Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

TEORI MADELEINE LEININGER

DOSEN PENGAMPU:
Ns. HENDRI HERIYANTO, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

1. AHMAD ASRULLAH
2. AIBBA HAJJA NURAINI
3. AMI CAHYANI PUTRI
4. ANISA KHAMILLAH GUNANTO
5. BELLA SAMYA DWI PUTRI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES


BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN ALIH JENJANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah falsafah dan teori
keperawatan dengan Judul “Teori Madeleine Leininger”. Penyusunan makalah ini penulis
mendapatkan bimbingan dan bantuan baik materi maupun nasihat dari berbagai pihak
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada dosen mata kuliah falsafah dan teori
keperawatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun penyusunan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat
berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga makalah yang telah penulis susun ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi penulis sendiri dan
mahasiswa Program Studi Keperawatan Sarjana Terapan Alih Jenjang Bengkulu lainnya.

Bengkulu, 24 Februari 2024


Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Batasan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Biografi Madeleine Leininger ............................................................3
B. Teori Medeleine Leininger ...............................................................4
C. Tujuan Teori Leininger.......................................................................5
D. Hubungan Model dan Paradigma Keperawatan.................................6
E. Kelebihan dan Kelemahan Teori Leininger .......................................6
D. Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan...............7

BAB III PENUTUP...............................................................................................10


A. Kesimpulan.......................................................................................10
B. Saran.................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli
keperawatan, dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk
memandang, menilai situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam
mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi
dan apa yang harus dia lakukan.
Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik, penelitian dan proses
belajar-mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu diperkenalkan, dikaji
dan dikembangkan untuk memperkuat profesi keperawatan. Perawat perlu memiliki
latar belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun empiris terhadap teori-teori
keperawatan yang ada sehingga perawat dapat memahami dan mengaplikasikan
teori-teori tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien sesuai
keadaannya. Salah satu teori keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang
dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih dikenal dengan teori “Trans
Cultural”.

B. Batasan Masalah
1. Bagaimana Biografi Madeleine Leininger?
2. Bagaimana Teori Madeleine Leininger?
3. Apa tujuan Teori Madeleine Leininger?
4. Bagaimana hubungan model dan paradigma keperaawatan?
5. Apa saja kelebihan dan kelemahan Teori Madeleine Leininger
6. Bagaimana penerapan Teori Madeleine Leininger dalam keperawatan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana biografi Madeleine Leininger
2. Untuk mengetahui bagaimana Teori Madeleine Leininger
3. Untuk mengetahui apa tujuan Teori Madeleine Leininger
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan model dan paradigma keperawatan

1
5. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kelemahan Teori Madeleine Leininger
6. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Teori Madeleine Leininger dalam
keperawatan
7.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Madeleine Leininger


Madeleine Leininger (13 Juli 1925 – 10 Agustus 2012) adalah seorang
pendidik, penulis, ahli teori, administrator, peneliti, konsultan, pembicara publik, dan
pengembang konsep keperawatan transkultural yang dikenal secara internasional yang
memiliki pengaruh besar dalam cara menangani dengan pasien dari budaya dan latar
belakang budaya yang berbeda. (Gonzalo, 2023)
Madeleine Leininger lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah
lahan pertanian hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari perempuan.
Pada tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan
mengambil program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver. Madeline
Leininger merupakan pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin dalam
keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada
manusia. Madeleine Leininger adalah seorang perawat professional pertama yang
menyandang gelar Ph.D dibidang cultural dan social antrophology. (Gonzalo, 2023)
Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan
teorinya tentang perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan
istilah “culturally congruent care’ sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan
dalam buku keanekaragaman budaya perawatan dan universal. Mengembangkan
metode Ethnonursing dan melakukan penelitian di lapangan dengan membaur hidup
bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea tentang perawatan
transkultural.
Sepanjang karirnya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori keperawatan
mulai mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural dan telah mendirikan
organisasi organisasi professional termasuk perawatan transkultural masyarakat Pada
tahun 1974, asosiasi perawatan manusia internasional, pada tahun1978 dan menjabat
sebagai presiden secara penuh pertama dari American Association of Colleges of
Nursing. Mendirikan dan menjabat editor pertama dari Journal of Transkultural
Nursing pada tahun 1989-1995. Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah
Lifetime Achievement Award untuk kualitatif metodologi.

3
Hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya konsep teori Medeleine Leininger
antara lain di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan, dia
ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang
perawatan. Hal inilah yang mendorong beliau untuk menjadi seorang perawat.
Kemudian pada saat beliau bekerja sebagai perawat spesialis di klinik anak Cincinnati
Amerika. Disinilah ia menemukan adanya kesulitan pada waktu memberikan asuhan
keperawatan pada anak-anak dari berbagai macam budaya yang berbeda. Kemudian ia
mulai meneliti suatu teori yang bisa membantu memecahkan masalah ini.

B. Teori Medeleine Leininger


Garis besar teori Medeleine Leininger adalah culture care diversity and
universality atau yang lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya
Medeleine Leininger memfokuskan pada sifat caring dalam keperawatan. Namun
kemudian dia menemukan culture care diversity and universality yang semulanya
disadari dari kebutuhan khusus anak karena didasari latar belakang budaya yang
berbeda. Transcultural nursing merupakan sub bidang dari praktik keperawatan yang
telah diadakan penelitiannya. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan dan
pelayanan kesehatan berbasis budaya (Gonzalo, 2023).
Teori ini diambil dari disiplin ilmu antropologi dan keperawatan. Ia
mendefinsikan keperawatan transkultural sebagai bagian utama dari keperawatan
yang berfokus pada studi perbandingan dan analisa perbedaan budaya serta bagian
budaya di dunia dengan tetap menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman sehat sakit
dan juga kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat (Asmadi, 2008).
Bahasan yang khusus dalam teori leininger, antara lain adalah:
1. Culture
Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan , kepercayaan, norma,
cara hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk berfikir,
membuat keputusan, serta motif tindakan yang diambil.
2. Culture care
Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan dengan
nilai yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu,
memfasilitasi atau memampukan individu atau kelompok untuk mempertahankan
kesejahteraannya, memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat atau
kematian.
4
3. Diversity
Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan dan adat kesehatan
serta asuhan keperawatan.
4. Universality
Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep sehat
dan asuhan keperawatan.
5. Worldwide
Cara seseorang memandang dunianya.
6. Ethnohistory
Fakta, peristiwa, kejadian dan pengalaman individu, kelompok, budaya, lembaga,
terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuah
budaya dalam jangka waktu tertentu.
Leininger menjelaskan teorinya dengan model sunrise untuk membantu perawat
dalam memvisualisasikan teori leininger. Model ini adalah sebuah peta kognitif yang
bergerak dari yang paling abstrak, ke yang sederhana dalam menyajikan faktor penting
teorinya secara holistik.
Sunrise model dikembangkan untuk memvisualkan dimensi tentang pemahaman
perawat mengenai budaya yang berbeda-beda. Perawat dapat menggunakan model ini
saat melakukan pengkajian dan perencanaan asuhan keperawatan, pada pasien dengan
berbagai latar belakang budaya. Meskipun model ini bukan merupakan teori, namun
setidaknya model ini dapat digunakan sebagai panduan untuk memehami aspek
holistik, yakni biopsikososiospiritual dalam proses perawatan klien.

5
Figure 1 Model Sunrise dalam Teori Mandelein Leininger

C. Tujuan Teori Leininger


Transcultural nursing (Keperawatan Transkultural) bertujuan memberikan
asuhan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya, keyakinan dan praktik. Pengetahuan
budaya memainkan peran penting bagi perawat untuk menangani pasien. Teori ini
membantu perawat untuk memahami dan menghormati keragaman yang sering kali
ada dalam perawatan pasien (Gustinerz, 2021).
Penggunaan keperawatan transkultural juga bertujuan untuk mengembangkan
sains dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada

6
kebudayaan yang spesifik dan universal (Leininger, dalam Ferry Efendi dan
Makhfudli, 2009). Dalam hal ini, kebudayaan yang spesifik merupakan kebudayaan
yang hanya dimiliki oleh kelompok tertentu. Misalnya kebudayaan Suku Anak
Dalam, Suku Batak, Suku Minang. Sedangkan kebudayaan yang universal adalah
kebudayaan yang umumnya dipegang oleh masyarakat secara luas. Misalnya,
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan merupakan perilaku yang baik, untuk
meminimalisir tubuh terkontaminasi oleh mikroorganisme ketika makan. Dengan
mengetahui budaya spesifik dan budaya universal yang dipegang oleh klien, maka
praktik keperawatan dapat dilakukan secara maksimal.

7
D. Hubungan Model dan Paradigma Keperawatan
1. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan
tindakan. Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.
2. Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara
kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu
maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari,
keuntungan dan pola hidup.
3. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-
pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan
interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan
kebudayaan.
4. Keperawatan
Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi
keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan
manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi,
atau memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan
mereka dalam cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau
untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.

E. Kelebihan dan Kelemahan Teori Leininger


1. Kelebihan
a. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat
memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan
dengan latar belakang budaya yang berbeda.
b. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem,
King, Roy, dll).
c. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
8
d. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat
keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
e. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan.
2. Kelemahan

a. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri


sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam
konseptual model lainnya.
b. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam
mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model
teori lainnya.
F. Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan
1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalam
berbagai budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya telah dipelajari. Selain
itu juga, digunakan untuk menguji teori ethnonursing. Teori transcultural nursing
ini, merupakan satu-satunya teori yang yang membahas secara spesifik tentang
pentingnya menggali budaya pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Edukasi (Education)
Dimasukannya keanekaragaman budaya dalam kurikulum pendidikan
keperawatan bukan merupakan hal yang baru. Keanekaragaman budaya atau
dalam dunia keperawatan mulai diintegrasikan ke dalam kurikulum keperawatan
pada tahun 1917, saat komite kurikulum dari National League of Nursing (NLN)
mempublikasikan sebuah panduan yang berfokus pada ilmu sosiologi dan isu
sosial yang sering dihadapi oleh para perawat. Kemudian, tahun 1937 komite
NLN mengelompokan latar belakang budaya ke dalam panduan untuk mengetahui
reaksi seseorang terhadap rasa sakit yang dimilikinya.
Promosi kurikulum pertama tentang Transcultural Nursing dilaksanakan
antara tahun 1965-1969 oleh Madeleine Leininger. Saat itu Leininger tidak hanya
mengembangkan Transcultural Nursing di bidang kursus. Tetapi juga mendirikan.
program perawat besama ilmuwan Ph-D, pertama di Colorado School of Nursing.
Kemudian dia memperkenalkan teori ini kepada mahasiswa pascasarjana pada
tahun 1977. Ada pandangan, jika beberapa program keperawatan tidak mengenali
pengaruh dari perawatan peka budaya, akan berakibat pelayanan yang diberikan
kurang maksimal. Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam

9
proses pembelajaran keperawatan yang ada di dunia. Namun, Leinginger merasa
khawatir beberapa program menggunkannya sebagai fokus utama. Karena saat ini
pengaruh globalisasi dalam pendidikan sangatlah signifikan dengan presentasi dan
konsultasi di setiap belahan dunia.
Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural
nursing dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapan
langsung dengan klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai
budaya yang sama dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi
klien yang berasal dari luar negara Indonesia.
3. Kolaborasi (Colaboration)
Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan
memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang
budaya klien, Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan
klien, ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya. Nantinya, pemahaman
terhadap budaya klien akan diimplentasikan ke dalam strategi yang digunakan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Strategi ini merupakan strategi
perawatan peka budaya yang dikemukakan oleh Leininger, antara lain adalah:
a. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relavan, misalnya
budaya berolah raga setiap pagi.
b. Strategi II, Mengakomodasi/negosiasi budaya,
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih
dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang
berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani atau
nabati lain yang nilai gizinya setara dengan ikan,
c. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut
4. Pemberi Perawatan (Care Giver)
Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Trunscultural
Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan

10
perbedaan nilai budaya. Culture imposition adalah kecenderungan tenaga
kesehatan (perawat), baik secara diam maupun terang- terangan memaksakan nilai
budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu,
keluarga, atau kelompok dan budaya.
Pemahaman budaya klien oleh perawat sangat mempengaruhi efektivitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga tidak akan terjadi hubungan terapeutik.
5. Manajemen
Dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan Transcultural Nursing bisa
ditemukan dalam manajemen keperawatan. Diantaranya ada beberapa rumah sakit
yang dalam memberikan pelayanan menggunakan bahasa daerah yang digunakan
oleh pasien. Hal ini memugkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan lebih dekat
dengan pemberi pelayanan kesehatan. Bisa saja, tidak semua warga negara
Indonesia fasih dan nyaman menggunakan bahasa Indonesia. Terutama bagi
masyarakat awam, mereka justru akan merasa lebih dekat dengan pelayanan
kesehatan yang menggunakan bahasa ibu mereka. Hal ini dikarena nilai-nilai
budaya yang dipegang oleh tiap orangnya masih cukup kuat.
6. Sehat dan Sakit
Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang sangat
hergantung, dan ditentukan oleh budaya. Budaya akan mempengaruhi seseorang
mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya.
Apresiasi terhadap sakit yang ditampilakan dari berbagai wilayah di Indonesia
juga beragam. Contohnya, Si A, yang berasal dari suku Batak mengalami
influenza disertai dengan batuk. Namun, dia masih bisa melakukan aktivitas
sehari-harinya secara normal. Maka dia dikatakan tidak sedang sakit. Karena di
Suku Batak, seseorang dikatakan sakit bila dia sudah tidak mampu untuk
menjalankan aktivitasnya secara normal.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Garis besar teori Medeleine Leininger adalah culture care diversity and
universality atau yang lebih dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada
nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya, serta di
dalam teorinya membahas khusus culture, cullture care, diversity, universality,
worldwide,ethnohistory. Tujuan penggunaan keperawatan Transcultural adalah
mengembangkan sains pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan universal.
Teori ini memiliki juga dapat diterapkan dalam berbagai bidang atau aspek
diantaranya bidang riset, edukasi, kolaborsi, pemberi perawatan, manajemen, dan
sehat sakit.

B. Saran
Pelaksanaan Teori Leininger memerlukan pengabungan dari teori keperawatan
yang lain yang terkait seperti teori adaptasi, self care, dan lain – lain , untuk itu dalam
penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu
antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta

George, JB 1995. Teori Keperawatan, edisi ke-4. New Jersey: Dewan Prentice.

Gonzalo, Angelo. 2023. Nurseslab Madelein Leininger : transcultural nursing theory. Diakses pada 24
Februari 2024. https://nurseslabs.com/madeleine-leininger-transcultural-nursing-theory/#h-
transcultural-nursing-theory

Johnson, Betty M & Pamela B. Webber. 2005. Teori dan Penalaran dalam Keperawatan. Virginia:
Wolters Kluwer
Kozier, Barbara et al. (2000). Fundamental of Nursing : The nature of nursing practice in Canada. 1st
Canadian Ed, Prentice Hall Health. Toronto.

Sagar, Priscilla Limbo. 2014. Strategi Pendidikan Keperawatan Transculural, Amerika Serikat: Spinger
Publishing Company.

13

Anda mungkin juga menyukai