Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KONSEP KEPERAWATAN DASAR

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Konsep Dasar Keperawatan


Dosen Pengampu
Retno Lusmiati Anisah, S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun oleh :
1. Ryan Hidayat
2. Silvia Naila Istianati
3. Sofia Nora Afini
4. Sunan Sejati
5. Tiaraditta Maharani
6. Ulinuha Nur Mulyani
7. Wahyu Lintang Ratri
8. Windi Cristia Ananda
9. Ziyadatul Mukharomah

DIII KEPERAWATAN
AKPER ALKAUTSAR TEMANGGUNG
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmatnya serta kemudahan dalam mentelesaikan tugas makalah ini
dengan pembahasan Teori Transkultural oleh Madeline Leininger.
Tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai.
Kami sadar karya tulis ini tidak sempurna dan mungkin masih ada
kekurangan serta kesalahan kata apabila memang begitu adanya kami mohon
maaf dan harapan kami semoga saja karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.

Temanggung, 29 September 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
A. Sejarah perkembangan teori Madeileine Leingier ..............................................3
B. Model dan Teori Konsep Keperawatan ................................................................4
C. Asumsi dasar teori Leingier....................................................................................6
D. Kerangka Konseptual dalam keperawatan...........................................................7
BAB III...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori merupakan sekelompok konsep yang membentuk suatu pola yang


nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, dan
kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah diobservasi tetapi kurang absolut
atau bukti secara langsung. Yang dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha
untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori
keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan dan menentukan model praktik keperawatan. Banyak model
konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan, dimana
teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai
situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi
untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi dan apa yang harus dia
lakukan.
Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik, penelitian dan
proses belajar-mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu diperkenalkan,
dikaji, dan dikembangkan untuk memperkuat profesi keperawatan. Perawat perlu
memiliki latar belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun empiris terhadap
teori-teori keperawatan yang ada sehingga perawat dapat memahami dan
mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada klien sesuai keadaannya. Salah satu teori keperawatan yang ada adalah
teori keperawatan yang dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih
dikenal dengan teori "Trans Cultural".
Setiap perawat berasal dari kelompok etnik tertentu, dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor agama, sosial dan budaya. Kita tidak lepas dari situasi yang
mempengaruhi hal-hal tersebut, sebagian karena mereka sudah meresapi dan
sebagin karena kita tidak selalu sadar akan kekuatan pengaruhnya dalam
kehidupan kita sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Madeleine Leininger?
2. Apakah teori yang dikemukakan oleh Madeleine Leininger dan apakah isi dari
teori tersebut?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan dari teori transkultural yang dikemukakan
oleh Madeleine Leininger?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sosok Madeleine Leininger.
2. Mengetahui teori yang dikemukakan oleh Madeleine Leininger beserta isi dari
teori tersebut.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori yang dikemukakan oleh
Madeleine Leininger.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui siapakah sosok
Madeleine Leininger dan isi dari teori transkultural yang telah dikemukakan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Madeleine Leininger

Madeleine Leininger lahir di Sutton, pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan


pertanian. Dia hidup bersama dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari.
Pada tahun 1945, dia bersama dengan saudarinya menjadi kadet di korps perawat
dan mengambil program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver. Hal ini
yang mendorongnya menjadi seorang perawat di karenakan salah satu bibinya
menderita penyakit jantung bawaan. Dia juga ingin membuat suatu perbedaan
dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang keperawatan.
Madeleine menyelesaikan program diploma keperawatan pada tahun 1948.
Setelah lulus, dia melanjutkan program sarjana dan lulus pada tahun 1950. Dia
menerima gelar sarjana dalam bidang ilmu biologi, ilmu filsafat, dan humaniora
dari Benedictine College di Atchison, Kansas. Madeleine membuka pelayanan
keperawatan dan program pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha,
Nebraska.
Pada tahun 1953, Madeleine menerima gelar master dalam ilmu
keperawatan dari University Chatolik of America, Washington DC. Lalu dia
pindah ke Cincinnati dan memulai program pendidikan jiwa pertama di Amerika.
Pada tahun 1954-1960, Madeleine menjadi professor keperawatan dan direktur
program pasca sarjana di Universitas Cincinnati. Dia juga menerbitkan buku
tentang keperawatan psikiatrik yang juga disebut dengan Konsep Dasar
Keperawatan Jiwa, yang diterjemahkan kedalam sebelas bahasa dan digunakan di
seluruh penjuru dunia.
Tahun 1965, madeleine menjadi perawat pertama yang berhasil
memperoleh gelar Ph.D dalam antropologi di Washington University. Sebagai
bagian dari proses Madeleine mencari penyelesaian masalah tidak cukup adekuat
intervensi kejiwaan tradisional menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar
belakang yang berbeda-beda.
Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di
University of Colorado, di mana untuk pertama kalinya ilmu keperawatan
transkultural di perkenalkan di dunia keperawatan.
Pada tahun 1969-1974, Madeleine ditunjuk sebagai dekan , professor
keperawatan, dan dosen antropologi di University of Washington school of
Nursing.
Di tahun ke 1974-1980, Madeleine menjabat sebagai dekan dan professor
Utah University dan membuka program pertama untuk master dan doktoral
transkultural keperawatan.
Tahun 1981, Madeleine menjabat sebagai professor dan direktur pusat penelitian
kesehatan di Wayne State University. Saat berkarya di sini Madeleine mendapat
beberapa penghargaan, antara lain :
1. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar.
2. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.
3. Gershenson’s Research Fellowship Award.
4. Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh California
State University.
Sebagai seorang ahli keperawatan, Madeleine menerbitkan teorinya tentang
perawatan keanekaragaman budaya keperawatan dan universal. Dia menciptakan
sebuah istilah “culturally congcruent care” sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini
diuraikan dalam buku keanekaragaman budaya perawatan dan universal.
Madeleine juga mengembangkan metode Ethnonursing dan melakukan penelitian
di lapangan dengan membaur hidup bersama dengan suku Gadsup di dataran
tinggi Timur di New Guinea tentang keperawatan transkultural pada tahun 1991.

B. Model Teori Konsep Keperawatan Transkultural

Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang


memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga, dan
masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dimana
ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji
kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat
langsung.
Perawat dalam mempratikan keperawatannya harus memperhatikan
budaya dan keyakinan yang dimiliki oleh klien, sebagaimana yang disebutkan
oleh teori model Madeleine Leininger bahwa teori model ini memiliki tujuan yaitu
menyediakan bagi klien pelayanan spesifik secara kultural. Untuk memberikan
asuhan keperawatan dengan budaya tertentu, perlu memperhitungkan tradisi
kultur klien, nilai-nilai kepercayaan ke dalam rencana perawatan.
Teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan universality, atau
yang lebih dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada nilai-nilai budaya,
kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya, serta di dalam teorinya
membahas khusus culture, culture care, diversity, universality, ethnohistory.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan
pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kebudayaan yang spesifik dan universal.
Bahasan yang khusus dalam teori Leininger, antara lain adalah :

1. Culture
Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan,
norma, carahidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk
berfikir, membuatkeputusan, serta motif tindakan yang diambil.

2. Culture care
Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan
dengan nilai yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu,
menfasilitasi atau memampukan individu atau kelompok untuk mempertahankan
kesejahteraannya, memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat,
atau kematian.

3. Diversity
Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat
kesehatan, serta asuhan keperawatan.
4. Universality
Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep
sehat dan asuhan keperawatan.

6. Ethnohistory
Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya,
lembaga, terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia
dalam sebuah budaya dalam jangka waktu tertentu.

Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan:

1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian
dalamberbagai budaya. Teori transcultural nursing ini, merupakan satu-satunya
teori yang yang membahas secara spesifiktentang pentingnya menggali budaya
pasien untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Edukasi (Education)
Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural
nursing dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat
berhadapanlangsung dengan klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang
mempunyaibudaya yang sama dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja
menghadapi klien yag berasal dari luar negara Indonesia.

3. Kolaborasi (Colaboration)
Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan
kesehatan memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar
belakang budaya klien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan
kolaborasi dengan klien, ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya.
4. Pemberi Perawatan (Care Giver)
Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori
Transcultural Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock
akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.

Menurut Leininger, ketidakmampuan memahami budaya orang lain atau


pasien akan menyebabkan perawatan mengalami “culture shock” atau penolakan.
Culture shock terjadi apabila seseorang memasuki atau berhubungan dengan
kelompok budaya yang berbeda.Seseorang tersebut akan merasa tidak nyaman,
merasa tidak berguna dan mengalami disorientasi sebab adanya perbedaan nilai
budaya, kepercayaan dan praktik.
culture shock mengakibatkan kemarahan. Keadaan ini dapat dihindari
dengan mempelajari terlebih dahulu kebudayaan suatutempat, individu, kelompok
sebelum kita masuk ke tempat tersebut. Leininger menyebut asuhan keperawatan
berbasis budaya dengan istilah asuhan budaya atau etnonursing. Terdapat
beberapa asumsi yang dikemukakan oleh Leininger, yaitu (Aini,2018):
1. Perawatan sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan, kelangsungan
hidup, dan kematian.
2. Perawatan sangat penting untuk pengobatan (curing) dan penyembuhan,
karena tidak ada pengobatan (curing) tanpa perawatan (caring).
3. Jenis, model, dan proses perawatan berbeda di antara semua budaya yang ada di
dunia.
4. Nilai perawatan budaya dan kepercayaan tertanam dalam konteks agama,
keluarga,sosial, politik, budaya (ekonomi dan sejarah).
5. Asuhan keperawatan yang bermanfaat hanya bisa terjadi bila nilai perawatan
budaya,ungkapan atau pola diketahui dan digunakan dengan tepat.
6. Keperawatan bermanfaat memahami perbedaan antara harapan professional
perawat dan klien.
7. Perawat yang beragam secara budaya dan universal dibutuhkan untuk kesehatan
dankesejahteraan orang-orang, yang merupakan tujuan perawat di seluruh dunia.
8. Setiap budaya manusia memiliki pengetahuan dan praktik perawatan tradisional
serta biasanya juga memiliki perawatan professional.
9. Keperawatan adalah disiplin dan profesi transcultural dengan tujuan utama
melayani manusia.
10. Budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai kelompok tertentu.
Berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang diputuskan, dikembangkan,
dan di pertahankan oleh anggota kelompok tersebut.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Leininger

Teori yang dikemukakan oleh Leininger merupakan teori yang holistik,


sehingga memiliki banyak kelebihan, diantaranya :
1. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena tidak
kaku memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat
patut diperhatikan dalam memberikan asuhan.
2. Pengaplikasiannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti Orem,
Virginia Henderson, dan Neuman
3. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien
dalam mengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
4. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering ditemukan
saat melakukan asuhan keperawatan.

Walaupun teori transkultural yang dikemukakan oleh Leininger bersifat


kompleks, namun teori tersebut tetap memiliki kekurangan, yaitu :
1. Teori ini tidak mempunyai metode spesifik yang mencakup proses asuhan
keperawatan.
2. Teori transkultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi
masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara garis besar, teori yang digagas oleh Leininger adalah tentang
culture care diversity dan universality, atau lebih dikenal dengan transkultural
nursing. Teori ini berfokus pada culture, culture care, diversity, universality,
worldview, ethnohistory. Tujuan dari teori ini adalah mengembangkan sains dan
pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktek keperawatan yang
spesifik dan universal.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Betty M & Pamela w. 2005. Theory and Reasoning in Nursing. Virginia:Wolters
Kluwer

Sagar, Priscilla Limbo. 2014. Transculural Nursing Education Strategies. United States:Spinger
Publishing Company.

Aini, Nur. 2018.Teori Model Keperawatan Beserta Aplikasinya dalam Keperawatan.


Malang:Universitas Muhammadiyah Malang.Potter & Perry. 2009.

Anda mungkin juga menyukai