandalam keluarga,
umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga,pengambilan keputusan dalam anggota keluarga,
hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaanyang
dilakukan rutin oleh keluarga.
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and
Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri
manusia mengenai apa yang dianggap baik danburuk. Hal-hal
yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan
gaya hidup adalah posisidan jabatan, bahasa yang digunakan,
kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan,
makanpantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan
yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari.
5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individudalam asuhan
keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan
yang berkaitan denganjam berkunjung, jumlah anggota
keluarga yang menunggu.
6. Faktor ekonomi ( Economical Faktor )
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayaisakitnya agar segera
sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya
dimanfaatkan klien antaralain asurannsi, biaya kantor,
tabungan.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain
seperti pekerjaan klien, sumber biayapengobatan.
7. Faktor pendidikan (Educational Factor)
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman
individu dalam menmpuh jalur pendidikanformal tertinggi saat
ini. Semakin tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya
harus didukungoleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
mempertimbangkan aspek budaya, nilai –nilai, norma dan agama.
2. Teori ini dapat digunakan untuk melengkapi teori konseptual yang lain
dalam praktik asuhan keperawatan.
B. Saran
1. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman
tentang ilmu antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
baik.
2. Pelaksanaan teori Leinienger memerlukan penggabungan dari teori
keperawatan yang lain yang terkait, seperti teori adaptasi, self care dan
lain-lain.
Daftar Pustaka

Leininger, M. (1970). Nursing and anthropology: Two worlds to blend.


New York: John Wiley. (Reprinted 1994 by Greyden Press, Columbia,
OH.) Leininger, M. (1978). Transcultural nursing: Concepts, theories, and
practices. New York: John Wiley. Leininger, M. (1991). Culture care
diversity and universality: A theory of nursing. New York: National
League for Nursing Press. (Distributed by Jones and Bartlett, New York.)
Leininger, M. (Ed.). (1995). Transcultural nursing: Concepts, theories,
research and practices. New York: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai