Tentang
“ Madeline Leininger”
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. AMPRINA PUTRI CITRA DEWI (211100492)
2. BARBARA HESTY PRASNANTYA (211100477)
3. DIAN DWI RAHMAWATI (211100497)
4. RATIH SETYA DEWI (211100496)
5. SURYA SADDAN AL FARUK (211100524)
6.WIDI ASTUTI (211100491)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 BIOGRAFI MADELEINE M.LEININGER.........................................................................6
2.2 SEJARAH TEORI.................................................................................................................6
2.3 KONSEP TEORI CARING MADELEINE LEININGER....................................................9
2.4 MODEL TEORI CARING MADELINE LEININGER.....................................................11
2.5 HUBUNGAN TEORI MODEL MADELEINE DENGAN KONSEP CARING.................12
2.6 HUBUNGAN MODEL TEORI LEININGER DAN PARADIGMA KEPERAWATAN...13
2.7 PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORI LEININGER..................................14
2.8 SUMBER TEORI LEININGER..........................................................................................18
BAB III...............................................................................................................................................30
PENUTUP..........................................................................................................................................30
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................30
3.2 Daftar Pustaka.....................................................................................................................33
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
6
Master keperawatan psikiatri dari Universitas Catholic, Woshington DC pada
tahun 1954,. Dia dipekerjakan di sekolah kesehatan Universitas Cincinnati,
Ohio, dan menjadi master klinik spesialis keperawatan psikiatri anak yang
pertama di dunia. Leininger juga mengajukan dan memimpin program
keperawatan psikiatri di Universitas Cincinnati dan Pusat Keperawatan Psikiatri
Terapeutik. Pada saat bersamaan, dia menulis salah satu dasar keperawatan
Psikiatri yang berjudul Basic Psychiatri Concepts in Nursing yang
dipublikasikan tahun 1960 dalam 11 bahasa dan digunakan diseluruh dunia.
Pada pertengahan tahun 1950-an, saat di child guidance home, Cincinnati,
Leininger menemukan kekurangfahaman akan faktor budaya yang
mempengaruhi perilaku anak – anak. Mereka berasal dari bermacam – macam
latar belakang budaya. Leininger mengamati dan mempermasalahkan perbedaan
perawatan dan penanganan. Leininger mengalami cultural shock pada saat itu.
Hal ini membuat Leininger membuat keputusan untuk mengambil doktoral
berfokus pada budaya, sosial, psikologi antropologi di Universitas Woshington,
Seattle. Disana dia mempelajari berbagai budaya. Leininger menemukan sisi
menarik dari antropologi dan keyakinan dan dia berpendapat semua perawat
seharusnya tertarik akan hal ini. Leininger berfokus pada orang – orang Gadsup
di timur Highlands, New Guinea dimana dia tinggal bersama
7
transkultural nursing, teori, prinsip, dan praktis. Tahun 1970, Leininger
menerbitkan buku Nursing and Anthropology: Two World to Blend dan buku
kedua tahun 1978 dengan judul Transcultural Nursing: Concepts, Theory, and
Practice. Kursus pertama mengenai transcultural nursing diadakan tahun 1966
di Universitas Colorado dimana Leininger sebagai Profesor Nursing dan
Antropologi, serta sebagai Diektur program sarjana keperawatan (Ph.D) di
USA. Pada tahun 1969, Leininger ditetapkan sebagai Dekan dan Profesor
Keperawatan dan Dosen Antropologi di Universitas Woshington, Seattle.
8
kemudian menemukan jalan yang sesuai untuk orang yang berbeda dengan
tujuan memelihara kesehatan, atau menghadapi kematian dengan pendekatan
budaya (Alligood, 2014). Leininger mengembangkan teorinya (care culture
diversity and universality) yang berbasis keyakinan seseorang terhadap budaya
yang berbeda sebagai informasi dan panduan perawat profesional dalam
memberikan asuhan. Budaya adalah pola dan nilai kehidupan seseorang yang
mempengaruhi keputusan dan tindakan. Oleh karena itu, teori ini mengarahkan
perawat untuk menemukan dan mendokumentasikan klien di seluruh dunia dan
menggunakan sudut pandang pribumi, pengetahuan, dan praktik dengan
pendekatan etik, sebagai dasar profesional untuk mengambil keputusan dan
bertindak sesuai dengan kebutuhan (Alligood, 2014).
9
• Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai,
keyakinan, norma, dan kehidupan dari individu tertentu atau kelompok yang
membimbing mereka berpikir, keputusan, tindakan, dan cara berpola hidup.
10
• Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan
keperawatan kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu
beradaptasi dengan atau bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan
masyarakat dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama dari hasil kesehatan
yang optimal untuk klien dari budaya yang ditunjuk. Memahami Kerja
Theorists Perawat
2. Budaya
Diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai kelompok tertentu.
11
2.5 HUBUNGAN TEORI MODEL MADELEINE DENGAN
KONSEP CARING
Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang
lain, menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu
yang buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan
yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh,.
Caring dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat
berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok lain.
3) ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk proses
penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan kelompok
sepanjang waktu.
Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan
tindakan. Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.
2. Kesehatan
3. Lingkungan
13
interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik,
dan atau susunan kebudayaan.
4. Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk
memenuhi kebutuhan dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “ Leininger’s
Sunrise models” dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :
1. Faktor teknologi (technological factors)
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut,
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk
14
sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status
pernikahan, persepsi dan cara pandang pasien terhadap kesehatan atau penyebab
penyakit.
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat :
nama lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
anggota keluarga, hubungan pasien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang
dilakukan rutin oleh keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan yang dilakukan
bersama masyarakat misalnya : ikut kelompok olah raga atau pengajian.
4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural values & Lifeways)
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya
hidup adalah : posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang
digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan pasien, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi
sakit, sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit apabila sudah tergeletak dan tidak
dapat pergi ke sekolah atau ke kantor.
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan
keperawatan transkultural (Andrew & Boyle, 1995), seperti jam berkunjung,
15
pasien harus memakai baju seragam, jumlah keluarga yang boleh menunggu,
hak dan kewajiban pasien, cara pembayaran untuk pasien yang dirawat.
Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti
pekerjaan pasien, sumber biaya pengobatan , kebiasaan menabung dan jumlah
tabungan dalam sebulan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perlunya perlindungan, kebutuhan akan kehadiran orang lain dan rasa ingin
berbagi sebagai nilai yang penting untuk Pasien dan keluarganya.
3. Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun
kehidupan social dan aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian,
kekeluargaan dan ekonomi yang sangat besar mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan
16
1. Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care
preservation/maintenance) bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan,
2. Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care accommodation atau
negotiations) apabila budaya pasien kurang mendukung kesehatan
3. Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya (Cultural care
repartening / recontruction).
17
3. Culture care Repatterning or restructuring:
D. Evaluasi
Tujuan dari teori ini adalah utuk menemukan keragaman perawatan pada
manusia dan keuniversalan berkaitan dengan pandangan dunia, struktur sosial,
dan dimensi lain yang dikutip dan kemudian menemukan cara untuk
menyiapkan budaya yang saling peduli kepada orang lain dari budaya yang
berbeda atau serupa untuk mempertahankan atau mendapatkan kembali
18
kesejahteraan atau kesehatan mereka, atau untuk menghadapi kematian dengan
cara yang sesuai dengan budayanya.
19
Leininger (1996b) memgang dan mempromosikan tipe teori yang baru
dan berbeda. Dia mendefinisikan teori sebagai penemuan pengetahuan yang
sistematis dan kreatif dengan dominan mintat atau fenomena penting untuk
memahami atau menjelaskan bebrapa fenomena yang tidak diketahui. Dia
percaya teori keperawatan harus mempertimbangkan tanggung jawab tentang
penemuan kreatif tentang individu, keluarga, dan kelompok, dan kepedulian
mereka, nilai-nilai, ekpresi, keyakinan, dan tindakan atau praktik berdasarkan
budaya cara hidup seseorang untuk memberikan pelayananyang efektif,
memuaskan, dan budaya keperawtan sesuai.
20
pola rakyat (generik) dan profesional dilihat dalam istilah budaya. Ini adalah
membumi, yaitu esensi keperawatan yang mengarah pada kesejahteraan klien
dan praktik keperawatan terapeutik (Alligood,2014)
Ini memiliki tiga modalitas praktik teoritis: untuk sampai pada keputusan
perawatan yang sesuai secara budaya dan tindakan untuk mendukung
kesejahteraan, kesehatan, dan kepuasan jalan hidup bagi orang-orang. Teori ini
dirancang untuk akhirnya menemukan kepedulian _ apa yang bergam dan apa
yang universal terkait dengan perawatan dan kesehatan – dan memiliki fokus
komparatif untuk mengindentifikasi praktik asuhan keperawatan transkultural
yang berbeda atau kontras dalam membangun perawatan khusus.
21
penegtahuan baru dalam keperawatan dan perawatan yang bertanggung jawab
(Alli good, 2014).
Kelebihan :
Kelemahan :
22
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam
mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model
teori lainnya.
Sebuah keluarga baru yang terdiri dari Tn.X berusia 26 tahun dan Ny.Y
berusia 19 tahun baru menikah sekitar 6bulan yang lalu. Saat ini Ny.Y sedang
hamil dengan usia kandungan 3 bulan. Tn.X dan Ny.Y sama-sama dari suku
Jawa. Saat ditanya perawat Ny.Y mengatakan ia sering mual dan muntah
sehingga ia malas untuk makan karena khawatir akan muntah-muntah lagi
setelah makan. Ny.Y mengatakan bingung cara mengurus anak karena ia
masih muda dan belum ada pengalaman menjadi seorang ibu. Ketika
ditanyakan mengenai pemeriksan kesehatan yang telah dilakukan, Ny.Y
mengatakan bahwa ia belum pernahmemeriksakan kandungannya ke
pelayanan kesehatan karena malas berpergian. Perawat juga berkesempatan
bertemu suami Ny.Y dan dari hasil pengkajian Tn.X mengatakan sangat
berbahagia dengan kondisi istrinya yang sedang mengandung dan
mengatakan malasnya istrinya adalah hal yang wajar selama masa hamil.
Tn.X merupakan lulusan SMP dan Ny.Y lulusan SD. Tn.X bekerja sebagai
tukang serabutan. Tn.X dan Ny.Y aktif di pengajian dan kegiatan masyarakat
lainnya. Ny.Y yakin kandungannya baik-baik saja karena orang tuanya dulu
tidak pernah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan tetapi semuanya baik-
baik saja. Tn.X mengatakan ingin memiliki banyak anak karena
23
menurutnya, banyak anak banyak rejeki. Pada saat pemeriksaan, klien
mengeluh pusing dan lemasterutama setelah melakukan pekerjaan rumah
tangga, seperti mencuci. Dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwaTD klien
90/70 mmHg, suhu 36,50C, RR 18x/menit, nadi 61x/menit, BB 41kg, TB
150cm, klien tampak lemah dan pucat, rutin mandi 2kali sehari. Ny.Y memiliki
riwayat anemia dan pernah sampai dibawa ke rumah sakit. Ny.Y mengatakan
hanya membeli obat di warung ketika merasa pusing dan lemaskarena
setelah minum obat warung dan tidur, klien merasa sehat kembali
sehingga tidak perlu datang ke pelayanan kesehatan. Ny.Y menolak tranfusi
darah karena ia dan keluarga percaya bahwa menerima darah dari orang lain
dilarang oleh agama. Klien hanya tinggal berdua dengan suaminya. Perawat
menyarankan klien untuk pergi ke pelayanan kesehatan karena
dikhawatirkan klien terkena anemia.
24
Klien hanya membeli obat di warung ketika pusing dan lemaskarena
setelah minum obat warung dan tidur, klien merasa sehat kembali
sehingga tidak perlu datang ke pelayanan kesehatan. Klien pernah
dibawa ke rumah sakit ketika mengalami anemia. Klien menolak diberikan
tranfusi darah karena meyakini bahwa menerima darah dari orang lain
dilarang oleh agama.
d. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways)Klien dan
suaminya sama-sama berasal dari suku Jawa. Klien dan suaminya
menggunakan bahasa jawa dalam kehidupan sehari-hari. Klien mandi 2kali
sehari. Klien makan segala jenis makanan. Tidak ada makanan
pantangan menurut kepercayaan klien selama hamil. Klien merasa mudah
lelah setelah melakukan aktivitas, seperti mencuci pakaian.
25
e. Faktor peraturan dan kebijakan (political and legal factor)Klien dan suami
akan memiliki anak pertama. Suami klien ingin memiliki banyak anak
karena menurutnya, banyak anak banyak rejeki. Klien dan suami tidak
ingin mengikuti peraturan KB dari pemerintah.
26
2) memelihara komunikasi yang sedang terjalin dengan baik (tanpa
ada masalah karena budaya) antara klien dengan perawat maupun
klien dengan dokter atau klien dengan tenaga kesehatan lain;
3) bersikap tenang dan hati-hati saat berinteraksi dengan klien;
4) dan mendiskusikan budaya yang dimiliki klien agar
dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan.
2. Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural careaccommodationatau
negotiations)apabila budaya klienkurang mendukung kesehatanPerawat
bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan klien dan
keluarga klien, mencoba memahami kebudayaan klien sepanjang tidak
memperburuk proses pengobatan dan perawatan.
Keluarga klien (suami) menjadi perantara perawat untuk dapat
memberikan informasi mengenai prosedur pengobatan medis dan
perawatan tanpa ada hambatan dari klien yang memiliki persepsi terhadap
informasi pengobatan dan perawatan. Perawat mengakomodir budaya klien
yang kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya tersebut bila
budaya yang dimiliki bertentangan dengan kesehatan seperti melakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin dan menerima tranfusi darah bila
klien terdiagnosis anemia.
Dalam penyelesaian masalah tersebut petugas kesehatan (perawat)
dalam memeberikan health educationmenggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh klien. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan.
Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik,dan
bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan klien, serta
mencoba memahami kebudayaan klien.
27
yang dimiliki klien dan keluarganya bertentangan dengan kesehatan
seperti: persepsi Ny.Y terhadap pemeriksaan kandungan dan pembelian
obat di warungsehingga terjadi penolakan klien untuk dilakukan tindakan
pengobatan dan perawatan.
Pada prinsip penanganan kasus ini, perawat memberikan informasi
kepada klien dan keluarga mengenai pentingnya pemeriksaan kandungan
secara rutinserta keuntugan, dampak dan kekurangan apabila tidak di
lakukan tindakan tersebut, dan menjelaskan alternatif pengobatan lain yang
menunjang kesehatan seperti intake makan dan minum diperbanyak,tidak
melakukan kegiatan yang banyak membutuhkan tenaga,menjaga pola
makan, danperawat memberikan respon yang tepat terhadap kebutuhan
klien dengan menginformasikan cara pengobatan yangbenar serta
memberikan informasi dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk kesehatan
ibu dan bayi. Perawat melibatkan keluarga untuk turut serta membantu
dan memotivasi klien melakukan prosedur secara bertahap.
Perawat harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing
melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya-budaya mereka.
28
b.Cultural Care Accomodation/ Negotiation
29
terhadap Ny. Ye.Jelaskan tentang alternatif pengobatan lain seperti
minum obat teratur, menjaga pola makan, tidak melakukan aktifitas berat.
2.Persepsi Ny. Yterhadap tranfusi daraha.Kaji pengetahuan klien dan keluarga
tentang tranfusi darahb.Jelaskan pada kliententangtranfusi darahc.Jelaskan
pada kliendan keluarga tentang keuntungan dan kekurangan pemberian
tranfusi darah pada saat klien mengalami anemiad.Libatkan keluarga dalam
edukasi terhadap Ny. Ye.Jelaskan tentang alternatif pengobatan lain seperti
menjaga pola makan, tidak melakukan aktifitas berat, cukup tidur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
30
dalam merawat klien dan universal dalam hubungan worldview (sudut pandang
dunia), struktur sosial, dimensi lain, kemudian menemukan jalan yang sesuai
untuk orang yang berbeda dengan tujuan memelihara kesehatan, atau
menghadapi kematian dengan pendekatan budaya.
Leininger mengembangkan istilah baru untuk konsep dasar teorinya. Istilah
tersebut yaitu care, merawat, budaya, perawatan budaya, keragaman budaya,
universalitas peduli budaya, keperawatan, worldview, budaya dan dimensi
struktur sosial, kesehatan, pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan,
budaya akomodasi perawatan atau negosiasi, budaya perawatan restrukturisasi.
Model teori caring menurut Medeleine Leinginger terdiri dari asuhan, budaya,
asuhan transkultural, diversitas asuhan cultural, dan universalitas asuhan
cultural.
Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang
lain, menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu
yang buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Hubungan teori Madeleine
dengan konsep caring yaitu untuk membuktikan bahwa ”care” adalah cocok dan
masuk akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada.Leininger meyakini
bahwa “ perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan keperawatan
terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.” Leininger percaya bahwa
tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang berbasis pada kultur.
Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan
pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai,
keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat
untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada
kultur tertentu. Hubungan teori Leininger dan paradigma keperawatan yaitu ada
manusia, kesehatan, lingkungan, keperawatan.
Penerapan asuhan keperawatan teori Madeleine Leininger :
A. Pengkajian
Meliputi faktor teknologi, faktor agama dan falsafah hidup, faktor sosial
dan keterikatan kekeluargaan, faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup, faktor
kebijakan dan peraturan Rumah Sakit, faktor ekonomi, faktor pendidikan.
B. Diagnosa keperawatan
Perawat merumuskan masalah seperti kebutuhan akan kehadiran orang lain
dan rasa ingin berbagi, kesehatan dan kesejahteraan.
31
C. Perencanaan dan Implementasi
Meliputi perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/menegosiasi budaya, dan mengubah dan mengganti budaya
pasien dan keluarganya.
D. Evaluasi
Meliputi keberhasilan pasien mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya, Restrukturisasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
Kelebihan Teori Madeleine Leininger :
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat
memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar
belakang budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King,
Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang
akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk
membuat keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan .
Kelemahan Teori Madeleine Leininger :
1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri
sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam
konseptual model lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam
mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori
lainnya.
32
3.2 Daftar Pustaka
https://id.thpanorama.com/articles/cultura-general/madeleine-leininger-biografa-y-teora.html
https://pdfcoffee.com/teori-madelaine-m-leininger-pdf-free.html
https://www.google.com/amp/s/melisaoktalieta.wordpress.com/2012/11/13/5/amp/
http://rizals1keperawatan.blogspot.com/2012/01/aplikasi-teori-madeleine-leininger.html?m=1
https://books.google.com/books?
hl=id&lr=&id=C3g6EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA163&dq=teori+caring+madeleine+leininger&ots=l
qXGoj9xhY&sig=Z2IbAAnt1ienZIuIwiv-LcLNoAk
http://rahmaniarjasan.blogspot.com/2017/02/teori-keperawatan-madeleine-leininger_41.html
https://pdfcoffee.com/teori-madelaine-m-leininger-pdf-free.html
33