Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN

Tentang
“ Madeline Leininger”

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. AMPRINA PUTRI CITRA DEWI (211100492)
2. BARBARA HESTY PRASNANTYA (211100477)
3. DIAN DWI RAHMAWATI (211100497)
4. RATIH SETYA DEWI (211100496)
5. SURYA SADDAN AL FARUK (211100524)
6.WIDI ASTUTI (211100491)

Program Studi Keperawatan


Sekolah Tinggi Kesehatan Yogayakarta
2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 BIOGRAFI MADELEINE M.LEININGER.........................................................................6
2.2 SEJARAH TEORI.................................................................................................................6
2.3 KONSEP TEORI CARING MADELEINE LEININGER....................................................9
2.4 MODEL TEORI CARING MADELINE LEININGER.....................................................11
2.5 HUBUNGAN TEORI MODEL MADELEINE DENGAN KONSEP CARING.................12
2.6 HUBUNGAN MODEL TEORI LEININGER DAN PARADIGMA KEPERAWATAN...13
2.7 PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORI LEININGER..................................14
2.8 SUMBER TEORI LEININGER..........................................................................................18
BAB III...............................................................................................................................................30
PENUTUP..........................................................................................................................................30
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................30
3.2 Daftar Pustaka.....................................................................................................................33

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi, pengetahuan tentang keperawatan sangat penting.


Terutama meliputi pemberian asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk
memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual baik klien
maupun keluarga. Ketika menggunakan pendekatan ini, perawat memerlukan
pengetahuan dan ketrampilan dalam hubungan interpersonal, psikologi,
pertumbuhan, dan perkembangan manusia,komunikasi dan sosiologi, juga
pengetahuan tentang ilmu-ilmu dasar dan ketrampilan keperawatan tertentu.

Perawat adalah pemberi jalan dalam menyelesaikan masalah dan juga


sebagai pembuat keputusan. Yang melatar belakangi pembuatan makalah ini
yaitu sebagai tenaga perawat, kita harus mengetahui model-model keperawatan
atau tokoh-tokoh dalam keperawatan yang dimana setiap pendapat dari para
tokoh atau model bebeda-beda yang dapat kita pergunakan dalam member
asuhan kepada pasien.

Sehingga perawat dapat memahami dan mengaplikasikan teori-teori


tersebut. Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang ada adalah teori
keperawatan yang dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih di kenal
dengan teori “trans Cultural”.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi Madeline Leininger?


2. Bagaimana sejarah teori Madeleine Leininger?
3. Bagaimana konsep teori caring Madeline Leininger?
4. Apa saja model terori caring Madeline Leininger?
5. Apa saja asumsi teori caring terhadap konsep keperawatan?
6. Bagaimana hubungan teori Madeline Leininger dengan konsep
caring?
7. Bagaimana hubungan teori Madeline Leininger dengan paradigma
keperawatan?
8. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan teori Madeline Leininger?
9. Apa yang menjadi sumber teori Madeline Leininger?
10.Bagaimana contoh kasus dalam penerapan teori caring menurut
Madeline Leininger?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan bagaimana biografi tentang Madeleine Leininger.


2. Menjelaskan bagaimana sejarah teori Madeleine Leininger.
3. Menjelaskan bagaimana konsep teori caring Leininger.
4. Memaparkan model teori caring terhadap konsep keperawatan.
5. Menjelaskan asumsi teori caring menurut Leininger.
6. Memapatkan hubungan teori Leininger dengan konsep caring.
7. Memaparkan hubungan teori Leininger dengan paradigma
keperawatan.
8. Memaparkan penerapan asuhan keperawatan teori Leininger.
9. Menjelaskan sumber teori Leininger.
10.Menjelaskan contoh kasus dalam penerapan teori Leininger.
5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BIOGRAFI MADELEINE M.LEININGER

Madeleine M. Leininger lahir di Sutton, Nebraska (AS) pada 13 Juli


1925. Setelah menyelesaikan sekolah menengah, ia mendaftar di Sekolah
Perawatan St. Anthony di Denver..
Ketika dia lulus, dia mulai bekerja sebagai perawat di Korps Kadet,
meskipun dia melanjutkan pelatihannya di bidang profesional yang sama. Pada
tahun 1950, ia lulus dalam Ilmu Biologi di Kansas, juga melakukan studi di
bidang filsafat dan humanisme.

2.2 SEJARAH TEORI

Teori Medeline Leininger adalah pendiri dan pelopor keperawatan


transkultural dan teori perawatan manusia. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan
memulai karir perawat profesional setelah lulus pendidikan dasar keperawatan
dari St. Anthony School of Nursing di Denver, Colorado tahun 1948. Bsc dari
Benedectine Collage Atchison tahun 1950. Setelah lulus, dia bekerja sebagai
instruktur, staf keperawatan, dan kepala perawat di unit medikal bedah, serta
sebagai Direktur unit psikiatri di Rumah Sakit St.Joseph, Omaha, Nebraska.
Pada saat bersamaan, dia mendalami ilmu keperawatan, administrasi
keperawatan, mengajar dan kurikulum keperawatan, test dan pengukuran di
Universitas Creighton, Omaha (Alligood, 2014). Leininger memperoleh gelar

6
Master keperawatan psikiatri dari Universitas Catholic, Woshington DC pada
tahun 1954,. Dia dipekerjakan di sekolah kesehatan Universitas Cincinnati,
Ohio, dan menjadi master klinik spesialis keperawatan psikiatri anak yang
pertama di dunia. Leininger juga mengajukan dan memimpin program
keperawatan psikiatri di Universitas Cincinnati dan Pusat Keperawatan Psikiatri
Terapeutik. Pada saat bersamaan, dia menulis salah satu dasar keperawatan
Psikiatri yang berjudul Basic Psychiatri Concepts in Nursing yang
dipublikasikan tahun 1960 dalam 11 bahasa dan digunakan diseluruh dunia.
Pada pertengahan tahun 1950-an, saat di child guidance home, Cincinnati,
Leininger menemukan kekurangfahaman akan faktor budaya yang
mempengaruhi perilaku anak – anak. Mereka berasal dari bermacam – macam
latar belakang budaya. Leininger mengamati dan mempermasalahkan perbedaan
perawatan dan penanganan. Leininger mengalami cultural shock pada saat itu.
Hal ini membuat Leininger membuat keputusan untuk mengambil doktoral
berfokus pada budaya, sosial, psikologi antropologi di Universitas Woshington,
Seattle. Disana dia mempelajari berbagai budaya. Leininger menemukan sisi
menarik dari antropologi dan keyakinan dan dia berpendapat semua perawat
seharusnya tertarik akan hal ini. Leininger berfokus pada orang – orang Gadsup
di timur Highlands, New Guinea dimana dia tinggal bersama

4 orang pribumi selama 2 tahun dan mempelajari etnografikal dan


etnonursing di dua desa. Selain menemukan ciri – ciri unik dari budaya,
Leininger juga mengobservasi perbedaan antara budaya barat dan non-barat
berkaitan dengan perawatan kesehatan. Berdasarkan studi dan penelitian yang
Leininger lakukan bersama orang Gadsup, dia mengembangkan teori perawatan
budaya dan metode etnonursing. Teorinya membantu para mahasiswa perawat
untuk memahami perbedaan budaya manusia, sehat dan sakit. Selama tahun
1950-1960, Leininger mengidentifikasi beberapa ilmu pengetahuan dan
penelitian teoritikal terkait dengan perawat dan antropologi, formulasi konsep

7
transkultural nursing, teori, prinsip, dan praktis. Tahun 1970, Leininger
menerbitkan buku Nursing and Anthropology: Two World to Blend dan buku
kedua tahun 1978 dengan judul Transcultural Nursing: Concepts, Theory, and
Practice. Kursus pertama mengenai transcultural nursing diadakan tahun 1966
di Universitas Colorado dimana Leininger sebagai Profesor Nursing dan
Antropologi, serta sebagai Diektur program sarjana keperawatan (Ph.D) di
USA. Pada tahun 1969, Leininger ditetapkan sebagai Dekan dan Profesor
Keperawatan dan Dosen Antropologi di Universitas Woshington, Seattle.

Disana, Leininger mendirikan Akademi Keperawatan untuk pertama


kalinya dalam perbandingan sistem keperawatan dan untuk menunjang program
master dan doktoral dalam trancultural nursing. Dibawah kepemimpinannya,
kantor pusat penelitian didirikan tahun 1968 dan 1969. Dia mengadakan
beberapa kursus keperawatan transkultural dan panduan perawat dalam program
doktoral keperawatan transkultural. Di tahun yang sama, Leininger juga
mendirikan Komite Keperawatan dan Antropologi. Leininger mendirikan
National Transcultural Nursing Society (1974) dan di tahun 1978 dia
mendirikan National Research Care Conference untuk membantu para perawat
fokus mempelajari fenomena perawatan manusia melalui jurnal Transcultural
Nursing (1989) dan sebagai editor sampai tahun 1995. Karena kontribusinya ini,
Leininger menerima banyak penghargaan untuk transcultural nursing (Alligood,
2014). Teori Leininger berasal dari bidang antropologi dan keperawatan.

Dia mendefinisikan transcultural nursing sebagai area mayor dari


keperawatan yang berfokus pada studi perbandingan dan analisis bermacam-
macam budaya dan subkultur di seluruh dunia dengan mempertimbangkan nilai,
ucapan, keyakinan sehat – sakit, dan pola kebiasaan. Tujuan teori ini adalah
menemukan bermacam – macam cara dalam merawat klien dan universal dalam
hubungan worldview (sudut pandang dunia), struktur sosial, dimensi lain,

8
kemudian menemukan jalan yang sesuai untuk orang yang berbeda dengan
tujuan memelihara kesehatan, atau menghadapi kematian dengan pendekatan
budaya (Alligood, 2014). Leininger mengembangkan teorinya (care culture
diversity and universality) yang berbasis keyakinan seseorang terhadap budaya
yang berbeda sebagai informasi dan panduan perawat profesional dalam
memberikan asuhan. Budaya adalah pola dan nilai kehidupan seseorang yang
mempengaruhi keputusan dan tindakan. Oleh karena itu, teori ini mengarahkan
perawat untuk menemukan dan mendokumentasikan klien di seluruh dunia dan
menggunakan sudut pandang pribumi, pengetahuan, dan praktik dengan
pendekatan etik, sebagai dasar profesional untuk mengambil keputusan dan
bertindak sesuai dengan kebutuhan (Alligood, 2014).

2.3 KONSEP TEORI CARING MADELEINE LEININGER

Teori Leininger adalah untuk menyediakan langkah-langkah perawatan


yang selaras dengan individu atau kelompok budaya kepercayaan, praktik, dan
nilai-nilai. Pada tahun 1960-an diamenciptakan budaya kongruen perawatan
jangka panjang, yang merupakan tujuan utama transkultural keperawatan
praktek. Budaya perawatan sebangun adalah mungkin bila tindakan terjadi
dalam hubungan perawat-klien. Leininger mengembangkan istilah baru untuk
konsep dasar teorinya. Di bawah ini adalah ringkasan dasar konsep yang
penting untuk memahami teori Leininger :

• Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata atau


diantisipasi dalam upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang menjadi
perhatian atau untuk menghadapi kematian.

• Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan


perawatan.

9
• Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai,
keyakinan, norma, dan kehidupan dari individu tertentu atau kelompok yang
membimbing mereka berpikir, keputusan, tindakan, dan cara berpola hidup.

• Perawatan Budaya mengacu pada beberapa aspek budaya yang


mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk meningkatkan kondisi manusia
atau untuk menangani penyakit atau kematian.

• Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam makna, nilai,


pantas tidaknya perawatan di dalam atau di antara kelompok-kelompok orang
yang berbeda.

• Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum atau arti


serupa yang jelas di antara banyak budaya.

• Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan disiplin terfokus


dengan perawatan fenomena.

• Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia


atau alam semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.

• Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang berhubungan


dengan agama, struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola
pendidikan-terns, penggunaan teknologi, nilai-nilai budaya, dan ethnohistory
yang di-fluence tanggapan budaya manusia dalam konteks budaya.

• Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan


budaya dan dihargai oleh budaya yang ditunjuk.

• Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada


kegiatan pelayanan keperawatan yang membantu orang dari budaya tertentu
untuk menyimpan dan menggunakan inti kebudayaan nilai perawatan terkait
dengan masalah kesehatan atau kondisi.

10
• Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan
keperawatan kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu
beradaptasi dengan atau bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan
masyarakat dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama dari hasil kesehatan
yang optimal untuk klien  dari budaya yang ditunjuk. Memahami Kerja
Theorists Perawat

• Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang


diambil oleh budaya perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini
memungkinkan atau sebagai klien untuk mengubah perilaku kesehatan pribadi
terhadap menguntungkan hasil sementara menghormati nilai-nilai budaya klien.

2.4 MODEL TEORI CARING MADELINE LEININGER


1. Asuhan
Membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok yang memiliki
kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.

2. Budaya
Diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai kelompok tertentu.

3. Asuhan transkultural perawat


Secara sadar mempelajari norma-norma dan nilai-nilai dan cara hidup budaya
tertentu dalam rangka memberikan bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk
membantu individu mempertahankan tingkat kesejahteraanya.

4. Diversitas asuhan cultural.


 Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang
kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.

5. Universalitas asuhan cultural Merujuk pada persamaan atau karakteristik


universal, dalam hal memberikan bantuan dan dukungan

11
2.5 HUBUNGAN TEORI MODEL MADELEINE DENGAN
KONSEP CARING
Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang
lain, menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu
yang buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan
yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh,.
Caring dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat
berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok lain.

Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa ”care” adalah cocok dan


masuk akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada.Leininger meyakini
bahwa “ perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan keperawatan
terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.” Alasan utama untuk
mempelajari caring adalah :

1) Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia,


perkembangan manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.

2) Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan pemberi


pelayanan dan penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan secara kultural.

3) ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk proses
penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan kelompok
sepanjang waktu.

4) Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi secara


sistematis dari persfektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek
epistemology dan ontology yg berlandaskan pada pengetahuan keperawatan.

Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan


pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja
12
dengan prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga
culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang
realiabel dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap
pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak
dapat memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur
( orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau
pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena
faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti
kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan
yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi
sakit.

2.6 HUBUNGAN MODEL TEORI LEININGER DAN PARADIGMA


KEPERAWATAN
1. Manusia

Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan
tindakan. Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.

2. Kesehatan

Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara


kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu
maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari,
keuntungan dan pola hidup.

3. Lingkungan

Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau


pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia,

13
interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik,
dan atau susunan kebudayaan.

4. Keperawatan

Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi


keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan
manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi,
atau memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan
mereka dalam cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan
atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan
kematian.

2.7 PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


LEININGER

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk
memenuhi kebutuhan dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “ Leininger’s
Sunrise models” dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :
1. Faktor teknologi (technological factors)

Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat perlu


mengkaji berupa : persepsi pasien tentang penggunaaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari
bantuan kesehatan.

2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (religious and Philosophical factors)

Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut,
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk

14
sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status
pernikahan, persepsi dan cara pandang pasien terhadap kesehatan atau penyebab
penyakit.

3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( Kinship & Social factors)

Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat :
nama lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
anggota keluarga, hubungan pasien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang
dilakukan rutin oleh keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan yang dilakukan
bersama masyarakat misalnya : ikut kelompok olah raga atau pengajian.

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural values & Lifeways)

Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya
hidup adalah : posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang
digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan pasien, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi
sakit, sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit apabila sudah tergeletak dan tidak
dapat pergi ke sekolah atau ke kantor.

5. Faktor kebijakan dan peraturan Rumah Sakit (Political and Legal


factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan
keperawatan transkultural (Andrew & Boyle, 1995), seperti jam berkunjung,

15
pasien harus memakai baju seragam, jumlah keluarga yang boleh menunggu,
hak dan kewajiban pasien, cara pembayaran untuk pasien yang dirawat.

6. Faktor ekonomi (economical factors)

Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti
pekerjaan pasien, sumber biaya pengobatan , kebiasaan menabung dan jumlah
tabungan dalam sebulan

7. Faktor pendidikan (educational factors)

Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan pasien meliputi tingkat


pendidikan pasien dan keluarga, serta jenis pendidikannnya.

B. Diagnosa Keperawatan

Perawat merumuskan masalah yang dihadapi Pasien dan keluarganya adalah :

1. Perlunya perlindungan, kebutuhan akan kehadiran orang lain dan rasa ingin
berbagi sebagai nilai yang penting untuk Pasien dan keluarganya.

2. Perkembangan dari pola ini adalah kesehatan dan kesejahteraan yang


bergantung pada ketiga aspek tersebut.

3. Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun
kehidupan social dan aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian,
kekeluargaan dan ekonomi yang sangat besar mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan

C. Perencanaan dan Implementasi

Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga


strategi sebagai pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :

16
1. Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care
preservation/maintenance) bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan,
2. Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care accommodation atau
negotiations) apabila budaya pasien kurang mendukung kesehatan
3. Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya (Cultural care
repartening / recontruction).

Adapun implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan :

1. The goal of culture care preservation or maintenance :

 Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam


merawat pasien. Dipandang penting untuk konsultasi dengan toko agama
seperti ustad di mesjid.
 Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negatif yang
mengatakan bahwa dosa di masa lalu mempengaruhi keadaan sakitnya
dan mendapatkan pertolongan dari hasil berkonsultasi kepada " dukun"
yang memindahkan beberapa kutukan kepadanya.
 Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien dan
teman-temannya yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.

2. Culture Care accommodation or Negotiation:

Perawat merencanakan kordinasi dengan tata kota untuk memperbaiki


lingkungan yang tidak sehat dan selokan yang meluap di halaman tetangga
pasien. Perawat lain (yang merawat Pasien) akan mengidentifikasi dan
menetapkan obat-obatan untuk menentukan apakah sesuai dengan metode yang
digunakan pada pasien.

17
3. Culture care Repatterning or restructuring:

Kepedulian akan aspek social budaya perlu untuk dipertimbangkan,


seorang ahli diet akan dikirim untuk menyusun menu pasien dan mengatasi
anemia yang dialami. Perawat juga akan membantu pasien dalam menghentikan
kebiasaan merokok, penyuluhan tentang pengaruh rokok terhadap, dan
anjurkan para perokok untuk merokok di luar ruangan.

D. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap :

1. keberhasilan pasien mempertahankan budaya yang sesuai dengan


kesehatan
2. Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya
3. Restrukturisasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan.

2.8 SUMBER TEORI LEININGER


Teori Leinger berasal dari disiplin ilmu antropologi dan keperawatan.
Transkultural sebagai bidang utama keperawatan dan difokuskan pada studi
perbandingan dan analisis dari beragam budaya dan subkultur di sunia dengan
menghormati nilai –nilai kepedulian, ekspresi, keyakinan, kesehatan, dan pola
perilaku mereka.

Tujuan dari teori ini adalah utuk menemukan keragaman perawatan pada
manusia dan keuniversalan berkaitan dengan pandangan dunia, struktur sosial,
dan dimensi lain yang dikutip dan kemudian menemukan cara untuk
menyiapkan budaya yang saling peduli kepada orang lain dari budaya yang
berbeda atau serupa untuk mempertahankan atau mendapatkan kembali

18
kesejahteraan atau kesehatan mereka, atau untuk menghadapi kematian dengan
cara yang sesuai dengan budayanya.

Keperawatan transkulturan menumbuhkan kesadaran dari suatu keadaan


Culture Care dengan menggunakan pengetahuan keperawatan untuk melakukan
perawatan yang sesuai budaya dan perawatan yang bertanggung jawab.
Leininger telah menyatakan bahwa akan ada praktik keperawatan yang
mencerminkan praktik keperawatan melalui pendekatan budaya yang dapat
dipertahankan, didasarkan, dan khusu untuk melaksanakan asuhan keperawatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok, dan isntitusi.

Pendapat Leininger bahwa budaya dan pengetahuan perawatan adalah


yang paling holistik dalam artian merencanakan dan memahami orang, mereka
adalah pusat dan penting untuk pendidikan dan praktik keperawatan. Leininger
menyatakan bahwa keperawatan transkurtural adalah bagian yang paling
penting baik dalam bidag studi formal relevan, dan sangat menjajikan,
penelitian, dan praktik karena kita hidup di dunia multikultural. Prediksinya
adalah di mana pengetahuan dan kompetensi keperawatan terkait budaya akan
sangat penting sebagai panduan untuk semua keputusan dan tindakan
keperawatan yang efektif dan hasil yang diharapkan.

Leininger (2002) membedakan antara keperawatan transkultural dan


keperawatan lintas budaya. Keperawatan transkultural mengacu pada kesiapan
perawat terlebih dahulu untuk berkomitmen dalam mengembangkan
pengetahuan dan praktik, sedangkan keperawatan lintas budaya mangacu pada
perawat yang menerapkan konsep antropolohi. Dia mengkhusukan keperawtan
internasional dan transkultural keperawatan sebagai berikut: keperawatan
internasional berfokus pada perawat yang sebagai fungsi dia antara dua budaya;
dan, keperawatan transkultural berfokus pada beberapa budaya dengan dasar
teori dan praktik komporatif (Leininger, 1995c; Leininger & MeFarland, 2002a)
dalam (Alligood, 2014)

19
Leininger (1996b) memgang dan mempromosikan tipe teori yang baru
dan berbeda. Dia mendefinisikan teori sebagai penemuan pengetahuan yang
sistematis dan kreatif dengan dominan mintat atau fenomena penting untuk
memahami atau menjelaskan bebrapa fenomena yang tidak diketahui. Dia
percaya teori keperawatan harus mempertimbangkan tanggung jawab tentang
penemuan kreatif tentang individu, keluarga, dan kelompok, dan kepedulian
mereka, nilai-nilai, ekpresi, keyakinan, dan tindakan atau praktik berdasarkan
budaya cara hidup seseorang untuk memberikan pelayananyang efektif,
memuaskan, dan budaya keperawtan sesuai.

Jika praktik keperawatan gagal untuk mengenali aspek budaya kebutuhan


manusia, akan ada bukti ketidakpuasan terhadap pelayanan keperawtan, yang
membatasi penyembuhan dan kesejahteraan (Leininger, 1991b, 1995a, 1995c;
Leininger & McFarland, 2002a, 2006).

Leininger (1991b) mengembangkan Theory of Culture Care Diversity


and Universality, berdasarkan pada keyakinan bahawa orang-orang dari budaya
yang berbeda dapat menginformasikan dam mampu membimbing para
profesional untuk menerima jenis keperawatan yang mereka inginkan atau
butuhkan dari orang lain. Budaya adalah cara hidup yang terpola dan bernilai
dari orang-orang yang mempengaruhi keputusan dan tindakan mereka; oleh
karena itu, teori diarahkan pada perawat untuk menemukan dan
medokumentasikan kehidupan klien dan menggunakan sudut pandang dalam
diri, pengetahun, dan praktik dengan etika yang sesuai (penegetahuan
profesional) sebagai dasar penyusunan tindakan perawatan profesional yang
sesuai secara budaya dan keputusan.

Culture Care adalah teori keperawatan yang luas karena


memperhitungkan perpektif holistik tentang kehidupan dan kebradaan manusia
dari waktu ke waktu, termasuk faktor struktur sosial, pendangan dunia, sejarah
dan nilai budaya, lingkungan konteks (Leininger, 1998), ekpresi bahasa, dan

20
pola rakyat (generik) dan profesional dilihat dalam istilah budaya. Ini adalah
membumi, yaitu esensi keperawatan yang mengarah pada kesejahteraan klien
dan praktik keperawatan terapeutik (Alligood,2014)

Teori Culture Care bersifat induktif dan deduktif, berasal dari


pengetahuan emic (orang dalam) dan etik (orang luar) (1991b). Teori ini bukan
middle range ataupun micro theory tetapi paling baik dilihat secara luas dengan
domain tertentu yang menarik (1991b, 1995c; Leininger & McFarland, 2002a,
2006).

Menurut Leininger (2002c), Theory of Culture Care Diversity and


Universality) memiliki beberapa kualitas yang berbeda. Teori tersebut terfokus
secara eksplisit dalam menemukan holistik dan komprehensif dari Culture Care,
dan dapat digunakan dalam budaya Barat dan non-Barat karena berbagai faktor
holistik ditemukan secara universal. Hal ini bertujuan untuk menemukan faktor-
faktor komprehensif yang mempengaruhi perawatan manusi seperti pandangan
dunia, faktor struktural sosial, bahasa generik dan perawatan profesional,
sejarah secara etno, dan lingkungan konteks.

Ini memiliki tiga modalitas praktik teoritis: untuk sampai pada keputusan
perawatan yang sesuai secara budaya dan tindakan untuk mendukung
kesejahteraan, kesehatan, dan kepuasan jalan hidup bagi orang-orang. Teori ini
dirancang untuk akhirnya menemukan kepedulian _ apa yang bergam dan apa
yang universal terkait dengan perawatan dan kesehatan – dan memiliki fokus
komparatif untuk mengindentifikasi praktik asuhan keperawatan transkultural
yang berbeda atau kontras dalam membangun perawatan khusus.

Metode ethnonursing memiliki pengoperasian yang dirancang untuk


menggali data dalam diri informasi lebih mendalam yang dapat digunakan
untuk penilaian perawatan budaya kesehatan. Teori ini dapat menghasilkan

21
penegtahuan baru dalam keperawatan dan perawatan yang bertanggung jawab
(Alli good, 2014).

Kelebihan dan Kelemahan Theory Leininger

Kelebihan :

1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat


memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan
dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem,
King, Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini  dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang
akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah
sakit.
4. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat
keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak  digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan .

Kelemahan :

1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri


sendiri dan  hanya  digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam
konseptual model lainnya.

22
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam
mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model
teori lainnya.

2.9 CONTOH GAMBARAN KASUS

Sebuah keluarga baru yang terdiri dari Tn.X berusia 26 tahun dan Ny.Y
berusia 19 tahun baru menikah sekitar 6bulan yang lalu. Saat ini Ny.Y sedang
hamil dengan usia kandungan 3 bulan. Tn.X dan Ny.Y sama-sama dari suku
Jawa. Saat ditanya perawat Ny.Y mengatakan ia sering mual dan muntah
sehingga ia malas untuk makan karena khawatir akan muntah-muntah lagi
setelah makan. Ny.Y mengatakan bingung cara mengurus anak karena ia
masih muda dan belum ada pengalaman menjadi seorang ibu. Ketika
ditanyakan mengenai pemeriksan kesehatan yang telah dilakukan, Ny.Y
mengatakan bahwa ia belum pernahmemeriksakan kandungannya ke
pelayanan kesehatan karena malas berpergian. Perawat juga berkesempatan
bertemu suami Ny.Y dan dari hasil pengkajian Tn.X mengatakan sangat
berbahagia dengan kondisi istrinya yang sedang mengandung dan
mengatakan malasnya istrinya adalah hal yang wajar selama masa hamil.
Tn.X merupakan lulusan SMP dan Ny.Y lulusan SD. Tn.X bekerja sebagai
tukang serabutan. Tn.X dan Ny.Y aktif di pengajian dan kegiatan masyarakat
lainnya. Ny.Y yakin kandungannya baik-baik saja karena orang tuanya dulu
tidak pernah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan tetapi semuanya baik-
baik saja. Tn.X mengatakan ingin memiliki banyak anak karena

23
menurutnya, banyak anak banyak rejeki. Pada saat pemeriksaan, klien
mengeluh pusing dan lemasterutama setelah melakukan pekerjaan rumah
tangga, seperti mencuci. Dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwaTD klien
90/70 mmHg, suhu 36,50C, RR 18x/menit, nadi 61x/menit, BB 41kg, TB
150cm, klien tampak lemah dan pucat, rutin mandi 2kali sehari. Ny.Y memiliki
riwayat anemia dan pernah sampai dibawa ke rumah sakit. Ny.Y mengatakan
hanya membeli obat di warung ketika merasa pusing dan lemaskarena
setelah minum obat warung dan tidur, klien merasa sehat kembali
sehingga tidak perlu datang ke pelayanan kesehatan. Ny.Y menolak tranfusi
darah karena ia dan keluarga percaya bahwa menerima darah dari orang lain
dilarang oleh agama. Klien hanya tinggal berdua dengan suaminya. Perawat
menyarankan klien untuk pergi ke pelayanan kesehatan karena
dikhawatirkan klien terkena anemia.

Penerapan Proses Keperawatan Sesuai Kasus diatas yaitu :


 Pengkajian
Nama KK: Tn. X(26Th)
Nama klien: Ny. Y(19Th)
Alamat: Surabaya
Pekerjaan KK: Tukang serabutan
Pekerjaan klien: Ibu rumah tangga
Pendidikan KK: SMP
Pendidikan klien: SD

 Pengkajian Sunrise Modela.


a. Faktor teknologi (technologi factors)
Klien belum pernah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan selama hamil.
Klien mengatakan yakin kandungannya baik-baik saja karena orang tuanya
dulu tidak pernah ke pelayanan kesehatan dan hasilnya baik-baik saja.

24
Klien hanya membeli obat di warung ketika pusing dan lemaskarena
setelah minum obat warung dan tidur, klien merasa sehat kembali
sehingga tidak perlu datang ke pelayanan kesehatan. Klien pernah
dibawa ke rumah sakit ketika mengalami anemia. Klien menolak diberikan
tranfusi darah karena meyakini bahwa menerima darah dari orang lain
dilarang oleh agama.

b. Fakor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)


Klien dan suaminyaaktif di pengajian dan kegiatan masyarakat lainnya.
Klien menolak diberikan tranfusi darah karena meyakini bahwa menerima
darah dari orang lain dilarang oleh agama. Klien merasa sehat kembali
sehingga tidak perlu datang ke pelayanan kesehatan setelah minum obat
warung dan tidur.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluargaKlien biasa dipanggil Ny. Yoleh


keluarganya. Klien seorang perempuan berusia 19 tahun dengan status menikah.
Klien berada di tahap perkembangan keluarga dengan pasangan baru (beginning
family). Pengambilan keputusan dalam keluarga dipegang olehsuami. Klien
dan suami rutin mengikuti pengajian dan kegiatan masyarakat lainnya yang
diadakan oleh lingkungannya.

d. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways)Klien dan
suaminya sama-sama berasal dari suku Jawa. Klien dan suaminya
menggunakan bahasa jawa dalam kehidupan sehari-hari. Klien mandi 2kali
sehari. Klien makan segala jenis makanan. Tidak ada makanan
pantangan menurut kepercayaan klien selama hamil. Klien merasa mudah
lelah setelah melakukan aktivitas, seperti mencuci pakaian.

25
e. Faktor peraturan dan kebijakan (political and legal factor)Klien dan suami
akan memiliki anak pertama. Suami klien ingin memiliki banyak anak
karena menurutnya, banyak anak banyak rejeki. Klien dan suami tidak
ingin mengikuti peraturan KB dari pemerintah.

f. Faktor ekonomi (economical factors)Klien tida bekerja. Suami klien


bekerja sebagai tukang bengkel untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

g. Faktor pendidikan (educational factors)Tn. Xmerupakan lulusan SMP dan


Ny. Ylulusan SD. Klien pernah mengalami anemia dan masuk rumah sakit.
Namun klien tidak pernah mau memeriksakan kesehatannya ke pelayanan
kesehatan ketika mengalami gejala anemia seperti pusing dan lemas.

 Diagnosa Keperawatan(NANDA, 2018)


1.Ketidakefektifan manajemen kesehatan (00078)
2.Resiko intoleran aktivitas (00094)
3.Defisien pengetahuan (00126)
4.Ansietas (00146)
5.Ketidakmampuan koping keluarga (00073)

 Contoh tiga pedoman dalam Perencanaan dan Implementasi


1.Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural
carereservation/maintenance) apabila budaya klientidak bertentangan dengan
kesehatanMengidentifikasi budaya yang tidak bertentangan dengan
kesehatan bahkan dapat menjadi pendukung dalam meningkatkan kesehatan
klien antara lain: 1) sholat lima waktu, berobat, memeriksakan tekanan darah
secara rutin;

26
2) memelihara komunikasi yang sedang terjalin dengan baik (tanpa
ada masalah karena budaya) antara klien dengan perawat maupun
klien dengan dokter atau klien dengan tenaga kesehatan lain;
3) bersikap tenang dan hati-hati saat berinteraksi dengan klien;
4) dan mendiskusikan budaya yang dimiliki klien agar
dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan.
2. Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural careaccommodationatau
negotiations)apabila budaya klienkurang mendukung kesehatanPerawat
bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan klien dan
keluarga klien, mencoba memahami kebudayaan klien sepanjang tidak
memperburuk proses pengobatan dan perawatan.
Keluarga klien (suami) menjadi perantara perawat untuk dapat
memberikan informasi mengenai prosedur pengobatan medis dan
perawatan tanpa ada hambatan dari klien yang memiliki persepsi terhadap
informasi pengobatan dan perawatan. Perawat mengakomodir budaya klien
yang kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya tersebut bila
budaya yang dimiliki bertentangan dengan kesehatan seperti melakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin dan menerima tranfusi darah bila
klien terdiagnosis anemia.
Dalam penyelesaian masalah tersebut petugas kesehatan (perawat)
dalam memeberikan health educationmenggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh klien. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan.
Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik,dan
bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan klien, serta
mencoba memahami kebudayaan klien.

3. Mengubah dan mengganti budayakliendan keluarganya (Cultural care


repartening / recontruction)Perawat merubah budaya klien apabila budaya

27
yang dimiliki klien dan keluarganya bertentangan dengan kesehatan
seperti: persepsi Ny.Y terhadap pemeriksaan kandungan dan pembelian
obat di warungsehingga terjadi penolakan klien untuk dilakukan tindakan
pengobatan dan perawatan.
Pada prinsip penanganan kasus ini, perawat memberikan informasi
kepada klien dan keluarga mengenai pentingnya pemeriksaan kandungan
secara rutinserta keuntugan, dampak dan kekurangan apabila tidak di
lakukan tindakan tersebut, dan menjelaskan alternatif pengobatan lain yang
menunjang kesehatan seperti intake makan dan minum diperbanyak,tidak
melakukan kegiatan yang banyak membutuhkan tenaga,menjaga pola
makan, danperawat memberikan respon yang tepat terhadap kebutuhan
klien dengan menginformasikan cara pengobatan yangbenar serta
memberikan informasi dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk kesehatan
ibu dan bayi. Perawat melibatkan keluarga untuk turut serta membantu
dan memotivasi klien melakukan prosedur secara bertahap.
Perawat harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing
melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya-budaya mereka.

 Implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan


adalah sebagai berikut:

a.Cultural Care Preserventation/Maintenance

1.Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang


proses pengobatan dan perawatan klien dengan riwayat anemia,
meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang kehamilan.

2.Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan klien.

3.Diskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

28
b.Cultural Care Accomodation/ Negotiation

1.Kebiasaan Ny. Ytidak melakukan pemeriksaan kesehatan selama


masa kehamilana.Kaji pengetahuan klien tentang masa kehamilanb.Ajarkan
pada kliententang pentingnya pemeriksaan kesehatan selama masa
kehamilanc.Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatannya ke posyandu ibu
hamild.Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
2.Kebiasaan meminum obat dari warung tanpa konsultasi dengan
petugas kesehatana.Kaji pengetahuan klien tentang obat-obatan yang
dikonsumsi dari warungb.Ajarkan pada klien tentang dampak negative dari
mengkonsumsi obat tanpa diagnosis yang benarc.Anjurkan klien untuk
memeriksakan kesehatannya ke posyandu ibu hamil
d.Berikan PENKES tentang efek mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan
bagi klien dan bayinya
3.Ketidaksiapan klien menjadi ibua.Kaji pengetahuan klien tentang
perubahan peran menjadi seorang ibub.Ajarkan pada klien dan keluarga cara
merawat kehamilan danperan menjadi orangtuac.Anjurkan klien untuk
memeriksakan kesehatannya ke posyandu ibu hamil dan mendapatkan
gambaran ibu-ibu yang mengurus anaknyad.Berikan PENKES tentang
perubahan peran menjadi orang tua

c.Cultural Care Repartening /Reconstruction

1.Persepsi Ny. Yterhadap pemeriksaan riwayat kesehatan kliena.Kaji


pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi penyakitklienb.Jelaskan pada
kliententang anemiac.Jelaskn pada kliendan keluarga tentang keuntungan
dan kekurangan pemeriksaan kesehatand.Libatkankeluarga dalam edukasi

29
terhadap Ny. Ye.Jelaskan tentang alternatif pengobatan lain seperti
minum obat teratur, menjaga pola makan, tidak melakukan aktifitas berat.
2.Persepsi Ny. Yterhadap tranfusi daraha.Kaji pengetahuan klien dan keluarga
tentang tranfusi darahb.Jelaskan pada kliententangtranfusi darahc.Jelaskan
pada kliendan keluarga tentang keuntungan dan kekurangan pemberian
tranfusi darah pada saat klien mengalami anemiad.Libatkan keluarga dalam
edukasi terhadap Ny. Ye.Jelaskan tentang alternatif pengobatan lain seperti
menjaga pola makan, tidak melakukan aktifitas berat, cukup tidur.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Madeleine M. Leininger lahir di Sutton, Nebraska (AS) pada 13 Juli 1925.


Madeleine Leininger mulai bekerja sebagai perawat di Korps Kadet. Pada tahun
1950, ia lulus dalam Ilmu Biologi di Kansas, juga melakukan studi di bidang
filsafat dan humanisme.
Teori Leinger berasal dari disiplin ilmu antropologi dan keperawatan.
Teori Medeline Leininger adalah pendiri dan pelopor keperawatan transkultural
dan teori perawatan manusia. Madeline Leininger mendefinisikan transcultural
nursing sebagai area mayor dari keperawatan yang berfokus pada studi
perbandingan dan analisis bermacam-macam budaya dan subkultur di seluruh
dunia dengan mempertimbangkan nilai, ucapan, keyakinan sehat – sakit, dan
pola kebiasaan. Tujuan teori ini adalah menemukan bermacam – macam cara

30
dalam merawat klien dan universal dalam hubungan worldview (sudut pandang
dunia), struktur sosial, dimensi lain, kemudian menemukan jalan yang sesuai
untuk orang yang berbeda dengan tujuan memelihara kesehatan, atau
menghadapi kematian dengan pendekatan budaya.
Leininger mengembangkan istilah baru untuk konsep dasar teorinya. Istilah
tersebut yaitu care, merawat, budaya, perawatan budaya, keragaman budaya,
universalitas peduli budaya, keperawatan, worldview, budaya dan dimensi
struktur sosial, kesehatan, pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan, 
budaya akomodasi perawatan atau negosiasi, budaya perawatan restrukturisasi.
Model teori caring menurut Medeleine Leinginger terdiri dari asuhan, budaya,
asuhan transkultural, diversitas asuhan cultural, dan universalitas asuhan
cultural.
Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang
lain, menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu
yang buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Hubungan teori Madeleine
dengan konsep caring yaitu untuk membuktikan bahwa ”care” adalah cocok dan
masuk akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada.Leininger meyakini
bahwa “ perilaku caring dan praktiknya secara unik membedakan keperawatan
terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.” Leininger percaya bahwa
tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang berbasis pada kultur.
Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan
pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai,
keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat
untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada
kultur tertentu. Hubungan teori Leininger dan paradigma keperawatan yaitu ada
manusia, kesehatan, lingkungan, keperawatan.
Penerapan asuhan keperawatan teori Madeleine Leininger :
A. Pengkajian
Meliputi faktor teknologi, faktor agama dan falsafah hidup, faktor sosial
dan keterikatan kekeluargaan, faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup, faktor
kebijakan dan peraturan Rumah Sakit, faktor ekonomi, faktor pendidikan.
B. Diagnosa keperawatan
Perawat merumuskan masalah seperti kebutuhan akan kehadiran orang lain
dan rasa ingin berbagi, kesehatan dan kesejahteraan.

31
C. Perencanaan dan Implementasi
Meliputi perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/menegosiasi budaya, dan mengubah dan mengganti budaya 
pasien dan keluarganya.
D. Evaluasi
Meliputi keberhasilan pasien mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya, Restrukturisasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
Kelebihan Teori Madeleine Leininger :
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat
memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar
belakang budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King,
Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini  dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang
akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk
membuat keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak  digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan .
Kelemahan Teori Madeleine Leininger :
1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri
sendiri dan  hanya  digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam
konseptual model lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam
mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori
lainnya.

32
3.2 Daftar Pustaka

https://id.thpanorama.com/articles/cultura-general/madeleine-leininger-biografa-y-teora.html

https://pdfcoffee.com/teori-madelaine-m-leininger-pdf-free.html

https://www.google.com/amp/s/melisaoktalieta.wordpress.com/2012/11/13/5/amp/

http://rizals1keperawatan.blogspot.com/2012/01/aplikasi-teori-madeleine-leininger.html?m=1

https://books.google.com/books?
hl=id&lr=&id=C3g6EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA163&dq=teori+caring+madeleine+leininger&ots=l
qXGoj9xhY&sig=Z2IbAAnt1ienZIuIwiv-LcLNoAk
http://rahmaniarjasan.blogspot.com/2017/02/teori-keperawatan-madeleine-leininger_41.html
https://pdfcoffee.com/teori-madelaine-m-leininger-pdf-free.html

33

Anda mungkin juga menyukai